Disusun Oleh:
Melcy Enystya Ocky Dewi
11211258
b. Masalah Cuti
Perusahaan mengharuskan buruh mengurus sendiri formulir cuti dengan prosedur
sebagai berikut:
Mengambil formulir di Office dan menandatangani permohonan cuti.
Meminta tanda tangan leader atau leader grup.
Meminta tanda tangan supervisor.
Meminta tanda tangan manajer produksi atau asisten/penerjemahnya.
Meminta tanda tangan HRD
Menyerahkan kembali ke office.
Bisa dibayangkan prosedur ini sangat menyulitkan. Seringkali orang-orang yang harus
dimintai tanda tangan tidak berada satu lokasi dengan pekerja. Ditambah lagi, buruh kerap
dicecar pertanyaan, khususnya saat berhadapan dengan asisten dan translator. Bagi yang dalam
kondisi sakit, tentu lebih sulit. Kondisi baru saja pulih dan masih harus direpotkan dengan
prosedur mengurus cuti sakit.
Selain itu, perusahaan ini tidak memberikan cuti kepada wanita haid, dan hamil.
Peraturan atau Undang – Undang yang dilanggar
1. Pasal 81 Undang – Undang No. 13 Tahun 2003 pasal 1 ayat 2. Isi dari ayat 1 adalah
“Pekerja/buruh perempuan yang dalam masa haid merasakan sakit dan
memberitahukan kepada perusahaan, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan
kedua pada waktu haid.” Serta isi dari ayat 2 yaitu “Pelaksanaan ketentuan
sebagaimana maksud dalam ayat (1) diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.”
2. Pasal 82 Undang – Undang No. 13 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 yaitu, “Pekerja/buruh
perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 satu (setengah ) bulan sebelum
saatnya melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan menurut
perhitungan dokter kandungan atau bidan.” Serta isi ayat 2 yaitu "Pekerja buruh
perempuan yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh istirahat
1.5 (satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan
atau bidan.”
e. Pencemaran Lingkungan
Pada 2018, PT. AFI dilaporkan oleh banyak pihak dari persekutuan buruh Indonesia karena
limbah pabriknya disebut mengandung zat kimia berbahaya, beracun dan berbau (B3). Bau
yang tidak sedap merupakan bukti pengelolaan limbah B3 PT. AFI sangat buruk dan juga zat
amonia dari limbah membahayakan karyawan karena bisa menyebabkan gangguan pernafasan
dan kesehatan. Lalu PT. AFI juga dituding telah melanggar UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 87
tentang Kesalamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Sering terjadinya kebocoran gas dalam pipa
pendingin menyebabkan iritasi dan gangguan kesehatan khususnya gangguan pernapasan pada
karyawan pabrik.
B. Saran
Penyelesaian kondisi kerja yang buruk di pabrik es krim AICE dapat diselesaikan
dengan pemenuhan tuntuan sebagai berikut:
1) Pekerjakan Buruh hamil di siang hari (jangan dipekerjakan malam hari, beban kerja
beratnya dikurangi, dan lakukan pemeriksaan atas banyaknya yang keguguran
2) Cuti haid jangan dipersulit dan tanpa syarat
3) Permudah pengobatan dan rujukan Faskes BPJS, jangan ada penolakan dalam
memberikan rujukan, dan bebaskan buruh untuk memilih jalan pengobatannya tanpa
sanksi yang merugikan
4) Batalkan Skorsing dan PHK sewenang-wenang
5) Batalkan Surat Peringatan (SP) sewenang-wenang
Solusi lainnya yang bisa dilakukan adalah dengan adanya pengawasan ketat dari pihak
pemerintah sebagai pembuat regulator yang harus ditaati karyawan mulai dari lingkungan,
limbah hingga hak karyawan. Tak hanya itu, adanya sanksi tegas dan juga pengawasan
berlanjut untuk perusahaan yang telah melanggar hukum yang berlaku, sehingga ke
depannya memperbaiki diri dan tidak melanggar hukum adalah hal yang tidak kalah
penting. Pemerintah sebagai pihak yang harusnya mensejahterakan rakyat tidak boleh tutup
mata dengan keadaan para warganya yang direbut hak asasi manusianya oleh para pebisnis.