Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

"PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI


PENGEMBANGAN ILMU DAN DEMOKRASI’’

Dosen Pengampu :

Levi Olivia, S.H, M.H

Disusun Oleh :

1. Haslyna Ardifa (2022206206026)


2. Indah Oktavia Putri (2022206206011)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN

FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PRINGSEWU
2022/2023

i
ABSTRAK

Pancasila sebagai paradigma ilmu Pentingnya Pancasila sebagai dasar nilai


pengembangan ilmu bagi mahasiswa adalah untuk memperlihatkan peran Pancasila
sebagai rambu-rambu normatif bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.
Selain itu, pengembangan ilmu dan teknologi di Indonesia harus berakar pada
budaya bangsa Indonesia itu sendiri dan melibatkan partisipasi masyarakat luas.

Oleh karena itu kemajuan dan perkembangan IPTEK sangat diperlukan


dalam upaya mempertahankan segala kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia serta
menjawab segala tantangan zaman. Dengan penguasaan IPTEK kita dapat tetap
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sesuai dengan sila ketiga yang
berbunyi Persatuan Indonesia. Maka dari itu, IPTEK dan Pancasila antara satu
dengan yang lain memiliki hubungan yang kohesif. IPTEK diperlukan dalam
pengamalan Pancasila, sila ketiga dalam menjaga persatuan Indonesia. Di lain sisi,
kita juga harus tetap menggunakan dasar-dasar nilai Pancasila sebagai pedoman
dalam mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi agar kita dapat tidak
terjebak dan tepat sasaran mencapai tujuan bangsa.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah S.W.T., karena


telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya. Salawat serta salam juga penulis
sampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW., serta sahabat dan
keluarganya, dan sampai kepada kita semua yang masih konsekuen terhadap ajaran
yang ditinggalkan oleh Beliau.

Ucapan terima kasih juga tersampaikan kepada Dosen mata kuliah


Pancasila, orang tua tercinta, serta teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dalam
rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Pancasila materi "Pancasila Sebagai
Dasar Nilai Pengembangan Ilmu Dan Demokrasi".

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Pringsewu, 19 November 2022

Penyusun

iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii

BAB I .................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang....................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 2

1.3. Tujuan Penulisan Makalah ..................... Error! Bookmark not defined.

1.4. Manfaat Penulisan Makalah ................................................................... 2

BAB II ................................................................................................................. 3

PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

2.1. Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu Dan Demokrasi.......... 3

2.2. Definisi Ilmu Pengetahuan. ....................................................................... 4

2.3. Demokrasi Pancasila ................................................................................. 6

2.4. Demokrasi Indonesia Masa Revolusi Dan Pramelenter .............................. 6

2.5. Demokrasi Dalam Pemerintahan Orde Baru .............................................. 8

2.6. Perkembangan Demokrasi ......................................................................... 9

BAB III.............................................................................................................. 13

PENUTUP ......................................................................................................... 13

3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 14

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sebagai bangsa yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia
tidak terlepas dari dasar Negara yaitu Pancasila. Pancasila adalah dasar filsafat
negara Republik Indonesia yang secara resmi disahkan pada tanggal 18 Agustus
1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam Berita
Republik Indonesia tahun II No.7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945.
Bangsa Indonesia telah menemukan jati dirinya, yang didalamya tersimpul cirri
khas, sifat, dan karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain, yang oleh para
pendiri negara kita dirumuskan dalam suatu rumusan yang sederhana namun
mendalam.

Berdasarkan fakta objektif secara historis kehidupan bangsa Indonesia tidak


dapat dipisahkan dengan nilai-nilai Pancasila. Atas dasar inilah maka sangat
penting bagi para generasi penerus bangsa terutama kalangan intelektual kampus
untuk mengkaji, memahami, dan mengembangkan berdasarkan pendekatan ilmiah,
yang pada gilirannya akan memiliki suatu kesadaran serta wawasan kebangsaan
yang kuat berdasarkan nilai-nilai yang dimilikinya sendiri. Intelektual kampus yaitu
mahasiswa yang selalu berupaya untuk mendapat ilmu yang nantinya dapat
bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa Indonesia.

Tidak hanya mendapatkan ilmu, namun seorang mahasiswa juga harus berusaha
untuk dapat mengembangkan ilmu tersebut. Banyak sekali sudut pandang atau
pedoman yang dapat digunakan dalam mengembangkan ilmu, tetapi sebagai
mahasiswa dan warga negara Republik Indonesia diharapkan mampu
mengembangkan ilmu serta memahami, menganalisis, dan menjawab masalah-
masalah yang dihadapi oleh masyarakat bangsanya secara berkesinambungan dan
konsisten berdasarkan nilai-nilai Pancasila sebagai dasarnya sehingga sesuai
dengan cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia.

1
1.2. RUMUSAN MASALAH

a. Mengapa Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu ?


b. Apakah definisi Ilmu Pengetahuan ?
c. Apa Pengertian Demokrasi Pancasila?
d. Apa yang dimaksud dengan Demokrasi Pancasila masa Revolusi dan
Parlementer ?
e. Apa yang dimaksud dengan Demokrasi dalam pemerintahan Orde Baru?
f. Perkembangan Demokrasi?

1.3. TUJUAN PENULISAN MAKALAH

a. Untuk mengetahui pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu.


b. Untuk mengetahui definisi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
c. Untuk mengetahui Demokrasi Pancasila.
d. Untuk mengetahui Demokrasi Pancasila masa Revolusi dan Parlementer.
e. Untuk mengetahui Demokrasi dalam pemerintahan Orde Baru.
f. Untuk mengetahui Perkembangan Demokrasi.

1.4. MANFAAT PENULISAN MAKALAH

a. Bagi Pembaca
Dapat mengetahui Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu dan
Demokrasi sehingga dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni dengan penuh rasa tanggung jawab dan bermoral.

b. Bagi Penulis
Dapat mengetahui cara memecahkan berbagai masalah dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan menerapkan dan
mengembangkan ilmu berlandaskan nilai-nilai Pancasila.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

Dalam upaya manusia mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat


dan martabatnya maka manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) pada hakikatnya merupakan suatu hasil
kreativitas rohani manusia.Unsur jiwa (rohani) manusia meliputi aspek akal, rasa,
dan kehendak. Akal merupakan potensi rohani manusia dalam hubungan dengan
intelektualitas, rasa dalam bidang estetis, dan kehendak dalam bidang moral (etika).
Atas dasar kreativitas akalnya manusia mengembangkan iptek dalam rangka untuk
mengolah kekayaan alam yang sediakan oleh Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena
itu tujuan essensial dari Iptek adalah demi kesejahteraan umat manusia, sehingga
Iptek pada hakikatnya tidak bebas nilai namun terikat oleh nilai. Dalam masalah ini
Pancasila telah memberikan dasar nilai-nilai bagi pengembangan Iptek demi
kesejahteraan hidup manusia. Pengembangan Iptek sebagai hasil budaya manusia
harus didasarkan pada moral Ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pancasila yang sila-silanya merupakan suatu kesatuan yang sistematis haruslah
menjadi sistem etika pengembangan IPTEK.

Pancasila sebagai filsafat ilmu harus mengandung nilai ganda, yaitu:


1. Harus memberikan landasan teoritik (dan normatif) bagi penguasaan dan
pengembangan iptek dan menetapkan tujuannya.
2. Memiliki nilai instrinsik tujuan iptek yang senantiasa dilandasi oleh nilai mental
kepribadian dan moral manusia. Nilai-nilai kualitatif dan normatif secara
kategoris harus terkandung dalam ajaran filsafat. Kualitas dan identitas nilai
mental dan kepribadian manusia senantiasa berhubungan dengan nilai filsafat
dan atau agama.

Kedudukan filsafat ilmu harus berasaskan kerokhanian dari sistem keilmuan dan
pengembangannya. Fungsi mental dan moral kepribadian manusia dalam

3
implemantasi iptek merupakan kriteria yang signifikan suatu keilmuan. Keilmuan
harus berorientasi praktis untu kepentingan bangsa. Selain itu, kebenaran yag dianut
epistomologis Pancasila prinsip kebenaran eksistensial dalam rangka mewujudkan
harmoni maksimal yang sesuai taraf-taraf fisiokismis, biotik, psikis, dan human
dalam rangka acuan norma ontologis transedental. Dengan pendekatan pencerdasan
kehidupan bangsa, epsitomologis Pancasila bersifat terbuka terhadap berbagai
aliran filsafat dunia (Dimyati, 2006).Tekhnologi telah merambah berbagai bidang
dan memengaruhi sendi-sendi kehidupan manusia bahkan nyaris menggoyahkan
ekstensi kodrat manusia itu sendiri,contohnya anak-anak yang permainannya serba
tekhnologi,mereka tidak sadar dengan hal tersebut membuat mereka menjadi
manusia individualis dan masih banyak lagi persoalan yang lain.Problematika
keilmuan dalam era milenium ketiga ini tidak terlepas dari sejarah perkembangan
ilmu pada masa- masa sebelumnya.dari sini problematika keilmuan dapat segera
diantisipasi dengan merumuskan kerangka dasar nilai bagi pengembangan ilmu
.Kerangka dasar nilai ini harus menggambarkan suatu suatu sistem filosofi
kehidupan yang dijadikan prinsip kehidupan masyarakat yang sudah mengakar dan
membudaya dalam kehidupan masyarakat indonesia,yaitu nilai-nilai pancasila.

2.2. Definisi Ilmu Pengetahuan.

Manusia sebagai makhluk jasmani rohani sebagai makhluk Tuhan yang


Maha Esa sekaligus individu dan makhluk sosial, pada hakikatnya sebagai
makhluk homo sapiens makhluk yang berakal di samping berasa dan berkehendak.
Sebagai makhluk yang berakal, manusia memiliki kemampuan intelektual yang
mampu menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pengetahuan (knowledge) berbeda dengan ilmu (science). Sedangkan istilah


ilmu pengetahuan merupakan terjemahan dari science itu sendiri. Setiap ilmu
adalah pengetahuan, tetapi tidak setiap pengetahuan adalah ilmu. Pengetahuan
adalah apa yang diketahui oleh manusia aau hasil pekerjaan manusia menjadi tahu.
Ilmu berada setingkat di atas pengetahuan. Ilmu bukan sekedar pengetahuan, tetapi
merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan

4
didapatkan secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam
bidang ilmu tertentu.

Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah unsur-unsur yang pokok dalam


kebudayaan manusia, dalam dunia ilmu pengetahuan terdapat dua pandangan yang
berbeda yaitu (1) pendapat yang menyatakan bahwa ilmu pengetahuan itu bebas
nilai, artinya tidak ada sangkut pautnya dengan moral, dengan etika, dengan
kemanusiaan, dengan ketuhanan. (2) pendapat kedua menyatakan bahwa ilmu
pengetahuan pada hakikatnya untuk kesejahteraan umat manusia. Oleh karena itu,
ilmu pengetahuan adalah terikat nilai yaitu nilai moral, nilai kemanusiaan, nilai
religious. Bagi Pancasila ilmu pengetahuan itu berketuhanan yang Maha Esa,
berkemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan, dan beradilan.

Maka dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus


dilandasi moral, etika serta nilai-nilai religious. Dengan perkataan lain ilmu
pengetahuan harus dilandasi etika ilmiah dan yang paling penting dalam etika
ilmiah adalah menyangkut hidup mati orang banyak, masa depan, hak-hak manusia
dan lingkungan hidup. Hal-hal yang perlu ditekankan adalah sebagai berikut:

1. Risiko percobaan dan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi


2. Kemungkinan penyalahgunaannya
3. Kompatibilitas dengan moral yang berlaku
4. Terganggunya sumber daya dan pemerataannya
5. Hak individu untuk memilih sesuatu sesuai dengan dirinya
Ada beberapa persyaratan pengetahuan dapat meningkat menjadi ilmu. Sifat
Ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigm ilmu-ilmu alam yang
telah ada lebih dahulu. Persyaratan itu adalah sebagai berikut.
a. Obyektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri atas satu golongan
masala hang sama sifat hakikatnya, bentuknya tampak dari luar maupun dari
dalam.
b. Metodis adalah supaya upaya-upaa yang dilakukan untuk meminimalkan
kemungkinan terjadinya penyimpangan dala mencari kebenaran.

5
c. Sistematis. Ilmu harus terumuskan dan terurai dalam hubungan yang teratur
dan logis sehingga membentuk suatu system yang berarti secara utuh,
menyeluruh, terpadu, dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat
menyangkut objeknya.
d. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran yang universal
yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu).

2.3. Demokrasi Pancasila

Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang mengutamakan musyawarah


mufakat tanpa oposisi dalam doktrin Manipol USDEK disebut pula
sebagai demokrasi terpimpin merupakan demokrasi yang berada dibawah
komando Pemimpin Besar Revolusi kemudian dalam doktrin repelita yang berada
dibawah pimpinan komando Bapak Pembangunan arah rencana pembangunan
daripada suara terbanyak dalam setiap usaha pemecahan masalah atau
pengambilan keputusan, terutama dalam lembaga-lembaga negara.
Prinsip dalam demokrasi Pancasila sedikit berbeda dengan prinsip demokrasi
secara universal. Ciri demokrasi Pancasila:

• pemerintah dijalankan berdasarkan konstitusi


• adanya pemilu secara berkesinambungan
• adanya peran-peran kelompok kepentingan
• adanya penghargaan atas HAM serta perlindungan hak minoritas.
• Demokrasi Pancasila merupakan kompetisi berbagai ide dan cara
untuk menyelesaikan masalah.
• Ide-ide yang paling baik akan diterima, bukan berdasarkan suara
terbanyak.
Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi konstitusional dengan mekanisme
kedaulatan rakyat dalam penyelenggaraan negara dan penyelengaraan
pemerintahan berdasarkan konstitusi yaitu Undang-undang Dasar 1945. Sebagai
demokrasi pancasila terikat dengan UUD 1945 dan pelaksanaannya harus sesuai
dengan UUD 1945.

2.4. Demokrasi Indonesia Masa Revolusi Dan Parlementer

1. Pelaksanaan Demokrasi Masa Revolusi

Pada masa pemerintahan revolusi kemerdekaan (1945-1949) ini,


pelaksanaan demokrasi sangat terbatas. Kekuasaan eksekutif dipegang oleh

6
Soekarno selaku presiden. Ia membentuk sendiri kabinetnya. Sementara di unsur
legislatif, Indonesia belum memiliki DPR. Fungsi legislatif diemban oleh Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang membantu presiden. Adapun fungsi
yudikatif dijalankan oleh Mahkamah Agung dengan Hakim Agung pertamanya
Kusumah Atmaja. Selain tiga pilar demokrasi, Indonesia juga sudah memiliki pers
yang independen sebagai pilar keempat demokrasi. Indikasi demokrasi lain yang
sudah terwujud yakni kebebasan politik. Partai-partai politik tumbuh dan
berkembang cepat. Fungsi paling utama partai politik adalah ikut serta
memenangkan revolusi kemerdekaan dengan menanamkan kesadaran untuk
bernegara serta semangat anti penjajahan. Namun pemilihan umum belum dapat
dilaksanakan karena keadaan yang serba sulit. Baca juga: 10 Pilar Demokrasi
Indonesia Pada periode ini telah diletakkan hal-hal mendasar bagi perkembangan
demokrasi di Indonesia untuk masa selanjutnya, yaitu:

• Pemberian hak-hak politik secara menyeluruh


Para pembentuk negara sejak semula punya komitmen besar terhadap
demokrasi. Begitu Indonesia menyatakan kemerdekaan dari pemerintah
kolonial Belanda, semua warga negara yang dianggap dewasa punya hak
politik sama, tanpa diskriminasi ras, agama, suku dan kedaerahan.
• Kekuasaan presiden dibatasi
Presiden yang secara konstitusional ada kemungkinan untuk menjadi
diktator, kekuasaannya dibatasi Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
yang dibentuk menggantikan parlemen.
• Lahirnya partai politik
Dengan maklumat Wakil Presiden maka dimungkinkan terbentuk sejumlah
partai politik. Pembentukan sejumlah partai politik ini kemudian menjadi
peletak dasar sistem kepartaian di Indonesia untuk masa-masa selanjutnya
dalam sejarah kehidupan politik Indonesia.

2. Pelaksanaan Demokrasi Masa Parlementer

7
Periode kedua pemerintahan negara Indonesia merdeka berlangsung
dalam rentang waktu antara 1949-1959. Pada periode ini terjadi dua kali
pergantian undang-undang dasar, yaitu: Pergantian UUD 1945 dengan
Konstitusi RIS pada rentang waktu 27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950.
Dalam rentang waktu ini, bentuk negara Indonesia berubah dari kesatuan
menjadi serikat. Sistem pemerintahan berubah dari presidensil menjadi
quasi parlementer. Pergantian Konstitusi RIS dengan Undang-undang Dasar
Sementara (UUDS) 1950 pada rentang waktu 17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959.
Periode pemerintahan ini bentuk negara kembali berubah menjadi negara
kesatuan. Sistem pemerintahan menganut sistem parlementer. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa pada periode 1949-1959, negara
Indonesia menganut demokrasi parlementer.

2.5. Demokrasi Dalam Pemerintahan Orde Baru

Era baru dalam pemerintahan dimulai setelah melalui masa transisi yang
singkat yaitu antara 1966-1968. Ketika Jenderal Soeharto dipilih menjadi Presiden
Republik Indonesia. Era pemerintahan pada masa Soeharto dikenal sebagai Orde
Baru dengan konsep Demokrasi Pancasila. Visi utama pemerintahan Orde Baru ini
adalah untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen
dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan visi tersebut, Orde
Baru memberikan harapan bagi rakyat Indonesia. Terutama yang berkaitan dengan
perubahan-perubahan politik. Perubahan politik dari yang bersifat otoriter pada
masa demokrasi terpimpin di bawah Presiden Soekarno menjadi lebih demokratis
pada Orde Baru. Rakyat percaya terhadap pemerintahan Orde Baru di bawah
pimpinan Presiden Soeharto atas dasar beberapa hal, yaitu: Soeharto sebagai tokoh
utama Orde Baru dipandang sebagai sosok pemimpin yang mampu mengeluarkan
bangsa Indonesia dari keterpurukan. Soeharto berhasil membubarkan Partai
Komunis Indonesia (PKI) yang menjadi musuh Indonesia pada masa ini. Soeharto
berhasil menciptakan stabilitas keamanan Indonesia pasca pemberontakan PKI
dalam waktu relatif singkat. Tetapi harapan rakyat tersebut tidak sepenuhnya
terwujud. Karena sebenarnya tidak ada perubahan subtantif dari kehidupan politik

8
Indonesia. Antara Orde Baru dan Orde lama sebenarnya sama-sama otoriter. Dalam
perjalanan politik pemerintahan Orde Baru, kekuasaan Presiden merupakan pusat
dari seluruh proses politik di Indonesia. Lembaga kepresidenan adalah pengontrol
utama lembaga negara lain yang bersifat suprastruktur (DPR, MPR, DPA, BPK,
dan MA) maupun infrastruktur (LSM, Partai Politik dan sebagainya). Soeharto
mempunyai sejumlah legalitas yang tidak dimiliki oleh siapa pun seperti
Pengemban Supersemar, Mandataris MPR, Bapak Pembangunan dan Panglima
Tertinggi ABRI. Berdasarkan kondisi tersebut, pelaksanaan demokrasi Pancasila
masih jauh dari harapan. Pelaksanaan nilai-nilai Pancasila secara murni dan
konsekuen hanya dijadikan alat politik penguasa. Kenyataan yang terjadi,
pelaksanaan Demokrasi Pancasila sama dengan kediktatoran.

2.6.Perkembangan Demokrasi

Secara etimologi atau bahasa, demokrasi itu berasal dari bahasa Yunani
demokratia yaitu demos yang artinya rakyat dan kratos yang artinya pemerintahan.

Nah, dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) demokrasi


didefinisikan sebagai bentuk/sistem pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut
serta memerintah dengan perantaraan wakilnya atau pemerintahan rakyat.

Selain itu, terminologi dalam bidang politik ini bisa juga diartikan gagasan
atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta
perlakuan yang sama bagi semua warga negara.
Istilah ini mulai berkembang pada pertengahan abad ke-5 SM untuk menunjukkan
sistem politik yang ada di negara Yunani, terutama Athena.
Lalu seperti apa sejarah demokrasi di Indonesia? Bagaimana perkembangan
demokrasi dari masa ke masa?

Sejarah Demokrasi di Indonesia

Mengutip dari buku Mengenal Lebih Dekat Demokrasi di Indonesia (2012) yang
ditulis oleh Nadhirun, sejarah demokrasi di Indonesia dimulai pada awal abad ke-
20. Pada fase ini, Indonesia masih mengalami penjajahan oleh Belanda dan

9
pemikiran demokrasi modern dari barat sudah mulai masuk ke Indonesia.Tepatnya,
anak-anak muda dan mahasiswa yang mengenyam pendidikan di Eropa banyak
membaca ide-ide demokrasi melalui buku serta ruang-ruang diskusi terbuka.
Kemudian, mereka banyak mendapatkan inspirasi mengenai konsep negara
demokrasi yang terbuka dan sangat kontradiktif dengan Indonesia.
Generasi pertama yang merasakan bagaimana indahnya demokrasi di negara-
negara Eropa adalah Mohammad Hatta yang kelak menjadi Wakil Presiden
Indonesia. Hatta belajar di Belanda dan menyerap berbagai ide-ide demokrasi.

Di generasi Hatta ini, ide-ide demokrasi meresap di benak anak muda Indonesia
dan memulai gerakan-gerakan kemerdekaan. Mengalami banyak ganjaran karena
transisi dari penjajahan Belanda ke penjajahan Jepang, akhirnya kemerdekaan
resmi diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.

Perkembangan Demokrasi di Indonesia dari Masa ke Masa


Ada empat perkembangan demokrasi dari masa ke masa. Berikut penjelasannya:

1. Demokrasi Parlementer (1945 - 1959)

Demokrasi parlementer ini dimulai ketika Indonesia resmi menjadi


negara yang merdeka hingga berakhir di tahun 1959. Demokrasi
parlementer adalah sistem demokrasi yang menempatkan parlemen sebagai
bagian fundamental di pemerintahan.

Akan tetapi, konsep demokrasi ini dianggap kurang cocok untuk


Indonesia.Lemahnya budaya demokrasi untuk mempraktikkan demokrasi
model barat ini telah memberi peluang sangat besar kepada partai-partai
politik mendominasi kehidupan sosial politik.

Pada masa ini pula digelar Pemilu pertama pada 1955. Pemilu 1955
mendapat pujian dari berbagai pihak, termasuk dari negara-negara asing.
Pemilu ini diikuti oleh lebih 30-an partai politik dan lebih dari seratus daftar
kumpulan dan calon perorangan.

10
Beberapa hal yang menarik dari Pemilu 1955 adalah tingginya
kesadaran berkompetisi secara sehat. Misalnya, meski yang menjadi calon
anggota DPR adalah perdana menteri dan menteri yang sedang memerintah,
mereka tidak menggunakan fasilitas negara dan otoritasnya kepada pejabat
bawahan untuk menggiring pemilih yang menguntungkan partainya.

2. Demokrasi Terpimpin (1959 - 1965)

Demokrasi terpimpin adalah sistem pemerintahan, di mana segala


kebijakan atau keputusan yang diambil dan dijalankan berpusat kepada satu
orang, yaitu pemimpin pemerintahan.
Demokrasi terpimpin ini dimulai pada tahun 1959 ketika Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Ciri yang paling khas dari
konsep demokrasi terpimpin adalah kehadiran peran dan campur tangan
presiden selaku pemimpin tertinggi demokrasi dan revolusi yakni Presiden
Sukarno.

Di lain sisi, demokrasi terpimpin juga terlihat dari pengaruh


komunis dan peranan tentara (ABRI) di politik Indonesia.

Pada masa demokrasi terpimpin banyak terjadi penyelewengan


terhadap Pancasila dan UUD 1945, seperti:

Pembentukan Nasionalis, Agama, dan Komunis (Nasakom)


Tap MPRS No. III/MPRS/1963 tentang Pengangkatan Soekarno
sebagai.Pembubaran DPR hasil pemilu oleh presiden
Pengangkatan ketua DPR Gotong Royong/MPRS menjadi menteri negara
oleh presiden

GBHN yang bersumber pada pidato presiden tanggal 17 Agustus


1959 yang berjudul 'Penemuan Kembali Revolusi Kita' ditetapkan oleh
DPA bukan MPRS.

11
3. Demokrasi Pancasila era Orde Baru (1965 - 1998)

Setelah peristiwa G30S PKI terjadi di tahun 1965, terjadi pergantian


pemimpin dari Soekarno menuju Soeharto. Era orde baru ini juga dikenal
dengan istilah Demokrasi Pancasila yang menjadikan Pancasila sebagai
landasan demokrasi.
Akan tetapi, rezim yang berkuasa selama 32 tahun juga dihantui dengan
beberapa penyimpangan, seperti;

▪ Penyelenggaraan pemilu yang tidak jujur dan tidak adil


▪ Penegakan kebebasan berpolitik bagi Pegawai Negeri Sipil
(PNS)
▪ Kekuasaan kehakiman (Yudikatif) yang tidak mandiri
karena para hakim adalah anggota PNS Departemen
kehakiman
▪ Kurangnya jaminan kebebasan mengemukakan pendapat
▪ Sistem kepartaian yang otonom dan berat sebelah
▪ Maraknya praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN)

3. Demokrasi Reformasi (1998 - sekarang)

Berakhirnya rezim orde baru yang berkuasa selama 32 tahun


melahirkan demokrasi baru yang dikenal dengan istilah era reformasi. Era
reformasi adalah fase demokrasi yang kembali ke prinsip dasar demokrasi,
seperti:
▪ Adanya Pemilu secara langsung
▪ Kebebasan Pers
▪ Desentralisasi
▪ Hak-hak dasar warga negara lebih terjamin

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat


turut serta memerintah dengan perantaraan wakil-wakilnya atau pemerintahan
rakyat. Kata “Demokrasi” seiring waktu memiliki sangat banyak pengertian.
Namun, diantara banyaknya pengertian yang berbeda terdapat juga sejumlah
persamaan penting yang menunjukkan universalitas konsep demokrasi berdasarkan
kriteria-kriteria yang menjadi cerminan perwujudan konsep tersebut. Hendry B.
Mayo misalnya, mencatat setidaknya ada 8 ciri utama yang harus diperhatikan
untuk menilai apakah suatu masyarakat bersifat demokratis atau tidak.

Demokrasi berdasarkan penyaluran kehendak rakyat. Demokrasi langsung


merupakan sistem demokrasi yang mengikutsertakan seluruh rakyat dalam
pengambilan keputusan negara.Demokrasi tidaklangsung merupakan sistem
demokrasi yang digunakan untuk menyalurkan keinginan dari rakyat melalui
perwakilan parlemen. Demokrasi berdasarkan hubungan antar kelengkapan negara.

Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum merupakan sistem


demokrasi yang dimana rakyat memiliki perwakilan untuk menjabat diparlemen
namun tetap di kontrol oleh referendum. Demokrasi perwakilan dengan sistem
parlementer merupakan sistem demokrasi yang didalamnya terdapat hubungan kuat
antara badan eksekutif dengan badan legislatif

13
DAFTAR PUSTAKA

Syarbaini, Syahrial. 2012. Pendidikan Pancasila (Implementasi Nilai – Nilai


Karakter Bangsa) Di Perguruan Tinggi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Amran, Ali. 2017. Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi. Depok: PT.


RajaGrafindo.

Winarno, 2016. Paradigma Baru Pendidikan Pancasila. Jakarta: Bumi Aksara.

http://ejournal.stainupacitan.ac.id/index.php/Transformasi/article/view/48

https://www.academia.edu/38484631/PANCASILA_SEBAGAI_DASAR_NILAI
_PENGEMBANGAN_ILM1.docx.docx

Gianto, Pendidikan Filsafat Pancasila dan Kewarganegaraan, Sidoarjo:Uwais


Inspirasi Indonesia, 2019.

Lubis Maulana arafat, pembelajara PPKn di SD/MI, Medan: Akasha Sakti, 2018.

Nadrilun, mengenal lebih dekat demokrasi di Indonesia, jakarta Timur: PT Balai


Pustaka, 2012.

14

Anda mungkin juga menyukai