Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI NILAI DASAR


PENGEMBANGAN ILMU

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila


Dosen pengampu: Arfan Kaimuddin, Dr. SH.

Disusun oleh:
Kelompok 10
1. Radhika Lailatul Setyaningrum (22201061055)
2. Nela Aina Salsabiila Pa’at Putri (22201061041)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kelompok saya dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul Pancasila sebagai Sistem Dasar Pengembangan Ilmu tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas dari dosen
pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untukmenambah wawasan tentang Pancasila sebagai Sistem Dasar Pengembangan Ilmu.
Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Arfan Kaimuddin, Dr. SH. Selaku dosen
pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan pada bidang Pendidikan Pancasila. Saya ucapkan terima
kasih juga kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kita dapat menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu, kami meminta kritik dan saran diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Dan kami berharap semoga para pembaca dapat menambah pengetahuan dari
makalah yang kami buat.

Malang, 25 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. Latar belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan masalah.................................................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
A. Pengertian Dan Ciri-ciri Ilmu...............................................................................................6
B. Esensi Pancasila Sebagai Nilai Dasar Pengembangan Ilmu.................................................8
C. Problem Etika Ilmu...............................................................................................................9
D. Nilai-nilai Pancasila Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu..................................................12
E. Aspek Penting Dalam Ilmu Pengetahuan...........................................................................13
F. Pilar-Pilar bagi Eksistensi Ilmu Pengetahuan.....................................................................14
G. Pengaruh Teknologi terhadap Ideologi Pancasila...............................................................15
H. Pancasila Sebagai Paradigma ILmu Pengetahuan Di Indonesia.........................................16
BAB III.........................................................................................................................................17
PENUTUP....................................................................................................................................17
1. Kesimpulan.........................................................................................................................17
2. Kritik dan Saran..................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pancasila digali dari budaya bangsa Indonesia sendiri, maka Pancasila mempunyai
fungsi dan peranan yang sangat luas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Fungsi dan peranan itu terus berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Itulah
sebabnya, Pancasila memiliki berbagai predikat sebagai sebutan nama yang
menggambarkan fungsi dan peranannya. Fungsi dan peranan Pancasila oleh BP7 Pusat
(1993) diuraikan mulai dari yang abstrak sampai yang konkrit menjadi sepuluh yakni;
Pancasila sebagai jiwa bangsa.
Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia, Pancasila sebagai dasar negara
Republik Indonesia, Pancasila sebagai sunber dari segala sumber hukum di Indonesia,
Pancasila sebagai perjanjian luhur, Pancasila sebagai pandangan hidup yang
mempersatukan bangsa Indonesia, Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia,
Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa, dan
bernegera, Pancasila sebagai moral Pembangunan dan Pembangunan nasional sebagai
pengamalan Pancasila.
Pancasila sebagaimana terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 adalah dasar negara
dari Negara Kesatuan Republik Indonesia harus dilaksanakan secara konsisten dalam
kehidupan bernegara. Tujuan nasional sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan UUD
1945.
Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan
masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan
nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
memperhatikan tantangan perkembangan global. Dalam pelaksanaannya mengacu pada
kepribadian bangsa dan nilai-nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan
bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju, dan kukuh kekuatan moral
dan etikanya. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dewasa ini mencapai
kemajuan pesat sehingga peradaban manusia mengalami perubahan yang luar
biasa.
Pengembangan iptek tidak dapat terlepas dari situasi yang melingkupinya, artinya
iptek selalu berkembang dalam suatu ruang budaya. Perkembangan iptek pada gilirannya
bersentuhan dengan nilai-nilai budaya dan agama sehingga di satu pihak dibutuhkan
semangat objektivitas, di pihak lain iptek perlu mempertimbangkan nilainilai budaya dan
agama dalampengembangannya agar tidak merugikan umat manusi

4
Pancasila sebagai ideologi negara merupakan kristalisasi nilai-nilai budaya dan
agama dari bangsa Indonesia. Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia mengakomodir
seluruh aktivitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, demikian pula
halnya dalam aktivitas ilmiah. Oleh karena itu, perumusan Pancasila sebagai paradigma
ilmu bagi aktivitas ilmiah di Indonesia merupakan sesuatu yang bersifat niscaya.
Sebab, pengembangan ilmu yang terlepas dari nilai ideologi bangsa, justru dapat
mengakibatkan sekularisme, seperti yang terjadi pada zaman Renaissance di Eropa. Bangsa
Indonesia memiliki akar budaya dan religi yang kuat dan tumbuh sejak lama dalam
kehidupan masyarakat sehingga manakala pengembangan ilmu tidak berakar pada ideologi
bangsa, sama halnya dengan membiarkan ilmu berkembang tanpa arah dan orientasi yang
jelas.
Bertitik tolak dari asumsi di atas, maka das Sollen ideologi Pancasila berperan
sebagai leading principle dalam kehidupan ilmiah bangsa Indonesia. Karena itu untuk
mendapatkan pemahaman yang komprehensif perlu dikaji aspek kesejarahan dan aspek-
aspek lainnya terkait dengan ilmu dan teknologi.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dan ciri-ciri ilmu sebagai dasar nilai pengembangan ilmu?
2. Bagaimana esensi Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu?
3. Bagaimana problem etika Pancasila dalam dasar nilai pengembangan ilmu?
4. Bagaimana penjabaran ciri-ciri ilmu menurut the Liang Gie & Van Melsen?
5. Apa saja aspek dalam ilmu pengetahuan?
6. Apa saja pilar-pilar dalam ilmu pengetahuan?
7. Apakah pengaruh teknologi terhadap ideologi Pancasila?
8. Apa yang dimaksud Pancasila sebagai paradigma ilmu pengetahuan?

C. Tujuan
A. Oleh karena itu, makalah ini akan dibahas mengenai “Pancasila
Menjadi Dasar
B. Pengembangan Ilmu
C. B. Rumusan Makalah
D. a. Bagaimana Konsep dan Urgensi Pancasila Sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu ?
E. b. Bagaimana Alasan Diperlukannya Pancasila Sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu?
F. c. Bagaimana Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang
Pancasila sebagai
G. Dasar Nilai Pengembangan Ilmu di Indonesia ?
H. d. Bagaiaman Membangun Argumen Tentang Dinamika dan
Tantangan Pancasila sebagai
I. Dasar Nilai Pengembangan Ilmu ?
5
J. C. Tujuan
K. a. Mengetahui Konsep dan Urgensi Pancasila Sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilm
L. b. Mengetahui Alasan Diperlukannya Pancasila Sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu
M. c. Mengetahui Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila
sebagai Dasar Nilai
N. Pengembangan Ilmu di Indonesi
O. d. Mengetahui cara Membangun Argumen Tentang Dinamika dan
Tantangan Pancasila
P. sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilm
Q. Oleh karena itu, makalah ini akan dibahas mengenai “Pancasila
Menjadi Dasar
R. Pengembangan Ilmu
S. B. Rumusan Makalah
T. a. Bagaimana Konsep dan Urgensi Pancasila Sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu ?
U. b. Bagaimana Alasan Diperlukannya Pancasila Sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu?
V. c. Bagaimana Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang
Pancasila sebagai
W.Dasar Nilai Pengembangan Ilmu di Indonesia ?
X. d. Bagaiaman Membangun Argumen Tentang Dinamika dan
Tantangan Pancasila sebagai
Y. Dasar Nilai Pengembangan Ilmu ?
Z. C. Tujuan
AA. a. Mengetahui Konsep dan Urgensi Pancasila Sebagai Dasar
Nilai Pengembangan Ilm
BB. b. Mengetahui Alasan Diperlukannya Pancasila Sebagai Dasar
Nilai Pengembangan Ilmu
CC. c. Mengetahui Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang
Pancasila sebagai Dasar Nilai
DD. Pengembangan Ilmu di Indonesi
EE. d. Mengetahui cara Membangun Argumen Tentang Dinamika
dan Tantangan Pancasila
FF. sebagai Dasar Nilai Pengembangan Il
GG. Oleh karena itu, makalah ini akan dibahas mengenai “Pancasila
Menjadi Dasar
HH. Pengembangan Ilmu
II. B. Rumusan Makalah
6
JJ. a. Bagaimana Konsep dan Urgensi Pancasila Sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu ?
KK. b. Bagaimana Alasan Diperlukannya Pancasila Sebagai Dasar
Nilai Pengembangan Ilmu?
LL. c. Bagaimana Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis
tentang Pancasila sebagai
MM. Dasar Nilai Pengembangan Ilmu di Indonesia ?
NN. d. Bagaiaman Membangun Argumen Tentang Dinamika dan
Tantangan Pancasila sebagai
OO. Dasar Nilai Pengembangan Ilmu ?
PP. C. Tujuan
QQ. a. Mengetahui Konsep dan Urgensi Pancasila Sebagai Dasar
Nilai Pengembangan Ilm
RR. b. Mengetahui Alasan Diperlukannya Pancasila Sebagai Dasar
Nilai Pengembangan Ilmu
SS. c. Mengetahui Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang
Pancasila sebagai Dasar Nilai
TT. Pengembangan Ilmu di Indonesi
UU. d. Mengetahui cara Membangun Argumen Tentang Dinamika
dan Tantangan Pancasila
VV. sebagai Dasar Nilai Pengembangan Il
WW. Oleh karena itu, makalah ini akan dibahas mengenai “Pancasila
Menjadi Dasar
XX. Pengembangan Ilmu
YY. B. Rumusan Makalah
ZZ. a. Bagaimana Konsep dan Urgensi Pancasila Sebagai Dasar
Nilai Pengembangan Ilmu ?
AAA. b. Bagaimana Alasan Diperlukannya Pancasila Sebagai Dasar
Nilai Pengembangan Ilmu?
BBB. c. Bagaimana Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis
tentang Pancasila sebagai
CCC. Dasar Nilai Pengembangan Ilmu di Indonesia ?
DDD. d. Bagaiaman Membangun Argumen Tentang Dinamika dan
Tantangan Pancasila sebagai
EEE. Dasar Nilai Pengembangan Ilmu ?
FFF. C. Tujuan
GGG. a. Mengetahui Konsep dan Urgensi Pancasila Sebagai Dasar
Nilai Pengembangan Ilm
HHH. b. Mengetahui Alasan Diperlukannya Pancasila Sebagai Dasar
Nilai Pengembangan Ilmu
7
III.c. Mengetahui Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila
sebagai Dasar Nilai
JJJ. Pengembangan Ilmu di Indonesi
KKK. d. Mengetahui cara Membangun Argumen Tentang Dinamika
dan Tantangan Pancasila
LLL. sebagai Dasar Nilai Pengembangan ITujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan ciri-ciri ilmu sebagai dasar nilai pengembangan
ilmu..
2. Untuk mengetahui esensi Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu
3. Untuk mengetahui problem etika Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu.
4. Untuk mengetahui ciri-ciri ilmu menurut the Liang Gie dan Van Melsen.
5. Untuk mengetahui aspek penting dalam ilmu pengetahuan.
6. Untuk mengetahui pilar pilar penyangga bagi eksistensi ilmu pengetahuan.
7. Untuk mengetahui pengaruh teknologi terhadap ideologi Pancasila.
8. Untuk mengetahui Pancasila sebagai paradigma ilmu pengetahuan.

MMM. Oleh karena itu,


makalah ini akan dibahas
mengenai “Pancasila
Menjadi Dasar
NNN.Pengembangan Ilmu
OOO.B. Rumusan Makalah
8
PPP. a. Bagaimana Konsep
dan Urgensi Pancasila
Sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu ?
QQQ.b. Bagaimana Alasan
Diperlukannya Pancasila
Sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu?
RRR. c. Bagaimana
Menggali Sumber Historis,
Sosiologis, Politis tentang
Pancasila sebagai
SSS. Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu di
Indonesia ?
9
TTT. d. Bagaiaman
Membangun Argumen
Tentang Dinamika dan
Tantangan Pancasila
sebagai
UUU.Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu ?
VVV. C. Tujuan
WWW. a. Mengetahui
Konsep dan Urgensi
Pancasila Sebagai Dasar
Nilai Pengembangan Ilm
XXX.b. Mengetahui Alasan
Diperlukannya Pancasila

10
Sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu
YYY.c. Mengetahui
Sumber Historis,
Sosiologis, Politis tentang
Pancasila sebagai Dasar
Nilai
ZZZ. Pengembangan Ilmu
di Indonesi
AAAA. d. Mengetahui cara
Membangun Argumen
Tentang Dinamika dan
Tantangan Pancasila
BBBB. sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilm
11
Oleh karena itu, makalah ini
akan dibahas mengenai
“Pancasila Menjadi Dasar
Pengembangan Ilmu
B. Rumusan Makalah
a. Bagaimana Konsep dan
Urgensi Pancasila Sebagai
Dasar Nilai Pengembangan
Ilmu ?
b. Bagaimana Alasan
Diperlukannya Pancasila
Sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu?

12
c. Bagaimana Menggali Sumber
Historis, Sosiologis, Politis
tentang Pancasila sebagai
Dasar Nilai Pengembangan
Ilmu di Indonesia ?
d. Bagaiaman Membangun
Argumen Tentang Dinamika
dan Tantangan Pancasila
sebagai
Dasar Nilai Pengembangan
Ilmu ?
C. Tujuan
a. Mengetahui Konsep dan
Urgensi Pancasila Sebagai
Dasar Nilai Pengembangan Ilm
13
b. Mengetahui Alasan
Diperlukannya Pancasila
Sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu
c. Mengetahui Sumber Historis,
Sosiologis, Politis tentang
Pancasila sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu di Indonesi
d. Mengetahui cara Membangun
Argumen Tentang Dinamika
dan Tantangan Pancasila
sebagai Dasar Nilai
Pengembangan I

14
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Ciri-ciri Ilmu

Sepanjang sejarahnya manusia dalam usahanya memahami dunia sekelilingnya


mengenal dua sarana, yaitu : pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) dan penjelasan
gaib (mystical explanations). Kini disatu pihak manusia memiliki sekelompok pengetahuan
yang sistematis dengan berbagai hipotesis yang telah dibuktikan kebenarannya secara sah,
tetapi di pihak lain sebagian mengenal pula aneka keterangan serba gaib yang tak mungkin
diuji sahnya untuk menjelaskan rangkaian peristiwa yang masih berada di luar jangkauan
pemahamannya.
Di antara rentangan pengetahuan ilmiah dan penjelasan gaib itu terdapatlah
persoalan- persoalan ilmiah yang merupakan kumpulan hipotesis yang dapat diuji tetapi
belum secara sah dibuktikan kebenarannya. persoalan ilmiah yang merupakan kumpulan
hipotesis yang dapat diuji tetapi belum secara sah dibuktikan kebenarannya. Menurut The
Liang Gie (1987) hubungan antara pengetahuan ilmiah, penjelasan gaib, dan persoalan
ilmiah tersebut dapat diperjelan dengan bagan.
Dalam bagan tersebut terdapat tiga bidang yang saling berhubungan, yaitu :
I. Bidang pengetahuan ilmiah. Ini merupakan kumpulan hipotesis yang telah
terbukti sah.
II. Bidang Persoalan Ilmiah. Ini merupakan kumpulan hipotesis yang dapat
diuji, tetapi belum dibuktikan sah.
III. Ini merupakan kumpulan hipotesis yang tak dapat diuji sahnya. Para
ilmuwan mencurahkan tenaga dan waktunya dalam bidang II yakni terus
menerus berusaha membuktikan sahnya pelbagai hipotesis sehingga bidang
I diharapkan senantiasa bertambah besar. Usaha memperbesar bidang I
sehingga kumpulan pengetahuan ilmiah itu menjadi semakin luas dapatlah
dicakup dengan sebuah istilah penelitian (research). Dalam sejarah
perkembangan ilmu, dengan meluasnya bidang I maka bidang III lalu
menjadi semakin kecil. Oleh karena itu ternyatalah bahwa ada hubungan
yang sangat erat antara ilmu dengan penelitian.
Pada kelanjutannya terdapatlah kaitan antara pemikiran untuk memecahkan
persoalan-persoalan ilmiah dengan metode yang dipakai dalam penelitian. Ilmu
pengetahuan diambil dari kata bahasa Inggris science, yang berasal dari bahasa latin
scientia dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari, mengetahui. Pertumbuhan

15
selanjutnya pengertian ilmu mengalami perluasan arti sehingga menunjuk pada segenap
pengetahuan sistematik.
Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan
dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan pengetahuan
yang sistematis. Menurut The Liang Gie (1987) pengetahuan ilmiah mempunyai 5 ciri
pokok :
1. Empiris. Pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan.
2. Sistematis. Berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan
pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur.
3. Obyektif. Ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan
kesukaan pribadi.
4. Analitis. Pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokoksoalnya ke
dalam bagian-bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat,
hubungan, dan peranan dari bagian-bagian itu.
5. Verifikatif. Dapat diperiksa kebenarannya oleh siapapun juga. Sedangkan
Daoed Joesoef (1987) menunjukkan bahwa pengertian ilmu mengacu pada tiga
hal, yaitu : produk, proses, masyarakat. Ilmu pengetahuan sebagai produk yaitu
pengetahuan yang telah diketahui dan diakui kebenarannya oleh masyarakat
ilmuwan. Pengetahuan ilmiah dalam hal ini terbatas pada kenyataan-kenyataan
yang mengandung kemungkinan untuk disepakati dan terbuka untuk diteliti,
diuji dan dibantah oleh seseorang.
Ilmu pengetahuan sebagai proses artinya kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan
demi penemuan dan pemahaman dunia alami sebagaimana adanya, bukan sebagaimana
yang kita kehendaki. Metode ilmiah yang khas dipakai dalam proses ini adalah analisis-
rasional, obyektif, sejauh mungkin Transformasi Sosial menuju Masyarakat Informasi yang
Beretika dan Demokratis 132 ‘impersonal’ dari masalah-masalah yang didasarkan pada
percobaan dan data yang dapat diamati.
Ilmu pengetahuan sebagai masyarakat artinya dunia pergaulan yang tindak-
tanduknya, perilaku dan sikap serta tutur katanya diatur oleh empat ketentuan yaitu
universalisme, komunalisme, tanpa pamrih, dan skeptisisme yang teratur. Van Melsen
(1985) mengemukakan ada delapan ciri yang menadai ilmu, yaitu :
1. Ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang
secara logis koheren. Itu berarti adanya sistem dalam penelitian (metode)
maupun harus (susunan logis).
2. Ilmu pengetahuan tanpa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dengan
tanggung jawab ilmuwan.
3. Universalitas ilmu pengetahuan.

16
4. Obyektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh obyek dan tidak didistorsi
oleh prasangka-prasangka subyektif.
5. Ilmu pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang
bersangkutan, karena itu ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasikan.
6. Progresivitas artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah sungguh-
sungguh, bila mengandung pertanyaan-pertanyaan baru dan menimbulkan
problem-problem baru lagi.
7. Kritis, artinya tidak ada teori yang difinitif, setiap teori terbuka bagi suatu
peninjauan kritis yang memanfaatkan data-data baru.
8. Ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan kebertauan
antara teori dengan praktis.

B. Esensi Pancasila Sebagai Nilai Dasar Pengembangan Ilmu


Hakikat Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan iptek dikemukakan Prof.
Wahyudi Sediawan (dalam Dikti, 2016; 2016-217) dalam Simposium dan sarasehan
Pancasila sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan dan Pembangunan Bangsa, sebagai berikut:
Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa memberikan kesadaran bahwa manusia
hidup di dunia ibarat sedang menempuh ujian dan hasil ujian akan menentukan
kehidupannya yang abadi di akhirat nanti. Salah satu ujiannya adalah manusia
diperintahkan melakukan perbuatan untuk kebaikan, bukan untuk membuat kerusakan di
bumi.
Tuntunan sikap Transformasi Sosial menuju Masyarakat Informasi yang Beretika
dan Demokratis 141 pada kode etik ilmiah dan keinsinyuran, seperti: menjunjung tinggi
keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat; berperilaku terhormat, bertanggung
jawab, etis dan taat aturan untuk meningkatkan kehormatan, reputasi dan kemanfaatan
professional, dan lain-lain, adalah suatu manifestasi perbuatan untuk kebaikan tersebut.
Ilmuwan yang mengamalkan kompetensi teknik yang dimiliki dengan baik sesuai dengan
tuntunan sikap tersebut berarti menyukuri anugrah Tuhan.
Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab memberikan arahan, baik bersifat
universal maupun khas terhadap ilmuwan dan ahli teknik di Indonesia. Asas kemanusiaan
atau humanisme menghendaki agar perlakuan terhadap manusia harus sesuai dengan
kodratnya sebagai manusia, yaitu memiliki keinginan, seperti kecukupan materi,
bersosialisasi, eksistensinya dihargai, mengeluarkan pendapat, berperan nyata dalam
lingkungannya, bekerja sesuai kemampuannya yang tertinggi
. Hakikat kodrat manusia yang bersifat mono-pluralis, sebagaimana dikemukakan
Notonagoro, yaitu terdiri atas jiwa dan raga (susunan kodrat), makhluk individu dan sosial
(sifat kodrat), dan makhluk Tuhan dan otonom (kedudukan kodrat) memerlukan
keseimbangan agar dapat menyempurnakan kualitas kemanusiaannya.

17
Sila ketiga, Persatuan Indonesia memberikan landasan esensial bagi kelangsungan
Negara Kesatauan Republik Indonesia (NKRI). Untuk itu, ilmuwan dan ahli teknik
Indonesia perlu menjunjung tinggi asas Persatuan Indonesia ini dalam tugas-tugas
profesionalnya. Kerja sama yang sinergis antar individu dengan kelebihan dan
kekurangannya masing-masing akan menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi daripada
penjumlahan produktivitas individunya. Suatu pekerjaan atau tugas yang dikerjakan
bersama dengan semangat nasionalisme yang tinggi dapat menghasilkan produktivitas yang
lebih optimal.
Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan memberikan arahan asa kerakyatan, yang mengandung arti
bahwa pembentukan negara republik Indonesia ini adalah oleh dan untuk semua rakyat
Indonesia. Setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama terhadap negara.
Demikian pula halnya dengan ilmuwan dan ahli teknik wajib memberikan
kontribusi sebasar-besarnya sesuai kemampuan untuk kemajuan negara. Sila keempat ini
juga memberi arahan dalam manajemen keputusan, baik pada tingkat nasional, regional
maupun lingkup yang lebih sempit. Manajemen keputusan yang dilandasi semangat
musyawarah akan mendatangkan hasil yang lebih baik karena dapat melibatkan semua
pihak dengan penuh kerelaan.
Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia memberikan arahan
agar selalu diusahakan tidak terjadinya jurang (gap) kesejahteraan di antara bangsa
Indonesia. Ilmuwan dan ahli teknik yang mengelola industri perlu selalu mengembangkan
sistem yang memajukan perusahaan, sekaligus menjamin kesejahteraan karyawan. Selama
ini, pengelolaan industri lebih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, dalam arti
keuntungan perusahaan sehingga cenderung mengabaikan kesejahteraan karyawan dan
kelestarian lingkungan.
Situasi timpang ini disebabkan oleh pola kerja yang hanya mementingkan kemajuan
perusahaan. Pada akhirnya, pola tersebut dapat menjadi pemicu aksi protes yang justru
merugikan pihak perusahaan itu sendiri.

C. Problem Etika Ilmu


Penerapan dari ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan dimensi etis
sebagai pertimbangan dan kadang-kadang mempunyai pengaruh pada proses
perkembangan lebih lanjut ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanggung jawab etis,
merupakan hal yang menyangkut kegiatan maupun penggunaan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dalam hal ini berarti ilmuwan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi harus memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, menjaga
keseimbangan ekosistem, bertanggung jawab pada kepentingan umum, kepentingan
generasi mendatang, dan bersifat universal, karena pada dasarnya ilmu pengetahuan dan
teknologi adalah untuk mengembangkan

18
dan memperkokoh eksistensi manusia bukan untuk menghancurkan eksistensi
manusia. Tanggung jawab ilmu pengetahuan dan teknologi menyangkut juga tanggung
jawab terhadap hal-hal yang akan dan telah diakibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi
di masa-masa lalu, sekarang maupun apa akibatnya bagi masa depan berdasar
keputusan-keputusan bebas manusia dalam kegiatannya. Penemuan-penemuan baru
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi terbukti ada yang dapat mengubah sesuatu
aturan baik alam maupun manusia.
Hal ini tentu saja menuntut tanggung jawab untuk selalu menjaga agar apa yang
diwujudkannya dalam perubahan tersebut akan merupakan perubahan yang terbaik bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri maupun bagi perkembangan
eksistensi manusia secara utuh. (Achmad Charris Zubair, 2002) Tanggung jawab etis
tidak hanya menyangkut mengupayakan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi
secara tepat dalam kehidupan manusia.
Tetapi harus menyadari juga apa yang seharusnya dikerjakan atau tidak
dikerjakan untuk memperkokoh kedudukan serta martabat manusia yang seharusnya,
baik dalam hubungannya sebagai pribadi, dalam hubungan dengan lingkungannya
maupun sebagai makhluk yang bertanggung jawab terhadap Khaliknya. Jadi sesuai
dengan pendapat Van Melsen ( 1985) bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi akan menghambat ataupun meningkatkan keberadaan manusia tergantung
pada manusianya itu sendiri, karena ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan oleh
manusia dan untuk kepentingan manusia dalam kebudayaannya.
Kemajuan di bidang teknologi memerlukan kedewasaan manusia dalam arti
yang sesungguhnya, yakni kedewasaan untuk mengerti mana yang layak dan yang tidak
layak, yang buruk dan yang baik. Tugas terpenting ilmu pengetahuan dan teknologi
adalah menyediakan bantuan agar supaya manusia dapat sungguhsungguh mencapai
pengertian tentang martabat dirinya. Ilmu pengetahuan dan teknologi bukan saja sarana
untuk mengembangkan diri manusia saja tetapi juga merupakan hasil perkembangan
dan kreativitas manusia itu sendiri.
Rasionalisasi ilmu pengetahuan terjadi sejak Rene Descartes dengan sikap
skeptis-metodisnya meragukan segala sesuatu, kecuali dirinya yang sedang ragu-ragu
(Cogito Ergo Sum). Sikap ini berlanjut pada masa Aufklarung, suatu era yang
merupakan usaha manusia untuk mencapai pemahaman rasional tentang dirinya dan
alam.
Persoalannya adalah ilmu-ilmu itu berkembang dengan pesat apakah bebas nilai
atau justru tidak bebas nilai. Bebas nilai yang dimaksudkan adalah sebagaimana Josep
Situmorang (1996) menyatakan bahwa bebas nilai artinya tuntutan terhadap setiap
kegiatan ilmiah agar didasarkan pada hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu
pengetahuan menolak campur tangan faktor eksternal yang tidak secara hakiki
menentukan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Paling tidak ada tiga faktor sebagai indikator bahwa ilmu pengetahuan itu bebas
nilai, yaitu :

19
1. Ilmu harus bebas dari pengandaian-pengandaian yakni bebas dari pengaruh
eksternal seperti : faktor politis, ideologi, agama, budaya, dan unsur kemasyarakatan
lainnya.
2. Perlunya kebebasan usaha ilmiah agar otonomi ilmu pengetahuan terjamin.
Kebebasan itu menyangkut kemungkinan yang tersedia dan penentuan diri.
3.Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding
menghambat kemajuan ilmu, karena nilai etis itu sendiri bersifat universal.
Tokoh sosiologi, Weber, menyatakan bahwa ilmu sosial harus bebas nilai tetapi
ia juga mengatakan bahwa ilmu-ilmu sosial harus menjadi nilai yang relevan. Weber
tidak yakin ketika para ilmuwan sosial melakukan aktivitasnya seperti mengajar atau
menulis mengenai bidang ilmu sosial itu mereka tidak terpengaruh oleh kepentingan-
kepentingan tertentu atau tidak biasa.
Nilai-nilai itu harus diimplikasikan bagian-bagian praktis ilmu sosial jika
praktek itu mengandung tujuan atau rasional. Tanpa keinginan melayani kepentingan
segelintir orang, budaya, maka ilmuwan sosial tidak beralasan mengajarkan atau
menuliskan itu semua. Suatu siakp moral yang sedemikian itu tidak mempunyai
hubungan obyektivitas ilmiah. (Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, 2001) Kehati-
hatian Weber dalam memutuskan apakah ilmu itu bebas nilai atau tidak, bisa dipahami
mengingat disatu pihak obyektivitas merupakan ciri mutlak ilmu pengetahuan, sedang
di pihak lain subyek yang mengembangkan ilmu dihadapkan pada nilai-nilai yang ikut
menentukan pemilihan atas masalah dan kesimpulan yang dibuatnya.
Tokoh lain Habermas sebagaimana yang ditulis oleh Rizal Mustansyir dan
Misnal Munir (2001) berpendirian teori sebagai produk ilmiah tidak pernah bebas nilai.
Pendirian ini diwarisi Habermas dari pandangan Husserl yang melihat fakta atau obyek
alam diperlukan oleh ilmu pengetahuan sebagai kenyataan yang sudah jadi. Fakta atau
obyek itu sebenarnya sudah tersusun secara spontan dan primordial dalam pengalaman
sehari-hari dalam Lebenswelt atau dunia sebagaimana dihayati.

Setiap ilmu pengetahuan mengambil dari Lebensweltitu sejumlah fakta yang


kemudian diilmiahkan berdasarkan kepentingan-kepentingan praktis. Habermas
menegaskan lebih lanjut bahwa ilmu pengetahuan alam terbentuk berdasarkan
kepentingan-kepentingan teknis. Ilmu pengetahuan alam tidaklah netral, karena isinya
tidak lepas sama sekali dari kepentingan praktis. Ilmu sejarah dan hermeneutika juga
ditentukan oleh kepentingankepentingan praktis kendati dengan cara yang berbeda.
Kepentingannya ialah memelihara serta memperluas bidang aling pengertian
antar manusia dan perbaikan komunikasi. Setiap kegiatan teoritis yang melibatkan pola
subyek-subyek selalu mengandung kepentingan tertentu. Kepentingan itu bekerja pada
tiga bidang yaitu pekerjaan, bahasa, dan otoritas. Pekerjaan merupakan kepentingan
ilmu pengetahuan alam, bahasa merupakan kepentingan ilmu sejarah dan hermeneutika,
sedang otoritas merupakan kepentingan ilmu sosial.

20
21
D. Nilai-nilai Pancasila Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Pengertian Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu dapat mengacu
pada bebarapa jenis pemahaman. Salah satunya adalah bahwa setiap ilmu pengetahuan
dan teknologi yang dikembangkan di Indonesia haruslah tidak bertentangan dengan
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
 Nilai Ketuhanan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Ilmu pengetahuan harus tetap menjaga keseimbangan antara rasional dan
irasional, keseimbangan antara akal, rasa, dan kehendak. Sila pertama menempatkan
manusia di alam semesta bukan sebagai pusatnya melainkan sebagai bagian yang
sistematik dari alam semesta yang diolahnya. Pancasila sebagai dasar pengembangan
ilmu dalam mengamalkan komitmen etis ketuhanan ini, Pancasila harus didudukan
secara proporsional, bahwa ia bukanlah agam yang berpretensi mengatur sister
keyakinan, sistem peribadatan, sistem norma dan identitas keagamaan dalam ranah
privat dan ranah komunitas agama masing-masing.
 Nilai Kemanusiaan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap dan
perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati
nurani masing-masing, dengan memperlakukan sesuatu hal dengan sebagaimana
semestinya.
a. Memberi arah dan mengendalikan ilmu pengetahuan, ilmu dikembalikan pada
fungsinya semula yaitu kemanusiaan, tidak hanya untuk kelompok atau lapisan tertentu.
b. Memberikan dasar-dasar moralitas bahwa manusia dalam mengembangkan
iptek haruslah secara beradab, membangan iptek harus berdasarkan kepada usaha-usaha
yaitu untuk mencapai kesejateraan umat manusia.
c. Ilmu pengetahuan dan teknologi harus diabadikan untuk peningkatan harkat
dan martabat manusia, bukan menjadikan manusia sebagai makhluk yang angkuh dan
sombong akibat memiliki ilmu pengetahuan.
 Nilai Persatuan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Nilai persatuan Indonesia memberikan kesadaran kepada bangsa Indonesia akan
rasa nasionalisme bangsa Indonesia. Oleh karena itu ilmu pengetahuan dan teknologi
harus dapat dikembangkan untuk memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi hendaknya diarahkan demi
kesejahteraan umum manusia termasuk di dalam nya kesejahteraan bangsa Indonesia
dan rasa nasionalismenya.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mewujudkan negara
persatuan itu diperkuat dengan budaya gotong royong dalam kehidupan masyarakat
sipil dan politik dengan terus mengembangkan pendidikan kewargaan dengan dilandasi
prinsip-prinsip kehidupan publik yang lebih partisipatif dan non-diskriminatif.
 Nilai Kerakyatan Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

22
Nilai kerakyatan mendasari pengembangan ilmu pengetahuan dan secara
demokratis, yang artinya setiap ilmuwan haruslah memiliki kebebasan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan tetapi juga harus saling menghormati dan
menghargai kebebasan orang lain. Ilmu pengetahuan yang telah teruji kebenarannya
harus dapat dipersembahkan untuk kepentingan masyarakat.
E. Aspek Penting Dalam Ilmu Pengetahuan

Melalui kajian historis tersebut pada pemahaman hakekatnya tentang sejarah


kelahiran dan perkembangan ilmu pengetahuan, dapat dikonstatasikan bahwa ilmu
pengetahuan itu mengandung dua aspek, yaitu aspek fenomenal dan aspek structural.
Aspek fenomenal menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan menuwujudkan
/memanifestasikan dalam bentuk masyarakat, proses, dan produk. Sebagai masyarakat,
ilmu pengetahuan sebagai suatu masyarakat atau kelompok elite yang dalam kehidupan
sehari-harinya begitu mematuhi kaidah-kaidah ilmiah yang menurut paradigma Merton
disebut Universalisme, komunalisme dan skeptisme yang secara teratur dan terarah.
Aspek structural menujukkan bahwa ilmu pengetahuan di dalamnya terdapat
unsur-unsur sebagai berikut;
1. Sasaran yang dijadikan objek untuk diketahui
2. Objek sasaran ini terus menerus dipertanyakan dengann suatu cara tertentu
tanpa mengenal titik henti.
3. Ada alasan dan alasan mengapa gegenstand ini terus-terusan dipertanyakan
4. Jawaban-jawaban yang kemudia diperoleh disusun dalam suatu kesatuan
sisten (Koento Wibisono 1985).
Dengan renaissance dan Aufklaerung ini, melintas manusia barat mempercayai
akan kemampuan rasio yang menjadikan mereka optimis, bahwa segala sesuatu dapat
diketahui, diramal dan dikuasai. Melalui optimism ini, mereka selalu berpetualang
untuk melakukan penelitian secara kreatif dan inovatif.
Ciri khas yang terkandung dalam ilmu pengetahuan adalah rasional,
antroposentis dan cenderung sekuler, dengan suatu etos kebebasan yang saat timbus
adalah dampak positif dan negative. Positif dalam arti kemajuan ilmu pengetahuan telah
mendorong kehidupan manusia ke suatu kemajuan dan teknologi yang telah
dikembangkan dan telah menghasilkan kemudahan-kemudahan, semakin canggih bagi
upaya manusia untuk meningkatkan kemakmuran hidup secara fisik maupun materi.
Negatif dalam arti ilmu pengetahuan telah mendorong berkembangnya arogansi ilmiah
dengan mudah. Nilai-nilai agama, etika yang akibatnya menghancurkan kehidupan
manusia sendiri.
Sedangkan dalam islam ada 6 aspek penting dalam Pendidikan yaitu:
1. Aspek Pendidikan ketuhanan, menjadi aspek pertama dan aspek dasar
Pendidikan agama islam. Dengan mengenal Allah swt sebagai tuhan dan pencipta,
pribadi manusia dapat menyadari bahwa segala yang dipelajari adalah ciptaan-Nya.

23
2. Aspek Pendidikan akhlak, termasuk penting dalam aspek Pendidikan dalam
islam. Contohnys kasus korupsi kejahatan social yang sekarang marak terjadi. Akhlak
yang baik akan mencerminkan pribadi yang selalu melakukan segala sesuatu dengan
batas-batas yang sesuai dengan ajaran agama islam dan jauh dari perbuatan yang
merugikan orang lain.
Aspek Pendidikan akal dan ilmu pengetahuan, menjadi aspek yang tida
terpisahkan dalam Pendidikan. Aspek ini berhubungan dengan sukses di dunia profesi.
Dengan akal dan ilmu pengetahuan, potensi diri utuk berkembang dan berprestasi dalam
dunia profesi tertentu dapat dicapai.
3. Aspek Pendidikan fisik, berhubungan dengan potensi jasmani. Sarangan
fisik yang sehat, potensi diri untuk melakukan berbagai aktivitas dan kegiatan belajar
mengajar dapat berjalan lancar.
4. Aspek Pendidikan kejiwaan, menjadi salah satu aspek yang harus dipenuhi
dalam Pendidikan. Terdapat kata-kata bijak yang sangat familiar dan menunjukkan
pentingnya aspek Pendidikan kejiwaan. Tidak bisa sanggahan bahwa pikiran positif dan
semangat muncul dari jiwa yang sehat yang dapat dibentuk dalam proses belajar
mengajar.
5. Aspek pendididikan keindahan, tidak hanya terbatas pada sesuatu yang enak
untuk dilihat, tapi aspek ini juga menjadi salah satu aspek dalam Pendidikan. Jika
sahabat lihat dalam al-qur’an yang merupakan sumber berbagai ilmu bagi umat
manusia. Keindahan dalam Bahasa dan bertutur kata menjadi aspek yang selalu
ditunjukkan dalam penyampaian ilmu dari Zaman Nabi Muhammad saw, hingga saat
ini.
F. Pilar-Pilar bagi Eksistensi Ilmu Pengetahuan

Kekuatan bangunan ilmu lokasi pada jumlah pilar-pilarnya yaitu pilar ontology,
epistemology dan aksiologi. Ketiga pilar tersebut adalah filosofis keilmuan, sebagai
penyangga, penguat dan bersifat integrative serta prasyarat/saling memprasyaratkan.
Pengembangan ilmu selalu menghadirkan masalah ontology, epistology dan aksiologi
.
1. Pilar ontology
Selalu menyangkut problematika tentang keberadaan(eksistensi). Ontologi
merupakan ilmu pengetahuan dan ajaran tentang keberadaan. Pengalaman ontologis
dapat memberikan landasan bagi penyusun asumsi, dasar-dasar teoritis dan membantu
terciptanya komunikasi interdisipliner dan multidisipliner.
2. Pilar epistemology
Selalu menyangkut problematika tentang sumber pengetahuan, sumber
kebenaran, cara memperoleh kebenaran, kriteria kebenaran, proses,sarana, dasar-dasar
kebenaran,system prosedur dan strategi.
Pengalaman epistemology dapat memberikan sumbangan bagi kita:
1. Sebuah sarana bagi ilmu/menentukan keabsahan disiplin ilmu tertentu
2. Memberi kerangka acuan metodologis pengembangan ilmu

24
3. Mengembangkan keterampilan proses
4. Mengembangkan daya kreatif dan inovatif
3. Pilar aksiologi
Selalu berkaitan dengan problematika nilai dalam setiap penemuan, penerapan
atau pengembangan ilmu. Pengalaman aksiologis dapat memberikan dasar dan arah
pengembangan ilmu. Landasan pengembangan ilmu secara imperatif mengacu pada
ketiga pilar filosofis keilmuan yang bersifat integrative dan prasyarat.
G. Pengaruh Teknologi terhadap Ideologi Pancasila

Nilai-nilai Pancasila dapat dikatakan menurun karena kebanyakan masyarakat


terutama para remaja yang banyak menggunakan budaya kebaratan dari pada nilai-nilai
Pancasila. Salah satu hal dari cara berpakaian, banyak remaja-remaja kita yang
berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya barat. Tak ketinggalan gaya
rambut yang mereka cat berbagai warna. Sehingga banyak remaja yang berkarakter
seperti orang barat, sebenarnya semua itu tidak ada untungnya hanya merugikan dirinya
sendiri.
Media-media social sekarang ini yang seharusnya menjadi hal positif malah
membuat para remaja menggunakannya untuk hal yang negative. Yang dimanfaatkan
bukan berdampak positif tetapi berdampak negative dan menyimpang dari ketentuan
nilai-nilai dan norma didalam Pancasila. Contoh; penipuan yang dilakukan oleh
sekelompok orang untuk kepentingan mereka sendiri. Dari contoh tersebut sudah jelas
bahwa hal itu menyimpang dari norma agama, karena melakukan yang dapat merugikan
orang lain dan yang melakukannya akan tidak berdosa.
Di era globalisasi ini peran Pancasila tentulah sangat penting untuk tetap
menjaga eksistensi kepribadian bangsa Indonesia. Karena dengann adanya globalisasi
Batasan-batasan diantara negara seolah tak terlihat, sehingga berbagai budaya asing
dapat masuk dengan mudah ke dalam masyarakat.
Hal ini dapat memberikan dampak positif dan dampak negative bagi bangsa
Indonesia. Berbagai hal yang timbul dari dampak globalisasi itu akan menjadi hal yang
positif karena dapat menambah wawasan dan mempererat hubungan antar bangsa dan
negara di dunia.
Perkembangan teknologi yang saat ini berkembang sangat pesat dalam
masyarakat adalah teknologi informasi. Teknologi juga memiliki sisi baik dan buruk,
kedua sisi tersebuut keberadaannya sangat tergantung pada pemakainya.
Sebenarnya bukan Pancasila yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi
melainkan masyarakat itu sendiri. Memberi pengaruh baik atau buruk terhadap
Pancasila tergantung bagaimana masyarakat sebagai ideologi Pancasila menyikapi
perkembangan teknologi informasi tersebut.

25
H. Pancasila Sebagai Paradigma ILmu Pengetahuan Di Indonesia
Sejarah Ilmu pengetahuan dari sudut kesejarahannya pastilah identik dengan
filsafat karena banyak yang mengatakan bahwa filsafat itu adalah induk dan sumber dari
semua ilmu pengetahuan. Hal itu di jelaskan dalam makalah yang di tulis oleh Koento
Wibisono Siswomihardjo pada dimensi fenomenalnya yaitu bahwa ilmu pengetahuan
menampakkan diri sebagai masyarakat, sebagai proses, dan sebagai produk. Robert
merton mengatakan kaidah-kaidah yang melandasinya adalah universalisme,
komunalisme, dis-interestedness, dan skepsisme yang terarah dan teratur.
Paradigma dapat cenderung berfungsi sebagai ”ideologi” . pancasila sebagai
sebuah paradigma yang berada di dalam kawasan filsafat ilmu mempunyai aspek
keilmuan yang harus dimiliki oleh setiap ilmu sebagaimana ilmu-ilmu lainnya yaitu :
ontologis, epistemologi, dan aksiologi.
Ontologis, yaitu bahwa hakikat ilmu pengetahuan merupakan aktifitas manusia
yang tidak mengenal titik henti dalam upayanya untuk mencari dan menemukan
kebenaran dan kenyataan. Ilmu pengetahuan harus di pandang secara utuh, dalam
dimensinya sebagai masyarakat, sebagai prose dan sebagai produk.
Epistemologi, yaitu bahwa pancasila dengan nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya kita jadikan ”metode berfikir”, dalam arti kita jadikan dasar dan arah di dalam
kita mengembangkan ilmu pengetahuan yang parameter kebenaran serta kemanfaatan
hasil yang dicapainya adalah nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila itu sendiri.
   Aksiologi, yaitu bahwa dengan mengggunakan epistemologi tersebut di ata,
kemanfaatn dan efek pengembangan ilmu pengetahuan secara negatif tidak
bertentangan dengan ideal pancasila dan secara positif mendukung atau mewujudkan
nilai-nilai ideal pancasila.
Pancasila sebagai paradigma ilmu pengetahuan adalah aktualisasi Pancasila di
bidang keilmuan selain sebagai panduan etik pengembangan ilmu. Paradigma adalah
pandangan mendasar dari para ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan suatu
cabang ilmu pengetahuan. Paradigma sebagai alat bantu para ilmuwan dalam
merumuskan apa yang harus dipelajari, apa yang harus dijawab, bagaimana seharusnya
dalam menjawab dan aturan-aturan bagaimana yang harus dijalankan dalam mengetahui
persoalan tersebut.
Dengan suatu paradigma atau sudut pandang dalam kerangka acuan tertentu,
seseorang ilmuwan dapat menjelaskan sekaligus menjawab suatu masalah dalam ilmu
pengetahuan. Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai
system acuan, kerangka acuan berpikir, pola acuan berpikir atau sebagai system nilai
yang dijadikan landasan, kerangka cara, dan sekaligus kerangka arah/tujuan bagi yang
menyandangnya.

26
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
a) Pancasila merupakan satu kesatuan dari sila-silanya harus merupakan
sumber nilai, kerangka berpikir serta asas moralitas bagi pembangunan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
b) Pengembangan ilmu dan teknologi terlebih yang menyangkut manusia
haruslah selalu menghormati martabat manusia, haruslah meningkatkan
kualitas hidup manusia baik sekarang maupun di masa depan, membantu
pemekaran komunitas manusia, baik lokal, nasional maupun global, harus
terbuka untuk masyarakat lebihlebih yang memiliki dampak langsung
kepada kondisi hidup masyarakat, dan ilmu dan teknologi hendaknya
membantu penciptaan masyarakat yang semakin lebih adil.
2. Kritik dan Saran

Penulis tentunya menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak


kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah
tersebut dengan pedoman pada sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca

27
DAFTAR PUSTAKA
Subhanuddiin, Rully. (2020). Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan
Ilmu. Di akses pada 16 November 2020. Dari
https://kumparan.com/rullysubhanudin23/pancasila-sebagai-dasar-nilai-
pengembangan-ilmu-1ub8ZEmMv3X
Permatasari, Futika. https://fkip.kahuripan.ac.id/2021/06/28/pancasila-sebagai-
dasar-nilai-pengembangan-ilmu-untuk-masa-depan/.
Badi, Nia . (2019). Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu.
https://www.academia.edu/40974143/Pancasila_Sebagai_Dasar_Nilai_Pengembangan_
Ilmu
Effendi , Sofian.2015.”Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan
Ilmu Pengetahuan Kuntowijoyo.2014.”Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan
Ilmu Pengetahuan”.
Beerling, Kwee, Mooij, Van Peursen diterjemahkan oleh Drs. Soejono
Soemargono, 1990. Pengantar Filsafat Ilmu. PT. Tiara Wacana
Yogya, Yogyakarta Ditjen Dikti Kemendikbud, 2013, Pendidikan Pancasila,
http://img.dikti.go.id/ wp-content/ uploads/2013/02/ Buku-Modul-Kuliah-Pancasila.
Franz Magnis-Suseno, 1992, Filsafat-Kebudayaan-Politik, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
H.M. Tama Sembiring, Prof., Drs., SH, MM., dkk, Manur Pasaribu, SH.,
dan H. Chairul Alam, Drs., MM., 2012. Filsafat dan Pendidikan
Pancasila. Yatama Printing, Jakarta.
Saswinadi Sasmojo dkk (eds.), 1991. Menerawang Masa Depan Ilmu
Pengetahuan Teknologi dan Seni. Penerbit ITB, Bandung.
http://digilib.mercubuana.ac.id

28

Anda mungkin juga menyukai