Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA
‘’PANCASILA SEBAGAI NILAI PENGEMBANGAN ILMU’’
Dosen Pengampu :
Khairussalam, S.Ag.M.Si

Disusun Oleh Kelompok 8 :


1. Abesti Iqromia 1910415220053
2. Aldi Ansara 1910415310009
3. Nur Azizah Rofiqoh 1910415220014
4. Rusiyana 1910415320022
5. Piya Hamiyati 1910415220033
6. Manuel Patrick Julian 1910415210021
7. Puteri Rosalinna 1910415220048
8. Heliya Seftiyana 1910415220005
9. Sahrul 1910415210017
10. Muhammad Fajar Ramadhan 1910415310071
11. Muhammad Saupi 1910415310029

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
BANJARMASIN
2019
KATA PENGANTAR

Salam sejahtera bagi kita semua, Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, yang mana berkat tuntunan dan kemudahan dari-Nya lah kami dapat menyelesaikan
makalah berjudul “Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu”ini tanpa halangan
yang berarti.

Penyusunan makalah ini didasarkan atas pemenuhan tanggung jawab tugas dan
ditujukan sebagai sarana penampung informasi berdasarkan judul yang kami tinju secara
lugas. Makalah ini terinterpretasi oleh usaha maksimal yang tidak luput dari kontribusi
para anggota Kelompok Delapan, serta teman-teman dari kelompok lain dan juga
bimbingan Dosen Mata Kuliah Pancasila. Bapak Khairussalam, S.Ag. M.Si. oleh karena
itu kami berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah berperan dalam proses pembuatan
makalah ini.

Terlepas dari hal tersebut kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki
kekurangan dari berbagai segi. Kritik dan saran akan sangat kami perlukan agar makalah
ini dapat disempurnakan.

Banjarmasin, 6 Oktober 2019

Penyusun

Pancasila Sebagai Nilai Pengembangan Ilmu 1


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ 1


DAFTAR ISI ............................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 4
C. Tujuan .............................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Ilmu dalam Perspektif Historis ........................................................................ 5
B. Beberapa Aspek Penting dalam Ilmu Pengetahuan ......................................... 7
C. Pilar-Pilar Penyangga bagi Penyangga Ilmu Pengetahuan .............................. 8
D. Prinsip-Prinsip Berpikir Ilmiah ........................................................................ 10
E. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Indonesia ........................ 10
F. Hubungan Nilai Pancasila dengan Pengembangan Ilmu Pengetahuan ............. 12
G. Peranan Pancasila dalam Pengembangan IPTEK di Indonesia ........................ 17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 19
B. Saran ................................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 21

Pancasila Sebagai Nilai Pengembangan Ilmu 2


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada zaman modern seperti sekarang ini dimana ilmu pengetahuan dan globalisasi
berkembang sangat pesat. Nilai-nilai pancasila mulai tergeser. Banyak masyarakat
Indonesia yang mulai meninggalkan nilai-nilai pancasila dan tidak lagi menerapkan nilai-
nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Padahal jika ditilik dari sejarah bangsa
Indonesia, pancasila merupakan wujud dari kerja keras dan pengorbanan para pendiri
bangsa yang sangat diperhitungkan dengan matang.
Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini
menyebabkan dampak yang signifikan pada setiap aspek kehidupan manusia. Negara
Indonesia merupakan salahsatu negara yang terkena dampak perkembangan iptek
tersebut. Pada saat ini persebaran iptek sangatlah cepat, didukung oleh jaringan informasi
dan komunikasi berupa internet yang mudah diakses oleh semua orang dari berbagai
penjuru dunia maka iptek akan tersebar luas. Perkembangan iptek banyak terjadi
terutama di negara-negara barat yang maju seperti Inggris, Amerika, Belanda dan
sebagainya. Iptek tersebut tersebar sampai ke Indonesia, tentunya mengandung berbagai
muatan nilai dari negara pengembang tersebut. Nilai tersebut tentunya tidak hanya
berisikan nilai positif saja, tetapi mengandung nilai negatif. Nilai tersebut terkadang
berbenturan denga nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Sebagi contoh
perkembangan internet dari negara barat yang banyak mengandung konten pornografi,
konten pornografi mudah diakses oleh orang Indonesia, tetapi konten pornografi tersebut
tidaklah sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia memiliiki
pancasila yang dijadikan sebagai landasan nilai pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dengan itu maka setiap ilmu pengetahuan dan teknologi yang tersebar di
Indonesia sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia dan tidak ada lagi suatu iptek yang
bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.

Pancasila Sebagai Nilai Pengembangan Ilmu 3


Banyak masyarakat sekarang yang masih beranggapan bahwa pancasila sangat kaku
dan normatif, sehinggga tidak sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta
tidak dapat mengikuti arus globalisasi. Padahal hal ini merupakan sebuah kekeliruan yang
sangat disayangkan. Anggapan ini timbul karena mereka tidak memahami pancasila
sepenuhnya bahwa hakikatnya pancasila bersifat terbuka. Pancasila bersifat terbuka dan
fleksibel, yang artinya dapat mengikuti perkembangan zaman. Justru nilai-nilai pancasila
inilah yang perlu dipegang teguh oleh masyarakat Indonesia agar tidak terkena dampak
buruk perkembangan zaman sehingga Indonesia tetap kokoh berdiri.
Seperti yang kita tahu bahwa pancasila merupakan dasar negara. Berkaitan dengan
perkembangan ilmu, pancasila juga memiliki peran menjadi dasar pengembangan ilmu.
Maka, anggapan bahwa pancasila tidak dapat mengikuti perkembangan ilmu dapat
dibantah. Dari hal inilah perlu dibenahi bahwa tidak ada alasan lagi untuk meninggalkan
pancasila demi keutuhan negara Indonesia. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas
mengenai “Pancasila Menjadi Dasar Pengembangan Ilmu”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ilmu dalam perspektif historis ?
2. Seperti apakah aspek penting dalam ilmu pengetahuan ?
3. Apa saja pilar-pilar penyangga bagi eksistensi ilmu pengetahuan ?
4. Apa saja prinsip-prinsip berpikir ilmiah ?
5. Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di indonesia?
6. Seperti apa hubungan nilai pancasila dengan pengembangan ilmu pengetahuan ?
7. Apa saja peranan pancasila dalam pengembangan iptek di indonesia ?

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini tentunya mengacu pada rumusan masalah yang tertera
di atas dan lebih memahami tentang materi yang kami buat tentang pancasila sebagai
nilai pengembangan ilmu.

Pancasila Sebagai Nilai Pengembangan Ilmu 4


BAB II
PEMBAHASAN

A. Ilmu dalam Perspektif Historis


Ilmu pengetahuan berkembang melangakah secara bertahap menurut dekade
waktu dan menciptakan jamannya, dimulai dari jaman Yunani Kuno, Abad
Pertengahan, Abad Modern, sampai Abad Kontemporer.
Masa Yunani Kuno (abad ke 6 SM – M) saat ilmu pengetahuan lahir , kedudukan
ilmu pengetahuan identik dengan filsafat memiliki corak mitologis. Alam dengan
berbagai aturannya diterangkan secara theogoni, bahwa ada peranan para dewa yang
merupakan unsur penentu segala sesuatu yang ada. Bagaimanapun corak mitologis ini
telah telah mendorong upaya manusia terus menerobos lebuh jauh dunia pergejalaan,
untuk mengetahui adanya sesuatu yanng esa, tetap, dan abadi, di balik yang bhinneka,
berubah dan sementara.
Memasuki Abad Pertengahan (abad ke 5 M), pasca Aristoteles filsafat Yunani
Kuno menjadi ajaran praktis, bahkan mistis, yaitu sebagaimana diajarkan oleh Stoa,
Epicuri, dan Plotinus. Semua hal tersebut bersamaan dengan pudarnya kekuasaan
Romawi yang mengisyaratkan akan datangnya tahapan baru, yaitu filsafat yang harus
mengabdi kepada agama (Ancilla Theologiae)
Selanjutnya Abad Modern (abad ke 18-19 M) dengan dipelopori oleh gerakan.
Renaissence di abad ke 15 dan dimatangkan leh gerakan Aufklaerung di abad ke 18,
melalui langkah-langkah revolusionernya yang telah dilakukan oleh anak-anak
Aufklaerung seperti : Copernicus, Galileo Galilei, Descartes dan Immanuel Kant,
telah memberikan implikasi yang amat luas dan mendalam. Di satu pihak otonomi
beserta gejala kebebasannya telah dimiliki kembali oleh umat manusia, sedang di lain
pihak manusia kemudian mengarahkan hidupnya ke unia sekuler, yaitu suatu
kehidupan pembebasan dari kedudukannya yang semula merupakan koloni dan
subkoloni agama dan gereja. Agama yang semula menguasai dan manunggal dengan
filsafat segera ditinggalkan oleh filsafat. Masing-masing berdiri mandiri dan
berkembang menurut dasar dan arah pemikiran sendiri (Koento Wibisono, 1985).

Pancasila Sebagai Nilai Pengembangan Ilmu 5


Revolusi ilmu pengetahuan memasuki Abad Kontemporer (abad ke 20 sampai
sekarang) berkat teori relativitas Einstein yang telah merombak filsafat Newton
(semula sudah mapan) di samping teori kuantum-nya yang telah mengubah persepsi
dunia ilmu tentang sifat-sifat dasar dan perilaku materi sedemikian rupa sehingga
para pakar dapat melanjutkan penelitian-penelitiannya, dan berhasil mengembangkan
ilmu-ilmu dasar seperti : astronomi, fisika, kimia, biologi melekuler, hasilnya seperti
yang dapat dinikmati oleh manusia sekarang ini (Sutardjo, 1982).
Ilmu penetahuan dalam perkembangannya dewasa ini beserta anak-anak
kandungnya, yaitu teknologi bukan sekedar sarana bagi kehidupan umat manusia.
Iptek kini telah menjadi sesuatu yang substansial, bagian dari harga diri (prestige)dan
mitos, yang akan menjamin survival suatu bangsa, prasyarat (prerequisite) untuk
mencapai kemajuan (progress) dan kedigdayaan (power) yang dibutuhkan dalam
hubungan antar sesama bangsa. Dalam kedudukannya yang substansif tersebut, Iptek
telah menyentuh semua segi dan sendi kehidupan secara ekstensif, dan pada
gilirannya mengubah budaya manusia secara intensif. Fenomena perubahan tersebut
tercermin dalam masyarakat kita dengan dewasa ini sedang mengalami masa transisi
simultan, yaitu :
1. Masa transisi masyarakat berbudaya agraris-tradisional menuju masyarakat
dengan budaya industri modern. Dalam masa transisi ini peran mitos mulai
diambil alih oleh logos (akal pikir). Bukan lagi melalui kekuatan kosmis yang
secara mitologis dianggap sebagai penguasa alam sekitar, melainkan sang akal
pikir dengan kekuatan penalarannya yang handal dijadikan keragka acuan untuk
meramalkan dan mengatur kehidupan. Pandangan mengenai ruang dan waktu,
etos kerja, kaedah-kaedah normatif yang semula menjadi panutan, bergeser
menjadi format baru yang dibutuhkan untuk melayani masyarakat yang
berkembang menuju masyarakat industri. Filsafat “sesama bus kota tidak bolah
saling mendahului” tidak berlaku lagi. Sekarang yang tuntut adalah prestasi, siap
pakai, keunggulan kompetitif, efisiensi dan produktif-inofatif-kreatif.
2. Masa trasisi budaya etnis-kadaerahan manuju budaya nasional kebangsaan.
Puncak-puncak kebudayaan daerah mencair ecara konvergen menuju satu
kesatuan pranata kebudayaan demi tegak-kokohnya suatu negara kebangsaan

Pancasila Sebagai Nilai Pengembangan Ilmu 6


(nation state) yang berwilayah dari Sabang sampai Merauke. Penataan struktur
pemerintahan, sistem pendidikan, penanaman nilai-nilai etik dan moral secara
intensif merupakan upaya serius untuk membina dan mengembangkanjati diri
sebagai satu kesatuan bangsa.
3. Masa transisi budaya nasional-kebangsaan menuju budaya global-mondial. Visi,
orientasi, dan persepsi mengenai nilai-nilai universal seperti hak asasi,demokrasi,
keadilan, kebebasan, masalah lingkungan dilepaskan dalam ikatan fanatisme
primordial kesukuan, kebangsaan ataupun keagamaan, kini mengendor menuju
kekesadaran mondial dalam satu kesatuan sintesis yang lebih konkret dalam
tataran operasional.
Batas-batas sempit menjadi terbuka, eklektis, namun tetap mentoleransi adanya
pluriformitas sebagaimana digerakkan oleh paham post-modernism. Implikasi
globalisasi menunjukkan pula berkembangnya sesuatu standarisasi yang sama dalam
kehidupan di berbagai bidang. Negara atau pemerintahan dimanapun, terlepas dari
sitem ideologi atau sistem sosial yang dimilikinya. Dipertanyakan apakah hak-hak
asasi dihormati, apakah demokrasi dikembangkan, apakah kebebasan dan keadilan
dimiliki oleh setiap warganya, bagaimana lingkungan hidup dikelola.
Nyatalah bahwa implikasi globalisasi menjadi semakin kompleks, karena
masyarakat hidup dengan standar ganda. Di satu pihak sementara orang ingin
mempertahankan nilai-nilai budaya lama yang improvisasikan untuk melayani
perkembangan baru yang kemudian disebut sebagai lahirnya budaya sandingan (sub-
culture), sedang dilain pihak muncul tindakan-tindakan yang berdsifat melawan
terhadap perubahan-perubahan yang dirasakan sebagai penyebab kegeraha dan
keresahan dari mereka yang merasa dipinggirkan, tergeser dan tergusur dari tempat ke
tempat, dari waktu ke waktu, yang disebut budaya tandingan (counter-culture).

B. Beberapa Aspek Penting dalam Ilmu Pengetahuan


Melalui kajian historis tersebut yang pada hakekatnya pemahaman tentang sejarah
kelahiran dan perkembanga ilmu pengetahuan dapat dikonstatasiakan bahwa ilmu
pengetahuan itu mengandung dua aspek, yaitu aspek fenomenal dan aspek stuktural.

Pancasila Sebagai Nilai Pengembangan Ilmu 7


Aspek fenomenal menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan mewujud /
memanifestaiskan dalam bentuk masyarakat, proses dan produk. Sebagai masyarakat,
ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai suatu masyarakat atau kelompok elit
yang dalam kehidupan kesehariannya begitu mamahami kaedah-kaedah ilmiah yang
menurut paradigma Merton disebut universalisme, komunalisme, dan skepisme yang
teratur dan terarah. Sebagai proses, ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai
aktivitas atau kegiatan kelompok elit tersebut dalam upayanya untuk menggali dan
mengembangkam ilmu melalui penelitian , eksperimen ,ekspedisi, seminar, kongres.
Sedangkan sebagai produk, ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai hasil
kegiatan kelompok elit tadi berupa teori, ajaran, paradigma, temuan-temuan lain
sebagaimana disebarluaskan melalui karya-karya publikasi yang kemudian
diwariskan kepada masyarakat dunia.
Aspek struktural menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan di dalamnya terdapat
unsur-unsur sebagai berikut :
1. Sasaran yang dijadikan objek untuk diketahui (gegenstand).
2. Obyek sasaran ini terus-menerus dipertanyakan dengan suatu cara (metode)
tertentu tanpa mengenal titik henti. Suatu paradoks bahwa ilmu pengetahuan yang
akan terus berkembang justru muncul permasalahan-permasalahan baru yang
mendorong untuk terus menerus untuk mempertanyakannya.
3. Ada alasan dan motivasi mangapa gegenstan itu terus-menerus di pertanyakan.
4. Jawaban-jawaban yang diperolah kemudian disusun dalam suatu kesatuan sistem
(Koento Wibisono, 1985).
Dengan Renaissance dan Aufklaerung ini, mentalitas manusia Barat mempercayai
akan kemampuan rasio yang menjadikan mereka optimis, bahwa segala sesuatu dapat
diketahui, diramalkan dan dikuasai. Melaui optimisme ini, mereka selalu
berpetualang untuk melakukan penelitian secara kreatif dan inovatif.

C. Pilar-Pilar Penyangga bagi Eksistensi Ilmu Pengetahuan


Kekuatan bangunan ilmu terletak pada sejumlah pilar-pilarnya, yaitu pilar
ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ketiga pilar tersebut dinamakan pilar-pilar
filosofis keilmuan. Berfungsi sebagai penyangga, penguat dan bersifat integratif serta

Pancasila Sebagai Nilai Pengembangan Ilmu 8


prerequisite / saling saling mempersyaratkan. Pemgembangan ilmu selalu dihadapkan
pada persoalan ontologi, epistemologi dan aksiologi.
1. Pilar Ontologi (Ontology)
Selalu menyangkut problematika tentang keberadaan (eksistensi).
a) Aspek kuantitas : apakah yang ada itu tunggal, dual atau plural (monisme,
dualisme, pluralisme).
b) Aspek kualitas (mutu, sifat) : bagaimana tahapan, sifat, mutu dari sesuatu
(mekanisme, teleologisme, vitalisme dan organisme).
Pengalaman ontologis dapat memberikan landasan bagi penyusunan asumsi,
dasar-dasar teoritis, dan membantu terciptanya komunikasi interdispliner dan
multidisipliner. Membantu pemetaan masalah, kenyataan, batas-batas ilmu dan
kemungkinan kombinasi antar ilmu. Misalnya masalah krisis moneter, tidak dapat
ditangani oleh ilmu ekonomi saja. Ontologi menyadarkan bahwa ada kenyataan
lain yang tidak mampu dijangkau oleh ilmu ekonomi, maka perlu bantuan ilmu
lain seperti politik, sosiologi.

2. Pilar Epistemologi (Epistemology)


Selalu menyangkut problematika tentang sumber pengetahuan, sumber
kebenaran, cara memperoleh kebenaran, kriteria kebenaran, proses, sarana, dasar-
dasar kebenaran, sistem, prosedur, dan strategi.
Pengalaman epitemologi dapat memberikan sumbanganbagi kita :
a) Sarana legitimasi bagi ilmu / menentukan keabsahan disiplin ilmu tertentu.
b) Memberi kerangka acuan metodologis pengembangan ilmu.
c) Mengembangkan keterampilan proses.
d) Mengembangkan daya kreatif dan inovatif

3. Pilar Aksiologi (Axiology)


Selalu berkaitan dengan problematika pertimbangan nilai (etis, moral,
religius) dalam setiap penemuan, penerapan atau pengembangan ilmu.
Pengamalan aksiologis dapat memberikan dasar dan arah pengembangan ilmu,
pengembangan etos keilmuan seornag profesional dan ilmuwan.

Pancasila Sebagai Nilai Pengembangan Ilmu 9


D. Prinsip-Prinsip Berfikir Ilmiah
1. Obyektif : Cara memandang masalah apa adanya, terlepas dari faktor-faktor
subyektif (misalnya : perasaan, keinginan, emosi, sistem kayakinan, otorita).
2. Rasoional : Menggunalan akal sehat yanga dapat dipahami dan diterima oleh
orang lain. Mencoba melepaskan unsur perasaan, emosi, sistem kayakinan dan
otorita.
3. Logis : Berpikir dengan menggunakan dengan asas logika/runtut/konsisten,
implikatif. Tidak mengandung unsur pemikiran yang kontradiktif. Setiap
pemikiran logis selalu rasional, begitu sebaliknya yang rasional pasti logis.
4. Metodologis : Selalu menggunakan cara dan metode keilmuan yang khas dalam
setiap berpikir dan bertindak (misalnya : induktif, dekutif, sintesis, hermeneutik,
intuitif).
5. Sistematis : setiap cara berfikir dan bertindak menggunakan tahapan langkah
prioritas yang jelas dan saling terkait satu sama lain. Memiliki target dan arah
tujuan yang jelas.

E. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Indonesia


Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di Indonesia berkembang dari tahun ke
tahun sejak Indonesaia masih dalam penjajahan Belanda. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di Indonesia pada masa penjajahan dipelopori dan
diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Pada waktu itu masyarakat
diperkenalkan pada persenjataan modern baik yang ringan maupun yang berat.
Teknologi lain yang diperlihatkan dan digunakan oleh Belanda berupa kendaraan
tempur dan alat alat transportasi lainnya. Teknologi-teknologi tersebut berasal dari
negara-negara di Eropa. Kemudian kolonial pemerintah Belanda menanamkan ilmu
pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan di sekolah-sekolah maupun dengan
cara penggunaan secara langsung kepada masyarakat di Indonesia.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari barat di Indonesia membawa
dampak bagi kemajuan negara Indonesia. Masyarakat Indonesia mulai melakukan
pergerakan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Disamping itu
penggunaan ilmu pengetahuan di Indonesia juga membawa dampak bagi semangat

Pancasila Sebagai Nilai Pengembangan Ilmu 10


juang bangsa Indonesia. Mereka memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern untuk mencari informasi-informasi terkini mengenai keadaan dunia. Oleh
karena itu masyarakat Indonesia benar-benar terbantu dengan perkebangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Pada masa kolonial perkembangan ilmu pengetahuan dan tteknologi belum begitu
maksimal. Pemerintah kolonial yang menjadi penyebab perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Pemerintah kolonial menghalangi akses-
akses masuknya ilmu pengetahuan dan teknologi dari barat ke Indonesia. Mereka juga
melakukan pelarangan terhadap pendidikan bagi masyarkat Indonesia untuk
mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi. Akibatnya Indonesia tertinggal jauh
dengan negara-negara di sekitarnya.
Setelah merdeka, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang
pesat di Indonesia. Hal ini didorong dengan terbukanya bagi masyarakat di Indonesia.
Kemerdekaan menciptakan keadilan dalam mengakses ilmu pengetahuan dan
teknologi bagi masyarakat Indonesia. Mereka mempelajari sedikit demi sedikit di
sekolah-sekolah yang sudah dibuka untuk semua kalangan masyarakat Indonesia.
Dengan bekal pengetahuan ini kemudian masyarakat Indonesia melakukan berbagai
inovasi dan eksperimen ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan di Indonesia.
Sejarah ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia setelah merdeka terbagi
menjadi dua dekade. Pada dekade pertama, yaitu tahun 1945-1960, bangsa Indonesia
mulai mengerti arti teknologi produksi, walupun masih dalam tingkat pasif dan penuh
ketergantungan pada pihak luar negeri. Hasil dari pengenalan ilmu pengetahuan
teknologi untuk pertama kali yaitu pembangunan pabrik semen di Gresik, pabrik
kertas di Blabak (Magelang), pabrik gelas, dan kosmetik di Surabaya di pertengahan
dekade 1950. Pada dekade kedua, yaitu pada tahun 1976 dengan mendirikan pabrik
pesawat terbang di Bandung yang diberi nama industri pesawat terbang Nur Tanio
(IPTN) yang menggunakan teknologi yang lebih canggih lagi. Teknologi dari pabrik
pesawat terbang ini mengacuh pada teknologi di Jerman.
Begitulah sejarah singkat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
Indonesia. Pada saat sekarang bisa dibilang bahwasannya iptek di Indonesia sudah

Pancasila Sebagai Nilai Pengembangan Ilmu 11


berkembang pesat dikarenakan derasnya arus demokrasi, banyak sekali wawasan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang masuk di Indonesia, sebagi salah satu contoh adalah
perkembangan energi listrik sebagai pengganti bahan bakar minyak bagi kendaraan
mesin (mobil dan sepeda motor) dan pengembangan energi surya bagi pengganti
tenaga listrik. Perkembangan tersebut sanggat cepat dan tidak semua iptek sesuai
dengan nilai-nilai pancasila, untuk itu diperlukan pancasila sebagi benteng utama bagi
masuknya ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Pancasila dapat menjadi
pelindung sekaligus penyaring bagi bangsa Indonesia agar iptek yang masuk dan
perkembangan di Indonesia sesuai jati diri dan kebutuhan bangsa Indonesia.
Nilai- nilai pancasila sebagai pedoman dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
harus tetap digunakan agar kita tidak terjebak dan tepat sasaran mencapai tujuan
Bangsa. Hubungan antara pancasila dan Ilmu Pengetahuan tidak dapat lagi
ditempatkan sebagai sesuatu yang saling bertentangan, pancasila tanpa disertai sikap
kritis ilmu pengetahuan, akan menjadikan pancasila itu sebagai suatu yang represif
dan kontraproduktif. Sebaliknya, ilmu pengetahuan tanpa didasari dan diarahkan oleh
nilai-nilai pancasila akan menjadi suatu yang melahirkan akibat-akibat fatal bagi
bangsa Indonesia. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus senantiasa
berorientasi pada nilai-nilai pancasila. Sebaliknya pancasila dituntut terbuka dari
kritik, bahkan ia merupakan kesatuan dari perembangan ilmu yang menjadi tuntutan
peradaban manusia.

F. Hubungan Nilai Pancasila Dengan Pengembangan Ilmu Pengetahuan


1. Nilai Ketuhanan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa melengkai ilmu pengetahuan, menciptaka
perimbangan antara yang rasional dan irasional, antara rasa dan akal. Sila ini
menempatkan manusia dalam alam sebagai bagiannya dan bukan pusatnya.
Berdasarkan nilai ini ilmu pengetahuan tidak hanya memikirkan apa yang
ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan tetapi juga mempertimbangkan maksud
dan akibatnya kepada manusia dan sekitarnya. Sila pertama menempatkan
manusiadi alam semesta bukan sebagai sentral, melainkan sebagai bagian yang
sistematika dari alam yang diolahnya.

Pancasila Sebagai Nilai Pengembangan Ilmu 12


Nilai yang terdapat pada sila ini adalah nilai Ketuhanan.. dimana dalam
pengembangann ilmu pengetahuan dan teknologi haruslah memikirkan
dampaknya. Apakah iptek tersebut memiliki dampak baik yang lebih banyak atau
dampak buruk yang lebih banyak. Jika iptek tersebut memiliki dampak baik yang
lebih banyak bagi bangsa Indonesia maka iptek tersebut bisa dikembangkan dan
dipergunakan. Peran sila pertama sangatlah penting dalam perkembangan ilmu
pengetahuan. Dalam nilai ketuhanan tersebut juga berfungsi memberikan arahan
kepada para ilmuwan agar dalam mengembangkan ilmupengetahuan dan
teknologi haruslah untuk tujuan kebaikan dan kemajuan bangsa Indonesia dan
tidak mengembangkan suatu iptek yang dapat disalahgunakan dan merugikan
bansa Indonesia. Dengan memberikan arahan kepada ilmuan tersebut akan
mempunyai akhlak / sikap yang baik.
Sebagai contoh perkembangan iptek dari sila Ketuhanan Yang Maha Esa
adalah penciptaan mobil tanpa bahan bakar berupa minyak untuk menjaga
kelestarian alam.
Contoh lainya yaitu dikemukakannya teknologi transfer inti sel atau yang
lebih dikenal dengan teknologi kloning. Dalam perkembangan teknologi ini di
Indonesia sudah tidak asing lagi dan menuai pro dan kontra. Di Indonesia sendiri
proses cloning juga sudah begitu jelas berkembang dengan pesat. Hal ini bisa
dibuktikan dengan naiknya permintaan kloning yang biasanya dilakukan oleh
orang-oranng yang sulit sekali memiliki keturunan ataupun melakuakan kloning
hewan ternak ataupun hewan yang populasinya sedikit. Sesungguhnya hukum
kloning di Indonesia belum busa dipastikan secara tepat karena masih banyaknya
pro dan kontra tentang persepsi ini. Oleh karena itu perlu diadakannya
musyawarah bersama untuk menyelesaikan masalah ini. Dalam pandangan agama
pun banyak menuai kontra, umat Indonesia adalah umat beragama dan didalam
ajaran agama teknologi kloning adalah haram dikarenakan hanya Tuhan yang
dapat menciptakan makhluk hidup sedangkan dalam teknologi kloning yang
membuat seorang individu ataupun hewan hidup ataupun tumbuhan melalui
kehendak manusia seperti yangg diinginkan manusia itu sendiri.

Pancasila Sebagai Nilai Pengembangan Ilmu 13


2. Nilai Kemanusiaan Sebagai Dasar Pengeembangan Ilmu
Dalam sila ini mengandung sila kemanusiaan yang memberi arah dan
pengendalian ilmu pengetahuan. Ilmu dikembalikan pada fungsinya semula, yaitu
untuk kemanusiaan, tidak hanya untuk kelompok atau lapisan tertentu. Dimana
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia haruslah
ditujukan untuk kesejahteraan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia sendiri harus
melihat dan memahami nilai pancasila ini dan dalam penggunaan iptek harus
digunakan dengan bermoral dan tidak merugikan atau berbuat tidak adil dengan
sesuai iptek itu sendiri. Pengembangan iptek disini haruslah untuk menaikan
harkat dan martabat Bangsa Indonesia.
Sebagi contoh adalah perkembangan industri semen di daerah Jawa. Bahan
baku dari semen sendiri adalah batu kapur dan tanah liat. Dalam memperoleh
kedua bahan baku tersebut harus melewati proses pertambangan yanga pasrinya
akan menggunakan teknologi pertambangan seperti menggunakan alat bor /
drilling, teknologi stripping dan sebagainya. Jika tidak ada suatu aturan yang
mengatur pengambilan batu kapur di daerah hutan jati, maka dengan seenaknya
perusahaan setempat ataupun warga akan rela merusak hutan ataupun lingkungan
sumber daya tersebut demi kepentingan perusahaan ataupun warga setempat itu
sendiri. Maka dengan itu, dibuatlah Undang-Undang yang berpatokan pada
pancasila yang pengatur tentanng industri dan pertambangan sehingg dapat
mencegah dan mengurangi eksploitasi sumber daya alam di Indonesia. Contoh
lain yaitu diterjunkannya para tenaga kependidikan ke daerah terpencil untuk
melakukan pengabdian, distribusi ilmu, dan pengajaran kepadda masyarakat.

3. Nilai Persatuan Sebagai Nilai Perkembangan Ilmu


Dalam sila ini mengandung nilai persatuan yang mengklomentasikan
universalisme dalam sila-sila yang lain, sehingga suprasistem tidak mengabaikan
sistem dan subsistem. Solidaritas sangat penting untuk kelangsungan keseluruhan
individualitas, tetapi tidak mengganggu integrasi. Dalam hal ini yang
dimaksudkan adalah pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi haruslah
digunakan untuk mempersatukan bangsa, untuk memperkuat rasa nasionalisme

Pancasila Sebagai Nilai Pengembangan Ilmu 14


dan tidak digunakan untuk memecah belah Bangsa Indonesia. Bahkan dengan
teknologi sekarangg bisa dipergunakan untuk media pembelajaran bagi Bangsa
Indonesia seperti digunakan untuk membuat film dokumenter tentang sejarah
perjuangan Bansa Indonesia meraih kemerdekaan.
Sebagai contoh pada saat ini perkembangan internet sudah sangat pesat,
dimana buah hasil dari internet itu terbuatlah media sosial. Media sosial merupaka
media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi,
berbagi informasi mengeai apapun. Contoh dari media sosial adalah facebook,
twiter, blog internet, whatsaap, dan masih banyak lagi. Dengan terciptanya media
sosial kita dapat berhubungan lebih mudah dan menjalin komunikasi dengan
keluarga maupun teman yang jauh. Tetapi saat ini banyak terjadi penyalahgunaan
media sosial. Yang santer saaat ini adalah penyebaran isu sara dan berita palsu
(hoax, isu sara sendiri bisa meliputi penyebarluasan yang menghasut uumat
agama yang bisa menyebabkan disintegrasi bangsa Indonesia terutama umat
beragama, sedangkan untuk berita palsu seperti saat akan terjadi demo pada
tangggal 4 November akan terjadi pengeboman, penembakan, dan sebagainya..
berita hoax tersebut membuat kekacauan Bangsa Indonesia dan bisa memecah
belah, untuk itu jika penggunaan teknologi tidak didasari dengan nilai Pancasila
maka akan terjadi dampak negatif yang dapat merusak dan memecah belah
Bangsa. Tetapi jika penggunaan media sosial untuk membuat suatu gerakan
seperti bayar pajak yang dibuat di facebook dan gerakan 100% cinta Indonesia
yang di buat di twiter maka media sosial dapat berfungsi sebagai ajakan dan
pemersatu Bangsa yang dapat menyatukan banyak orang oleh karena jaringan
media sosial yanng luas.

4. Nilai Kerakyatan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu


Dalam sila ini mengandung nilai kerakyatan dan demokrasi. Mengimbangi
otodinamika ilmu pengetahuan dan teknologi berevolusi dengan leluasa.
Eksperimentasi penerapan dan penyebaran ilmu pengetahuan harus demokratis
dapat dimusyawaahkan secara perwakilan, sejak dari kebijakan, penelitian sampai
penerapan massal. Dimana dalam pengembangan iptek setiap setiap bangsa

Pancasila Sebagai Nilai Pengembangan Ilmu 15


Indonesia memiliki kebebasan untuk mempelajari, mengajarkan dan
mengembangakan iptek tetapi dengan syarat bukan iptek yangg dapat merugikan
Bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia juga harus dapat menghormati satu sama
lain, artinya jika Bangsa Indonesia dapat membuat suatu inovasi maka orang
Indonesia lain haruslah memberikan apresiasi dan menghormati penemuan
tersebut. Pemerintah tersebut juga harus memberikan apresiasi nyata dimana
pemerintah dapat memberikan dukungan finansial, perizinan dan sebagainya.
Sebagai contoh dalam pengembangan teknologi nuklir terdapat orang yang setuju
tetapi lebih banyak orang yang menolak. Sehhingga teknologi nuklir pun ditolak
dan tidak dipergunakan. Kendala dalam pengembangan teknologi nuklirpun
banyak seperti sumber daya manusia yanng belum mempunyai kemampuan,
kondisi geologis Indonesia yang serinng terjadi letusan gunung dan gempa, dan
tedapat kekhawatiran penyalahgunaan nuklir demi kepentingan persenjaan. Hal
seperti inilah yang menjadi bahan permusyawarahan bagi para elit politik beserta
rakyatnya sehingga mencapaii suatu kebijakan demi kemaslahatan Bangsa
Indonesia.

5. Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu


Dalam sila ini terdapat nilai keadilan. Disini menekankan ketiga keadilan
Aristoteles yaitu keadilan distributif, keadilan kontributif dan keadilan komutatif.
Keadilan sosial juga menjaga keseimbangan antara kepentingan individu dan
masyarakat, karena kepentingan individu tidak boleh terinjak oleh kepentingan
semu. Individualitas merupakan landasan yang memungkinkan timbulnya
kreativitas dan inovasi. Dalam pengnembangan iptek haruslah menciptakan suatu
ilmu dan teknologi yang dapat dinikmati seluruh Bangsa Indonesia dan dapat
meninglatkan taraf hidup dan kualitas. Jika dikaitkan dengan pendidikan maka
teknologi yang dikembangakan haruslah mendukung pendidikan Indonesia dan
harus disebarluaskan secara merata , sehingga seluruh bansa Indonesia bisa
mendapat pendidikan yang mumpuni dan merata.
Sebagai contoh ditemukannya varietas bibit unggul padi Cilosari dari teknik
radiasi. Penemuan ini adalah hasil penelitian anak Bangsa. Dengan penemuan itu

Pancasila Sebagai Nilai Pengembangan Ilmu 16


diharapkan dapat meningkatkan swasembada pangan di Indonesia sehingga
Indonesia tidak lagi mengimport beras dari Thailand dan diharapkan dapat
mensejahterakan rakyat Indonesia serta memberikan keadilan dengan
ditingkatkanlah jumlah produksi padi dengan harga terjangkau sehingga Bangsa
Indonesia dapat menikmati beras yang berkualitas.

G. Peranan Pancasila dalam Pengembangan IPTEK di Indonesia


1. Sebagai Filtrasi
Pancasila berperan sebagai filtrasi masuknya ilmu pengetahuan dan teknologi
dari negara lain yang tentunya mengandung budaya atau nilai asing, Pancasila
memfilter dengan lima silanya, sehingga Indonesia mampu mempertahankkan ciri
khas atau integritas bangsa tanpa ketinggalan zaman di era globalisasi. Meskipun
yang kita pakai seumpama adalah ilmu atau teknologi barat, tetapi hal tersebut
tidak mengubah nilai moral kita menjadi mirip seperti barat, kita harus menjaga
nilai dan karakter kita sebagai warga negara Indonesia. Sebagai contoh
adalahmasuknya ilmu dan teknologi internet di Indonesia. Seperti yang kita tahu
saat ini, internet dapat diaksesoleh siapapun, bahkan anak kecil pun dapat
mengaksesnya dengan mudah. Internet sendiri mengandung berbagai konten, baik
konten positif seperti pengetahuan, automotif dan sebagainya, selain itu internet
mengandung konten negatif yang tidak sedikit pula seperti pornografi. Di negara
barat pornografi merupakan budaya yang dilegalkan, sedangkan di Indonesia
pornografi merupaka budaya yang sangat berbahaya dan dapat merusak moral
bangsa. Untuk itu disini pancasila berfungsi sebagai penyaring budaya tersebut
agar tidak masuk ataupun menguranginya, peran pemerintah terutama
kementerian komunikasi dan informasi yang memblokir konten negatif seperi
pornografi di internet.

2. Sebagai Tolak Ukur


Dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak selalu bernilai
positif namun dapat juga bernilai negatif, oleh karena itu Pancasila disini berperan
untuk mengukur baik buruknya perkembangan iptek tersebut. Maksudnya dengan

Pancasila Sebagai Nilai Pengembangan Ilmu 17


memakai patokan baik dan buruk berupa Pancasila, kita menjadi tahu iptek yang
mana yang baik atau buruk bagi bangsa Indonesia. Sebagai contoh penerapan
energi nuklir sebagai sumber tenaga dan keamanan Indonesia, jika dilihat sumber
tenaga nuklir mampu menjadi tenaga alternatif yang memiliki waktu durasi yang
sangat lama untuk habis dan bisa menjadi alat pertahanan militer yang mumpuni,
tetapi jika dilihat dari sudut geografis Indonesia merupaka wilayah cncin
pegunungan api yang aktif (ring of fire) pengembangan tenaga nuklir tidak baik
untuk dijalankan karena wilayah Indonesia serinng terjadi gempa dan letusan
gunung yang dapat membuat teknologi nuklir tersebut mengalami malfungsi
seperti bocor, meledak dan sebagainya yang dapat menyebabkan dampak yang
sangat merusak dan berpotensi memusnahkan peradaban. Dari itu dapat
disimpulkan bahwasannya pengembangan ilmu dan teknologi nuklir tidak baik
bagi negara Indonesia.

3. Sebagai Alat Kontrol


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak terkontrol akan
menimbulkan penyimpanngan-penyimpangan yang tidak diinginkan. Dengan
adanya nilai-nilai pancasila dalam perkembangan iptek dapat mengontrol dan
memberi arahan kemanakah akan berkembang. Sebagai contoh adalah teknologi
industrialisasi pembuatan hormon insulin dari ekstrak darah babi. Hal tersebut
sekilas terlihat sangat menguntungkan bagi industri kimia untuk dikembangkan
karena melihat permintaan yang sangat tinggi dan biaya produksi yang murah.
Tetapi hal tersebut akan menjadi masalah jika diterapkan di Indonesia karena
bertentangan dengan sila pertama pancasila. Teknologi tersebut dilarang masuk
disebabkan bisa mencederai perasaan terutama kaum muslim di Indonesia karena
babi merupakan binatang haram dalam ajaran Islam.

Pancasila Sebagai Nilai Pengembangan Ilmu 18


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu pengetahuan berkembang melangakah secara bertahap menurut dekade waktu
dan menciptakan jamannya, dimulai dari jaman Yunani Kuno, Abad Pertengahan, Abad
Modern, sampai Abad Kontemporer. Ilmu pengetahuan itu mengandung dua aspek, yaitu
aspek fenomenal dan aspek stuktural.
Kekuatan bangunan ilmu terletak pada sejumlah pilar-pilarnya, yaitu pilar ontologi,
epistemologi dan aksiologi. Ketiga pilar tersebut dinamakan pilar-pilar filosofis
keilmuan. Berfungsi sebagai penyangga, penguat dan bersifat integratif serta prerequisite
/ saling saling mempersyaratkan. Pemgembangan ilmu selalu dihadapkan pada persoalan
ontologi, epistemologi dan aksiologi. Prinsip-prinsip berfikir ilmiah ada 5 yaitu :
obyektik, rasional, logis, metodologis, dan sistematis.
Pada saat sekarang bisa dibilang bahwasannya iptek di Indonesia sudah berkembang
pesat dikarenakan derasnya arus demokrasi, banyak sekali wawasan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang masuk di Indonesia, sebagi salah satu contoh adalah perkembangan
energi listrik sebagai pengganti bahan bakar minyak bagi kendaraan mesin (mobil dan
sepeda motor) dan pengembangan energi surya bagi pengganti tenaga listrik.
Perkembangan tersebut sanggat cepat dan tidak semua iptek sesuai dengan nilai-nilai
pancasila, untuk itu diperlukan pancasila sebagi benteng utama bagi masuknya ilmu
pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Pancasila dapat menjadi pelindung sekaligus
penyaring bagi bangsa Indonesia agar iptek yang masuk dan perkembangan di Indonesia
sesuai jati diri dan kebutuhan bangsa Indonesia.
Nilai- nilai pancasila sebagai pedoman dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
harus tetap digunakan agar kita tidak terjebak dan tepat sasaran mencapai tujuan Bangsa.
Hubungan antara pancasila dan Ilmu Pengetahuan tidak dapat lagi ditempatkan sebagai
sesuatu yang saling bertentangan, pancasila tanpa disertai sikap kritis ilmu pengetahuan,
akan menjadikan pancasila itu sebagai suatu yang represif dan kontraproduktif.

Pancasila Sebagai Nilai Pengembangan Ilmu 19


Sebaliknya, ilmu pengetahuan tanpa didasari dan diarahkan oleh nilai-nilai pancasila
akan menjadi suatu yang melahirkan akibat-akibat fatal bagi bangsa Indonesia.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus senantiasa berorientasi pada nilai-
nilai pancasila. Sebaliknya pancasila dituntut terbuka dari kritik, bahkan ia merupakan
kesatuan dari perembangan ilmu yang menjadi tuntutan peradaban manusia.

B. Saran
Kami berharap kepada pembaca apabila mendapati kesalahan entah itu dari
pembahasaaan atau dari Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) yang kurang pas atau berkenan,
dan juga kesalahan dari penulisan agar dapat memberikan kami kritik dan saran yang
membangun supaya kami bisa mengambil pengajaran dan bisa memperbaikin pembuatan
makalah di waktu mendatang.

Pancasila Sebagai Nilai Pengembangan Ilmu 20


DAFTAR PUSTAKA

Syarbaini, Syahrial, 2014, Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, Penerbit Ghalia


Indonesia, Bogor.

https://www.academia.edu/30977150/Pancasila_Sebagai_Dasar_Nilai_Pengembangan_Il
mu_Pengetahuan

https://hadibesc.blogspot.com/2017/04/pancasila-sebagai-dasar-nilai.html

https://id.scribd.com/doc/287046323/Makalah-Pancasila-Sebagai-Dasar-Nilai-
Pengembangan-
Ilmu?campaign=SkimbitLtd&ad_group=725X1342X65a7da839d34a8f79a8a331a38dcf4
e8&keyword=660149026&source=hp_affiliate&medium=affiliate

Pancasila Sebagai Nilai Pengembangan Ilmu 21

Anda mungkin juga menyukai