Disusun Oleh:
Andriyana Adhayanti
2301422003
Dosen Pengampu:
Atno, S. Pd., M. Pd.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................5
C. Tujuan Pembahasan .............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ideologi Terbuka ................................................................................................6
B. Dimensi Realitas Pancasila sebagai Ideologi yang Terbuka................................................6
C. Realitas Nilai-Nilai Pancasila sebagai Ideologi Terbuka dalam Perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi .................................................................................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................................11
B. Saran ..................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................12
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pancasila sebagai landasan riil masyarakat Indonesia yang secara umum telah
terealisasi dan berkembang di waktu yang lama. Pada masa sekarang, yang disebut orde
reformasi, nilai-nilai Pancasila mulai ditinggalkan oleh sebagian warga Negara Indonesia.
Hal ini karena dirasakan dan dipersepsikan bahwa nilai-nilai Pancasila yang telah
dirumuskan dalam butir-butir hanyalah sebagai terjemahan Pancasila versi pemerintah
(penguasa). Dengan suasana yang lebih demokratis saat ini, sebagian masyarakat merasa
lebih bebas (termasuk untuk tidak menjalankan nilai-nilai Pancasila ini).
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi tidak lepas pada kondisi yang
melengkapinya dengan kata lain iptek selalu mengalami perkembangan dalam ruang suatu
budaya (Setyorini, 2018). Perkembangan ilmu pengetahuan teknologi yang menunjukkan
terjadinya perkembangan yang pesat dapat membawa dampak positif seperti dalam
memberikan kemudahan pada kehidupan masyarakat namun demikian memberikan
dampak yang merugikan yang bisa menghancurkan pada kehidupan masyarakat bangsa
Indonesia. Penyalahgunaan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mengancam pada
eksistensi kehidupan di waktu yang akan datang. Oleh sebab itu, diperlukan adanya
landasan untuk mengembangan iptek supaya bisa membawa dampak yang baik bagi
kehidupan (Yanzi et al., 2019). Pesatnya perkembangan iptek di Indonesia membawa
pengaruh negatif seperti dapat menyebabkan turunnya kepribadian bangsa. Dengan begitu,
peranan Pancasila sangat dibutuhkan untuk menjaga kepada eksistensi kepribadian bangsa
Indonesia (Rusmiati & Dewi, 2021).
Kondisi ini apabila tidak dibatasi dan diantisipasi bisa menimbulkan krisis kepribadian
bagi bangsa Indonesia, di mana sebelumnya berkepribadian berlandaskan nilai-nilai
Pancasila, namun kemudian berubah dengan pengaruh nilai-nilai bangsa lain. Generasi
muda sebagai penerus kehudupan bangsa di masa yang akan datang, perlu dibekali dan
dituntut untuk dapat mengamalkan serta melestarikan nilai-nilai Pancasila ini dalam
kehidupan sehari-hari di tengah-tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pengaruh akan teknologi yang saat ini masih terus berevolusi masih akan terus
mengalami kenaikan yang signifikan dalam 10 tahun ke depan. Grafik peningkatan
4
teknologi ke arah digitalisasi tergambar secara eksponensial. Perubahan yang terjadi
seperti pergeraseran pola belajar, kemunculan industriindustri baru, bahkan revolusi besar-
besaran dari budaya dan bahasa yang disebabkan oleh kemajuan teknologi seharusnya
menjadi alarm dini
Fadilah dalam (Azlina et al., 2021) menyatakan bahwa Pancasila perlu diaktualisasikan
dalam berbagai persoalan yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat Indonesia.
Pancasila juga menjadi ideologi negara hal ini karena nilai-nilai yang terkandung pada
Pancasila berasal pada karakter bangsa Indonesia yang dimana nilai ini bersumber pada
nilai-nilai luhur yang telah lama dikembangkan dalam segala kegiatan kemandirian bangsa
Indonesia sejak sebelum merdeka. Dikarenakan Pancasila ditetapkan menjadi ideologi
negara maka Pancasila memiliki peranan sebagai pegangan atau pandangan hidup dalam
bermasyarakat (Regiani & Dewi, 2021). Oleh sebab itu, dalam mengembangkan iptek di
negara Indonesia dibutuhkan Pancasila sebagai landasan supaya perkembangan iptek
tersebut dapat membawa banyak pengaruh positif bagi keberlangsungan kehidupan warga
negara Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dirumuskan masalah
sebagai berikut.
1. Apa pengertian Ideologi Terbuka?
2. Bagaimana dimensi realitas pancasila sebagai ideologi yang terbuka?
3. Bagaimana realitas nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi terbuka dalam perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan dari
pembahasan ini adalah sebagai berikut.
1. Menguraikan pengertian Ideologi Terbuka
2. Menguraikan dimensi realitas pancasila sebagai ideologi yang terbuka
3. Menguraikan realitas nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi terbuka dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ideologi Terbuka
Ciri khas ideologi terbuka ialah bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan
dari luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya
masyarakatnya sendiri. Dasarnya dari konsensus masyarakat, tidak diciptakan oleh negara,
melainkan ditemukan dalam masyarakatnya sendiri. Oleh sebab itu, ideologi terbuka
adalah milik dari semua rakyat dan masyarakat dapat menemukan dirinya di dalamnya.
Ideologi terbuk bukan hanya dapat dibenarkan melainkan dibutuhkan.
Nilai-nilai dasar menurut pandangan negara modern bahwa negara modern hidup
dari nilai-nilai dan sikap-sikap dasarnya. Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat
berinteraksi dengan perkembangan zaman dan adanya dinamika secara internal. Sumber
semangat ideologi terbuka itu sebenarnya terdapat dalam Penjelasan Umum UUD 1945,
yang menyatakan, “ .. terutama bagi negara baru dan negara muda, lebih baik hukum dasar
yang tertulis itu hanya memuat aturan-aturan pokok, sedangkan aturan-aturan yang
menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepada undang-undang yang lebih mudah
cara membuatnya, mengubahnya dan mencabutnya”. Selanjutnya dinyatakan, “... yang
sangat penting dalam pemerintahan dan dalam hidupnya bernegara ialah semangat,
semangat para penyelenggara negra, semangat para pemimpin pemerintahan”. Sehingga
Hatta pernahberpendapat bahwa elite bangsa sendiri akan bisa lebih kejam daripada
penjajah bila tidak dikontrol dengan demokrasi.
6
Sila kesatu Pancasila yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa memiliki
kesakralan. Kesakralan tersebut berarti jika warga Indonesia yakin pada Tuhan termasuk
menunaikan perintah Tuhan dan mengutamakan toleransi. Sebab tiap masyarakat negeri
bisa beribadah sesuai dengan agamanya, tanpa tekanan dari sudut manapun. Oleh sebab
itu, di Indonesia tidak boleh terdapat kontradiksi menimpa ketuhanan, anti Tuhan Yang
Maha Esa dan perilaku ataupun aksi anti agama. Di sisi lain, dalam konteks menguasai
Ketuhanan Yang Maha Esa, Segala masyarakat Indonesia wajib menguasai secara
mendalam mengenai kerukunan umat beragama, kehidupan yang penuh toleransi dan
menghasilkan kedamaian, stabilitas serta kenyamanan. Sila kedua ialah kemanusiaan yang
adil dan beradab mempunyai prinsip kemanusiaan yang maksudnya seluruh orang selaku
insan yang diciptakan Tuhan Yang Maha Esa memiliki harkat serta martabat, seluruh
pribadi seimbang, mempunyai hak serta kewajiban yang sama, dan tidak mendiskriminasi
agama, ras, serta kelompok.
Sila keduaberisikan nilai-nilai kehidupan masyarakat yang memiliki status, derajat,
dan hak yang sama dengan didasari dengan adab (sopan santun). Di dalam sila ini,
terkandung nilai untuk menghormati orang lain meskipun berbeda ras ataupun suku. Oleh
karena itu, setiap warga negara sudah seharusnya menjalankan haknya dan berkewajiban
untuk menghormati orang lain meski terdapat perbedaan di antaranya.
Sila ketiga Pancasila berbunyi “Persatuan Indonesia” yang mengandung nilai-nilai
kehidupan di Indonesia yang berisikan kemajemukan di masyarakatnya. Pada sila ini,
terkandung nilai bahwa meskipun Indonesia memiliki beragam agama, budaya, suku, ras,
dan adat-istiadat di antara masyarakatnya, Indonesia masih dapat bersatu dan saling
menghargai antar sesama demi tercapainya kehidupan yang aman, damai, dan tentram.
Oleh karena itu, penting nilai ini diimplementasikan melalui sikap toleransi.
Sila keempat Pancasila berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin dalam hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan” mengandung nilai Mengakui
perbedaan dan persamaan sebagai individu, kelompok, ras, suku, agama serta tidak
memaksakan kehendak pada orang lain.
Sila kelima berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” yang
memiliki nilai bahwa warga negara harus menjunjung tinggi harkat dan martabat setiap
7
orang. Dengan tidak melihat latar belakang ras, suku, dan agamanya, setiap masyarakat
Indonesia perlu mendapatkan keadilan sosial dengan hidup adil dan makmur (Sa’idi, 2017).
8
Manusia yang adil dan beradab memahami sikap dan perilaku manusia berdasarkan
potensi pemikiran murni manusia relatif terhadap norma dan budaya umum, baik untuk
individu, untuk manusia, untuk alam dan untuk hewan. Pada prinsipnya pribadi yang
adil dan berbudaya adalah sikap dan perilaku seseorang yang benar-benar sesuai
dengan fitrah manusia, sifat manusia yang baik dan memahami nilai-nilai dan budaya.
Menerapkan sila kemanusiaan tentang keadilan dan peradaban dalam pengembangan
ilmu pengetahuan adalah membimbing dan mengontrol ilmu pengetahuan
(Irhandayaningsih, 2012).
Ilmu pengetahuan telah kembali berfungsi semula, yaitu untuk manusia, bukan
hanya untuk kelompok dan tingkatan tertentu. Prinsip keadilan dan peradaban manusia
juga memberikan landasan moral, yaitu manusia harus berbudaya dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan. Ilmu dan teknologi adalah bagian dari proses
kebudayaan manusia dari peradaban dan moralitas. Oleh karena itu, pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi harus bertumpu pada perwujudan kesejahteraan
manusia. Harus menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
meningkatkan harkat dan martabat.
3. Persatuan Indonesia
Sila persatuan Indonesia, ajaran persatuan Indonesia menyadarkan bangsa
Indonesia bahwa berkat sumbangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, jiwa nasionalis
bangsa Indonesia dapat menciptakan dan memelihara persatuan dan kesatuan bangsa
melalui hal tersebut. Rasa persaudaraan terjalin antar berbagai daerah, karena tidak
terlepas dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Hanum, 2019). Oleh karena
itu, diperlukan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan
rasa persatuan dan kesatuan bangsa, serta lebih mengembangkan hubungan antara
bangsa Indonesia dengan dunia internasional.
9
melalui sistem pengambilan keputusan yang representatif, dan dilaksanakan melalui
kepemimpinan yang berpikiran sehat dan bertanggung jawab terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan rakyatnya. Mewakili perintah keempat merupakan landasan penting bagi
asas persatuan masyarakat dan kerabat kita, dan juga landasan penting bagi
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan asas kedaulatan
rakyat.
Mengambil kearifan sistem perwakilan sebagai pedoman dan mewujudkan
pengembangan ilmu atas perintah-perintah rakyat merupakan landasan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan demokrasi. Artinya, setiap ilmuwan
harus memiliki kebebasan dalam mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Selain itu, dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, setiap ilmuwan juga
harus menghormati dan menghormati kebebasan orang lain, dan harus terbuka, yang
berarti bersedia menerima kritik atau komentar dan perbandingan dengan temuan
teoritis lainnya (Hartati et al., 2018).
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut.
1. Ideologi terbuka adalah milik dari semua rakyat dan masyarakat dapat menemukan
dirinya di dalamnya. Ideologi terbuk bukan hanya dapat dibenarkan melainkan
dibutuhkan.
2. Dimensi realitas pancasila sebagai ideology terbuka artinya suatu ideologi harus
mampu mencerminkan realitas yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Oleh
karena itu Pancasila selain memiliki dimensi nilai-nilai ideal serta normatif maka
Pancasila harus mampu dijabarkan dalam kehidupan masyarakat secara nyata
(kongkrit) baik dalam kehidupan seharihari maupun dalam penyelenggaraan negara.
3. Realitas nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi terbuka dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi diperlukan karena Keberadaan pendidikan Pancasila
sampai dengan keberadaan teknologi adalah untuk membentuk karakter peserta didik
agar dapat memanfaatkan atau menciptakan teknologi yang bertanggung jawab. Tanpa
pemikiran seperti itu, pengembangan ilmu pengetahuan yang berlandaskan nilai-nilai
Pancasila diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia,
kehidupan masyarakat yang aman dan damai di Indonesia.
B. Saran
Pembudayaan nilai-nilai luhur Pancasila perlu diupayakan. Diharapkan terdapat
penghayatan dan pengalaman nilai-nilai luhur Pancasila di berbagai bidang kehidupan bagi
seluruh masyarakat agar tetap hidup sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Memang mudah
mendapatkan informasi-informasi dari luar melalui internet yang terkadang informasi
tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Namun hal tersebut juga dapat diatasi
dengan cara memanfaatkan perkembangan informasi serta Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) menjadi media dalam penanaman dan penguatan Pancasila di era saat
ini.
11
DAFTAR PUSTAKA
Aprianti, M., & Dewi, D. A. (2022). Mengaktualisasikan NIlai-Nilai Pancasila Dalam
Menghadapi Tingkah Laku Generasi Milenial Akibat Perkembangan Teknologi. Jurnal
Kewarganegaraan, 6(1), 945-953.
Asmaroini, A. P. (2017). Menjaga eksistensi Pancasila dan penerapannya bagi masyarakat di era
globalisasi. JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, 1(2), 50-64.
Astuti, N. R. W., & Dewi, D. A. (2021). Pentingnya Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam
Menghadapi Perkembangan IPTEK. EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology
and Counseling, 3(1), 41-49.
Hasna, S., & Dewi, D. A. (2021). Membangun Karakter Nilai-Nilai Pancasila Terhadap
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Indonesia. Jurnal Pendidikan
Indonesia, 2(5), 922-933.
Indah, A. P. N., & Dewi, D. A. (2022). Urgensi Nilai-Nilai Pancasila sebagai Pengembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jurnal Pendidikan Tambusai, 6(2), 9880-9884.
Raharja, H. Y. (2019). Relevansi pancasila era industry 4.0 dan society 5.0 di pendidikan tinggi
vokasi. Journal Of Digital Education, Communication, And Arts (Deca), 2(1), 11-20.
Ramdhani, D. N., & Dewi, D. A. (2022). Menerapkan Nilai-Nilai Pancasila Dalam Menghadapi
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi. Jurnal Kewarganegaraan, 6(1), 1081-
1088.
Sanusi, U. (2019). Peran Pancasila Dalam Perkembangan Dan Kemajuan Ilmu Pengetahuan Dan
Teknologi. Jurnal TEDC, 13(3), 311-318.
Setyorini, I. (2018). Urgensi Penegasan Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan
Iptek. Syariati: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Hukum, 4(02), 213-222.
Suryana, Y. (2017). Nilai Moral Pancasila sebagai Jalan Keluar Permasalahan Eksploitasi
Perempuan Berbasis Teknologi. Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III p-
ISSN, 2598, 5973.
Syarifuddin, S. (2018). PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT ILMU DAN IMPLIKASI
TERHADAP PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI. eL-
Muhbib: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan Dasar, 2(2), 115-127.
Triastuti, R. (2020). Pendidikan Karakter Di Era Perkembangan Teknologi informasi dan
Komunikasi (TIK) Dalam Perspektif Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
12