Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI


PENGEMBANGAN ILMU
Dosen pengampu : Irfandi.,M.pd

Disusun Oleh :
kelompok 7

 Salma
Nim : 221230021

 Nadia
Nim : 221230007

 Kaila Sari
Nim : 221230009

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALOPO


TAHUN AKADEMIK 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga
makalah kelompok kami yang berjudul ”Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan
Ilmu" dapat selesai dengan baik dan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari dosen pengampu mata kuliah
PendidikanPancasila. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Irfandi.,M.pd, selaku dosen pengampu
mata kuliah Pendidikan Pancasila. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan
kami terkait dengan topik yang diberikan.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Olehsebab itu, kami mengharapkan adanya kritik serta saran apabila
menemukan kesalahan dalam makalah ini. Kami berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Palopo, 21 September 2022

Tim penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................................
ii
Daftar Isi..............................................................................................................................
iii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................
1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................
5
1.3 Tujuan...........................................................................................................................
5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................
6
2.1 Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu.....................................................
6
2.2 Nilai Nilai Pancasila dalam Pengembangan Ilmu
.............................................................................................................................................
12
2.3 Aspek Penting dalam Ilmu Pengetahuan.......................................................................
14
2.4 Strategi Pancasila Sebagai Dasar Nilai
.............................................................................................................................................
16
BAB III PENUTUP.............................................................................................................
18
3.1 Kesimpulan
.............................................................................................................................................
18

iii
3.2 Saran
.............................................................................................................................................
19
DAFTAR PUSTAKA
.............................................................................................................................................
20

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila sebagai paradigma ilmu Pentingnya Pancasila sebagai dasar nilai


pengembangan ilmu bagi mahasiswa adalah untuk memperlihatkan peran Pancasila
sebagai rambu-rambu normatif bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.
Selain itu, pengembangan ilmu dan teknologi di Indonesia harus berakar pada
budaya bangsa Indonesia itu sendiri dan melibatkan partisipasi masyarakat luas.

Pada zaman modern seperti sekarang ini dimana ilmu


pengetahuan dan globaliasi berkembang sangat pesat, nilai-nilai Pancasila
mulai tergeser. Banyak masyarakat Indonesi yang mulai meninggalkan nilai-
nilai pencasila dan tidak lagi menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari. Padahal jika ditilik dari sejarah bangsa Indonesia, Pancasila
merupakan wujud dari kerja keras dan pengorbanan para pendiri bangsa yang
sangat diperhitungkan dengan matang.

Pancasila digali dan diambil dari budaya bangsa Indonesia itu sendiri, maka
pancasila mempunyai fungsi dan peranan yang sangat luas dalam kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara. Fungsi dan peranan itu terus berkembang
sesuai dengan tuntutan zaman. Itulah sebabnya, Pancasila memiliki berbagai
predikat sebagai sebutan nama yang menggambarkan fungsi dan peranannya itu
sendiri.

Konsep Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu pernah


dikemukakan oleh Prof. Notonagoro, anggota senat Universitas Gadjah Mada
sebagaimana dikutip oleh Prof. Koesnadi Hardjasoemantri, yang mengatakan
bahwa pancasila merupakan pegangan dan pedoman dalam usaha ilmu pengetahuan
untuk dipergunakan sebagai asas dan pendirian hidup, sebagai suatu pangkal sudur
pandangan dari subjek ilmu pengetahuan dan juga menjadi objek ilmu pengetahuan
atau hal yang diselidiki.

1
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu, artinya kelima pancasila
merupakan pegangan dan pedoman dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Beberapa teminologi yang dikemukakan para pakar untuk menggambarkan
peran pancasila sebagai rujukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Masyarakat sekarang beranggapan bahwa Pancasila sangat kaku dan normatif


sehingga tidak sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta tidak dapat
mengikuti arus globalisasi.Padahal hal ini merupakan sebuah kekeliriuan yang sangat
disayangkan. Anggapan ini timbul karena mereka tidak memahami Pancasila
sepenuhnya bahwa pada hakikatnya Pancasila bersifat terbuka.

Pancasila bersifat terbuka dan fleksibel yang artinya dapat mengikuti


perkembangan zaman. Justru nilai-nilai Pancasila inilah yang perlu dipegang teguh oleh
masyarakat Indonesia agar tidak terkena dampak buruk perkembangan zaman sehingga
Indonesia akan tetap kokoh berdiri.

Oleh karena itu, diperlukan sikap inklusif dan toleran di masyarakat untuk
mencegah timbulnya konflik. Untuk itu, komunikasi yang terbuka dan egaliter
diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Menempatkan
nilai budaya dan agama sebagai mitra dialog merupakan sintesis yang lebih memadai
dan realistis untuk diterapkan dalam pengembangan iptek di Indonesia. Sebab iptek
yang berkembang di ruang hampa nilai, justru akan menjadi bumerang yang
membahayakan aspek kemanusiaan.

Bangsa Indonesia memiliki akar budaya dan religi yang kuat dan tumbuh sejak
lama dalam kehidupan masyarakat sehingga manakala pengembangan ilmu tidak
berakar pada ideologi bangsa, sama halnya dengan membiarkan ilmu berkembang tanpa
arah dan orientasi yang jelas. Bertitik tolak dari asumsi di atas, maka das Sollen ideologi
Pancasila berperan sebagai leading principle dalam kehidupan ilmiah bangsa Indonesia.

Seperti yang kita tahu bahwa Pancasila merupakan dasar negara.


Berkaitan dengan perkembangan ilmu, Pancasila juga memiliki peran menjadi dasar
pengembangan ilmu. Maka,anggapan bahwa Pancasila tidak dapat mengikuti

2
perkembangan ilmu dapat dibantah. Dari hal inilah perlu dibenahi bahwa tidak ada
alasan lagi untuk meninggalkan Pancasila demi keutuhan negara Indonesia.

Sejak dulu, ilmu pengetahuan mempunyai posisi penting dalam aktivitas


berpikir manusia. Istilah ilmu pengetahuan terdiri dari dua gabungan kata berbeda
makna, ilmu dan pengetahuan. Segala sesuatu yang kita ketahui merupakan definisi
pengetahuan, sedangkan ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun
secara sistematis menurut metode tertentu.rupakan kristalisasi nilai-nilai budaya dan
agama dari bangsa Indonesia. Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia
mengakomodir seluruh aktivitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
demikian pula halnya dalam aktivitas ilmiah. Oleh karena itu, perumusan Pancasila
sebagai paradigma ilmu bagi aktivitas ilmiah di Indonesia merupakan sesuatu yang
bersifat niscaya. Sebab, pengembangan ilmu yang terlepas dari nilai ideologi bangsa,
justru dapat mengakibatkan sekularisme, seperti yang terjakritis dan cerdas manusia
dalam menanggapi berbagai peristiwa di sekitarnya, berbanding lurus dengan
perkembangan pesat ilmu pengetahuan.

Namun dalam perkembangannya, timbul gejala dehumanisasi atau penurunan


derajat manusia. Hal tersebut disebabkan karena produk yang dihasilkan oleh manusia,
baik itu suatu teori maupun materi menjadi lebih bernilai ketimbang penggagasnya.
Itulah sebabnya, peran Pancasila harus diperkuat agar bangsa Indonesia tidak terjerumus
pada pengembangan ilmu pengetahuan yang saat ini semakin jauh dari nilai-nilai
kemanusiaan.

Nilai –nilai Pancasila sesungguhnya telah tertuang secara filosofis-ideologis


dan konstitusional di dalam UUD 1945 baik sebelum amandemen maupun setelah
amandemen. Nilai –nilai Pancasila ini juga telah teruji dalam dinamika kehidupan
berbangsa pada berbagai periode kepemimpinan Indonesia. Hal ini sebenarnya telah
menjadi kesadaran bersama bahwa Pancasila merupakan tatanan nilai yang digali dari
nilai-nilai dasar budaya bangsa Indonesia, yaitu kelima sila yang merupakan kesatuan
yang bulat dan utuh sehingga pemahaman dan pengamalannya harus mencakup semua
nilai yang terkandung di dalamnya. Hanya saja perlu diakui bahwa meski telah terjadi
amandemen hingga ke-4, namun dalam implementasi Pancasila masih banyak terjadi

3
distorsi dan kontroversi yang menyebabkan praktek kepemimpinan dan pengelolaan
bangsa dan Negara cukup memprihatinkan. Oleh karena itu makalah ini membahas
mengenai " Pancasila Sebagai dasar pengembangan ilmu".

Pancasila digali dan diambil dari budaya bangsa Indonesia itu sendiri, maka
pancasila mempunyai fungsi dan peranan yang sangat luas dalam kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara. Fungsi dan peranan itu terus berkembang sesuai
dengan tuntutan zaman. Itulah sebabnya, Pancasila memiliki berbagai predikat sebagai
sebutan nama yang menggambarkan fungsi dan peranannya itu sendiri.

Konsep Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu pernah dikemukakan


oleh Prof. Notonagoro, anggota senat Universitas Gadjah Mada sebagaimana dikutip
oleh Prof. Koesnadi Hardjasoemantri, yang mengatakan bahwa pancasila merupakan
pegangan dan pedoman dalam usaha ilmu pengetahuan untuk dipergunakan sebagai asas
dan pendirian hidup, sebagai suatu pangkal sudur pandangan dari subjek ilmu
pengetahuan dan juga menjadi objek ilmu pengetahuan atau hal yang diselidiki.

Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu, artinya kelima pancasila


merupakan pegangan dan pedoman dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Beberapa teminologi yang dikemukakan para pakar untuk menggambarkan
peran pancasila sebagai rujukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Mengapa Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan Ilmu ?
2. Apa saja nilai-nilai pancasila dalam setiap pengembagan ilmu Pengetahuan?
3. Bagaimana aspek penting dalam ilmu pengetahuan ?
4. Bagaimana Strategi Pancasila sebagai dasar nilai Pengembangan ilmu
Pengetahuan dan teknologi ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai pada pembahasan dalam makalah ini
diantaranya:
1. Mahasiswa mampu mengetahui Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan
ilmu.
2. Untuk mengetahui perkembangan ilmu dalam dasar nilai-nilai Pancasila 
3. Mengetahui aspek penting dalam ilmu pengetahuan
4. Memahami strategi Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologinya

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu dapat mengacu pada


bebarapa jenis pemahaman. Salah satunya adalah bahwa setiap ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dikembangkan di Indonesia haruslah tidak bertentangan dengan nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Secara khusus, manusia mampu mengembangkan pengetahuan ini karena ia


mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang
melatarbelakangi informasi tersebut, serta memiliki kemampuan berpikir dengan
mengikuti suatu alur kerangka berpikir tertentu.

Adapun beberapa contoh pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di


Indonesia yang melibatkan negara lain: Pertukaran pelajar Kolaborasi antara organisasi
riset Pertukaran informasi untuk memfasilitasi pengakuan akademis terhadap gelar dan
sertifikat yang diberikan oleh institusi pendidikan Peningkatan kapasitas kerja .

Pengertian Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu dapat mengacu pada
beberapa jenis pemahaman.

Pertama, bahwa setiap ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang


dikembangkan di Indonesia haruslah tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila.

Kedua, bahwa setiap iptek yang dikembangkan di Indonesia harus menyertakan


nilai nilai Pancasila sebagai faktor internal pengembangan iptek itu sendiri.

Ketiga, bahwa nilai-nilai Pancasila berperan sebagai rambu normatif bagi


pengembangan iptek di Indonesia, artinya mampu mengendalikan iptek agar tidak
keluar dari cara berpikir dan cara bertindak bangsa Indonesia.
Keempat, bahwa setiap pengembangan iptek harus berakar dari budaya dan
ideologi bangsa Indonesia sendiri atau yang lebih dikenal dengan istilah indegenisasi
ilmu (mempribumian ilmu).

6
Keempat pengertian Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu sebagaimana
dikemukakan di atas mengandung konsekuensi yang berbedabeda.
keterlibatan nilai-nilai Pancasila ada dalam posisi tarik ulur, artinya ilmuwan
dapat mempertimbangkan sebatas yang mereka anggap layak untuk dilibatkan. Nilai-
nilai Pancasila berperan sebagai rambu normatif bagi pengembangan iptek
mengasumsikan bahwa ada aturan main yang harus disepakati oleh para ilmuwan
sebelum ilmu itu dikembangkan. Namun, tidak ada jaminan bahwa aturan main itu akan
terus ditaati dalam perjalanan pengembangan iptek itu sendiri. Sebab ketika iptek terus
berkembang, aturan main seharusnya terus mengawal dan membayangi agar tidak
terjadi kesenjangan antara pengembangan iptek dan aturan main.
Budaya dan ideologi bangsa Indonesia sendiri sebagai proses indegenisasi ilmu
mengandaikan bahwa Pancasila bukan hanya sebagai dasar nilai pengembangan ilmu,
tetapi sudah menjadi paradigma ilmu yang berkembang di Indonesia. Untuk itu,
diperlukan penjabaran yang lebih rinci dan pembicaraan di kalangan intelektual
Indonesia, sejauh mana nilai-nilai Pancasila selalu menjadi bahan pertimbangan bagi
keputusan-keputusan ilmiah yang diambil.

Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang
pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan
kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Ilmu bukan sekadar pengetahuan
(knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang
disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui
dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena
manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya (Surajiyo.
2010).

Ilmu pengetahuan menolak campur tangan faktor eksternal yang tidak secara hakiki
menentukan ilmu pengetahuan itu sendiri. Paling tidak ada tiga faktor sebagai indikator bahwa
ilmu pengetahuan itu bebas nilai, yaitu :

7
1. Ilmu harus bebas dari pengandaian-pengandaian yakni bebas dari pengaruh eksternal
seperti : faktor politis, ideologi, agama, budaya, dan unsur kemasyarakatan lainnya.
2. Perlunya kebebasan usaha ilmiah agar otonomi ilmu pengetahuan terjamin. Kebebasan itu
menyangkut kemungkinan yang tersedia dan penentuan diri.
3. Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding menghambat
kemajuan ilmu, karena nilai etis itu sendiri bersifat universal.

Sejak dulu, Ilmu Pengetahuan mempunyai posisi penting dalam aktivitas berpikir
manusia. Istilah Ilmu Pengetahuan terdiri dari dua gabungan kata berbeda makna, Ilmu dan
Pengetahuan. Segala sesuatu yang kita ketahui merupakan definisi pengetahuan, sedangkan
ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut
metode tertentu. Sikap kritis dan cerdas manusia dalam menanggapi berbagai peristiwa di
sekitarnya, berbanding lurus dengan perkembangan pesat ilmu pengetahuan.
Namun dalam perkembangannya, timbul gejala dehumanisasi atau penurunan derajat
manusia. Hal tersebut disebabkan karena produk yang dihasilkan oleh manusia, baik itu suatu
teori mau pun materi menjadi lebih bernilai ketimbang penggagasnya. Itulah sebabnya, peran
Pancasila harus diperkuat agar bangsa Indonesia tidak terjerumus pada pengembangan ilmu
pengetahuan yang saat ini semakin jauh dari nilai-nilai kemanusiaan.

Ilmu (Knowledge) merujuk kepada kefahaman manusia terhadap sesuatu


perkara, dimana ilmu merupakan kefahaman yang sistematik dan diusahakan secara
sedar. Pada umumnya, ilmu mempunyai potensi untuk dimanfaatkan demi kebaikan
manusia. Ilmu adalah sesuatu yang membedakan kita dengan makluk tuhan lainya
seperti tumbuhan dan hewan. Denagan ilmu kita dapat melakukan, membuat,
menciptakan sesuatu yang membawa perbedaan yang lebih baik bagi kehidupan
manusia. Ilmu pengetahuan dimengerti sebagai pengetahuan yang diatur secara
sistematis dan langkah-langkah pencapaianya dipertanggungjawabkan secara teoretis
Sehingga ilmu pengetahun sangat diperlukan bagi setiap manusia untuk mencapai
kemajuan dan perkembangan kehidupan manusia itu sendiri.
Wilhelm Dilthey (1833-1911) mengajukan klasifikasi, membagi ilmu ke dalam
Natuurwissenchaft dan Geisteswissenchaft. Kelompok pertama sebagai Science of the
World menggunakan metode Erklaeren, sedangkan kelompok kedua adalah Science of
Geist menggunakan metode Verstehen. Kemudian Juergen Habermas, salah seorang

8
tokoh mazhab Frankfrut (Jerman) mengajukan klasifikasi lain lagi dengan the basic
human interest sebagai dasar, dengan mengemukakan klasifikasi ilmu-ilmu empiris-
analitis, sosial-kritis dan historis-hermeneutik, yang masing-masing menggunakan
metode empiris, intelektual rasionalistik, dan hermeneutik (Van Melsen, 1985).
Melalui teori relativitas Einstein paradigma kebenaran ilmu sekarang sudah
berubah dari paradigm lama yang dibangun oleh fisika Newton yang ingin selalu
membangun teori absolut dalam kebenaran ilmiah. Paradigma sekarang ilmu bukan
sesuatu entitas yang abadi, bahkan ilmu tidak pernah selesai meskipun ilmu itu
didasarkan pada kerangka objektif, rasional, metodologis, sistematis, logis dan
empiris. Dalam perkembangannya ilmu tidak mungkin lepas dari mekanisme
keterbukaan terhadap koreksi. Itulah sebabnya ilmuwan dituntut mencari alternatif-
alternatif pengembangannya melalui kajian, penelitian eksperimen, baik mengenai
aspek ontologis epistemologis, maupun ontologis. Karena setiap pengembangan
ilmu paling tidak validitas (validity) dan reliabilitas (reliability) dapat
dipertanggungjawabkan, baik berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan (context of
justification) maupun berdasarkan sistem nilai masyarakat di mana ilmu itu
ditemukan/dikembangkan (context of discovery).

Kekuatan bangunan ilmu terletak pada sejumlah pilar-pilarnya, yaitu pilar


ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ketiga pilar tersebut dinamakan pilar-pilar
filosofis keilmuan. Berfungsi sebagai penyangga, penguat, dan bersifat integratif
serta prerequisite/saling mempersyaratkan. Pengembangan ilmu selalu dihadapkan
pada persoalan ontologi, epistemologi dan aksiologi.

1. Pilar ontologi (ontology)

Selalu menyangkut problematika tentang keberadaan (eksistensi).

a) Aspek kuantitas : Apakah yang ada itu tunggal, dual atau plural (monisme,
dualisme, pluralisme )

b) Aspek kualitas (mutu, sifat) : bagaimana batasan, sifat, mutu dari sesuatu
(mekanisme, teleologisme, vitalisme dan organisme).

9
Pengalaman ontologis dapat memberikan landasan bagi penyusunan asumsi,
dasar-dasar teoritis, dan membantu terciptanya komunikasi interdisipliner dan
multidisipliner. Membantu pemetaan masalah, kenyataan, batas-batas ilmu dan
kemungkinan kombinasi antar ilmu. Misal masalah krisis moneter, tidak dapat
hanya ditangani oleh ilmu ekonomi saja. Ontologi menyadarkan bahwa ada
kenyataan lain yang tidak mampu dijangkau oleh ilmu ekonomi, maka perlu
bantuan ilmu lain seperti politik, sosiologi.

2. Pilar epistemologi (epistemology)

Selalu menyangkut problematika teentang sumber pengetahuan, sumber


kebenaran, cara memperoleh kebenaran, kriteria kebenaran, proses, sarana, dasar-
dasar kebenaran, sistem, prosedur, strategi. Pengalaman epistemologis dapat
memberikan sumbangan bagi kita : (a) sarana legitimasi bagi ilmu/menentukan
keabsahan disiplin ilmu tertentu (b) memberi kerangka acuan metodologis
pengembangan ilmu (c) mengembangkan ketrampilan proses (d) mengembangkan
daya kreatif dan inovatif.

3. Pilar aksiologi (axiology)

Selalu berkaitan dengan problematika pertimbangan nilai (etis, moral,


religius) dalam setiap penemuan, penerapan atau pengembangan ilmu. Pengalaman
aksiologis dapat memberikan dasar dan arah pengembangan ilmu, mengembangkan
etos keilmuan seorang profesional dan ilmuwan (Iriyanto Widisuseno, 2009).
Landasan pengembangan ilmu secara imperative mengacu ketiga pilar filosofis
keilmuan tersebut yang bersifat integratif dan prerequisite.

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus senantiasa berorientasi


pada nilai-nilai Pancasila. Sebaliknya Pancasila dituntut terbuka dari kritik, bahkan
ia merupakan kesatuan dari perkembangan ilmu yang menjadi tuntutan peradaban
manusia. Peran Pancasila sebagai paradigma pengembangan ilmu harus sampai
pada penyadaran, bahwa fanatisme kaidah kenetralan keilmuan atau kemandirian
ilmu hanyalah akan menjebak diri seseorang pada masalah-masalah yang tidak
dapat diatasi dengan semata-mata berpegang pada kaidah ilmu sendiri, khususnya

10
mencakup pertimbangan etis, religius, dan nilai budaya yang bersifat mutlak bagi
kehidupan manusia yang berbudaya.

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini mencapai kemajuan


pesat sehingga peradaban manusia mengalami perubahan yang luar biasa.
Pengembangan ilmu dan teknologi tidak dapat terlepas dari situasi yang melingkupinya,
artinya selalu berkembang dalam suatu ruang budaya. Perkembangan ilmu dan teknologi
pada gilirannya bersentuhan dengan nilai-nilai budaya dan agama sehingga di satu pihak
dibutuhkan semangat objektivitas, di pihak lain ilmu dan teknologi perlu
mempertimbangkan nilai-nilai budaya dan agama dalam pengembangannya agar tidak
merugikan umat manusia. Pancasila merupakan satu kesatuan dari sila-silanya harus
merupakan sumber nilai, kerangka berpikir serta asas moralitas bagi pembangunan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Pentingnya Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu dapat ditelusuri ke dalam


hal hal sebagai berikut :

Pertama, pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia


dewasa ini seiring dengan kemajuan iptek menimbulkan perubahan dalam cara pandang
manusia tentang kehidupan. Hal ini membutuhkan renungan dan refleksi yang mendalam
agar bangsa Indonesia tidak terjerumus ke dalam penentuan keputusan nilai yang tidak
sesuai dengan kepribadian bangsa

Kedua, dampak negatif yang ditimbulkan kemajuan iptek terhadap lingkungan hidup
berada dalam titik nadir yang membahayakan eksistensi hidup manusia di masa yang akan
datang. Oleh karena itu, diperlukan tuntunan moral bagi para ilmuwan dalam
pengembangan iptek di Indonesia.

Ketiga, perkembangan iptek yang didominasi negara-negara Barat dengan politik


global ikut mengancam nilainilai khas dalam kehidupan bangsa Indonesia, seperti
spiritualitas, gotong royong, solidaritas, musyawarah, dan cita rasa keadilan. Oleh karena
itu, diperlukan orientasi yang jelas untuk menyaring dan menangkal pengaruh nilai-nilai
global yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kepribadian bangsa Indonesia

11
2.2 Nilai-Nilai Pancasila dalam Pengembangan Ilmu

Ada 5 Nilai Pancasila dalam pengembangan ilmu yaitu :

1. Nilai Ketuhanan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Ilmu pengetahuan harus tetap menjaga keseimbangan antara rasional dan irasional,
keseimbangan antara akal, rasa, dan kehendak. Sila pertama menempatkan manusia di
alam semesta bukan sebagai pusatnya melainkan sebagai bagian yang sistematik dari
alam semesta yang diolahnya. Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu dalam
mengamalkan komitmen etis ketuhanan ini, Pancasila harus didudukan secara
proporsional, bahwa ia bukanlah agam yang berpretensi mengatur sister keyakinan,
sistem peribadatan, sistem norma dan identitas keagamaan dalam ranah privat dan ranah
komunitas agama masing-masing.

2. Nilai kemanusiaan sebagai dasar pengembangan ilmu

Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap dan
perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati
nurani masing-masing, dengan memperlakukan sesuatu hal dengan sebagaimana
semestinya.

a. Memberi arah dan mengendalikan ilmu pengetahuan, ilmu dikembalikan pada


fungsinya semula yaitu kemanusiaan, tidak hanya untuk kelompok atau lapisan tertentu.

b. Memberikan dasar-dasar moralitas bahwa manusia dalam mengembangkan iptek


haruslah secara beradab, membangan iptek harus berdasarkan kepada usaha-usaha yaitu
untuk mencapai kesejateraan umat manusia.

c. Ilmu pengetahuan dan teknologi harus diabadikan untuk peningkatan harkat dan
martabat manusia, bukan menjadikan manusia sebagai makhluk yang angkuh dan
sombong akibat memiliki ilmu pengetahuan.

12
3. Nilai Persatuan sebagai dasar pengembangan ilmu

Nilai persatuan Indonesia memberikan kesadaran kepada bangsa Indonesia


akan rasa nasionalisme bangsa Indonesia. Oleh karena itu ilmu pengetahuan dan
teknologi harus dapat dikembangkan untuk memperkuat rasa persatuan dan
kesatuan bangsa. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi hendaknya
diarahkan demi kesejahteraan umum manusia termasuk di dalam nya kesejahteraan
bangsa Indonesia dan rasa nasionalismenya.

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mewujudkan negara


persatuan itu diperkuat dengan budaya gotong royong dalam kehidupan masyarakat
sipil dan politik dengan terus mengembangkan pendidikan kewargaan dengan
dilandasi prinsip-prinsip kehidupan publik yang lebih partisipatif dan non-
diskriminatif.

4. Nilai Kerakyatan Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

Nilai kerakyatan mendasari pengembangan ilmu pengetahuan dan secara


demokratis, yang artinya setiap ilmuwan haruslah memiliki kebebasan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan tetapi juga harus saling menghormati dan
menghargai kebebasan orang lain. Ilmu pengetahuan yang telah teruji
kebenarannya harus dapat dipersembahkan untuk kepentingan masyarakat.

Nilai kerakyatan juga mensyaratkan adanya wawasan ilmu pengetahuan dan


teknologi yang mendalam yang mengatasi ruang dan waktu tentang materi yang
dimusyawarahkan.

5. Nilai Keadilan Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

Berdasarkan nilai keadilan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


harus menjadi keseimbangan dan keadilan dalam kehidupan manusia, yaitu
keseimbangan dan keadalian dalam hubungan antara manusia dengan sesamanya,
manusia dengan penciptanya, dan manusia dengan lingkungan di mana meraka
berada.

13
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu, artinya kelima sila Pancasila
merupakan pegangan dan pedoman dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Beberapa terminologi yang dikemukakan para pakar untuk menggambarkan
peran Pancasila sebagai rujukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
antara lain Pancasila sebagai intellectual bastion 241 (Sofian Effendi); Pancasila sebagai
common denominator values (Muladi); Pancasila sebagai paradigma ilmu Pentingnya
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu bagi mahasiswa adalah untuk
memperlihatkan peran Pancasila sebagai rambu-rambu normatif bagi pengembangan
ilmu pengetahuan di Indonesia. Selain itu, pengembangan ilmu dan teknologi di Indonesia
harus berakar pada budaya bangsa Indonesia itu sendiri dan melibatkan partisipasi
masyarakat luas.

Pengembangan ilmu pengetahuan yang berkeadilan harus dapat


teraktualisasi dalam pengelolaan kekayaan alam sebagai milik bersama bangsa
Indonesia untuk kemakmuran rakyat.

2.3 Aspek penting dalam Ilmu pengetahuan

Melalui kajian historis tersebut yang pada hakikatnya pemahaman tentang sejarah
kelahiran dan perkembangan ilmu pengetahuan, dapat dikonstatasikan bahwa ilmu
pengetahuan itu mengandung dua aspek, yaitu aspek fenomenal dan aspek struktural.
Aspek fenomenal menunjukan bahwa ilmu pengetahuan mewujud /
memanifestasikan dalam bentuk masyarakat, proses, dan produk. Sebagai masyarakat,
ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai suatu masyarakat atau kelompok elit yang
dalam kehidupan kesehariannya begitu mematuhi kaidah-kaidah ilmiah yang menurut
partadigma Merton disebut universalisme, komunalisme, dan skepsisme yang teratur
dan terarah. Sebagai proses, ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai aktivitas atau
kegiatan kelompok elit tersebut dalam upayanya untuk menggali dan mengembangkan
ilmu melalui penelitian, eksperimen, ekspedisi, seminar, konggres. Sedangkan sebagai
produk, ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai hasil kegiatan kelompok elit tadi
berupa teori, ajaran, paradigma, temuan-temuan lain sebagaimana disebarluaskan
melalui karya-karya publikasi yang kemudian diwariskan kepada masyarakat dunia.

14
Aspek struktural menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan di dalamnya
terdapat unsur-unsur sebagai berikut.
1) Sasaran yang dijadikan objek untuk diketahui (Gegenstand)
2) Objek sasaran ini terus-menerus dipertanyakan dengan suatu cara (metode) tertentu
tanpa mengenal titik henti. Suatu paradoks bahwa ilmu pengetahuan yang akan terus
berkembang justru muncul permasalahan-permasalah baru yang mendorong untuk
terus menerus mempertanyakannya.
3) Ada alasan dan motivasi mengapa gegenstand itu terus-menerus dipertanyakan.
4) Jawaban-jawaban yang diperoleh kemudian disusun dalam suatu kesatuan sistem
(Koento Wibisono, 1985).

Dengan Renaissance dan Aufklaerung ini, mentalitas manusia Barat


mempercayai akan kemampuan rasio yang menjadikan mereka optimis, bahwa segala
sesuatu dapat diketahui, diramalkan, dan dikuasai. Melalui optimisme ini, mereka selalu
berpetualang untuk melakukan penelitian secara kreatif dan inovatif.
Ciri khas yang terkandung dalam ilmu pengetahuan adalah rasional,
antroposentris, dan cenderung sekuler, dengan suatu etos kebebasan (akademis dan
mimbar akademis). Konsekuensi yang timbul adalah dampak positif dan negatif. Positif,
dalam arti kemajuan ilmu pengetahuan telah mendorong kehidupan manusia ke suatu
kemajuan (progress, improvement) dengan teknologi yang dikembangkan dan telah
menghasilkan kemudahan-kemudahan yang semakin canggih bagi upaya manusia untuk
meningkatkan kemakmuran hidupnya secara fisik-material.
Negatif dalam arti ilmu pengetahuan telah mendorong berkembangnya arogansi
ilmiah dengan menjauhi nilai-nilai agama, etika, yang akibatnya dapat menghancurkan
kehidupan manusia sendiri.

Akhirnya tidak dapat dipungkiri, ilmu pengetahuan dan teknologi telah


mempunyai kedudukan substantif dalam kehidupan manusia saat ini. Dalam kedudukan
substantif itu ilmu pengetahuan dan teknologi telah menjangkau kehidupan manusia
dalam segala segi dan sendinya secara ekstensif, yang pada gilirannya ilmu pengetahuan
dan teknologi merubah kebudayaan manusia secara intensif.

15
2.4 Strategi Pancasila Sebagai dasar nilai pengembagan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi

Strategi yang bisa ditempuh untuk pengembangan ilmu pengetahuan di


Indonesia adalah membentuk masyarakat ilmiah, pengembangannya memperhatikan
karakter bangsa Indonesia, memperhatikan relasi antarilmu tanpa mengorbankan
otonomi antara masing-masing disiplin ilmu dan memperhatikan dimensi religius
bangsa Indonesia.

Karena pengembangan ilmu dan teknologi hasilnya selalu bermuara pada


kehidupan manusia maka perlu mempertimbangan strategi atau cara-cara, taktik yang
tepat, baik dan benar agar pengembangan ilmu dan teknologi memberi manfaat
mensejahterakan dan memartabatkan manusia.

Dalam mempertimbangkan sebuah strategi secara imperatif kita meletakkan


Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
Indonesia. Pengertian dasar nilai menggambarkan Pancasila suatu sumber orientasi dan
arah pengembangan ilmu.

Dalam konteks Pancasila sebagai dasar nilai mengandung dimensi ontologis,


epistemologis dan aksiologis. Dimensi ontologis berarti ilmu pengetahuan sebagai
upaya manusia untuk mencari kebenaran yang tidak mengenal titik henti, atau ”an
unfinished journey”. Ilmu tampil dalam fenomenanya sebagai masyarakat, proses dan
produk. Dimensi epistemologis, nilai-nilai Pancasila dijadikan pisau analisis/metode
berfikir dan tolok ukur kebenaran. Dimensi aksiologis, mengandung nilai-nilai imperatif
dalam mengembangkan ilmu adalah sila-sila Pancasila sebagai satu keutuhan. Untuk itu
ilmuwan dituntut memahami Pancasila secara utuh, mendasar, dan kritis, maka
diperlukan suatu situasi kondusif baik struktural maupun kultural.

16
Peran nilai-nilai dalam setiap sila dalam Pancasila adalah sebagai berikut.

1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa: melengkapi ilmu pengetahuan menciptakan


perimbangan antara yang rasional dan irasional, antara rasa dan akal. Sila ini
menempatkan manusia dalam alam sebagai bagiannya dan bukan pusatnya.

2) Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab: memberi arah dan mengendalikan ilmu
pengetahuan. Ilmu dikembalikan pada fungsinya semula, yaitu untuk
kemanusiaan, tidak hanya untuk kelompok, lapisan tertentu.

3) Sila Persatuan Indonesia: mengkomplementasikan universalisme dalam sila-sila


yang lain, sehingga supra sistem tidak mengabaikan sistem dan sub-sistem.
Solidaritas dalam sub-sistem sangat penting untuk kelangsungan keseluruhan
individualitas, tetapi tidak mengganggu integrasi.

4) Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan, mengimbangi otodinamika ilmu pengetahuan dan
teknologi berevolusi sendiri dengan leluasa. Eksperimentasi penerapan dan
penyebaran ilmu pengetahuan harus demokratis dapat dimusyawarahkan secara
perwakilan, sejak dari kebijakan, penelitian sampai penerapan massal.

5) Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, menekankan ketiga keadilan
Aristoteles: keadilan distributif, keadilan kontributif, dan keadilan komutatif.
Keadilan distributif merupakan konsep keadilan yang menghendaki setiap orang
memperoleh apa yang menjadi haknya secara proporsional, seedangkan keadilan
kontributif merupakan kewajiban / tanggung jawab jawab kita sebagai individu-
individu yang memberikan sumbangsih (kontribusi) bagi kebaikan bersama.
Keadilan komutatif merupakan perlakuan kepada seseorang tanpa melihat jasa-
jasa yang sudah di lakukan, misalnya seseorang yang menerima sanksi tanpa
peduli status dan jasanya.

Keadilan sosial juga menjaga keseimbangan antara kepentingan individu


dan masyarakat, karena kepentingan individu tidak boleh terinjak oleh
kepentingan semua. Individualitas merupakan landasan yang memungkinkan
timbulnya kreativitas dan inovasi.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pancasila sebagai pengembang ilmu adalah sebuah pemikiran dan dasar


pandangan, bahwa pancasila sistem negara, yang bisa sebagai pegangan, tuntunan,
aturan, dalam mencari pengetahuan atau mengembangkan suatu pengetahuan.

 Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu harus di dasari dengan Nilai- nilai
agar tujuan bangsa dapat tercapai dengan baik, jika tidak di dasari dengan nilai
tujuan bangsa akan gagal & berakibat fatal untuk bangsa Indonesia.
 Kekuatan bangunan ilmu terletak pada sejumlah pilar-pilarnya, yaitu pilar
ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ketiga pilar tersebut dinamakan pilar-pilar
filosofis keilmuan. Berfungsi sebagai penyangga, penguat, dan bersifat integratif
serta prerequisite/saling mempersyaratkan
 Ilmu pengetahuan memiliki aspek penting yang meliputi aspek fenomenal dan
aspek struktural. Aspek fenomenal terdiri dari aspek masyarakat , proses, dan
produk Sedangkan aspek Struktural meliputi Pembagian kerja , rantai perintah,
tipe pekerjaan yang dilaksanakan Pengelompokan segmen-segmen pekerjaan,
tingkatan manajemen.
 Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus senantiasa berorientasi
pada nilai-nilai Pancasila. Sebaliknya Pancasila dituntut terbuka dari kritik,
bahkan ia merupakan kesatuan dari perkembangan ilmu yang menjadi tuntutan
peradaban manusia. Peran Pancasila sebagai paradigma pengembangan ilmu
harus sampai pada penyadaran, bahwa fanatisme kaidah kenetralan keilmuan
atau kemandirian ilmu hanyalah akan menjebak diri seseorang pada masalah-
masalah yang tidak dapat diatasi dengan semata-mata berpegang pada kaidah
ilmu sendiri, khususnya mencakup pertimbangan etis, religius, dan nilai budaya
yang bersifat mutlak bagi kehidupan manusia yang berbudaya

18
3.2 Saran

Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan,
baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya. Dari segi isi juga
masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kepada para
pembaca makalah ini agar dapat memberikan kritikan dan masukan yang bersifat
membangun.

19
DAFTAR PUSTAKA

Iriyanto, Ws, 2009, Bahan Kuliah Filsafat Ilmu, Pascasarjana, Semarang.


Kunto Wibisono, 1985, Arti Perkembangan Menurut Positivisme, Gadjah Mada Press,
Yogyakarta.

Kuswanjono, Arqom., E. S Nurdin, I. Widisuseno, dan Mukhtar Syamsudin. 2012. E-


Materi Pendidikan Pancasila. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat
Pembelajaran dan Kemahasiswaan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Surajiyo. 2010. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Van Melsen, 1985, Ilmu Pengetahuan dan Tanggungjawab Kita, Kanisius, Yogyakarta.
https://m.kumparan.com > pancasila

https://www.studoku.com > dokumen

https://mahasiswa.yai.ac.id>

Effendi , Sofian.2015.”Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Kuntowijoyo.2014.”Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu Pengetahuan”.

Beerling, Kwee, Mooij, Van Peursen diterjemahkan oleh Drs. Soejono Soemargono,
1990.

Pengantar Filsafat Ilmu. PT. Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta

Ditjen Dikti Kemendikbud, 2013, Pendidikan Pancasila, http://img.dikti.go.id/ wp-


content/ uploads/2013/02/Buku-ModulKuliah-Pancasila.

Franz Magnis-Suseno, 1992, Filsafat-Kebudayaan-Politik, PT Gramedia Pustaka


Utama, Jakarta

20
H.M. Tama Sembiring, Prof., Drs., SH, MM., dkk, Manur Pasaribu, SH., dan H.
Chairul Alam, Drs., MM., 2012. Filsafat dan Pendidikan Pancasila. Yatama Printing,
Jakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai