Disusun Oleh :
kelompok 7
Salma
Nim : 221230021
Nadia
Nim : 221230007
Kaila Sari
Nim : 221230009
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga
makalah kelompok kami yang berjudul ”Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan
Ilmu" dapat selesai dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari dosen pengampu mata kuliah
PendidikanPancasila. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Irfandi.,M.pd, selaku dosen pengampu
mata kuliah Pendidikan Pancasila. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan
kami terkait dengan topik yang diberikan.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Olehsebab itu, kami mengharapkan adanya kritik serta saran apabila
menemukan kesalahan dalam makalah ini. Kami berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Tim penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................
ii
Daftar Isi..............................................................................................................................
iii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................
1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................
5
1.3 Tujuan...........................................................................................................................
5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................
6
2.1 Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu.....................................................
6
2.2 Nilai Nilai Pancasila dalam Pengembangan Ilmu
.............................................................................................................................................
12
2.3 Aspek Penting dalam Ilmu Pengetahuan.......................................................................
14
2.4 Strategi Pancasila Sebagai Dasar Nilai
.............................................................................................................................................
16
BAB III PENUTUP.............................................................................................................
18
3.1 Kesimpulan
.............................................................................................................................................
18
iii
3.2 Saran
.............................................................................................................................................
19
DAFTAR PUSTAKA
.............................................................................................................................................
20
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Pancasila digali dan diambil dari budaya bangsa Indonesia itu sendiri, maka
pancasila mempunyai fungsi dan peranan yang sangat luas dalam kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara. Fungsi dan peranan itu terus berkembang
sesuai dengan tuntutan zaman. Itulah sebabnya, Pancasila memiliki berbagai
predikat sebagai sebutan nama yang menggambarkan fungsi dan peranannya itu
sendiri.
1
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu, artinya kelima pancasila
merupakan pegangan dan pedoman dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Beberapa teminologi yang dikemukakan para pakar untuk menggambarkan
peran pancasila sebagai rujukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Oleh karena itu, diperlukan sikap inklusif dan toleran di masyarakat untuk
mencegah timbulnya konflik. Untuk itu, komunikasi yang terbuka dan egaliter
diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Menempatkan
nilai budaya dan agama sebagai mitra dialog merupakan sintesis yang lebih memadai
dan realistis untuk diterapkan dalam pengembangan iptek di Indonesia. Sebab iptek
yang berkembang di ruang hampa nilai, justru akan menjadi bumerang yang
membahayakan aspek kemanusiaan.
Bangsa Indonesia memiliki akar budaya dan religi yang kuat dan tumbuh sejak
lama dalam kehidupan masyarakat sehingga manakala pengembangan ilmu tidak
berakar pada ideologi bangsa, sama halnya dengan membiarkan ilmu berkembang tanpa
arah dan orientasi yang jelas. Bertitik tolak dari asumsi di atas, maka das Sollen ideologi
Pancasila berperan sebagai leading principle dalam kehidupan ilmiah bangsa Indonesia.
2
perkembangan ilmu dapat dibantah. Dari hal inilah perlu dibenahi bahwa tidak ada
alasan lagi untuk meninggalkan Pancasila demi keutuhan negara Indonesia.
3
distorsi dan kontroversi yang menyebabkan praktek kepemimpinan dan pengelolaan
bangsa dan Negara cukup memprihatinkan. Oleh karena itu makalah ini membahas
mengenai " Pancasila Sebagai dasar pengembangan ilmu".
Pancasila digali dan diambil dari budaya bangsa Indonesia itu sendiri, maka
pancasila mempunyai fungsi dan peranan yang sangat luas dalam kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara. Fungsi dan peranan itu terus berkembang sesuai
dengan tuntutan zaman. Itulah sebabnya, Pancasila memiliki berbagai predikat sebagai
sebutan nama yang menggambarkan fungsi dan peranannya itu sendiri.
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Mengapa Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan Ilmu ?
2. Apa saja nilai-nilai pancasila dalam setiap pengembagan ilmu Pengetahuan?
3. Bagaimana aspek penting dalam ilmu pengetahuan ?
4. Bagaimana Strategi Pancasila sebagai dasar nilai Pengembangan ilmu
Pengetahuan dan teknologi ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada pembahasan dalam makalah ini
diantaranya:
1. Mahasiswa mampu mengetahui Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan
ilmu.
2. Untuk mengetahui perkembangan ilmu dalam dasar nilai-nilai Pancasila
3. Mengetahui aspek penting dalam ilmu pengetahuan
4. Memahami strategi Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologinya
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu dapat mengacu pada
beberapa jenis pemahaman.
6
Keempat pengertian Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu sebagaimana
dikemukakan di atas mengandung konsekuensi yang berbedabeda.
keterlibatan nilai-nilai Pancasila ada dalam posisi tarik ulur, artinya ilmuwan
dapat mempertimbangkan sebatas yang mereka anggap layak untuk dilibatkan. Nilai-
nilai Pancasila berperan sebagai rambu normatif bagi pengembangan iptek
mengasumsikan bahwa ada aturan main yang harus disepakati oleh para ilmuwan
sebelum ilmu itu dikembangkan. Namun, tidak ada jaminan bahwa aturan main itu akan
terus ditaati dalam perjalanan pengembangan iptek itu sendiri. Sebab ketika iptek terus
berkembang, aturan main seharusnya terus mengawal dan membayangi agar tidak
terjadi kesenjangan antara pengembangan iptek dan aturan main.
Budaya dan ideologi bangsa Indonesia sendiri sebagai proses indegenisasi ilmu
mengandaikan bahwa Pancasila bukan hanya sebagai dasar nilai pengembangan ilmu,
tetapi sudah menjadi paradigma ilmu yang berkembang di Indonesia. Untuk itu,
diperlukan penjabaran yang lebih rinci dan pembicaraan di kalangan intelektual
Indonesia, sejauh mana nilai-nilai Pancasila selalu menjadi bahan pertimbangan bagi
keputusan-keputusan ilmiah yang diambil.
Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang
pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan
kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Ilmu bukan sekadar pengetahuan
(knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang
disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui
dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena
manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya (Surajiyo.
2010).
Ilmu pengetahuan menolak campur tangan faktor eksternal yang tidak secara hakiki
menentukan ilmu pengetahuan itu sendiri. Paling tidak ada tiga faktor sebagai indikator bahwa
ilmu pengetahuan itu bebas nilai, yaitu :
7
1. Ilmu harus bebas dari pengandaian-pengandaian yakni bebas dari pengaruh eksternal
seperti : faktor politis, ideologi, agama, budaya, dan unsur kemasyarakatan lainnya.
2. Perlunya kebebasan usaha ilmiah agar otonomi ilmu pengetahuan terjamin. Kebebasan itu
menyangkut kemungkinan yang tersedia dan penentuan diri.
3. Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding menghambat
kemajuan ilmu, karena nilai etis itu sendiri bersifat universal.
Sejak dulu, Ilmu Pengetahuan mempunyai posisi penting dalam aktivitas berpikir
manusia. Istilah Ilmu Pengetahuan terdiri dari dua gabungan kata berbeda makna, Ilmu dan
Pengetahuan. Segala sesuatu yang kita ketahui merupakan definisi pengetahuan, sedangkan
ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut
metode tertentu. Sikap kritis dan cerdas manusia dalam menanggapi berbagai peristiwa di
sekitarnya, berbanding lurus dengan perkembangan pesat ilmu pengetahuan.
Namun dalam perkembangannya, timbul gejala dehumanisasi atau penurunan derajat
manusia. Hal tersebut disebabkan karena produk yang dihasilkan oleh manusia, baik itu suatu
teori mau pun materi menjadi lebih bernilai ketimbang penggagasnya. Itulah sebabnya, peran
Pancasila harus diperkuat agar bangsa Indonesia tidak terjerumus pada pengembangan ilmu
pengetahuan yang saat ini semakin jauh dari nilai-nilai kemanusiaan.
8
tokoh mazhab Frankfrut (Jerman) mengajukan klasifikasi lain lagi dengan the basic
human interest sebagai dasar, dengan mengemukakan klasifikasi ilmu-ilmu empiris-
analitis, sosial-kritis dan historis-hermeneutik, yang masing-masing menggunakan
metode empiris, intelektual rasionalistik, dan hermeneutik (Van Melsen, 1985).
Melalui teori relativitas Einstein paradigma kebenaran ilmu sekarang sudah
berubah dari paradigm lama yang dibangun oleh fisika Newton yang ingin selalu
membangun teori absolut dalam kebenaran ilmiah. Paradigma sekarang ilmu bukan
sesuatu entitas yang abadi, bahkan ilmu tidak pernah selesai meskipun ilmu itu
didasarkan pada kerangka objektif, rasional, metodologis, sistematis, logis dan
empiris. Dalam perkembangannya ilmu tidak mungkin lepas dari mekanisme
keterbukaan terhadap koreksi. Itulah sebabnya ilmuwan dituntut mencari alternatif-
alternatif pengembangannya melalui kajian, penelitian eksperimen, baik mengenai
aspek ontologis epistemologis, maupun ontologis. Karena setiap pengembangan
ilmu paling tidak validitas (validity) dan reliabilitas (reliability) dapat
dipertanggungjawabkan, baik berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan (context of
justification) maupun berdasarkan sistem nilai masyarakat di mana ilmu itu
ditemukan/dikembangkan (context of discovery).
a) Aspek kuantitas : Apakah yang ada itu tunggal, dual atau plural (monisme,
dualisme, pluralisme )
b) Aspek kualitas (mutu, sifat) : bagaimana batasan, sifat, mutu dari sesuatu
(mekanisme, teleologisme, vitalisme dan organisme).
9
Pengalaman ontologis dapat memberikan landasan bagi penyusunan asumsi,
dasar-dasar teoritis, dan membantu terciptanya komunikasi interdisipliner dan
multidisipliner. Membantu pemetaan masalah, kenyataan, batas-batas ilmu dan
kemungkinan kombinasi antar ilmu. Misal masalah krisis moneter, tidak dapat
hanya ditangani oleh ilmu ekonomi saja. Ontologi menyadarkan bahwa ada
kenyataan lain yang tidak mampu dijangkau oleh ilmu ekonomi, maka perlu
bantuan ilmu lain seperti politik, sosiologi.
10
mencakup pertimbangan etis, religius, dan nilai budaya yang bersifat mutlak bagi
kehidupan manusia yang berbudaya.
Kedua, dampak negatif yang ditimbulkan kemajuan iptek terhadap lingkungan hidup
berada dalam titik nadir yang membahayakan eksistensi hidup manusia di masa yang akan
datang. Oleh karena itu, diperlukan tuntunan moral bagi para ilmuwan dalam
pengembangan iptek di Indonesia.
11
2.2 Nilai-Nilai Pancasila dalam Pengembangan Ilmu
Ilmu pengetahuan harus tetap menjaga keseimbangan antara rasional dan irasional,
keseimbangan antara akal, rasa, dan kehendak. Sila pertama menempatkan manusia di
alam semesta bukan sebagai pusatnya melainkan sebagai bagian yang sistematik dari
alam semesta yang diolahnya. Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu dalam
mengamalkan komitmen etis ketuhanan ini, Pancasila harus didudukan secara
proporsional, bahwa ia bukanlah agam yang berpretensi mengatur sister keyakinan,
sistem peribadatan, sistem norma dan identitas keagamaan dalam ranah privat dan ranah
komunitas agama masing-masing.
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap dan
perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati
nurani masing-masing, dengan memperlakukan sesuatu hal dengan sebagaimana
semestinya.
c. Ilmu pengetahuan dan teknologi harus diabadikan untuk peningkatan harkat dan
martabat manusia, bukan menjadikan manusia sebagai makhluk yang angkuh dan
sombong akibat memiliki ilmu pengetahuan.
12
3. Nilai Persatuan sebagai dasar pengembangan ilmu
13
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu, artinya kelima sila Pancasila
merupakan pegangan dan pedoman dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Beberapa terminologi yang dikemukakan para pakar untuk menggambarkan
peran Pancasila sebagai rujukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
antara lain Pancasila sebagai intellectual bastion 241 (Sofian Effendi); Pancasila sebagai
common denominator values (Muladi); Pancasila sebagai paradigma ilmu Pentingnya
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu bagi mahasiswa adalah untuk
memperlihatkan peran Pancasila sebagai rambu-rambu normatif bagi pengembangan
ilmu pengetahuan di Indonesia. Selain itu, pengembangan ilmu dan teknologi di Indonesia
harus berakar pada budaya bangsa Indonesia itu sendiri dan melibatkan partisipasi
masyarakat luas.
Melalui kajian historis tersebut yang pada hakikatnya pemahaman tentang sejarah
kelahiran dan perkembangan ilmu pengetahuan, dapat dikonstatasikan bahwa ilmu
pengetahuan itu mengandung dua aspek, yaitu aspek fenomenal dan aspek struktural.
Aspek fenomenal menunjukan bahwa ilmu pengetahuan mewujud /
memanifestasikan dalam bentuk masyarakat, proses, dan produk. Sebagai masyarakat,
ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai suatu masyarakat atau kelompok elit yang
dalam kehidupan kesehariannya begitu mematuhi kaidah-kaidah ilmiah yang menurut
partadigma Merton disebut universalisme, komunalisme, dan skepsisme yang teratur
dan terarah. Sebagai proses, ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai aktivitas atau
kegiatan kelompok elit tersebut dalam upayanya untuk menggali dan mengembangkan
ilmu melalui penelitian, eksperimen, ekspedisi, seminar, konggres. Sedangkan sebagai
produk, ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai hasil kegiatan kelompok elit tadi
berupa teori, ajaran, paradigma, temuan-temuan lain sebagaimana disebarluaskan
melalui karya-karya publikasi yang kemudian diwariskan kepada masyarakat dunia.
14
Aspek struktural menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan di dalamnya
terdapat unsur-unsur sebagai berikut.
1) Sasaran yang dijadikan objek untuk diketahui (Gegenstand)
2) Objek sasaran ini terus-menerus dipertanyakan dengan suatu cara (metode) tertentu
tanpa mengenal titik henti. Suatu paradoks bahwa ilmu pengetahuan yang akan terus
berkembang justru muncul permasalahan-permasalah baru yang mendorong untuk
terus menerus mempertanyakannya.
3) Ada alasan dan motivasi mengapa gegenstand itu terus-menerus dipertanyakan.
4) Jawaban-jawaban yang diperoleh kemudian disusun dalam suatu kesatuan sistem
(Koento Wibisono, 1985).
15
2.4 Strategi Pancasila Sebagai dasar nilai pengembagan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
16
Peran nilai-nilai dalam setiap sila dalam Pancasila adalah sebagai berikut.
2) Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab: memberi arah dan mengendalikan ilmu
pengetahuan. Ilmu dikembalikan pada fungsinya semula, yaitu untuk
kemanusiaan, tidak hanya untuk kelompok, lapisan tertentu.
5) Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, menekankan ketiga keadilan
Aristoteles: keadilan distributif, keadilan kontributif, dan keadilan komutatif.
Keadilan distributif merupakan konsep keadilan yang menghendaki setiap orang
memperoleh apa yang menjadi haknya secara proporsional, seedangkan keadilan
kontributif merupakan kewajiban / tanggung jawab jawab kita sebagai individu-
individu yang memberikan sumbangsih (kontribusi) bagi kebaikan bersama.
Keadilan komutatif merupakan perlakuan kepada seseorang tanpa melihat jasa-
jasa yang sudah di lakukan, misalnya seseorang yang menerima sanksi tanpa
peduli status dan jasanya.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu harus di dasari dengan Nilai- nilai
agar tujuan bangsa dapat tercapai dengan baik, jika tidak di dasari dengan nilai
tujuan bangsa akan gagal & berakibat fatal untuk bangsa Indonesia.
Kekuatan bangunan ilmu terletak pada sejumlah pilar-pilarnya, yaitu pilar
ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ketiga pilar tersebut dinamakan pilar-pilar
filosofis keilmuan. Berfungsi sebagai penyangga, penguat, dan bersifat integratif
serta prerequisite/saling mempersyaratkan
Ilmu pengetahuan memiliki aspek penting yang meliputi aspek fenomenal dan
aspek struktural. Aspek fenomenal terdiri dari aspek masyarakat , proses, dan
produk Sedangkan aspek Struktural meliputi Pembagian kerja , rantai perintah,
tipe pekerjaan yang dilaksanakan Pengelompokan segmen-segmen pekerjaan,
tingkatan manajemen.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus senantiasa berorientasi
pada nilai-nilai Pancasila. Sebaliknya Pancasila dituntut terbuka dari kritik,
bahkan ia merupakan kesatuan dari perkembangan ilmu yang menjadi tuntutan
peradaban manusia. Peran Pancasila sebagai paradigma pengembangan ilmu
harus sampai pada penyadaran, bahwa fanatisme kaidah kenetralan keilmuan
atau kemandirian ilmu hanyalah akan menjebak diri seseorang pada masalah-
masalah yang tidak dapat diatasi dengan semata-mata berpegang pada kaidah
ilmu sendiri, khususnya mencakup pertimbangan etis, religius, dan nilai budaya
yang bersifat mutlak bagi kehidupan manusia yang berbudaya
18
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan,
baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya. Dari segi isi juga
masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kepada para
pembaca makalah ini agar dapat memberikan kritikan dan masukan yang bersifat
membangun.
19
DAFTAR PUSTAKA
https://mahasiswa.yai.ac.id>
Beerling, Kwee, Mooij, Van Peursen diterjemahkan oleh Drs. Soejono Soemargono,
1990.
20
H.M. Tama Sembiring, Prof., Drs., SH, MM., dkk, Manur Pasaribu, SH., dan H.
Chairul Alam, Drs., MM., 2012. Filsafat dan Pendidikan Pancasila. Yatama Printing,
Jakarta.
21