Pada awalnya, prosedur pengambilan cuti sakit maupun izin di PT. AFI lebih mudah
karena pekerja hanya menyerahkan formulir kepada leader bagian dan perusahaan menerima
surat keterangan dokter (SKD) dari klinik lain (non faskes) yang menggunakan biaya sendiri.
Lalu, kondisi ini diubah secara sepihak oleh perusahaan pada tahun 2018, cuti harus diurus
sendiri oleh pekerja dan SKD yang diakui hanya yang dari faskes. Perusahaan mengharuskan
buruh mengurus sendiri formulir cuti dengan prosedur sebagai berikut:
Bisa dibayangkan prosedur ini sangat menyulitkan buruh operator yang harus bekerja
dan hanya punya waktu saat istirahat atau pulang kerja. Seringkali orang-orang yang harus
dimintai tanda tangan tidak berada satu lokasi dengan pekerja. Ditambah lagi, buruh kerap
dicecar pertanyaan, khususnya saat berhadapan dengan asisten dan translator. Bagi yang
dalam kondisi sakit, tentu lebih sulit. Kondisi baru saja pulih dan masih harus direpotkan
dengan prosedur mengurus cuti sakit.
Cuti haid nyaris tidak dapat diambil sama sekali, bahkan dianggap penyakit karena
pekerja harus mendapatkan izin dari dokter klinik perusahaan untuk mendapatkan cuti haid.
Dokter klinik biasanya tidak memberikan cuti haid, tetapi obat penghilang rasa sakit.
Kasus buruh perempuan berinisial Er yang divonis endometriosis bisa menjadi contoh
bagaimana buruh tidak memiliki pilihan pengobatan. Er seringkali meminta cuti haid, tetapi
tidak diberikan oleh dokter klinik perusahaan, kemudian Er harus dioperasi (kronologi
terlampir).
Sepanjang tahun 2019, terjadi 13 kasus keguguran dan 5 kematian bayi sebelum
dilahirkan. Kasus bertambah menjadi satu kasus keguguran dan satu kasus kematian bayi
pada awal tahun 2020. Minggu ini, terjadi satu kasus keguguran lagi. Total kasus keguguran
yang kami terdata sebanyak 21 kasus.
Bahwa PT. ALPEN FOOD INDUSTRY bergerak dibidang industry food and
beverage yang memproduksi es krim dengan Merk Aice dengan alamat di Jl. Selayar II Blok
H, No.10 Telajung, Cikarang Barat, Bekasi, Jawa Barat 17530;
Bahwa pekerja/buruh perempuan yang bermaksud untuk meminta cuti haid karena
merasakan sakit diharuskan diperiksa di klinik terlebih dahulu oleh dokter perusahaan dan
hanya diberikan obat pereda nyeri, serta permohonan izin cuti biasanya tidak diberikan oleh
pihak pengusaha;
Bahwa jam kerja umum yang berlaku di PT. ALPEN FOOD INDUSTRY adalah
sebagai berikut:
Bahwa di PT. ALPEN FOOD INDUSTRY tidak ada fasilitas jemputan untuk
karyawan yang bekerja pada shift 3, hanya diganti dengan uang transport sebesar Rp. 5000,00
perhari;
Bahwa di PT. ALPEN FOOD INDUSTRY untuk karyawan perempuan yang bekerja
pada shift 3 mendapatkan tambahan asupan gizi berupa susu kemasan botol cair 190 ml dan 1
pcs roti yang bernilai kurang lebih Rp. 5000,00;
Bahwa pekerja/buruh perempuan hamil masih dikenakan target produksi seperti biasa
dan tidak mendapatkan keringanan atau pembebasan target meskipun kehamilan telah
dilaporkan kepada atasan/pihak pengusaha;
5. Di bagian operator packing mesin jagung dengan cara sebelum memulai produksi
mesin dipanaskan dan diminyakin sehingga menimbulkan asap yang sangat pekat
dan ruang produksi di bawah tanah. Dari awal masuk sampai pulang pekerjaan
tersebut dilakukan dengan posisi duduk setengah membungkuk dalam rentang
waktu 30 menit per box. Kemudian memindahkan box jagung tersebut dengan
cara mengangkat yang beratnya kurang lebih 2 kg per box jagung dengan target
13 box per hari;
6. Bahwa untuk mendapatkan pindah kerja ke bagian lain yang lebih ringan
seringkali pekerja/buruh harus menunggu selama beberapa hari atau minggu atau
menunggu buruh/pekerja lain yang mengambil cuti melahirkan, kembali pekerja;
Buruh perempuan hamil juga tidak dapat mengambil kerja non shift karena dipersulit
dengan syarat harus ada keterangan dari dokter spesialis kandungan dan harus ada kelainan
kandungan.
Buruh Kontrak
Ada 22 buruh anggota kami yang dipekerjakan sebagai pekerja kontrak yang kami
nilai bertentangan dengan Pasal 59 UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan
Kepmenakertrans Nomor 100 Tahun 2004 karena buruh dipekerjakan di bagian produksi
bersifat tetap bersama dengan karyawan tetap. Buruh-buruh banyak berasal dari Jawa Timur
yang dulunya direkrut oleh penyalur dengan dikenai biaya administrasi sebesar Rp4-5 juta
dan dijanjikan setelah bekerja selama enam bulan akan diangkat menjadi karyawan tetap di
PT AFI.
Kasus ini sekarang sedang dalam proses mediasi dan pengusaha tidak pernah
menghadiri dua kali panggilan mediasi.
Sanksi dan PHK bagi anggota yang mogok pada Desember 2019
Pemogokan kami pada bulan Desember, oleh pihak pengusaha, dianggap tidak sah
dan mangkir, padahal belum ada putusan pengadilan yang menyatakan demikian. Buruh yang
mengikuti dikenai SP1 dan diakumulasikan dengan kesalahan sebelumnya, sehingga ada 10
orang anggota yang diskorsing menuju PHK.
Lebih dari itu, pemogokan yang kami lakukan hanyalah tiga hari kerja saja dan
pemogokan apapun tidak dapat dikenai sanksi sebagaimana diatur dalam Pasal 144 UU
Ketenagakerjaan yang menerangkan pemogokan yang memenuhi ketentuan Pasal 140 UU
Ketenagakerjaan tidak boleh dikenai tindakan balasan dari pengusaha. Seluruh prosedur
dalam Pasal 140 telah kami penuhi dengan memberikan pemberitahuan kepada Disnaker dan
Pengusaha tujuh dari kerja sebelum pemogokan dan format surat pemberitahuan tersebut
telah sesuai dengan Pasal 140.
Sumber : https://fsedar.org/kasus/rangkuman-kasus-aice/