Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ervina Khilya Mauladyan

NIM : 1961350

Kelas : Manajemen KP-3 2019

Mata Kuliah : Etika Bisnis

Pengaruh Etika tehadap Budaya

Etika pada dasarnya merupakan standart atau moral yang menyangkut benar-salah, baik-buruk.
Dalam kerangka konsep etika bisnis terdapat pengertian tentang etika perusahaan, etika kerja, etika
perorangan yang menyangkut hubungan-hubungan social anara perusahaan dan karyawan dan
lingkungannya. Sedangkan budaya perusahaan merupakan nilai-nilai yang dianutdan diturunkan
dalam tradisi, kode etik, lingkungan kerja, perilaku, dan interaksi yang terjadi dalam badan internal
perusahaan tersebut. Citra perusahaan terbentuk dari bagaimana budaya tersebut, karena budaya
yang mengakar biasanya sangat kuat dirasakan, bahkan bagi orang luar yang tidak bekerja atau
tidak mengenal perusahaan.

Etika seseorang dengan etika bisnis merupakan satu kesatuan yang integritasi sehingga tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya, keduannya saling melengkapi satu sama lain dalam
mempengaruhi perilaku individu maupun kelompok, yang kemudian menjadi perilaku organisasi
yang akan berpengaruh terhadap budaya perusahaan. Budaya perusahaan memberikan sumbangan
yang sangat berarti terhadap perilaku etis. Perusahaan akan menjadi lebih baik jika mereka
membudayakan etika dalam lingkungan perusahaan.

Contoh Kasus : PT. AFI (Alpen Food Industry)

PT. AFI merupakan perusahaan lisensi dari Singapore, sebuah perusahaan yang bergerak dalam
bidang industry food yang memproduksi Ice Cream dengan merk AICE. Perusahaan ini memiliki
tim lebih dari 20 tahun berpengalaman di dunia ice cream. AICE pernah memenangkan Excellent
Brand Award pada tahun 2017 dengan predikat tertinggi dari seluruh brand yang ada di Indonesia.
Selain itu AICE satu-satunya merk ice cream yang pernah menjadi sponsor Asian Games yang
dilaksanakan di Indonesia. Kiprah PT. AFI berkembang sangat pesat di Indonesia pasalnya ice
cream ini merambah hingga pelosok-pelosok desa di seluruh Indonesia. Pemasaran yang dilakukan
tidak hanya mencakup kios-kios dan took klontong saja, melainkan juga ke supermarket -
supermarket di Indonesia.

Namun sangat disayangkan perusahaan ini memiliki catatan buruk dengan para pekerjanya,
dimana perusahaan ini pada sekitar februari 2020 para karyawan perusahaan melakukan modok
kerja hingga aksi biokot untuk tidak membeli produk AICE dan menuntut perusahaan untuk
menutup shift malam. Mengapa karyawan menuntut perusahaan untuk menutup shift malam? Hal
ini dilakukan karena perusahaan tidak memberikan toleransi terhadap karyawan wanita yang
sedang hamil, sehingga karyawan wanita yang sedang hamil tetap mendapatkan jam kerja shift
malam. Selain itu para karyawan wanita yang sedang hamil juga harus memenuhi target industry
serta kondisi lingkungan kerja yang kurang kondusif dan sehat untuk para karyawan yang sedang
hamil. Para karyawan wanita yang hamil baru tidak boleh dipekerjakan pada shift malam apabila
usia kehamilannya meginjak 5 bulan, sedangkan usia kehamilan dibawah 5 bulan diperlakukan
sama seperti karyawan lainnya.

Meskipun perusahaan menyediakan klinik di dalam perusahaan, namun klinik ini hanya
beroperasional pada saat jam kerja shift pagi dan siang. Sedangkan pada shift malam klinik tidak
ada pelayanan kesahatan karena tidak ada petugas yang yang menjaga klinik. Bagi karyawan yang
sedang hamil tidak dapat mengambil kerja non shift karena dipersulit dengan ketentuan harus
mamberikan surat ijin dari dokter kandungan.

Bagi karyawan yang bekerja pada shift malam mendapatkan asupan gizi tambahan berupa susu
kemasan botol cair sekitar 190ml dengan sebuah roti yang senilai kurang lebih Rp.5.000. jam
istirahat yang diberikan PT. AFI pada karyawannya diberlakukan system rolling sehingga mesin
akan tetap beroperasi selama 24 jam non stop. Jatah istirahat yang diberikan sekitar kurang lebih
3 jam namun dibagi menjadi 3 waktu istirahat yaitu istirahat dijam pertama selama 1 jam, istirahat
dijam kedua selama 1 jam, dan istirahat dijam ketiga selama 1 jam hingga saat jam pulan kerja
telah tiba.

Dari kasus ini banyak karyawan yang megalami keguguran dan bayi meninggal sebelum
dilahirkan. Penyebab terjadinya hal yang tidak diinginkan ini diperkirakan karena system kerja
yang diberikan perusahaan. Akibatnya karyawan wanita yang sedang hamil mengalami kelelahan
sehingga berdampak pada kehamilannya. Namun, pendapat itu ditola oleh pihak perusahan karena
menurut salah satu perwakilan perusahaan bahwa kasus keguguran yang dialami oleh
karyawannya tidak berkaitan dengan kondisi kerja. Seperti yang kitaketahui bahwa, pada pasal 72
UU 13/2003 berisi tentang larangan perusahaan mempekerjakan karyawan wanita yang sedang
hamil masuk pada shift malam jika menurut dokter berbahaya.

PT. AFI memiliki budaya kerja yang baik namun etika yang diterapkan dalam perusahaan ini
masih kurang baik. Dari kasus ini perusahaan melakukan eksploitasi SDM (tenaga kerja) yang
berlebihan dan melanggar kode etik bisnis dan UU Ketenagakerjaan. Salain kasus mempekerjakan
karyawan wanita hamil pada shift malam, PT. AFI juga bertindak sepihak dalam urusan upah. PT.
AFI dilaporkan membayar karyawannya dengan upah dibawah UMR dan tidak memberikan bonus
kerja sesuai dengan janji yang telah diberikan hal ini sangat tidak pantas dilakukan oleh perusahaan
besar seperti PT. AFI tersebut. Selain itu PT. AFI tidak mengangkat karyawannya yang telah
bekerja cukup lama sebagai karyawan tetap sesuai dengan perjanjian sebelumnya. Tidak hanya itu
PT. AFI diketahui bahwa pekerja yang mengalami kecelakaan kerja tidak diberikan ijin untuk
pulang terlebih dahulu melainkan tetap melanjutkan pekerjaannya.

Sebenarnya pihak manajeman PT. AFI telah melakukan perundingan namun dari beberapa kali
perundingan yang telah dilakukan tetap saja tidak pernah menemukan kesepakatan. Jadi pihak
perusahaan tidak mengakui adanya kasus seperti yang para pekerja keluhkan. Dan mogok kerja
yang dilakukan oleh para karyawan dianggap tidak sah oleh perusahaan. Pada saat itu juga
perusahaan telah memanggil karyawan yang melakukan mogok kerja untuk masuk kemabli,
namun hal tersebut tidak di gubris oleh para karyawan yang mogok kerja.

Dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan ini ialah :

 PT. AFI melanggar keputusan Menteti Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI nomor:
Kep.100/MEN/VI/2004 tentang ketentuan pelaksanaan perjanjian kerja waktu tertentu
(Kepmen 100/2004). Sesuai dengan Pasal 10 Kepmen 100/2004 buruh seharusnya
diangkat menjadi karyawan tetap sebagai konsekuensi mempekerjakan buruh harian
selama 21 hari atau lebih dalam 3 bulan berturut-turut. Namun, yang terjadi para pekerja
masih berstatus kontrak dengan gaji yang tidak sesuai dengan penawaran kontrak.
 PT. AFI melanggar pasal 59 ayat 6 UU ketenagakerjaan dan pasal 3 Kepmen 100/2004
dikarenakan telah mempekerjakan buruh dengan kontrak berkepanjangan.
 PT. AFI melanggar UU No. 40 tahun 2004 tentang System Jaminan Sosial Nasional, bahwa
pasal 31 ayat 1 menegaskan buruh yang menjadi korban kecelakaan kerja berhak mendapat
layanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis. Selain itu, bagi perkerja yang
mengalami kecelakaan kerja berhak untuk mendapatkan uang tunai apabila mengalami
kerugian berupa cacat permanen.
 PT. AFI melanggar pasal 9 UU Jamsostek dan Pasal 12 ayat 1 dan ayat 2 peraturan
pemerintah Nomor 14 tahun1993 tentang Penyelenggaraan Progam Jaminan Sosial Tenaga
Kerja, bahwa korban berhak mendapat biaya transportasi dan biaya ketika dirawat di rumah
sakit termasuk rawat jalan dan santunan sementara karena tidak mampu bekerja dan
santunan cacat permanen.
 PT. AFI menyalahi system kontrak yang diperpanjang pada kontrak ketiga tanpa 30 hari
jeda. Berdasarkan regulasi kerja di Indonesia, kontrak terhadap para buruh AICE ini hanya
bias disepakati paling lama 2 tahun dan diperpanjang 1 kali dengan kurun watu
perpanjangan selama 1 tahun.
 PT. AFI melanggar pasal 81 Undang – undang No. 13 tahun 2003 pasal ayat 1 ialah
“Pekerja/buruh perempuan yang dalam masa haid merasakan sakit dan memberitahukan
kepada perusahaan, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua pada waktu haid”.
Sedangkan yang dilakukan PT. AFI tidak memberikan ijin / cuti hamil, bahkan memnta
buru untuk emngundurkan diri. Sementara pada pasal 82 Undang-undang No.13 tahun
2003 pasal 1 yaitu “Pekerja/buruh perempun berhk memperoleh istirahat srlama 1,5 bulan
sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 bulan setelah melahirkan menurut perhitungan
dokter atau bidan”.
 PT. AFI melanggar pasal 66 Undang - undang Nomor 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 19 tahun
2012 tentang syarat-syarat penyerahan sebagaian pelaksanaan pekerjaan kepada
perusahaan lain Permenakertrans 19/2012. Pada pasal ini tertulis bahwa pekerjaan alih
daya hanya diijinkan di lima bidang pekerjaan saja. Lima bidang itu meliputi penyediaan
makanan, pengiriman barang, pengamanan/satpam, pertambangan dan jasa kebersihan.

PT. AFI telah melanggar ketentuan UU Ketenagakerjaan selama empat tahun sejak 2013 hingga
2017. Dari kasus tersebut dapat kita simpulkan bahwa PT. AFI sangat menyalahi aturan karena
tidak menjalankan etika teradap budaya perusahaan yang naik. Pihak perusahaan bertindak
sewenang – wenang kepada bawahannya guna terpenuhinya taget produksi dan menurunkan biaya
produksi. Tindakan yang seharusnya dilakukan PT. AFI ialah mendengarkan keluhan para pekerja
dan menyelesaikan permasalahan tuntutan dengan baik.

PT. AFI juga melanggar kode etis perusahaan dimana kode etik perusahaan yang seharusnya
memperhatikan aspek pekerja hukan sebaliknya. Bahkan, para buruh perusahaan ini tidak
diberikan BPJS Ketenagakerjaan maupun BPJS Kesehatan. Kita ketahui bahwa perusahaan ini
merupakan anak dari perusahaan asing namun fasilitas yang diberikan kepada keryawan amat
sangat merugikan pekerja terutama di Indonesia sendiri.

Perilaku tidak etis lainnya juga ditunjukan melalui adanya perilaku management terhadap para
pekerjanya. Dari permasalahan ini ternyata dapat dilihat bahwa nilai-nilai PT. AFI mengakar pada
mekanisme keuntungan semata. Dari kasus ini peranan pemerintah harus tegas dalam
menyikapinya guna memperbaiki system kerja yang ada di Indonesia. Bisnis yang dilakukan
perusahaan harus sejalan dengan peraturan pemerintah untuk menciptakan hubungan industrial
yang baik antara pekerja, perusahaan dan pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai