Anda di halaman 1dari 25

PERATURAN PERUSAHAAN

TUNAS GROUP
DAFTAR ISI

Pembukaan........................................................................................................................... 1
PEMBUKAAN

Peraturan Perusahaan merupakan sarana yang sangat penting dalam


mewujudkan Hubungan Industrial Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
karena selain mengatur hubungan kerja, syarat-syarat kerja dan hubungan
industrial harus pula mencerminkan tujuan bersama Perusahaan dan Karyawan
yang dilandasi oleh kepentingan bersama. Hubungan Perusahaan dan Karyawan
sangat penting, tidak ada tujuan-tujuan Perusahaan yang dapat dicapai tanpa
pengabdian Karyawannya dan tidak ada perbaikan/kemajuan taraf hidup
Karyawan tanpa keberhasilan Perusahaan.

Karyawan merupakan salah satu unsur utama bagi kelangsungan/kemajuan


Perusahaan dan sebaliknya kelangsungan kerja Karyawan, perkembangan
ketrampilannya serta kesejahteraan yang menjadi hak Karyawan hanya dapat
diperoleh melalui keberhasilan Perusahaan. Pengertian-pengertian tersebut
kiranya sesuai dan selaras dengan jiwa Pancasila dan Undang-undang Dasar
1945 serta Hubungan Industrial Pancasila dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Sebagai upaya untuk mengejawantahkan hal dimaksud di atas maka disusunlah


pedoman mengenai peraturan dan tata tertib kerja, pengupahan,
jaminan/bantuan sosial, hubungan kekaryawanan, dan syarat-syarat kerja yang
dimuat dalam suatu Peraturan Perusahaan
BAB I
HUBUNGAN KERJA

Pasal 1
PENERIMAAN KARYAWAN

1. Penerimaan karyawan dilakukan sesuai dengan kebutuhan, yang syarat dan


pengaturannya ditentukan oleh Perusahaan.

2. Persyaratan umum penerimaan karyawan adalah:

a. Warga Negara Indonesia;


b. Berusia sekurang-kurangnya 17 (delapan belas) tahun sesuai Akta Kelahiran atau
Tanda Kenal Lahir;
c. Mempunyai Kartu Tanda Penduduk (KTP) ketika melamar;
d. Berbadan sehat dan berjiwa sehat;
e. Berkelakuan baik;
f. Lulus tes yang diadakan/disyaratkan oleh Perusahaan;
g. Bersedia menandatangani Surat Penerimaan Karyawan yang dibuat/dikeluarkan
oleh Perusahaan.

Pasal 2
MASA PERCOBAAN

1. Masa percobaan ditetapkan untuk paling lama 3 (tiga) bulan;

2. Karyawan yang menjalani masa percobaaan wajib diberi tahu kapan mulai dan
berakhirnya masa percobaan tersebut;

3. Pengawasan dan penilaian pada masa percobaan dilakukan oleh atasannya langsung;

4. Dalam masa percobaan, baik Perusahaan maupun karyawan dapat melakukan


pemutusan hubungan kerja secara sepihak dengan pemberitahuan 1 (satu) minggu
sebelumnya, tanpa ada tuntutan ganti rugi dalam bentuk apapun.

5. Perusahaan tidak wajib memberikan Surat Keterangan Kerja dalam masa percobaan.
Pasal 3
PENGANGKATAN, PENEMPATAN, DAN PEMINDAHAN
KARYAWAN

1. Pengangkatan dan Penempatan

a. Karyawan yang menjalani masa percobaan dengan hasil baik akan diangkat
menjadi karyawan tetap. Khusus untuk Kurir, Sopir/Kenek, dan Staff Gudang
setelah menjalani masa percobaan maka akan dikontrak selama 1 (satu) tahun.
b. Karyawan yang diangkat akan ditempatkan pada jabatan/pekerjaan berdasarkan
persyaratan jabatan serta kemampuan yang dimilikinya dan kebutuhan
Perusahaan.
c. Dengan diangkatnya karyawan tersebut menjadi karyawan tetap, maka yang
bersangkutan dapat memperoleh secara penuh hak dan kewajiban sebagaimana
yang telah diatur di dalam Peraturan Perusahaan.

2. Pemindahan Karyawan

a. Berdasarkan kebutuhan organisasi, efisiensi, dan produktifitas kerja,Perusahaan


berwenang memindahkan karyawan dari suatu jabatan ke jabatan lainnya atau dari
satu jenis pekerjaan ke jenis pekerjaan lainnya atau dari satu lokasi ke lokasi
lainnya atau dari satu Perusahaan ke Perusahaan lainnya dalam satu group.
b. Ketentuan mengenai pemindahan ini diatur oleh Pimpinan Perusahaan.

Pasal 4
PENILAIAN KARYAWAN

1. Penilaian Kinerja selama dalam masa percobaan adalah setiap 1 (satu) bulan berturut
– turut selama 3 (tiga) bulan masa percobaan.

2. Penilaian Kinerja untuk Karyawan/ti dengan status tetap adalah setiap 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) tahun.
Pasal 5
TANGGUNG JAWAB PEKERJAAN

Perusahaan sudah menetapkan setiap posisi dari karyawan untuk menempati jabatan
yang diberikan kepada karyawan tersebut sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya;

Berikut jabaran posisi operasional di Gudang (Gudang Laut dan Gudang Udara) :

1. Kepala Gudang : posisi yang bertanggung jawab penuh terhadap operasional


gudang;

2. Admin Gudang : bertanggung jawab penuh terhadap segala administrasi gudang dan
koordinasi dengan operasional gudang dibawah sepengetahuan dan instruksi Kepala
Gudang;

3. Lapangan Gudang : bertanggung jawab penuh terhadap semua barang yang ada di
gudang baik barang masuk maupun barang keluar dan keberadaan barang tersebut
sesuai dengan data yang ada di admin gudang dan sesuai sepengetahuan serta
instruksi Kepala Gudang;

4. Supir Kiriman : bertanggung jawab penuh terhadap mobil yang dibawa (kebersihan,
kunci dan surat-surat) beserta isi-nya bersama kenek dan tidak boleh meminta atau
menyuruh kenek untuk baik memanaskan mobil terlebih membawa mobil kiriman
tersebut karena segala hal yang terjadi akan menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari
supir dan bekerja atas dasar instruksi dan sepengetahuan Kepala Gudang;

5. Kenek : bertanggung jawab penuh bersama supir atas barang yang dibawa dalam
mobil kiriman (sesuai dengan surat jalan dan berkas terlampir) serta menjaga
kebersihan mobil dan bekerja sesuai instruksi dari Kepala Gudang serta tidak
diperkenankan sama sekali memanasi, membawa atau menyetir kendaraan kiriman
tanpa si-ijin Kepala Gudang.
BAB II
WAKTU KERJA

Pasal 6
WAKTU DAN JAM KERJA

1. Hari Kerja
Hari Kerja di Perusahaan adalah :
a. 5 (lima) hari terhitung pada hari Senin hingga Jumat untuk karyawan Back Office
b. 6 (enam) hari terhitung pada hari Senin hingga Sabtu untuk kurir, sopir, kenek,
dan team gudang
c. 6 (enam) hari terhitung pada hari Senin hingga Sabtu atau minggu untuk staff PJT
Bandara

2. Jam Kerja
Jam Kerja di Perusahaan adalah:

a. Untuk Karyawan Back Office :


Hari Senin s/d Jumat : 08.00 s/d 17.00

b. Untuk Logistik, Lastmile, E-fulfillment :


Hari Senin s/d Jumat : 08.00 s/d 16.00
Sabtu : 08.00 s/d 13.00

c. Untuk Staff PJT :


Hari Senin s/d Jumat :
Shift 1 : 08.30 s/d 16.30
Shift 2 : 16.00 s/d 00.00
Sabtu & Minggu : 08.30 s/d 16.30

3. Perusahaan menetapkan toleransi dari keterlambatan Karyawan/ti adalah 15 (lima


belas) menit terhitung dari jam kehadiran.
4. Dalam hal Karyawan/ti penempatan kerja di HO dan pada hari sebelumnya bekerja
lembur hingga minimal Pkl. 23.00, diberikan dispensasi untuk datang ke kantor pada
hari esoknya hingga maksimal 1 (satu) jam terhitung dari jadwal masuk kerja .
Dengan syarat, Karyawan/ti harus memberitahukan terlebih dahulu via WA ke atasan
karyawan/ti yang bersangkutan atau kepada HRD serta mengisi form ijin datang siang
dan mendapat persetujuan dari Atasan yang bersangkutan.

5. Sedangkan bagi karyawan/ti yang penempatan kerja di Gudang dan PJT, apabila
karyawan/ti tersebut lembur selama 6 (enam) jam di hari sebelumnya maka diberikan
dispensasi untuk datang ke kantor 2 (dua) jam terhitung dari jadwal masuk kerja.

6. Bila dipandang perlu untuk kepentingan peningkatan produktivitas kerja, jam kerja
dan hari kerja oleh Perusahaan dapat diubah dengan ketentuan jumlah dan jam
kerjanya tetap berdasarkan kepada Peraturan Perundangundangan yang berlaku.

BAB III
HARI LIBUR, CUTI, IZIN,
&
MANGKIR

Pasal 7
HARI LIBUR
1. Hari Istirahat Mingguan adalah hari Sabtu dan hari Minggu untuk yang bekerja 5
(lima) hari seminggu atau hari Minggu untuk yang bekerja 6 (enam) hari seminggu.
2. Demi kepentingan Perusahaan, pengaturan Hari Istirahat Mingguan dapat diubah oleh
Perusahaan dengan mengikuti ketentuan jumlah jam kerja dalam seminggu.
3. Hari Libur Perusahaan adalah hari kerja yang ditetapkan oleh Pimpinan Perusahaan
sebagai hari libur.
4. Hari Libur Nasional adalah hari libur resmi berdasarkan ketetapan Pemerintah.
5. Gaji Pokok pada ayat (1), (2), (3), dan (4) tersebut di atas dibayar penuh.
Pasal 8
CUTI TAHUNAN

1. Karyawan yang telah bekerja selama 12 (dua belas) bulan atau 1 (satu) tahun terus
menerus berhak atas cuti tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja dengan
mendapatkan upah penuh.
2. Karyawan yang hendak menggunakan cuti tahunannya wajib memberitahukan secara
tertulis kepada Perusahaan dengan mengisi formulir permohonan cuti yang telah
disediakan dan disetujui Atasan masing-masing selambat-lambatnya 2 (dua) minggu
sebelum cuti dimaksud.
3. Apabila Karyawan/ti yang ingin berpergian baik keluar kota dan/atau negeri,
Karyawan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari atasan masing-masing
mengenai rencana liburan tersebut. Resiko seperti tiket pesawat yang hangus, dsb
akan menjadi resiko dari Kayawan/ti tersebut.
4. Batas pemakaian Cuti tahunan oleh karyawan adalah 5 (lima) hari dalam 1 (satu)
bulan.
5. Hak cuti tahunan yang belum digunakan dalam 1 (satu) tahun, akan diperpanjang
masa berlakunya selama 3 (tiga) bulan di tahun berikutnya dimulai pada tanggal 1
Januari hingga 31 Maret. Lebih dari tanggal tersebut, maka hak cuti tahunan pada
tahun sebelumnya yang masih tersisa akan dinyatakan hangus.
6. Pelaksanaan cuti tahunan diatur sebagai berikut:
a. Sebanyak-banyaknya 4 (empat) hari kerja diatur oleh Perusahaan untuk cuti
massal
b. Sisanya diatur sendiri oleh masing-masing karyawan menurut kepentingannya,
yang waktunya disesuaikan dengan kepentingan Perusahaan.
7. Selama menjalankan cuti tahunan atau cuti lainnya, karyawan tidak dibenarkan
bekerja pada Perusahaan lain. Pelanggaran terhadap ketentuan ini merupakan tindak
pelanggaran disiplin.
8. Cuti Tahunan yang tidak dapat dilaksanakan tidak dapat diuangkan.
9. Untuk Karyawan yang telah mencapai masa kerja dengan waktu tertentu, akan
diberikan bonus yakni waktu cuti tambahan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Masa Kerja selama 5 (lima) tahun : (+) 3 Hari per tahun
b. Masa Kerja selama 10 (sepuluh) tahun : (+) 6 Hari per tahun
c. Masa Kerja selama 15 (lima belas) tahun : (+) 9 Hari per tahun

Pasal 9
CUTI LAINNYA

Selain daripada ketentuan cuti yang tercantum dalam Pasal 8, adapun ketentuan cuti lainnya
sebagai berikut :
a. Apabila ada anggota keluarga yang meninggal :
 (istri/suami/anak) mendapat tambahan cuti selama 3 (tiga) hari;
 (orangtua/mertua/saudara kandung/ cucu) mendapat tambahan cuti selama 2
(dua) hari
b. Karyawan melangsungkan pernikahan, akan mendapat tambahan cuti selama 3 (tiga)
hari
c. Apabila istri dari Karyawan melahirkan dan/atau keguguran, akan mendapatkan cuti
tambahan selama 2 (dua) hari;
d. Apabila anak dari Karyawan/ti melangsungkan pernikahan, akan mendapatkan cuti
tambahan selama 2 (dua) hari;
e. Apabila Karyawan/ti melangsungkan khitanan atau baptisan bagi anaknya, akan
mendapatkan tambahan cuti selama 2 (dua) hari;
f. Apabila ada anggota dalam satu rumah (kakek/nenek) meninggal dunia, akan
mendapatkan tambahan cuti selama 1 (satu) hari.

Pasal 10
CUTI SAKIT
Ketentuan mengenai cuti sakit akan dijelaskan sebagai berikut :
a. H-1 sebelum libur dan/atau H+1 setelah libur
Apabila karyawan sakit pada hari sebelum libur dan/atau setelah libur maka
diwajibkan pada saat karyawan tersebut masuk kembali bekerja membawa Surat
Dokter dan mengisi formulir kelengkapan.

b. Selasa – Kamis (HO) / Selasa – Jumat (Staff Gudang – PJT)


Apabila karyawan sakit pada hari diatas maka hanya diwajibkan untuk mengisi
formulir kelengkapan yang dibutuhkan. (Surat Dokter optional namun lebih baik
apabila disertakan).

c. 2 (dua) hari secara berurutan/berturut – turut


Apabila karyawan sakit selama 2 (dua) hari berturut-turut maka diwajibkan pada saat
karyawan tersebut masuk kembali, membawa surat dokter dan mengisi formulir
kelengkapan.

d. 2 (dua) hari namun tidak secara berturut-turut


Apabila karyawan sakit selama 2 (dua) hari namun tidak berurutan. (Ex: A sakit pada
hari selasa. Pada hari Rabu, A masuk kembali ke kantor. Hari Kamis si A kembali
tidak masuk. Maka dari pada hari Kamis si A tidak masuk akan dipotong cuti.)
Ketentuan pada poin (a) sampai dengan (c), diwajibkan untuk selalu mengisi formulir
kelengkapan dan diserahkan kepada HRD, dengan waktu penyerahan formulir kelengkapan
maksimal 2 (dua) hari setelah karyawan masuk kembali. Apabila lewat dari waktu
penyerahan, maka akan otomatis cuti dari karyawan yang bersangkutan akan dipotong. Perlu
diketahui bahwa HRD tidak akan meminta dan menghubungi karyawan yang bersangkutan
untuk menyerahkan formulir tersebut. Semua dikembalikan kepada kesadaran dari karyawan
yang bersangkutan.

Pasal 11
IZIN

1. Atasan dapat memberikan ijin kepada karyawan yang terlambat datang, pulang lebih
awal, dan/atau meninggalkan pekerjaan pada waktu jam kerja untuk suatu urusan atau
kepentingan pribadi dengan alasan yang dapat diterima oleh Perusahaan dengan
terlebih dahulu mengisi formulir surat ijin yang diajukan kepada Atasan dan diketahui
oleh bagian HRD.

2. Bagi Karyawan/ti yang mengajukan ijin untuk terlambat datang, pulang lebih awal,
dan/atau meninggalkan pekerjaan pada waktu jam kerja. Uang makan dari
Karyawan/ti yang bersangkutan akan dipotong ½ (setengah).

Pasal 12
MANGKIR

1. Karyawan/ti yang tidak masuk kerja, datang terlambat baik karena dispensasi maupun
tidak harus memberitahukan hal tersebut kepada atasan langsung atau HRGA
Department disertai dengan alasan yang jelas (sakit, cuti mendadak, atau datang
terlambat) maksimal 1 (satu) jam terhitung dari jadwal masuk kerja. Apabila
karyawan/ti ybs datang (masuk kerja) tanpa memberi kabar kepada atasan dan/atau
HRD dalam jangka waktu yang telah ditentukan maka karyawan/ti ybs tetap dianggap
mangkir.

2. Setiap karyawan/ti wajib memberi kabar kepada atasannya dan/atau HRD seperti yang
tertera pada Poin (1), Perusahaan tidak menerima alasan karyawan/ti tidak dapat
memberi kabar karena alasan pulsa habis, handphone tidak berfungsi / Rusak,
handphone hilang, terlambat memberi kabar akibat kesiangan / telat bangun, lupa,
sakit, dll). Apabila karyawan/ti tidak dapat memberi kabar karena sakit yang parah,
maka anggota keluarga dari karyawan/ti tersebut harus memberitahukan kepada
Perusahaan baik melalui atasan karyawan/ti ybs atau HRD.

3. Apabila karyawan/ti ybs tidak mengabari dan/atau terlambat memberitahukan lebih


daripada jam yang ditentukan kepada atasan langsung atau HRGA Department sesuai
dengan yang terdapat pada poin (1), Atasan dari masing karyawan/ti sudah harus
memberi teguran lisan kepada karyawan/ti tersebut

4. Selain teguran lisan oleh atasan dari masing karyawan/ti, Karyawan/ti yang
melanggar ketentuan pada poin (1) juga akan diberikan sanksi berupa pemotongan
uang makan (UM) dan pemotongan gaji langsung pada bulan berjalan (tidak
memotong jatah cuti tahunan seperti sebelumnya).

5. Untuk sistem pemotongan gaji masih sama seperti pemotongan gaji apabila ada
hutang cuti yakni ( (gaji pokok)/(hari kerja) x hari tidak masuk atau alpa )

6. Apabila hal itu berulang di hari berikutnya maupun di hari lain, maka karyawan/ti
tersebut akan mendapatkan sanksi pemotongan gaji beserta sanksi administrasi berupa
Surat Peringatan I.

7. Poin pada pasal (3) berlaku akumulatif, dalam arti apabila kelalaian dari karyawan/ti
tersebut berlanjut terus, maka karyawan/ti ybs akan terus mendapat sanksi
pemotongan gaji dan Surat Peringatan II, III (terakhir) tergantung surat peringatan
yang sudah didapat dan berujung pada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

BAB IV
GAJI DAN INSENTIF

Pasal 13
GAJI DAN UANG MAKAN

1. Kebijakan dan pengaturan gaji karyawan merupakan hak dan wewenang penuh
Pimpinan Perusahaan.

2. Gaji dari Karyawan/ti dibayarkan oleh Perusahaan dibagi kedalam 2 bagian yaitu :
a. Uang Makan :
 Karyawan back office , dengan sistem perhitungan per bulan yang dimulai
tanggal 1 hingga tanggal terakhir (28/ 29/ 30 / 31) bulan berjalan dan
dibagikan di tanggal 10 bulan berikutnya;
 Kurir, sopir, kenek, dan/atau staff warehouse, dengan sistem perhitungan
per minggu yang dimulai pada hari Kamis minggu sebelumnya hingga hari
Rabu minggu berjalan dan dibagikan pada hari Jumat minggu berjalan.
 Penghitungan Uang Makan ditentukan berdasarkan kehadiran dari
Karyawan/ti. Bagi Karyawan/ti yang terlambat hadir maka Uang Makan
Karyawan/ti tersebut akan dipotong ½ (setengah).
 Dalam hal kejadian seperti Pasal 6 ayat 4, tidak mempengaruhi uang
makan apabila Karyawan/ti mengikuti prosedur yang ditentukan dalam
Pasal 5 ayat 4 tersebut. Namun apabila tidak, Uang Makan Karyawan/ti
tersebut tetap dipotong sesuai prosedur.
 Apabila hari Minggu dan/atau hari libur (tanggal merah), Karyawan/ti
masuk bekerja maka akan mendapat 3 (tiga) kali Uang Makan.

b. Gaji : dibayarkan setiap tanggal 28 setiap bulannya.

Pasal 14
LEMBUR

1. Yang dimaksud kerja lembur adalah penyelesaian pekerjaan-pekerjaan yang tertunda


dan/atau mendesak yang dilakukan melebihi jam kerja normal yang telah ditetapkan
oleh Perusahaan.
2. Kerja lembur diangap sah apabila didasarkan atas Surat Perintah Lembur yang dibuat
oleh Karyawan/ti disertai dengan alasan dan ditandatangani oleh Atasan yang
bersangkutan.

3. Tunjangan lembur ditentukan sebagai berikut:

a. Untuk Karyawan Back Office dihitung apabila sudah melewati Pkl. 20.00 WIB
dan diberikan uang lembur sebesar Rp. 25.000,- (dua puluh lima ribu Rupiah)
b. Untuk kurir, sopir, kenek, staff Warehouse, dihitung per jam sebesar Rp. 10.000,-
(sepuluh ribu Rupiah) per jam dihitung dari :
 Pkl. 16.45 (Senin – Jumat)
 Pkl. 14.00 (Sabtu)
c. Untuk Staff PJT, dihitung per jam sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu Rupiah) per
jam dihitung dari :
 Pkl. 18.45 (Shift Pagi, Senin – Jumat)
 Pkl. 00.45 (Shift Malam, Senin – Jumat)
 Pkl. 18.45 (Sabtu & Minggu)
d. Untuk Security, dianggap lembur apabila harus menggantikan personel security
lain yang berhalangan hadir, dan dihitung Rp.90.000,- (enam puluh ribu Rupiah)
per shift jaga dan ditambah hitungan lembur ( Rp. 10.000,- per 45 menit )

Pasal 15
INSENTIF KEHADIRAN

1. Diberikan kepada karyawan/ti sebagai tunjangan bulanan yang dengan ketentuan


sebagai berikut:

 Tidak pernah Absen ( tidak masuk dikarenakan sakit, cuti dan/atau cuti
mendadak)
 Tidak pernah terlambat,
 Tidak pernah ijin (baik datang siang ataupun pulang cepat),
 Tidak pernah lupa absen baik datang maupun pulang

2. Tunjangan ini diberikan kepada Karyawan/ti setiap tanggal 10 bulan berjalan


berdasarkan perhitungan bulan sebelumnya selama 1 (satu) bulan penuh sebesar Rp.
300.000,- (tiga ratus ribu Rupiah)

3. Tunjangan ini berlaku bagi Karyawan/ti yang telah melewati masa percobaan.
Pasal 16
INSENTIF SURAT JALAN & RIT

1. Perusahaan memberikan insentif kepada Karyawan/ti guna menunjang kinerja kerja


khususnya terhadap sopir dan kurir.

2. Dengan Perhitungan sebagai berikut :

a. Perhitungan Surat Jalan :


Kurir : Rp. 1.000,-/surat jalan
Supir : Rp. 2.000,-/surat jalan untuk mobil Engkel/Double (Kenek 1 Orang)

b. Perhitungan Rit :
Kurir : Rp. 3.000,-/rit
Supir :
 Mobil Granmax & L300 : Rp. 2.500,-/rit/orang
 Mobil Engkel : Rp. 3.750,-/rit/orang
 Mobil Double dan Fuso : Rp. 5.000,-/rit/orang

c. Kurir dan/atau sopir beserta kenek mempunyai kesempatan untuk mendapat


insentif tambahan dengan ketentuan sebagai berikut :
 Kurir : mencapai 25 rit/bulan akan diberikan
Rp. 50.000,-/bulan
 Granmax & L300 : mencapai 25 rit/bulan akan diberikan
Rp. 100.000,-/bulan
 Engkel : mencapai 20 rit/bulan akan diberikan
Rp. 100.000,-/bulan
 Double & Fuso : mencapai 20 rit/bulan akan diberikan
Rp. 150.000,-/bulan

Penghitungan Rit adalah sebagai berikut :


A. Kurir dan/atau Supir berangkat dari kantor menuju tempat tujuan (Customer),
dihitung 1 (satu) Rit sekalipun pengiriman dilakukan dari pagi hingga sore ataupun
malam;
B. Penghitungan Rit akan dihitung lebih dari 1 (satu), apabila kurir dan/atau supir
berangkat dari kantor lalu kembali ke kantor, setelah itu pergi mengirim kembali dan
kembali ke kantor, dan begitu seterusnya;
C. Untuk supir apabila hanya melakukan pengantaran barang yang tidak ada surat jalan
(seperti pengiriman ke JNE) dan/atau pick up barang di tempat customer, maka hanya
dihitung rit sesuai dengan ketentuan yang tertera pada Nomor 2 poin (a) dan (b).

Pasal 17
INSENTIF SERVICE KENDARAAN

1. Perusahaan memberikan insentif service kendaraan kepada Karyawan/ti khususnya


terhadap kurir dan collector guna menunjang kinerja dan memberikan jaminan kepada
Karyawan/ti yang motor pribadi mereka digunakan untuk kepentingan operasional.

2. Pemberian insentif service kendaraan diberikan setiap awal bulan pada tanggal 15
(lima belas) setiap bulannya.

3. Dengan perhitungan sebagai berikut :

a. Per bulan : Rp. 250.000,- (dua ratus lima puluh ribu Rupiah)
b. Per 6 (enam) bulan : Rp. 500.000,- (lima ratus ribu Rupiah)

Pasal 18
INSENTIF BERAS

1. Diberikan kepada karyawan yang sudah memiliki masa kerja 1 tahun (Masa Kerja
ke-atas dan hanya diberikan kepada yang pria saja karena di-anggap sebagai tulang
punggung keluarga;

2. Karyawan yang mendapat tunjangan beras adalah kolektor, kurir, supir, kenek, kepala
gudang, pembantu kepala gudang dan khusus untuk karyawan yang bekerja sebelum
tahun 2016.

3. Pemberian insentif service kendaraan diberikan bersamaan dengan pembagian gaji


setiap bulannya yakni pada tanggal 28 (dua puluh delapan) bulan berjalan;

Pasal 19
TUNJANGAN HARI RAYA
1. Perusahaan memberikan Tunjangan Hari Raya Keagamaan kepada karyawan yang
telah mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan.

2. Besarnya Tunjangan Hari Raya Keagamaan yaitu sebesar 1 (satu) bulan upah pokok
ditambah tunjangan tetap bagi karyawan yang telah mempunyai masa kerja 12 (dua
belas) bulan berturut-turut atau lebih.

3. Bagi karyawan yang masa kerjanya telah mencapai 3 (tiga) bulan atau lebih tetapi
kurang dari 12 (dua belas) bulan akan diberikan Tunjangan Hari Raya Keagamaan
sebesar perbandingan jumlah bulan masa kerjanya (secara proporsional).

4. Pembayaran Tunjangan Hari Raya Keagamaan kepada karyawan dilakukan selambat-


selambatnya 2 (dua) minggu sebelum Hari Raya Keagamaan. Hari Raya Keagamaan
yang dimaksud dalam hal ini adalah Hari Raya Idul Fitri khusus bagi Karyawan/ti
Muslim dan Hari Raya Natal bagi Karyawan/ti yang Non-muslim.

Pasal 20
ASURANSI

1. Dalam hal ini, Perusahaan memberikan jaminan kesehatan kepada Karyawan/ti nya.

2. Dengan ketententuan sebagai berikut :


a. Asuransi kesehatan yang akan diterima karyawan berdasarkan masa kerja, sebagai
berikut :

 Karyawan masa kerja < 7 tahun : hanya karyawan saja (kecuali untuk level
tertentu);
 Karyawan masa kerja > 7 tahun : karyawan beserta keluarga

b. Bagi karyawan yang sudah memasuki masa kerja 7 tahun secara otomatis akan
dimasukkan keluarga-nya ke dalam asuransi kesehatan perusahaan dan karyawan
tersebut diharapkan dapat menginformasikan masa kerja tersebut ke HRGA
Department.

BAB V
FASILITAS KERJA

Pasal 21
Peralatan Kerja

1. Perusahaan menyediakan peralatan kerja yang sesuai untuk digunakan karyawan


dalam melaksanakan tugasnya.

2. Peralatan kerja adalah barang inventaris Perusahaan untuk dipakai pada saat bekerja
dan untuk keperluan dinas.

3. Seluruh peralatan kerja yang diberikan kepada Karyawan wajib digunakan dan
dipelihara dengan baik.

4. Karyawan/ti dilarang membawa peralatan kerja keluar kantor tanpa ijin tertulis dari
Pimpinan Perusahaan

5. Pelanggaran terhadap ketentuan ini merupakan tindakan pelanggaran disiplin kerja.

Pasal 21
Pakaian Kerja

Pakaian kerja untuk karyawan/ti akan diatur tersendiri yakni sebagai berikut :
a) HO :
 Senin : Batik
 Selasa – Kamis : Bebas namun harus rapi dan sopan
 Jumat : Bebas

b) Gudang :
 Probation : Pakaian warna putih dan wajib bersepatu
 Kontrak : Seragam & wajib bersepatu
BAB VI
TATA TERTIB KERJA

Pasal 22
PENCATATAN KEHADIRAN KERJA

1. Setiap karyawan/ti wajib hadir pada waktu kerja dan mendata kehadirannya dengan
alat pencatat waktu (Fingerscan) pada saat masuk kerja dan pulang kerja.

2. Pengisian data kehadiran harus dilakukan sendiri oleh karyawan/ti yang bersangkutan.
Pengisian data kehadiran oleh orang lain/karyawan lain merupakan tindakan
pelanggaran tata tertib kerja dan dapat dikenakan sanksi baik kepada karyawan/ti
yang bersangkutan ataupun karyawan/ti yang mencatatkan kehadiran karyawan/ti lain.

3. Karyawan/ti yang datang terlambat merupakan tindakan pelanggaran disiplin kerja.

4. Karyawan/ti yang lupa untuk mencatatkan kehadirannya pada saat masuk dan/atau
pulang kerja, dapat dianggap terlambat dan/atau pulang cepat yang berimbas pada
pemotongan uang makan dan juga terhadap insentif kehadiran.

Pasal 23
KEWAJIBAN KARYAWAN

1. Memberikan keterangan yang sebenarnya mengenai pekerjaan dan pengalaman kerja


sebelumnya kepada Perusahaan.

2. Melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab sesuai


bidang pekerjaan yang telah ditetapkan oleh Pimpinan Perusahaan.

3. Melaksanakan semua perintah/instruksi yang diberikan oleh Atasan dan/atau


Pimpinan Perusahaan sehubungan dengan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya.
4. Bekerja secara baik dan meningkatkan kerja sama dengan atasan maupun sesama
karyawan/ti atau rekan kerja di lingkungan kerja.

5. Menyimpan dan menjaga semua dokumen, informasi, atau keterangan yang dianggap
sebagai rahasia Perusahaan yang didapat oleh karena jabatannya maupun pergaulan di
lingkungan Perusahaan.

6. Menjaga dan memelihara kebersihan di dalam lingkungan kerjanya masing-masing


serta kerapian dirinya.

7. Menjaga dan berusaha mencegah kemungkinan hal-hal yang dapat membahayakan


dirinya sendiri maupun lingkungannya.

8. Menjaga keamanan dan memelihara barang-barang milik Perusahaan yang


dipercayakan kepadanya atau yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaannya.

9. Menghormati sesama karyawan/ti, Pimpinan, beserta keluarganya.

10. Melaporkan segera pada Bagian HRD setiap perubahan data pribadi/keluarganya,
antara lain:
a. alamat rumah/nomor telpon
b. status keluarga: perkawinan, perceraian, kelahiran, kematian
c. status pendidikan
d. data pribadi lainnya yang dibutuhkan Perusahaan
Data terakhir karyawan/ti yang terdaftar pada bagian HRD, merupakan data yang
dianggap sah. Segala sesuatu yang terjadi akibat kelalaian karyawan melaporkan
perubahan data-data tersebut di atas menjadi tanggung jawab karyawan/ti sepenuhnya.

Pasal 24
TINDAKAN DISIPLIN

1. Setiap pelanggaran dan/atau perbuatan indisipliner yang dilakukan karyawan/ti atas


tata tertib kerja maupun ketentuan/peraturan Perusahaan lainnya akan diberikan
sanksi sesuai dengan berat/ ringannya perbuatan yang dilakukannya.
2. Sanksi terhadap pelanggaran tersebut dapat berupa:

 Peringatan Lisan:
Diberikan oleh Atasan langsung atau pejabat yang berwenang atas
pelanggaran ringan.

 Peringatan Tertulis:
Berdasarkan pelanggaran yang dilakukan oleh karyawan/ti, bagian HRD
berhak memberikan Surat Peringatan Tertulis yang ditandatangani oleh
Atasan yang bersangkutan dan HRD.
Peringatan Tertulis dapat berupa:
a. Surat Peringatan Pertama (SP I)
b. Surat Peringatan Kedua (SP II)
c. Surat Peringatan Ketiga (SP III)
Penindakan pelanggaran disiplin berupa Surat Peringatan Tertulis seperti
tercantum pada butir (2) di atas tidak selalu harus mengikuti urutannya
satu demi satu, akan tetapi dapat diberikan langsung Surat Peringatan
Kedua (SP II) atau Surat Peringatan Ketiga (SP III) tergantung pada
berat/ringan, jenis, dan pengulangan pe-langgaran yang dilakukan oleh
karyawan. Masing-masing Surat Peringatan Tertulis mempunyai masa
berlaku selama 6 (enam) bulan dan apabila ternyata dalam masa 6 (enam)
bulan yang bersangkutan masih melakukan pelanggaran lagi, maka
Perusahaan dapat memberikan sanksi yang lebih berat hingga pemutusan
hubungan kerja. Tindakan pemutusan hubungan kerja akan dilaksanakan
sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 25
PELANGGARAN KERJA

1. Dalam mengadakan penilaian atas pelanggaran tata tertib, diambil pedoman dasar atas
perbuatan-perbuatan yang dapat mengakibatkan diberikannya teguran lisan atau Surat
Peringatan Pertama (SP I) sampai dengan Surat Peringatan Ketiga (SP III).

2. Pelanggaran-pelanggaran yang dikenakan Surat Peringatan Pertama (SP I), antara lain
adalah:
 Terlambat masuk kerja atau pulang sebelum waktunya 3 (tiga) kali berturut-turut atau
5 (lima) kali tidak berturut-turut dalam sebulan atau tanpa alasan yang dapat
dipertanggung-jawabkan dan/atau tanpa ijin Pimpinan Perusahaan.
 Mangkir 2 (dua) hari kerja dalam sebulan.
 Meninggalkan tempat kerja pada jam-jam kerja tanpa seijin Atasan.
 Tidur atau bermalas-malasan pada jam kerja.
 Memfitnah dan/atau memasang tulisan atau gambar yang mempermalukan orang lain.
 Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan norma sosial atau sopan santun.
 Pelanggaran lainnya yang dipandang pantas oleh Perusahaan untuk diberikan Surat
Peringatan Pertama (SP I).

3. Pelanggaran-pelanggaran yang dikenakan Surat Peringatan Kedua (SP II), antara lain
adalah:

 Melakukan pelanggaran yang jenis atau berat pelanggarannya dapat dikenakan sanksi
Surat Peringatan Pertama (SP I) dan/atau lebih rendah sedangkan yang bersangkutan
masih menjalani Surat Peringatan Pertama (SP I).
 Terlambat masuk kerja atau pulang sebelum waktunya 5 (lima) kali berturut-turut atau
10 (sepuluh) kali tidak berturut-turut dalam sebulan tanpa alasan yang dapat
dipertang-gungjawabkan dan/atau tanpa izin Pimpinan Perusahaan.
 Mangkir 3 (tiga) hari kerja berturut-turut atau 5 (lima) hari kerja tidak berturut-turut
dalam sebulan.
 Tidak melaporkan kepada Atasan tentang adanya pelanggaran tatatertib kerja dan/atau
gangguan keamanan yang diketahuinya dapat merugikan Perusahaan.
 Tidak memperhatikan dan tidak bersedia melaksanakan petunjuk Atasan mengenai
tugas yang harus dikerjakan.
 Tidak bersedia bekerja sama dengan teman sekerja atau dengan Atasan dalam
melaksanakan tugasnya.
 Bekerja tidak sesuai dengan standar dan prosedur operasional kerja yang telah
ditetapkan Perusahaan.
 Melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas yang disebabkan oleh
kelalaian/kecerobohan ketika menggunakan kendaraan Perusahaan atau pelanggan
Perusahaan.
 Pelanggaran lainnya yang dipandang pantas oleh Perusahaan untuk diberikan Surat
Peringatan Kedua (SP II).

4. Pelanggaran-pelanggaran yang dikenakan Surat Peringatan Ketiga (SP III), antara lain
adalah:

 Melakukan pelanggaran yang jenis atau berat pelanggarannya dapat dikenakan sanksi
Surat Peringatan Kedua (SP II) dan/atau lebih rendah sedangkan yang bersangkutan
masih menjalani Surat Peringatan Kedua (SP II).
 Terlambat masuk kerja 10 (sepuluh) kali berturut-turut atau 15 (lima belas) kali tidak
berturut-turut dalam sebulan tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan
dan/atau tanpa izin Pimpinan Perusahaan.
 Mangkir 4 (empat) hari kerja berturut-turut atau 7 (tujuh) hari kerja tidak berturut-
turut dalam sebulan.
 Mempergunakan barang-barang milik Perusahaan dan/atau perlengkapan milik
Perusahaan untuk kepentingan pribadi tanpa seijin Pimpinan Perusahaan.
 Menyalahgunakan barang-barang milik Perusahaan yang dipercayakan kepadanya
untuk kepentingan dan keuntungan pribadi ataupun pihak ketiga lainnya.
 Menolak untuk mentaati perintah atau penugasan yang layak dari Atasan atau
Pimpinan Perusahaan termasuk di dalamnya menolak untuk dimutasikan, baik di
dalam ataupun di luar Perusahaan dalam satu group.
 Memindahkan barang milik Perusahaan dari tempatnya dengan niat untuk memiliki.
 Di dalam lingkungan Perusahaan menyelenggarakan atau menghadiri
rapat/pertemuan, mengedarkan atau menempelkan poster, plakat,surat edaran,
selebaran, brosur, atau sejenisnya yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan
Perusahaan tanpa ijin yang berwenang.
 Melakukan perbuatan yang dapat mengganggu ketertiban/ketentraman kerja atau
menimbulkan keonaran.
 Melakukan perbuatan yang dapat menimbu-lkan kerugian bagi orang lain atau
Perusahaan.
 Pelanggaran lainnya yang dipandang pantas oleh Perusahaan untuk diberikan Surat
Peringatan Ketiga (SP III).

5. Karyawan/ti yang mendapatkan Surat Peringatan Pertama (SP I), Surat Peringatan Kedua
(SP II), atau Surat Peringatan Ketiga (SP III) mendapatkan konsekuensi berupa
penurunan penilaian kinerjanya dan dapat juga berdampak pada penundaan kenaikan gaji,
pencabutan/ penurunan pangkat/jabatan, pembebanan denda/ganti rugi yang langsung
dipotong dari gaji, dan/atau pencabutan fasilitas-fasilitas tertentu sesuai dengan tingkat
dan jenis pelanggaran yang dilakukan.

BAB VII
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

1. Perusahaan berusaha agar jangan sampai terjadi pemutusan hubungan kerja.

2. Bila segala upaya telah ditempuh, pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindarkan
antara Karyawan/ti dan Perusahaan, Perusahaan akan menyelesaikannya berdasarkan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

3. Putusnya hubungan kerja dapat terjadi oleh macam-macam sebab, antara lain:
a. Karena pelanggaran peraturan tata tertib kerja dan/atau perbuatan tindak pidana/hukum
Negara.
b. Karena melakukan pelanggaran berat.
c. Karena menderita sakit berkepanjangan dan/atau ketidakmampuan bekerja karena
kesehatan.
d. Karena tidak mampu mencapai standar prestasi kerja yang ditentukan.
e. Karena alasan mendesak.
f. Karena mencapai usia pensiun.
g. Karena alasan lainnya, yakni:
 Tidak memenuhi persyaratan kerja dalam Masa Percobaan.
 Mengundurkan diri.
 Meninggal dunia.
 Berakhirnya masa Kontrak Kerja atau Perjanjian Kerja Waktu Tertentu.

4. Karyawan/ti yang putus hubungan kerjanya dengan Perusahaan dengan alasan apapun
yang masih mempunyai hutang yang menjadi tanggungannya harus melunasinya
sekaligus. Pemutusan hubungan kerja tidak membebaskan karyawan/ti yang bersangkutan
dari kewajibannya melunasi hutang-hutang tersebut.

5. Dalam hal Karyawan/ti mengundurkan diri (resign), maka karyawan/ti tersebut harus
mematuhi prosedur yang telah ditetapkan dari Perusahaan, yakni one month notice (
Pengajuan selama 1 bulan ke depan terhitung sejak tanggal pengajuan surat pengunduran
diri ) dengan memberikan surat tertulis kepada atasan dari masing-masing karyawan

6. Karyawan/ti yang putus hubungan kerjanya dengan Perusahaan wajib mengembalikan


semua harta benda/alat perlengkapan kerja yang dipercayakan kepadanya dalam
melakukan tugas selama berdinas.

7. Apabila Karyawan/ti tidak mengikuti prosedur seperti yang ditetapkan dalam ayat 5 dalam
Bab VII ini, maka segala bentuk kompensasi dan/atau hak yang tersisa dari Karyawan/ti
yang mengundurkan diri tidak akan diberikan oleh Perusahaan.

BAB VIII
PENUTUP

Pasal 26
INTERPRETASI DAN AMANDEMEN

1. Perusahaan berhak untuk menafsirkan semua ketentuan-ketentuan yang termuat di


dalam pasal-pasal maupun ayat-ayat dari Peraturan Perusahaan ini sesuai dengan
makna, arti, dan maksud tujuannya dalam pembinaan Hubungan Industrial Pancasila.

2. Peraturan Pelaksanaan yang sekiranya diperlukan sehubungan dengan Peraturan


Perusahaan ini akan ditetapkan dengan Surat Keputusan Direksi.
Pasal 27
PENUTUP

1. Hal-hal yang belum tercantum di dalam Peraturan Perusahaan ini akan diatur di
kemudian hari dengan memperhatikan Peraturan Perundangundangan yang berlaku.

2. Peraturan Perusahaan ini tetap berlaku sampai dengan disahkannya Peraturan


Perusahaan yang baru.

3. Peraturan Perusahaan ini akan diumumkan kepada seluruh karyawan untuk diketahui
dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

4. Demikian Peraturan Perusahaan ini ditetapkan, apabila dikemudian hari terdapat


perubahan maka akan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan tersendiri yang
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Perusahaan ini.

Anda mungkin juga menyukai