Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“Tantangan dan Penguatan Ideologi Pancasila dalam Menghadapi


Kemajuan Teknologi”

OLEH :

NAMA : Jessica Alfa


NIM : 023801901
PROGRAM STUDI : Pendidikan Fisika
DOSEN : Syahyunan Pora, M.Phil

MATA KULIAH UMUM

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

UNIVERSITAS TERBUKA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita sembahkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya


sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan yang
berjudul “Tantangan dan Penguatan Ideologi Pancasila dalam Menghadapi
Kemajuan Teknologi”
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW beserta
keluarganya. Penulisan makalah ini merupakan salah satu bentuk penyelesaian
tugas dari Mata Kuliah Umum (MKU), Pendidikan Kewarganegaraan.
Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen / tutor mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan, bapak Syahyunan Pora, M.Phil. yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Harapan penulis, kiranya makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca untuk dijadikan sebagai bahan referensi dalam
mempelajari bahasan ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan .
Oleh karena itu, penulis dengan senang hati akan menerima kritik dan saran
yang membangun untuk dapat menyempurnakan isi dari makalah ini. Sekian
pengantar dari penulis, semoga pembaca sekalian dapat menikmati dan
memanfaatkan makalah ini sebaik mungkin.

Pekanbaru, 12 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Ideologi Pancasila
B. Defenisi Perkembangan TeknologI
C. Pengaruh Ideologi Pancasila Dengan Usaha Untuk Memperkuat Wawasan
Ideologi Indonesia Dalam Konteks Kemajuan Ilmu Pengetahuan Dan
Teknologi (Iptek)
D. Dampak dari Revolusi Industri 4.0 (Kemajuan IPTEK) Bagi Ideologi
Pancasila
BAB III SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila merupakan dasar Negara Republik Indonesia secara
resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, dan tercantum
dalam pembukaan UUD 1945 diundangkan dalam Berita Republik
Indonesia tahun II No.7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945.
Pancasila merupakan dasar Negara Indonesia yang menjadi alas untuk
berpijak dan mampu memberikan kekuatan untuk berdiri menjadi
Negara yang kokoh dan dasar filsafat negara Republik Indonesia.
Pancasila sebagai dasar Negara berarti pancasila dijadikan dasar,
pedoman, dan petunjuk dalam mengatur kehidupan bersama serta
mengatur penyelenggaraan pemerintahan Negara. Bangsa Indonesia
telah menemukan jati dirinya, yang didalamnya tersimpul cirri khas, sifat,
dan karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain, yang oleh para
pendiri negara kita dirumuskan dalam suatu rumusan yang sederhana
namun mendalam.
Pancasila sebagai ideologi bangsa berakar pada pandangan hidup
dan budaya bangsa. Oleh karena nilai-nilai pancasila harus direalisasikan
dalam aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini
berdasarkan pada suatu kenyataan secara filosofis dan objektif bahwa
bangsa indonesia dalam hidup berbangsa dan bernegara mendasarkan
pada nilai-nilai yang tertuang dalam sila-sila pancasila. Berdasarkan fakta
objektif secara historis kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat
dipisahkan dengan nilai-nilai Pancasila. Atas dasar inilah maka sangat
penting bagi para generasi penerus bangsa terutama kalangan intelektual
kampus untuk mengkaji, memahami, dan mengembangkan berdasarkan
pendekatan ilmiah, yang pada gilirannya akan memiliki suatu kesadaran
serta wawasan kebangsaan yang kuat berdasarkan nilai-nilai yang
dimilikinya sendiri. Intelektual kampus yaitu mahasiswa yang selalu
berupaya untuk mendapat ilmu yang nantinya dapat bermanfaat bagi
masyarakat dan bangsa Indonesia.
Pengamalan nilai pancasila sangat penting dalam kehidupan
bernegara, karena pancasila merupakan sendi, asas dan aturan hukum
tertinggi. Namun, pada saat sekarang ini pengamalan nilai-nilai pancasila
tidak tertanam pada jati diri bangsa indonesia, kesetiaan warga Negara
Indonesia terhadap negaranya terlihat sangat kurang terutama dalam
tingkah laku dalam melakukan pelanggaran hukum dan rasa
nasionalisme yang mulai memudar. Dengan demikian pancasila sebagai
ideologi bangsa diharapkan mampu untuk menyaring pengaruh dari luar
dan memperkokoh kekuatan bangsa.
Salah satu pengamalan pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara adalah pengembangan pemikiran oleh para tokoh-tokoh
negara mengenai nilai-nilai pancasila dan UUD 1945 yang
berkesinambungan dengan kebutuhan perkembangan zaman. Banyak
teori yang dikemukakan oleh para ahli menganai konsep-konsep dasar
suatu negara yang menjadi penggagas lahirnya konsep negara lainnya.
Perjalanan sejarah Pancasila sebagai ideologi merupakan perjalanan yang
sangat panjang yang ditempuh oleh negara ini. Hal tersebut membuat kita
lebih mengenal negara kita sendiri. Ideologi yang dianut oleh bangsa
harus bisa menjadi suatu dorongan untuk memperkuat wawasan
kebangsaan dari warga negaranya.
Perjalanan panjang sejarah pancasila tidak terlepas dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Dengan adanya
kemajuan iptek akan memberikan dampak bagi ideologi bangsa ini.
Karena latar belakang inilah penulis mengambil judul “Tantangan dan
Penguatan Ideologi Pancasila dalam Menghadapi Kemajuan Teknologi”.
B. Rumusan Masalah
a. Apa defenisi ideologi Pancasila?
b. Apa defenisi perkembangan teknologi?
c. Bagaimana pengaruh ideologi Pancasila dengan usaha untuk
memperkuat wawasan ideologi Indonesia dalam konteks
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)?
d. Apa dampak dari Revolusi Industri 4.0 (Kemajuan IPTEK) bagi
ideologi pancasila?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui defenisi ideologi Pancasila
b. Untuk mengetahui defenisi perkembangan teknologi
c. Mengetahui bagaimana pengaruh ideologi Pancasila dengan usaha
untuk memperkuat wawasan ideologi Indonesia dalam konteks
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
d. Mengetahui dampak dari Revolusi Industri 4.0 (kemajuan IPTEK)
bagi ideologi pancasila

D. Manfaat
a. Bagi penulis : Dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai materi Tantangan dan Penguatan Ideologi Pancasila
dalam Menghadapi Kemajuan Teknologi dan mengasah
kemampuan dalam menulis makalah, sertaa untuk melengkapi
tugas yang diberikan oleh dosen.
b. Bagi pembaca : Dapat menambah pengetahuan pembaca
mengenai materi Tantangan dan Penguatan Ideologi Pancasila
dalam Menghadapi Kemajuan Teknologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ideologi Pancasila
Istilah ideologi berasal dari kata ideayang berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar, cita-cita sedangkan logos berarti ilmu. Ideologi secara
etimologis artinya ilmu tentang ide-ide (The Science Of Ideas) atau ajaran
tentang pengertian dasar. (Kaelan. 2013 : 60-61). Selanjutnya menurut
Mubyarto (1991 : 239) ideologi adalah sejumlah doktrin, kepercayaan
dan simbol-simbol sekelompok masyarakat atau suatu bangsa yang
menjadi pegangan dan pedoman kerja untuk mencapai tujuan
masyarakat atau bangsa itu.
Ideologi merupakan sebuah konsep yang fundamental dan aktual
dalam sebuah negara. Fundamental karena hampir semua bangsa dalam
kehidupannya tidak dapat dilepaskan dari pengaruh ideologi. Aktual,
karena kajian ideologi tidak pernah usang dan ketinggalan jaman. Harus
disadari bahwa tanpa ideologi yang mantap dan berakar pada nilai-nilai
budaya sendiri, suatu bangsa akan mengalami hambatan dalam mencapai
cita-citanya. Menurut Syafiie (2001:61), ideologi adalah “sistem pedoman
hidup yang menjadi cita-cita untuk dicapai oleh sebagian besar individu
dalam masyarakat yang bersifat khusus, disusun secara sadar oleh tokoh
pemikir negara serta kemudian menyebarluaskannya dengan resmi”.
Menurut Sutrisno (2006:24), istilah “ideologi pertama diciptakan oleh
Desstutt de Tracy tahun 1976 di Perancis, telah terjadi pergeseran arti
begitu rupa sehingga ideologi dewasa ini merupakan istilah dengan
pengertian yang kompleks”.
Jadi dapat disimpulkan ideologi adalah satu rangkaian
nilai(norma) atau komponen nilai dasar yang sifatnya menyeluruh dan
mendalam yang dimiliki dan dipegang oleh sekelompok masyarakat atau
suatu bangsa sebagai wawasan atau pandangan hidup mereka. Nilai-nilai
yang tersusun menjadi suatu komponen itu sama halnya dengan nilai-
nilaidasar Pancasila, yang bersumber dari budaya dan sejarah
sekelompok masyarakat atau suatu bangsa sehingga tercipta suatu
ideologi.
Pancasila adalah suatu ideologi bagi bangsa Indonesia karena
Pancasila merupakan suatu kepercayaan yang dianggap sebagai satu-
satunya ideologi yang paling tepat dalam menjalankan suatu sistem
kenegaraan Republik Indonesia. Pancasila merupakan ilmu tentang ide-
ide dari Bapak Bangsa Indonesia kita seperti Ir.Soekarno, Soepomo,
M.Yamin serta tokoh-tokohyang ikut serta dalam penyusunan Ideologi
Pancasila. Pancasila merupakan lima dasar yang disepakati bersama oleh
bangsa Indonesia melalui Bapak Bangsa Indonesia yang harus dijalankan
dalam sistem kenegaraan dan kehidupan, meliputi :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan dan/ perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima dasar inilah yang menjadi landasan kita dalam menghadapi
tantangan ideologi Pancasila dari berbagai permasalahan ideologi dunia
dan kebudayaan dunia. Seperti menghadapi tantangan kemajuan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi pada saat sekarang ini.
Pentingnya Pancasila sebagai ideologi Negara adalah untuk
memperjelas fungsi ideologi sebagai penuntun tingkah laku dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga segala ancaman untuk
negeri ini dapat dicegah dengan cepat. Karena Pancasila merupakan
Ideologi yang terbuka bagi semua perkembangan zaman. Sehingga segala
hal yang terjadi dalam perkembangan zaman harus sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang berlaku atas azaz dasar Pancasila.
Pancasila sebagai ideologi bangsa dalam berbagai bidang dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara. Dengan kata
lain, seluruh tatanan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia menggunakan pancasila sebagai dasar moral atau norma dan
tolak ukur tentang baik buruk dan benar salahnya sikap, perbuatan dan
tingkah laku bangsa Indonesia. Pancasila merupakan jiwa seluruh rakyat
Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa
Indonesia dan pancasila menjadi tujuan hidup bangsa Indonesia.
Pancasila bagi bangsa Indonesia merupakan pandangan hidup
kesadaran dan cita-cita moral yang meliputi kejiwaan dan watak yang
sudah berurat akar dalam kebudayaan bangsa Indonesia. Pancasila sudah
mengakar dalam kepribadian bangsa, maka dapat diterima sebagai dasar
negara yang mengatur hidup ketatanegaraan.
Pancasila sebagai ideologi dalam segala bidang kehidupan
bermasyarkat, berbangsa dan bernegara. Ini berperan dan berfungsi
sebagai landasan sekaligus tujuan dari berbagai bidang kehidupan yang
terus menerus berkembang itu senada dengan perkembangan unsur
masyarakat dan perubahan zaman dari masa ke masa. Ada hubungan
timbal balik atau sistem antara perubahan kehidupan dengan Pancasila
dan ideologi. Pancasila juga harus diciptakan dalam berbagai bidang
kehidupan. Seperti dalam bidang integrasi Negara Kesatuan Republik
Indonesia, kehidupan ekonomi, dalam bidang hukum, dalam bidang
pendidikan, dalam bidang politik dan pemerintahan, dalam bidang sosial
budaya, dalam bidang kehidupan beragama, dalam bidang kesehatan dan
kesejahteraan, dalam bidang lingkungan dan SDA, dalam bidang tenaga
kerja dan Sumber daya manusia, dalam bidang gender dan perempuan,
dalam bidang politik dan luar negeri, dalam bidang pembangunan
industri pariwisata, dalam bidang olahraga, dalam bidang pembangunan
seni, dalam bidang pembangunan kelautan dan perikanan, dalam bidang
industri dan penanaman modal (invetasi), dalam bidang bisnis dan
perdagangan, dalam bidang ketertiban dan keamanan, dan lain hal.
Untuk melaksanakan masyarakat pancasila perlu usaha dilakukan
secara berencana dan terarah. Tujuanya agar pancasila sungguh-sungguh
dihayati dan diamalkan segenap warga negara yang diharapkan
pembinaan masyarakat Indonesia agar menjadi insan pancasila dan
pembangunan bangsa untuk mewujudkan masyarakat pancasila.
Pembinaan insan pancasila dapat melalui jalur pendidikan maupun
masyarakat atau sebuah organisasi masyarakat.
Pancasila sebagai dasar negara, maka mengamalkan dan
mengamankan pancasila sebagai dasar negara mempunyai sifat impreatif
dan memaksa, artinya setiap warga negara Indonesia harus tunduk dan
taat kepadanya. Artinya siapa saja yang melanggar hukum harus ditindak
menurut hukum yang berlaku di negara Indonesia.

B. Perkembangan Teknologi
Ilmu pengetahuan adalah semua usaha untuk menyelidiki,
menemukan serta meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai sisi
kenyataan di dalam lingkugan kehidupan. Semua orang pasti
membutuhkan ilmu pengetahuan sebagai pedoman hidupnya. Dengan
memiliki ilmu manusia akan mempunyai kehidupan yang lebih efisien,
dapat memecahkan permasalahan yang dialami, meningkatkan khualitas
dan derajar diri, bahkan dapat hidup lebih sejahtera.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) adalah suatu
fenomena yang tidak dapat kita hindari dalam perkembangan zaman.
Karena perkembangan teknologi ini beriiringan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan. Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologiini
sangat pesat sehingga menjadikan peradaban manusia juga ikut
berkembang dengan cepat.
Pancasila adalah ideologi dan dasar negara Indonesia yang dapat
dijadikan sebagai sumber pengenalan dan arah pengembangan ilmu dan
teknologi tersebut. Segala bentuk pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi ini diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi
kehidupan manusia.
Perkembangan IPTEK telah banyak memberikan kemudahan
dalam melakukan bergam aktivitas. Seperti manusia semakin mudah
untuk berkomunikasi jarak jauh. IPTEK tidak hanya bermanfaat dalam
sarana kehidupan, namun sudah menjadi kebutuhan kehidupan manusia.
Dapat kita perhatikan dengan munculnya berbagai teknologi canggih
tersebut dapat mempermudah aktivitas kita dalamkehidupan sehari-hari.
Namun, pesatnya kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ini juga
memungkinkan terjadinya penyimpangan dalam penggunaannya. Hal ini
dikarenakan begitu mudahnya segala informasi masuk tanpa adanya
penyaringan yang ketat.
Pesatnya perkembangan teknologi informasi memudahkan
masuknya berbagai bentuk pengaruh dari luar, seperti gaya hidup yang
meniru budaya barat dan ada beberapa aspek yang bertentangan dengan
nilai-nilai moral bangsa Indonesia dan juga nilai- nilai yang tercantum di
dalam Pancasila. Contohnya dari cara berpakaian anak muda zaman
sekarang yang berdandan seperti budaya barat, mereka menggenakan
pakaian yang minim, memperlihatkan bentuk tubuh, bahkan sampai
kepada gaya rambut. Anak muda pada zaman sekarang lebih suka
mengikuti budaya barat daripada berpakaian yang sopan dan sesuai
dengan kepribadian bangsa Indonesia.

C. Pengaruh Ideologi Pancasila Dengan Usaha Untuk Memperkuat


Wawasan Ideologi Indonesia Dalam Konteks Kemajuan Ilmu
Pengetahuan Dan Teknologi (Iptek)
Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan
kesepakatan politik ketika negara Indonesia didirikan hingga sekarang di
era globalisasi. Negara Indonesia tetap berpegang teguh kepada Pancasila
sebagai dasar negara. Sebagai dasar negara tentulah Pancasila harus
menjadi acuan negara dalam menghadapi tantangan global dunia yang
terus berkembang. Di era globalisasi ini peran Pancasila tentulah sangat
penting untuk tetap menjaga eksistensi kepribadian bangsa Indonesia.
Karena dengan adanya globalisasi, batasan batasan diantara negara
seakan tak terlihat, sehingga berbagai kebudayaan asing dapat masuk
dengan mudah ke dalam masyarakat.
Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
mengakibatkan tantangan Ideologi Pancasila semakin ruwet dalam
mengikuti perkembangan zaman. Tantangan ini tidakhanya datang dari
ideologi liberalisme, komunisme, atheisme, kapitalisme, kehidupan sosial,
narkoba, terorisme, tatapi tantangan Ideologi Pancasila juga datang dari
segi kebudayaan.
Dengan perkembangan IPTEK ini memberikan sebuah tantangan
baru dalam pengembangan ideologi Pancasila, karena Pancasila harus
menjalankan fungsinya sebagai ideologi terbuka, dinamis dan aktual.
Banyak tantangan dalam mempertahankan Pancasila sebagai, Pancasila
bukan hanya milik suku atau golongan tertentu. Tetapi Pancasila itu
murni dan akan selalu hidup di segala zaman seperti yang telah dilewati
di tahun-tahun sebelumnya.
Perkembangan tekonologi salah satunya ditunjukkan dengan
adanya penemuan Artificial Intelligence (AI) atau robot yang mirip
dengan manusia. Robot ini sudah banyak digunakan oleh perusahaan –
perusahaan besar sehingga menggeser peran manusia dalam bekerja.
Perkembangan teknologi yang semakin pesat ini memberikan
keuntungan bagi dunia, namunjuga memberikan dampak yang cukup
tajam terhadap pasar tenaga kerja. Hal ini dikarenakan anggapan bahwa
teknologi lebih efisien dan efektif dibandingkan tenaga atau kemampuan
manusia yang terbatas. Ini juga memangkas beban Sumber Daya Manusia
yang menuntut kenaikan upah para buruh tetapi tidak disertai dengan
kenaikan produktivitasnya. Akibatnya, banyak perusahaan yang
memangkas jumlah tenaga kerjanya secara besar besarandan
menyebabkan terjadinya pengangguran. (Nabila, 2019).
Pancasila yang hakikatnya lahir dari banyaknya perbedaan,
seharusnya menjadi nilai dasar yang senantiasa dijunjung oleh setiap
lapisan masyarakat Indonesia. Tetapi saat ini banyak tantangan dan
ancaman yang harus dihadapi oleh Pancasila pada era sekarang ini,
karena masyarakat Indonesia semakin maju dalam peradabannya
terutama dalam pemakaian teknologi. Teknologi pada hakikatnya
memang diciptakan untuk membantu manusia dalam menjalankan
aktivitasnya, namun teknologi juga bisa menjadi alat yang dapat
membahayakan kehidupan manusia apabila tidak digunakan dengan
bijaksana.
Dalam menghadapi tantangan ini, maka Pancasilalah yang menjadi
jawaban permasalahan ini. Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia
merupakan hasil pemikiran yang mengandung suatu pemikiran yang
bermakna sebagai dasar, azaz, pedoman hidup dan kehidupan bersama
daam negara Indonesia.
Hal lain yang juga bisa menjadi tantangan baru adalah jika
perkembangan ideologi lebih lamban dari proses perubahan masyarakat.
Misalnya perubahan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat
industri modern. Masyarakat dengan kenyataan barunya berkembang
sendiri tanpa mengikuti ideologi, karena ideologi itu dirasakan tidak
relevan lagi dengan situasi yang dihadapi.
Dapat dikatakan bahwa tantangan Ideologi Pancasila dalam
menghadapi perkembangan teknologi adalah peranan penyelenggara
negara dan warga negara dalam mempertahankan keberadaan Pancasila
sebagai ideologi Indonesia sehingga diperlukan pembelajaran secara
mendalam supaya Ideologi Pancasila dapat dipertahankan.
Metode pembelajaran dalam Pendidikan Pancasila harus
mengikuti perkembangan zaman yang sesuai dengan keadaan saat ini.
Pancasila diharapkan dapat dipahami dan diterima oleh setiap generasi
yang berkaitan langsung dengan pembelajaran pancasila tersebut.
Pendekatan atau metode pembelajaran yang dapat dilakukan adalah
dengan menghidupkan kembali cara belajar Pendidikan Pancasila di
sekolah maupun di kampus. Pembelajaran yang dimaksud adalah dengan
merubah cara belajar umum menjadi cara belajar terpusat kepada siswa
maupun mahasiswa.
Selain itu, cara yang dapat dilakukan dalam pembelajaran
pancasila yaitu dengan membuat film animasi yang menarik yang di
dalamnya terkandung materi pelajaran serta memberikan contoh tingkah
laku yang sesuai dengan nilai - nilai moral bangsa Indonesia. Hal ini
membuat peserta didik merasa tertarik dan tidak bosan belajar
pendidikan Pancasila, karena mereka merasa terlibat langsung. Hal
tersebut juga didukung dengan perkembangan teknologi pada saat
skarang ini.

D. Dampak dari Revolusi Industri 4.0 (Kemajuan IPTEK) Bagi Ideologi


Pancasila
The Next Great Generation, begitulah ungkapan kata sebagai
representasi dari generasi milenial yang dituliskan Neil Howe dan
William Strauss dalam buku Millenials Rising: The Next Great Generation.
Mengenai generasi milenial, di Indonesia sendiri istilah ini lumayan akrab
terdengar dan merujuk pada pemuda-pemuda Indonesia saat ini yang
diharapkan mampu membawa negara dan bangsa pada kemajuan
peradaban. 
Dikatakan generasi milenial adalah mereka yang umurnya berada
pada rentang tahun kelahiran 1982-2000 (Howe & Strauss, 2000). Jadi
kita sebagai mahasiswa sekarang termasuk ke dalam generasi ini. Pada
saat menjalankan kehidupan kita akan menemui yang namanya
tantangan kehidupan yang akan semakin besar bersamaan dengan arus
globalisasi. Generasi milenial Indonesia saat ini harus berhadapan
dengan sebuah tantangan besar berupa revolusi industri 4.0.
Dunia termasuk Indonesia memasuki era modernisasi, otomasi,
digitalisasi, industrialisasi, penggunaan teknologi, dan internet yang akan
menjadi basis dari kegiatan di berbagai sektor mulai dari sektor sosial,
budaya, pendidikan, ekonomi, dan politik. Dari semua sektor tersebut
kita akan menjumpai pengaruh-prngaruh yang terjadi pada revolusi
industri 4.0. Dampak dari revolusi industri 4.0 juga memberi pengaruh
yang menyentuh segala ranah seperti gaya hidup bangsa Indonesia
hingga pancasila sebagai ideologi negara.
Revolusi industri 4.0 memberikan pengaruh baik positif maupun
pengaruh negatif. Persoalannya adalah apakah kaum milenial Indonesia
selalu mampu mendapatkan dan memanfaat segala pengaruh positif dan
membendung diri dari segala dampak negatif revolusi industri 4.0. Salah
satu dampak positif dari era 4.0 adalah kemudahan dalam mendapatkan
akses teknologi dan informasi. Seperti sekarang ini dunia dalam
genggangam kita karna adanya teknologi. Berbagai sumber dapat diakses
untuk mendapatkan informasi. Tidak hanya itu, teknologi juga berperan
dalam membantu perekonomian masyarakat dunia maupun Indonesia.
Semua jenis pekerjaan menggunakan teknologi, baik itu pelayanan jasa
maupun barang.
Namun, akibat kemudahan itu juga terdapat dampak negatif
seperti keterbukaan informasi yang berujung pada penyebaran hoax dan
sara yang dapat menyebabkan disintegrasi bangsa. Selain itu munculnya
konten pornografi yang dapat merusak moralitas dan mental generasi
bangsa. Kita telah melihat dimulai dari tahun 2015 hingga 2019 iklim
sosial-politik Indonesia benar-benar sangat memanas dalam suhu tinggi
akibat bipolarisasi bangsa Indonesia terhadap jagoan politik dari kubu
mereka masing-masing. Cercaan, cacian, hinaan, makian, bahkan
kebencian, tersebar di dunia maya hingga dunia virtual. Menunjukan
bangsa benar-benar dalam keadaan terpecah belah. Hujatan dan sindiran
dimana-mana.
Sisa-sisa dari panasnya iklim politik tersebut masih terasa
meskipun sekarang kompetisi politik 2019 telah usai berakhir. Hal
demikian terjadi karena salah satu pengaruh penggunaan teknologi yang
semakin maju sehingga kemudahan dalam mengakses sosial media dapat
dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Hal yang sangat disayangkan
adalah mayoritas pengguna media sosial tidak ditopang dengan
pendidikan literasi yang baik sehingga mudah larut dalam segala berita
yang ada serta menerimanya sebagai suatu kebenaran tanpa mencari
kebenaran dibalik suatu kebenaran tersebut. Berita-berita yang beredar
kebanyakan adalah berita semu nan palsu (hoax) yang sifatnya provokasi
sehingga bangsa menjadi lerai akan kasih. Kominfo (2018) mengatakan
sebanyak 92,40%  berita-berita yang beredar di media sosial sepanjang
tahun 2016-2018 adalah hoax serta konten kebencian.
Di sisi lain, selain hoax bangsa ini mendapat persoalan besar lain
berupa pornografi akibat kemajuan teknologi yang dapat merusak mental
bangsa hingga berujung pada perilaku amoral, pelecehan terhadap
masyarakat sosial, penyimpangan seksual, seks bebas, dan lainnya (Yati &
Aini, 2018). Statistik aduan Kominfo menunjukan hingga september 2019
dilaporkan terdapat konten pornografi dengan angka sebesar 1.001.621
konten (Kominfo, 2019).
Bisa kita renungkan angka tersebut bukanlah angka yang kecil
untuk konten-konten pornografi yang dapat diakses terbuka di internet.
Hal semacam inilah yang perlu dikhawatirkan dari revolusi industri 4.0
dimana pengaruh negatif lebih signifikan dibandingkan pengaruh positif
yang tersebar kepada bangsa Indonesia khususnya bagi kaum milenial.
Segala bentuk negatif dari modernisasi dalam era revolusi industri 4.0
haruslah dijauhi oleh para milenial Indonesia agar dapat menghadapi
segala tantangan dari era revolusi industri 4.0.
Selain persoalan positif-negatif dari revolusi industri 4.0,
persoalan lain terletak pada esensi dari tantangan-tantangan yang
terdapat dalam era ini. Revolusi industri 4.0 dikatakan sebagai tantangan
besar bagi kaum milenial Indonesia adalah karena persoalan apakah
kaum milenial Indonesia mampu hidup adaptif dan kompetitif pada era
4.0 dengan berbekal skill (keterampilan) dan kemampuan diri yang
kualitasnya mumpuni.
Skill yang dimaksud adalah skill yang berkaitan dengan
keterampilan dalam menguasai teknologi-teknologi hingga kemampuan
dalam berbahasa asing. Apabila kaum milenial Indonesia tidak memiliki
skill yang terampil dan mumpuni dikhawatirkan kaum milenial tidak
dapat aktif dalam kompetisi di era ini sehingga akan meningkatkan angka
pengangguran yang berujung pada meningkatnya angka kemiskinan
hingga angka kriminalitas.
Tak hanya sebatas persoalan tersebut, persoalan lain yang juga
menjadi urgensi adalah pengaruh yang terjadi akibat arus industri 4.0
pada gaya hidup dan ideologi bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia
awalnya memiliki gaya hidup yang filosofis, agamais, dan penuh dengan
semangat gotong royong. Akan tetapi, akibat arus modernisasi budaya-
budaya tersebut semakin terasa memudar dan malah berubah menjadi
gaya hidup yang individualis, liberalis, dan sekuler. Pengaruh
modernisasi juga terlihat pada gaya berpenampilan. Bangsa Indonesia
yang awalnya memiliki gaya berpenampilan yang sederhana, tidak
nyentrik, sopan, dan menutup aurat malah mulai terlihat seolah berkiblat
ke arah barat dengan gaya berpenampilan yang lebih terbuka, nyentrik,
dan tidak sopan dilihat.
Dari persoalan ini dikhawatirkan kaum milenial melupakan
pakaian-pakain adat indonesia sebagai identitas budaya indonesia yang
sesungguhnya. Pada ranah ideologi, pancasila sebagai idealisme yang
didalamnya terkandung nilai-nilai yang mendasari cara hidup bangsa
Indonesia terancam oleh ideologi liberal. Kaum milenial yang saat ini
sangat candu akan kemajuan teknologi, dikhawatirkan melupakan nilai-
nilai pancasila yang seharusnya diterapkan dalam hidup berbangsa dan
bernegara sehingga yang terbentuk adalah kaum yang apatis terhadap
segala persoalan bangsa.
Pengaruh negatif tersebut dikhawatirkan menghilangkan
eksistensi dan makna pancasila sebagai falsafah dan paradigma bangsa
Indonesia sehingga pancasila hanya menjadi sebuah simbol belaka tanpa
adanya implementasi dari nilai-nilai luhur yang ada di dalam pancasila.
Negara ini membutuhkan kaum milenial yang cerdas, penuh dengan ide-
ide yang kreatif dan inovatif, mampu memanfaatkan segala kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi demi kemajuan peradaban bangsa, serta
berjiwa visioner dan misioner dalam membawa arah perubahan bagi
Indonesia.
Segala tuntutan tersebut dibutuhkan agar milenial Indonesia tidak
sekedar menjadi penonton dari kompetisi dalam arena revolusi industri
4.0. Akan tetapi, mampukah bangsa ini memenuhi segala tuntutan dari
era industri 4.0 apabila beberapa persoalan yang telah dirincikan di muka
saja masih menjadi sebuah badai yang mengerikan bagi perkembangan
kaum milenial negara ini. Segala idealisme dari tuntutan-tuntutan
revolusi industri 4.0 hingga segala persoalan yang menghalangi
pemenuhan tuntutan tersebut dapat negara ini atasi dengan internalisasi
dan revitalisasi falsafah dan paradigma dari nilai-nilai yang terkandung
dalam lima sila pancasila sehingga kemajuan peradaban dapat diraih
bangsa ini. 
Pancasila sejatinya bukanlah jargon kosong yang muncul
ditengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia, namun ia merupakan
Core Values inklusif yang di gali oleh para pendiri bangsa yang mencoba
mempertemukan nilai-nilai ideal yang mampu mewujudkan cita-cita
Bhinneka Tunggal Ika yang akan selalu sesuai dengan segala perubahan
waktu termasuk era industri 4.0 (Nurhadianto, 2014). 
Hal demikian karena pancasila adalah hasil konsensus dari
Founding Fathers yang diwariskan kepada generasi penerus sebagai
suatu dasar falsafah bangsa dan pandangan hidup negara yang begitu
visoner dan tahan banting (durable). Suatu dasar falsafah yang memiliki
landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis yang kuat. Jika
terpahami secara mendalam, diyakini secara teguh, dan diamalkan secara
konsisten dapat mendekati perwujudan negara paripurna (Nurhadianto,
2014).
Oleh karena itu, internalisasi dan revitalisasi pancasila dapat
mencegah, melindungi, dan menanggulangi kaum milenial bangsa ini dari
segala hal yang dapat menjerumuskan para pemuda kedalam jurang yang
membinasakan bangsa ini Internalisasi dan revitalisasi dari sila-sila
pancasila dapat menjadi paradigma yang mengakar kuat dalam sehingga
kaum milenial Indonesia akan memiliki landasan filosofis dalam
berperilaku baik secara individu maupun masyarakat. 
1. Sila pertama yang berbunyi ketuhanan yang maha esa apabila di
internalisasikan secara radikal kepada bangsa ini akan menjadi social
control bagi setiap orang sehingga orang yang menanamkan nilai-nilai
ketuhanan akan merasa selalu diawasi oleh sang Maha
Pencipta. Orang yang menanamkan nilai ketuhanan sebagai landasan
falsafah akan memiliki nilai dan norma bagi dirinya berdasarkan
aturan-aturan agama sehingga orang tersebut akan menjauhi segala
hal yang menjadi larangan dalam agama seperti perilaku-perilaku
dalam penyimpangan sosial, penyimpangan seksual termasuk
pornografi, penyalahgunaan narkoba dan seks bebas, hingga segala
tindakan amoral lainnya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang
menjadi tolak ukur berperilaku sosial.
2. Internalisasi dan revitalisasi dari sila kedua, kemanusiaan yang adil
dan beradab adalah mengedepankan nilai humanisme yang mana
orang yang menerapkan nilai menjadi falsafah hidupnya akan menjadi
anti terhadap segala bentuk tindakan yang bersifat tidak
berperikemanusiaan.
Nilai humanisme dalam sila kedua inilah yang akan menciptakan
masyarakat yang saling tolong menolong, mengedepankan nilai
kemanusiaan, berusaha mewujudkan dan mencari keadilan sejati, anti
rasisme dan tindakan diskriminatif, dan anti segala bentuk tindakan
lainnya yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan.
3. Internalisasi dan revitalisasi terhadap nilai dari sila persatuan
Indonesia akan mewujudkan persatuan, harmonisasi, dan keutuhan
bangsa yang akan menguatkan kedaulatan negara. Apabila nilai
persatuan ini diprioritaskan menjadi paradigma sosial maka
perpecahan akibat kontestasi politik tidak akan terjadi. Bipolarisasi
hingga multipolarisasi karena adanya primordialisme dalam sektor
sosial hingga politik tidak akan menjadi persoalan yang mengancam
bangsa ini. Bangsa kita termasuk kaum milenialnya yang mulai lupa
akan makna sejati dari Bhinneka Tunggal Ika adalah karena tidak
mendalami dan meresapi nilai dari sila ketiga pancasila. Oleh karena
itu, sila ini amatlah penting agar persatuan sosial bagai satu tubuh
dapat terealisasikan tidak hanya sebatas simbol melainkan sebagai
falsafah bangsa Indonesia sebagai bangsa yang majemuk namun tidak
melupakan persatuan.
4. Internalisasi dan revitalisasi terhadap sila keempat dari pancasila
adalah menjadikan bangsa ini bangsa yang mengedepankan
kepentingan umum dan membuang segala vested interest
(kepentingan pribadi) yang dapat menimbulkan perpecahan. Kaum
milenial hendaknya menjadi kaum yang kritis dan mengedepankan
musyawarah terhadap segala persoalan bangsa yang selanjutnya
diharapkan mencarikan segala solusi dan arah perubahan demi
perbaikan peradaban. Nilai musyawarah dalam sila keempat
pancasila juga akan membangkitkan para milenial apatis yang tidak
peduli terhadap masalah-masalah bangsa dan negara. Nilai ini jugalah
yang dapat membentuk paradigma kaum milenial menjadi paradigma
yang dewasa untuk menjadi lebih bijaksana dan objektif dalam
menilai sesuatu hingga memecahkan masalah. Persoalan seperti
provokasi, hoax, fitnah, dan sebagainya di media sosial maupun dunia
nyata dapat ditanggulangi dengan menjadikan sila keempat ini
sebagai paradigma dan falsafah hidup.
5. Internalisasi dan revitalisasi pada paradigma kaum milenial terhadap
sila ke lima pancasila yang berbicara mengenai keadilan sosial bagi
seluruh rakyat indonesia akan menciptakan generasi yang
mengedepankan social justice dan berjuang demi keadilan. Kaum
milenial yang memiliki paradigma ini akan menjadi anti terhadap
segala bentuk ketidakadilan sekecil apapun itu. Nilai inilah yang dapat
mencegah bangsa ini dari perbuatan-perbuatan kotor dalam sosial
dan politik seperti korupsi, suap, pengambilan kebijakan yang
semena-mena dan bentuk ketidakadilan lainnya. Nilai keadilan sosial
inilah yang akan membentuk kaum milenial sebagai pejuang keadilan
penentang segala bentuk ketidakadilan. Sehingga peran milenial
sebagai iron stock, agent of change, dan social control dapat
terealisasikan dengan adanya dorongan dari paradigma mengenai
keadilan sosial.
Perlu diingat bahwasannya lima sila dalam pancasila tidak dapat
berdiri sendiri dan tidak dapat dipisah-pisah internalisasi, revitalisasi,
hingga implementasinya. Sila-sila tersebut tidak dapat dipisahkan secara
hierarkis, numerik atau berdasarkan angka, maupun fungsional. Artinya
sila-sila dalam pancasila ada untuk saling menguatkan, saling
mendukung, dan saling melengkapi terhadap sila yang satu dengan sila
lainnya. Merupakan hal yang tidak mungkin bagi seseorang untuk
dikatakan memiliki paradigma nilai ketuhanan apabila dia tidak
menerapkan nilai kemanusiaan dan nilai etik-estetik dalam berperilaku.
Bagaimana mungkin seseorang dikatakan telah menerapkan nilai
kemanusiaan apabila dia tidak menjalankan dan mengedepankan
persatuan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Selanjutnya bagaimana bisa seseorang dikatakan mencintai
persatuan dan keutuhan apabila dia anti terhadap kepentingan umum
dan menolak musyawarah bahkan lebih mengedepankan vested interest
yang tertanam pada dirinya. Last but not least, bagaimana mungkin
seseorang dikatakan telah mengedepankan kepentingan umum dan
mengedepankan prinsip musyawarah apabila dari hatinya enggan
mewujudkan keadilan sosial bagi bangsanya. Demikianlah pancasila
saling terhubung dan komplemen masing-masing silanya tanpa adanya
pemisahan secara fungsional.Dengan demikian, pancasila sebagai
paradigma dan falsafah apabila diterapkan lebih mendalam lagi dalam
kehidupan bangsa Indonesia terutama bagi kaum milenilal niscaya
mampu membawa bangsa ini pada kemajuan peradaban bagi segala masa
termasuk di era industri 4.0. Oleh karena itu, bangsa Indonesia utamanya
kaum milenial tidak boleh keluar dari koridor nilai-nilai pancasila agar
selalu memiliki landasan filosofis dan membentuk paradigma yang
visioner dan misioner demi mewujudkan cita-cita bangsa ini.  

BAB III
SIMPULAN
Pancasila itu ideologi dan dasar negara Indonesia. Pancasila dapat
dijadikan sebagai sumber orientasi dan arah pengembangan ilmu dan
teknologi itu sendiri. Setiap inovasi Iptek diciptakan untuk memberikan
manfaat positif terhadap kehidupan manusia.
IPTEK telah banyak memberikan kita kemudahan serta berbagai
macam cara baru dalam melakukan beragam aktivitas. Iptek tidak lagi
hanya bermanfaat dalam sarana kehidupan, tetapi juga untuk kebutuhan
kehidupan manusia. Dengan perkembangan Iptek yang sangat pesat,
manusia semakin mudah untuk berkomunikasi dalam jarak jauh, bahkan
dalam lingkup dunia.
Memang kemajuan IPTEK tidak secara langsung mempengaruhi
nilai-nilai nasionalisme namun ada baiknya jika kita lebih waspada
terhadap kemajuan IPTEK. Di sisi lain globalisasi membuka cakrawala
kita terhadap dunia global. Justru hal tersebut menjadi ancaman bagi
bangsa kita sehingga perlu ditanamkannya nilai-nilai Pancasila dalam
dunia pendidikan dan kehidupan sehari-hari dengan menerapkan
Pengetahuan tentang nilai nilai Pancasila.
Hal ini dapat dilihat dengan munculnya berbagai teknologi
canggih yang dapat membantu aktivitas kita dalam kehidupan sehari-
hari. Namun, pesatnya kemajuan IPTEK tersebut juga memungkinan
terjadinya penyimpangan dalam penggunaannya. Hal ini dikarenakan
begitu mudahnya segala informasi masuk tanpa adanya proses
penyaringan yang ketat. Jika kita dapat memfilter dengan baik berbagai
hal yang timbul dari dampak perkembangan teknologi tentunya
perkembangan tekonologi itu akan menjadi hal yang positif karena dapat
menambah wawasan dan mempererat hubungan antar bangsa dan
negara di dunia. Tapi jika kita tidak dapat memfilter dengan baik maka
hal-hal negatif dari dampak perkembangan teknologi dapat merusak
moral bangsa dan eksistensi kebudayaan indonesia.
Keterkaitan dan dampak perkembangan teknologi terhadap nilai-
nilai Pancasila :
1. Berdasarkan sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”, terkadang
IPTEK khususnya dunia maya menjadi akses untuk menyebarkan
doktrin sesat dimana mengajak para penggunanya atau pembacanya
untuk mengikuti ajaran sesat sehingga dapat mengganggu kehidupan
beragama di Indonesia.
2. Berdasarkan sila kedua “Kemanusian yang adil dan beradab”,
seseorang dapat saling menghujat satu sama lain melalui media yang
diciptakan melalui teknologi informasi.
3. Berdasarkan sila ketiga “Persatuan Indonesia”, mengundang hal-hal
yang berbau SARA yang dapat memecah belah persatuan bangsa.
4. Berdasarkan sila keempat “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan”, IPTEK
tidak dapat menjamin masyarakat dapat berpendapat sebagaimana
mestinya.
5. Berdasarkan sila kelima “Keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia”, belum semua warga Indonesia merasakan kemajuan
IPTEK antara warga kota maupun warga pelosok. Sehingga terjadi
ketimpangan di dalamnya.
Maka dari itu kita harus memaknai pancasila dengan benar bukan
hanya mengerti arti pancasila. Kita harus menjadikan pancasila sebagai
pondasi moral etika atas apa yang kita lakukan sehari-hari. Kemudian ada
peran lain yang lebih khusus, yaitu peran langsung mahasiswa Indonesia,
sebagai agent of change yang membawa nama baik Indonesia dalam
percaturan dunia internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Dedy. 2001. Pancasila Sebagai Ideologi dalam Bidang Kehidupan .
Yogyakarta : Penerbit buku Baik.
Howe, N., & Strauss, W. (2000). Millennials rising: The next great generation.
Vintage.
Ibrahim, Anies. 2010. Perspektif Futuristik Pancasila Sebagai Asas/Ideologi
dalam UU Keormasan. Jurnal Konstitusi. Volume III Nomor 2.
Kaelan. 2013. Negara Kebangsaan Pancasila. Yogyakarta : Pradigma
Lasiyo, dkk. 2020. Pendidikan Kewarganegaraan (BMP). Banten : Universitas
Terbuka
Mubyarto. 1991. Pancasila sebagai Ideologi: Pancasila sebagai Ideologi dalam
Kehidupan Kebudayaan. Jakarta: BP-7 Pusat
Nabila, Dewi .(2019). Implementasi Pancasila dalam Menjawab Tantangan
Revolusi4.0.Tersedia:https://www.kompasiana.com/dewinabila1549/5ce8
d2caaa3ccd1e756b8bf6/implementasi-etika-pancasila-dalam-menjawab-
tantangan-revolusi--4-0
Nurhadianto, N. (2014). Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Upaya
Membentuk Pelajar Anti Narkoba. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 23(2), 44-
54
Winarno. 2019. Paradigma Baru Pendidikan kewarganegaraan. Surakarta: Bumi
Aksara
Yati, M., & Aini, K. (2018). Studi kasus: Dampak Tayangan Pornografi terhadap
Perubahan Psikososial Remaja. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, 9(2).

Anda mungkin juga menyukai