Anda di halaman 1dari 15

PERATURAN PERUSAHAAN

Industri Kimia Pertanian

PT. SARI KRESNA KIMIA

Jl. Biak Raya No.1 / B1


Kecamatan Cideng, Kelurahan Gambir Jakarta Pusat
Propinsi DKI Jakarta
Periode
2015
BAB I
PENGERTIAN
Pasal 1
Pengertian Istilah-istilah dalam Peraturan Perusahaan

Arti dari Istilah dan pengertian yang tercantum dalam Peraturan Perusahaan ini adalah :

1. Demosi
Adalah perpindahan dari suatu jabatan ke jabatan lain yang mempunyai wewenang dan tanggung
jawab lebih rendah
2. Hari Kerja
Adalah hari yang ditetapkan oleh Perusahaan untuk melakukan pekerjaan.
3. Jam Kerja
Adalah waktu yang ditetapkan oleh Perusahaan untuk melakukan pekerjaan sesuai tanggung jawab
yang dibebankan kepadanya yaitu 8 (delapan) jam sehari.
4. Keluarga
Adalah seorang istri/suami yang dinikahi secara sah menurut hukun serta anak-anak yang diperoleh
dari pernikahan yang sah atau diangkat secara sah menurut hukum, dan berusia setingginya 21 (dua
puluh satu) tahun atau belum menikah atau belum bekerja atau masih sekolah dan telah terdaftar di
Perusahaan.
5. Kerja Lembur
Adalah bekerja diluar waktu yang telah di tetapkan sebagai hari kerja atau jam kerja.
6. Kerja Shift
Adalah hari kerja berdasarkan jadwal kerja yang telah diatur rutin sesuai dengan kondisi atau keadaan
yang dibutuhkan.
7. Mutasi
Adalah perpindahan posisi atau jabatan atau tempat atau pekerjaan di dalam Perusahaan atau
Perusahaan lain yang masih menjadi milik Pengusaha.
8. Pekerja
Adalah setiap pria atau wanita yang mengadakan hubungan kerja untuk waktu yang tidak tertentu
dengan Perusahaan dan telah melewati masa percobaan serta telah diangkat sebagai pekerja dengan
Surat Keputusan Perusahaan.
9. Pengusaha
Adalah Pimpinan Perusahaan yang bertanggung jawab dalam Perusahaan.
10. Perusahaan
Adalah Industri chemicals PT. Sari Kresna Kimia berkedudukan di Jl. Biak Raya No.1, Kec. Cideng,
Kel. Gambir Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta.
11. Peringatan
Adalah suatu teguran lisan dan atau tertulis bagi yang melakukan kekerasan, kelalaian, atau lainnya
yang tidak sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan Ketenagakerjaan serta Peraturan
Perusahaan.
12. Promosi
Adalah perpindahan dari suatu jabatan ke jabatan lain yang mempunyai wewenang dan tanggung
jawab yang lebih tinggi.
13. Upah
Adalah pendapatan pekerja berupa uang yang diterima setiap bulan yang terdiri dari upah pokok dan
tunjangan tetap lainnya.

BAB II
PENERIMAAN PEKERJA
Pasal 2
Syarat-syarat Penerimaan Pekerja

1. Mengajukan surat lamaran dilengkapi dengan syarat-syarat umum berlaku pada administrasi
Personalia.
2. Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan melalui hasil test kesehatan yang dilakukan oleh Dokter.
3. Berkelakuan baik yang dinyatakan oleh pihak kepolisian.
4. Bersedia mengikuti seleksi/test rekruitmen dan dinyatakan lulus oleh Perusahaan.
5. Wajib menaati Peraturan Perusahaan, Tata Tertib Perusahaan, dan Peraturan yang berlaku di
Indonesia.
6. Bersedia menandatangani perjanjian kerja sesuai Peraturan dan Perundangan yang berlaku.

Pasal 3
Pelatihan Kerja

1. Setiap pekerja baru akan melakukan pelatihan kerja, dan masa pelatihan kerja dihitung sebagai masa
kerja.
2. Selama pelatihan kerja, Pekerja mendapatkan upah.
3. Selama pelatihan kerja masing-masing pihak dapat memutuskan hubungan kerja setiap saat tanpa
syarat.

BAB III
MUTASI, PROMOSI & DEMOSI
Pasal 4
Mutasi

1. Untuk kepentingan Perusahaan, maka Pengusaha dapat melakukan mutasi kerja. Pekerja pada salah
satu bagian dapat ditempatkan ke bagian lain, dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. Tidak mengurangi fasilitas dan upah yang diterima Pekerja sebelumnya.
b. Untuk memberikan kesempatan kepada pekerja dalam meningkatkan karir atau mendapatkan
promosi berupa kepercayaan dengan menduduki jabatan lebih tinggi sebagai hasil prestasi
kerjanya.
c. Dinilai tidak cakap dalam melaksanakan pekerjaan yang sudah ditentukan.
2. Pekerja yang tidak melaksanakn perintah mutasi tanpa alasan yang jelas dan tidak bisa diterima oleh
Pengusaha, dinyatakan sebagai menolak perintah kerja dan karenanya hal tersebut dianggap sebagai
pelanggaran kerja.
3. Untuk mutasi lokasi kerja, fasilitas dan tunjangan yang diberikan kepada pekerja akan disesuaikan
dengan ketentuan di lokasi yang bersangkutan ditempatkan.

Pasal 5
Promosi

1. Pekerja yang karena prestasi dan dedikasi kerjanya baik, dapat dipromosikan untuk menduduki posisi
jabatan yang lebih tinggi dari jabatannya saat ini.
2. Untuk memperoleh promosi jabatan tersebut pekerja harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Formasi di Perusahaan memungkinkan.
b. Mempunyai Nilai Hasil Kerja yang memuaskan pada tahun berjalan.
c. Atas rekomendasi dari Atasannya dan disetujui Direksi.
3. Bagian Personalia dan SDM akan mengadakan penilaian hasil prestasi kerja masing-masing Pekerja.
4. Untuk setiap pekerja yang memperoleh promosi jabatan, maka upah dan benefit yang diterima
disesuaikan dengan posisi jabatan.

Pasal 6
Demosi

1. Setiap pekerja yang karena suatu hal, diturunkan jabatan dan posisinya.
2. Pekerja tersebut menerima upah sesuai dengan Posisi yang bersangkutan.

BAB IV
HARI DAN JAM KERJA
Pasal 7
Hari dan Jam Kerja

1. Hari kerja di Perusahaan 5 (lima) hari dalam seminggu, yaitu Senin sampai Jum’at.
2. Jam kerja di Perusahaan adalah sebagai berikut :
- Senin s/d Kamis : 08.00 s/d 17.00
Istirahat : 12.00 s/d 13.00
- Jum’at : 08.00 s/d 17.30
Istirahat : 11.30 s/d 13.00
3. Bagi pekerja yang bekerja dengan sistem hari dan waktu shift diatur tersendiri oleh Perusahaan sesuai
dengan kebutuhan unit kerja.
BAB V
KERJA LEMBUR
Pasal 8
Kerja Lembur

1. Bilamana Perusahaan memerlukan tenaga, maka Perusahaan berhak untuk memerintahkan pekerja
melalui instruksi Atasan yang bersangkutan untuk melakukan kerja lembur, dengan menyetujui Surat
Perintah Lembur.
2. Pekerja tidak wajib bekerja pada hari libur mingguan ataupun hari libur nasional, kecuali Perusahaan
membutuhkan dengan menyetujui Surat Perintah Lembur berdasarkan instruksi dari Atasan yang
bersangkutan.
3. Pekerja berhak menolak perintah lembur tersebut dengan menyertakan alasan kepada Atasan yang
memerintah.
4. Pekerja yang tidak melaksanakan Surat Perintah Lembur (SPL) tanpa alasan, dapat dinyatakan
sebagai menolak perintah dan selanjutnya dikenakan sanksi sesuai Peraturan Perusahaan.

Pasal 9
Mekanisme Kerja Lembur

1. Pekerja menerima perintah lembur dari Atasannya langsung, sebagai pemberi perintah lembur.
2. Atasan langsung pekerja mengisi Formulir Surat Perintah Lembur (SPL) disesuaikan dengan
permintaan lembur untuk pekerja yang bersangkutan tersebut dan Form SPL tersebut harus
dimintakan persetujuan dari Kepala Pabrik terlebih dahulu.
3. SPL yang telah mendapat persetujuan dari Kepala Pabrik diteruskan oleh atasan langsung pekerja
tersebut ke bagian Personalia dan SDM untuk disampaikan ke bagian keamanan (Security) sebagai
informasi adanya pekerja yang lembur, serta disampaikan ke operator sebagai dasar perhitungan upah
lembur.

Pasal 10
Perhitungan Upah Lembur

1. Perhitungan upah lembur pada hari biasa :


a. 1 (satu) jam pertama : Jumlah jam X 1.5 Upah/173
b. Jam kedua dan seterusnya : Jumlah jam X 2.0 Upah/173
2. Perhitungan upah lembur pada hari minggu/libur resmi :
a. 7 (tujuh) jam pertama : Jumlah jam X 2.0 Upah/173
b. 1 (satu) jam seterusnya : Jumlah jam X 3.0 Upah/173
c. Jam ke-9 dan seterusnya : Jumlah jam X 4.0 Upah/173
3. Dasar perhitungan upah lembur Pekerja, adalah :
Upah selama sebulan yang terdiri dari Upah Pokok dan Tunjangan Tetap.
BAB VI
PENGUPAHAN
Pasal 11
Mekanisme Kerja Lembur

1. Setiap pekerja berhak memperoleh upah berdasarkan peraturan pengupahan yang diatur oleh
Perusahaan, minimal sama dengan ketentuan Upah Minimum Regional.
2. Pemberian upah merupakan suatu sistem yang terpadu yang mencakup kedudukan pekerja dalam
kerangka struktur organisasi, jabatan, kepangkatan serta tugas dan tanggung jawab.
3. Perusahaan akan memberikan upah terendah kepada pekerja minimal sama dengan upah minimum
yang berlaku atau ditetapkan oleh Pemerintah.
4. Bagi pekerja yang tidak bekerja maka upah tidak dibayar.
5. Pajak atas upah menjadi tanggungan Pekerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 12
Penetapan Upah

1. Perusahaan menetapkan sistem pemberian upah berdasarkan bobot tugas dan tanggung jawab yang
dipangku Pekerja sesuai dengan :
a. Tugas kewajiban serta tanggung jawab yang diberikan.
b. Prestasi kerja, keahlian serta pengabdian/loyalitas terhadap Perusahaan dari waktu ke waktu.
2. Komponen upah terdiri dari Gaji Pokok, Tunjangan tetap dan atau Tunjangan tidak tetap.

Pembayaran upah pekerja pada prinsipnya secara bulanan dan sistem penerimaan diatur sebagai
berikut :

Pasal 13
Mekanisme Pembayaran Upah

Pekerja dengan upah berdasarkan UMK, menerima upah maksimal setiap tanggal 1 dalam setiap
bulannya, dan apabila pada tanggal tersebut jatuh pada hari libur nasional maka akan dibayarkan pada
tanggal berikutnya.

Pasal 14
Penetapan Kenaikan Upah

1. Perusahaan senantiasa melakukan peninjauan secara berkala atas upah Pekerjanya.


2. Kenaikan upah perorangan tidak dilakukan secara otomatis, tetapi berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan atas dasar prestasi dan kinerja masing-masing pekerja dan juga kemampuan
Perusahaan.
Pasal 15
Upah Selama Sakit

1. Apabila pekerja sakit dan dapat dibuktikan dengan surat keterangan Dokter, maka upahnya akan
dibayar.
2. Apabila pekerja sakit dalam jangka waktu lama dan dibuktikan dengan surat keterangan Dokter tidak
melampaui 12 (dua belas) bulan berturut-turut, maka pembayaran upah ditentukan sebagai berikut.
- Untuk 4 (empat) bulan pertama dibayar sebesar : 100%
- Untuk 4 (empat) bulan kedua dibayar sebesar : 75%
- Untuk 4 (empat) bulan ketiga dibayar sebesar : 50%
- Sampai dengan menunggu proses PHK : 25%
3. Jika setelah lewat waktu 12 (dua belas) bulan Pekerja tidak mampu bekerja, maka Perusahaan akan
mengadakan Pemutusan Hubungan Kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

BAB VII
JAMINAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN
Pasal 16
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

1. Pengusaha mengikutsertakan Pekerja dalam BPJS Ketenagakerjaan


2. Premi untuk BPJS ketenagakerjaan ditanggung oleh Pekerja & Perusahaan sesuai dengan ketentuan
BPJS.
3. Besarnya santunan BPJS diatur sesuai dengan ketentuan BPJS.

Pasal 17
Ibadah

1. Perusahaan memberikan waktu kepada Pekerja yang melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran
agamanya.
2. Perusahaan menyediakan tempat yang layak untuk keperluan menjalankan kewajibannya. Tempat
tersebut hanya untuk melakukan ibadah tidak dapat dipergunakan untuk kegiatan lainnya.

Pasal 18
Tunjangan Hari Raya

1. Pekerja dengan masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih diberikan Tunjangan Hari Raya sebesar 1 (satu)
bulan gaji.
2. Pekerja dengan masa kerja lebih dari 3 (tiga) bulan dan kurang dari 1 (satu) tahun diberikan THR
secara proposional.
3. Pembayaran THR selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelum Hari Raya Keagamaan.
BAB VIII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Pasal 19
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1. Setiap Pekerja wajib menjaga keselamatan dirinya dan Pekerja lainnya serta wajib memakai alat-alat
keselamatan kerja yang telah disediakan oleh Perusahaan serta mengikuti/mematuhi ketentuan-
ketentuan keselamatan kerja yang berlaku.
2. Apabila Pekerja menemui hal-hal yang dapat membahayakan terhadap keselamatan Pekerja dan
Perusahaan, harus segera melapor kepada Pimpinannya (Atasannya)
3. Diluar waktu kerja yang ditentukan oleh Perusahaan, setiap Pekerja tidak diperbolehkan
memakai/menggunakan alat-alat atau perlengkapan kerja milik Perusahaan untuk keperluan pribadi.
4. Setiap Pekerja wajib memelihara alat-alat atau perlengkapan kerja dengan baik dan teliti, serta hanya
dipakai pada saat kerja.
5. Perusahaan akan menyediakan tempat dan sarana kerja sesuai dengan sifat dan jenis pekerjaannya.

BAB IX
CUTI
Pasal 20
Cuti Tahunan

1. Setiap pekerja berhak untuk mendapatkan cuti tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja.
2. Pelaksanaan cuti tahunan dilakukan secara massal pada saat perayaan Hari Raya dan atau Hari Besar
Keagamaan.

Pasal 21
Cuti Haid

Pekerja wanita yang pada hari pertama dan kedua waktu haid nya merasa sakit, tidak diwajibkan untuk
bekerja dan pekerja tersebut memberitahukan dan menyerahkan surat keterangan sakit dari Dokter, maka
dia berhak atas upah.

BAB X
ATURAN DISIPLIN
Pasal 22
Tata Tertib Kerja di Perusahaan

Tata tertib Perusahaan merupakan kewajiban umum dan khusus yang harus dipatuhi oleh setiap Pekerja.
Setiap Pekerja wajib :
1. Hadir 15 menit sebelumnya dan langsung berada di tempat kerja masing-masing, serta pulang
meninggalkan pekerjaan harus tepat pada waktu yang telah ditentukan oleh Perusahaan.

2. Absensi sidik jari pada tempat yang telah ditetapkan baik pada waktu masuk atau pulang bekerja.
3. Menggunakan pakaian kerja, menggunakan alat-alat safety yang telah disediakan sesuai dengan
lokasi kerja.
4. Menggunakan dan memanfaatkan ketrampilan yang maksimal untuk mendapat hasil kerja yang
optimal.
5. Mematuhi dan melaksanakan semua instruksi kerja, prosedur kerja yang diberikan oleh Atasan atau
Pimpinan.
6. Menaati segala ketentuan yang ada dan berlaku di Perusahaan.
7. Bersikap sopan, wajar, dan jujur terhadap Atasan.
8. Menggunakan dan memelihara alat kerja yang telah disediakan, dengan memeriksa semua alat-alat
kerja masing-masing sebelum dan sesudah bekerja.
9. Menjaga keamanan, keselamatan, dan ketertiban pada area kerja, rekan kerja, ataupun pada dirinya
sendiri.
10. Memelihara kebersihan dan kekeluargaan diantara sesama pekerja, sehingga tidak menimbulkan rasa
ketidaknyamanan yang dapat merugikan Perusahaan.
11. Mencegah hal-hal yang dapat menimbulkan kebakaran dan ledakan.
12. Menghindari dari perbuatan melawan hukum.
13. Menjaga citra dan nama baik Perusahaan dengan bertindak dan berperilaku positif.
14. Menolak setiap pemberian janji atau perlakuan yang diberikan oleh siapapun juga yang dapat
berakibat langsung atau tidak langsung merugikan Perusahaan.
15. Tidak melakukan kerjasama dengan pihak lain yang mempunyai kegiatan usaha yang sama atau
sejenis dengan kegiatan Perusahaan, yang dapat merugikan Perusahaan baik langsung ataupun tidak
langsung.
16. Memegang teguh rahasia Perusahaan baik yang dipercayakan secara khusus ataupun yang dipegang
oleh pekerja pada umumnya.
17. Menjaga, menyimpan dan memelihara barang, alat kerja, surat-surat dan dokumen milik Perusahaan
yang digunakan dan dipercayakan, sehingga selalu keadaan aman dan tersimpan baik.
18. Menghindari perbuatan tercela,membuat keributan, keonaran, pertengkaran, perkelahian, dan
perbuatan yang dapat menggunakan ketertiban dan kelancaran kerja.
19. Memberitahukan kepada Personalia & SDM melalui Atasannya apabila ada tugas atau keperluan
pribadi yang mengharuskan pekerja meninggalkan kantor pada jam kerja.
20. Bersedia dipindahkan atau mutasi dan atau promosi dan atau demosi sesuai dengan keputusan yang
diberikan kepadanya.
21. Memberikan data-data pribadi dan keluarga bilamana di minta Perusahaan untuk pelaksanaan UU
Nomor 3 tahun 1992, serta melaporkan kepada Perusahaan melalui bagian Personalia & SDM
apabila ada perubahan status dirinya, susunan keluarga, alamat rumah dan lainnya.

Pasal 23
Larangan-larangan
Setiap pekerja dilarang:

1. Merokok ditempat terlarang dan ruangan ber-AC.


2. Bertindak ceroboh dan lalai dalam menggunakan alat atau sarana kerja baik sengaja atau tidak
sengaja, sehingga menimbulkan kerugian dan kecelakaan kerja baik bagi diri sendiri, rekan kerja, atau
orang lain.
3. Menggunakan fasilitas Perusahaan untuk keperluan pribadi tanpa seijin Atasan atau Perusahaan.
4. Membocorkan rahasia Perusahaan.
5. Melakukan kegiatan usaha di lingkungan kerja atau di luar lingkungan yang mempunyai dampak
langsung merugikan kepada Perusahaan.
6. Berkelahi dengan Atasan, rekan kerja atau orang lain di lingkungan Perusahaan.
7. Minum-minuman keras, mabuk di tempat kerja, membawa, menyimpan, dan menggunakan bahan-
bahan narkoba, dan melakukan segala macam perjudian dengan sesama Pekerja atau Pimpinan di
dalam lingkungan Perusahaan.
8. Melakukan perbuatan yang melanggar norma etika, sopan santun, tata susila di lingkungan kerja.
9. Membuat kegaduhan dan keonaran sehingga dapat menganggu ketenangan kerja.
10. Membawa senjata api, senjata tajam yang bukan untuk tujuan dan kepentingan pribadi atau pihak
lain.
11. Menyalahgunakan wewenang atau jabatan untuk tujuan dan kepentingan pribadi atau pihak lain.
12. Melakukan perbuatan atau tindakan dengan mengatasnamakan Perusahaan untuk manfaat dan tujuan
pribadi.
13. Menghasut Atasan, rekan kerja atau orang lain untuk melakukan tindakan yang dapat merugikan
Perusahaan.
14. Menghina Pimpinan, Atasan, Bawahan, atau sesama rekan kerja.
15. Memberikan keterangan palsu atau menyebarkan berita tidak benar yang dapat mencemarkan nama
baik Perusahaan, Pimpinan, Atasan, Bawahan, atau sesama rekan kerja.
16. Melakukan tindakan yang dapat diartikan sebagai pemaksaan kehendak kepada Perusahaan,
Pimpinan, Atasan, Bawahan, atau sesama rekan kerja.
17. Merusak atau mencuri barang-barang milik Perusahaan.
18. Menolak tugas untuk kepentingan Perusahaan yang diberikan oleh Atasannya.
19. Meninggalkan pekerjaan atau jalan-jalan dan menganggu rekannya pada saat jam kerja.
20. Memasang pengumuman/tulisan atau memasang poster atau gambar apapun tanpa seijin Pimpinan
Perusahaan.
21. Menghambat proses produksi atau sengaja untuk menghambat proses produksi.
22. Makan atau tidur-tiduran ditempat kerja pada jam kerja.

Pasal 24
Ijin Meninggalkan Pekerjaan

1. Ijin meninggalkan pekerjaan tersebut harus diperoleh terlebih dahulu dari perusahaan kecuali dalam
keadaan mendesak, bukti-bukti tersebut dapat diajukan kembali.
2. Bila pekerja tidak memberikan bukti-bukti maka Pekerja di anggap mangkir.

BAB XI
SANKSI TERHADAP PELANGGARAN
Pasal 25
Penegakan Disiplin

1. Perusahaan maupun Pekerja menyadari sepenuhnya perlu adanya penegakan disiplin kerja. Oleh
karena itu terhadap setiap pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja atas Peraturan Perusahaan dapat
diberikan sanksi.
2. Peringatan atau sanksi yang diberikan kepada pekerja merupakan usaha untuk mendidik dan
mengarahkan kepada tindakan dan perbaikan tingkah laku Pekerja.
3. Jenis sanksi terhadap tindakan indisipliner diperinci sebagai berikut :
a. Peringatan Lisan
Dilakukan oleh Atasan langsung kepada Pekerja untuk pelanggaran yang bersifat umum dan
ringan.
b. Peringatan Tertulis
Dilakukan oleh Personalia dan SDM atas permintaan Atasan Pekerja untuk pelanggaran yang
bersifat khusus, yaitu dengan urutan :
- Surat Peringatan I
- Surat Peringatan II
- Surat Peringatan III
c. Pembebasan tugas (skorsing)
d. Pemutusan Hubungan Kerja
4. Pemberian sanksi tidak langsung diberikan secara berurutan tetapi berdasarkan bobot pelanggaran
yang dilakukan.

Pasal 26
Mangkir

1. Apabila Pekerja tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah maka Pekerja, tersebut dianggap mangkir
atau alpa.
2. Bagi pekerja yang tidak masuk kerja atau tidak melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya upah
tidak dibayar sesuai dengan ketentuan Perusahaan.
3. Apabila pekerja mangkir selama 5 (lima) hari berturut-turut tanpa alasan yang sah dan perusahaan
telah memanggil 2 (dua) kali secara tertulis maka pekerja tersebut dianggap mengundurkan diri.
4. Apabila pekerja tidak bersedia melaksanakan pekerjaan yang diperintahkan kepadanya maka pekerja
tersebut dianggap tidak bekerja dan upah tidak dibayar sesuai dengan ketentuan Perusahaan.

Pasal 27
Pemberian Surat Peringatan

1. Perusahaan dapat memberikan surat peringatan tertulis kepada setiap pekerja yang melakukan
pelanggaran tata tertib kerja Perusahaan antara lain :
a. Sering datang terlambat atau pulang lebih awal dari waktu yang telah ditentukan.
b. Tidak mematuhi ketentuan-ketentuan keselamatan kerja, petunjuk Atasan, dan lain sebagainya.
c. Menolak perintah yang layak.
d. Melalaikan kewajiban.
e. Tidak cakap melakukan pekerjaan.
f. Mangkir atau tidak masuk kerja tanpa alasan yang jelas.
g. Bekerja di perusahaan lain di hari dan jam kerja yang sama.
h. Pekerja tidak melaksanakan kewajibannya sesuai pasal 23 dan 24.
i. Pekerja melakukan kesalahan lainnya sebagaimana diatur dalam Peraturan Perundang-
undangan.
2. Kepada pekerja yang melakukan pelanggaran Tata Tertib Perusahaan akan diberikan surat peringatan
secara tertulis, yaitu :
- Surat Peringatan I
- Surat Peringatan II
- Surat Peringatan III
3. Surat Peringatan tidak harus diberikan menurut urutannya tetapi dapat dinilai dari bobot pelanggaran
yang dilakukan oleh Pekerja.
4. Masing-masing Surat Peringatan mempunyai masa berlaku selama 6 (enam) bulan dan apabila yang
bersangkutan masih melakukan pelanggaran lagi, maka perusahaan dapat memutuskan hubungan
kerja dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundangan-undangan yang berlaku.
5. Bilamana Pekerja mendapat peringatan 3 (tiga) kali dalam kurun waktu 2 (dua) tahun, maka Pekerja
tersebut akan diproses PHK sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 28
Pembebasan Tugas (Skorsing)

1. Skorsing dapat dikenakan kepada setiap Pekerja yang melakukan pelanggaran terhadap Tata Tertib
kerja atau tidak menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya atau tindakan yang merugikan
Perusahaan.
2. Skorsing yang dilakukan Perusahaan ada yang sifatnya pembinaan dan ada yang sifatnya untuk
melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
3. Jangka waktu untuk skorsing pembinaan paling lama 1 (satu) bulan dan skorsing untuk Pemutusan
Hubungan Kerja sampai dengan adanya keputusan hukum tetap.

Pasal 29
Pelanggaran Tata Tertib Yang Dapat Mengakibatkan Pemutusan Hubungan Kerja

Setiap Pekerja yang melakukan pelanggaran terhadap Tata Tertib Perusahaan, pelanggaran hukum atau
merugikan perusahaan dapat dikenakan sanksi yang berupa Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tanpa
pesangon yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pelanggaran yang dimaksud adalah
sebagai berikut :

1. Melakukan pencurian, penipuan, dan penggelapan barang dan atau uang milik Perusahaan.
2. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan Perusahaan.
3. Mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai dan atau mengedarkan narkotika,
psikotropika, dan atau zat adiktif lainnya di lingkungan kerja.
4. Melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja.
5. Menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi rekan kerja atau Pengusaha di lingkungan
kerja.
6. Membujuk rekan kerja atau Pengusaha untuk melakukan yang bertentangan dengan Peraturan
Perundang-undangan.
7. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik
Perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi Perusahaan.
8. Membongkar atau membocorkan rahasia Perusahaan yang seharusnya dirahasiakan, kecuali untuk
kepentingan Negara.
9. Melakukan perbuatan lainnya yang diancam pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

BAB XII
GANTI RUGI DAN PEMOTONGAN UPAH
Pasal 30
Ganti Rugi dan Pemotongan Upah

1. Pekerja akan dikenakan kewajiban membayar ganti rugi apabila dengan sengaja atau akibat
kelalaiannya menyebabkan terjadinya kerusakan barang atau kerugian lainnya milik Perusahaan yang
menyebabkan kerugian bagi perusahaan.
2. Apabila kerusakan diakibatkan oleh perorangan maka ganti rugi ditanggung oleh perorangan, dan
kerusakan diakibatkan oleh kelompok atau grup maka ganti rugi dibebankan kepada kelompok tau
grup tersebut.
3. Atas kerugian perusahaan, ganti rugi tersebut akan dikembalikan kepada pekerja secara bersama-
sama.

BAB XIII
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)
Pasal 31
Pemutusan Hubungan Kerja
1. Bagi Pekerja yang telah melakukan pelanggaran berat atau telah diberikan surat peringatan ketiga,
maka Perusahaan memutuskan hubungan kerjanya dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur atau
ketentuan yang berlaku.
2. Bagi pekerja yang akan mengundurkan diri dari Perusahaan harus mengajukan permohonan secara
resmi sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sebelumnya kepada Pimpinan Perusahaan dengan
berpedoman pada ketentuan UU Nomor 13 tahun 2003.
3. Dalam hal ini, untuk menghindarkan kepincangan sistem dalam satu bagian atau grup pengunduran
diri agar diatur maksimal 1 (satu) orang per bulan tiap bagian atau grup.
4. Ketentuan pemberian uang pesangon dan uang jasa atau penghargaan masa kerja berpedoman pada
ketentuan Perundang-undangan yang berlaku
a. Besarnya uang pesangon adalah :

Masa kerja kurang dari 1 tahun 1 bulan upah


Masa kerja 1 - < 2 tahun 2 bulan upah
Masa kerja 2 - < 3 tahun 3 bulan upah
Masa kerja 3 - < 4 tahun 4 bulan upah
Masa kerja 4 - < 5 tahun 5 bulan upah
Masa kerja 5 - < 6 tahun 6 bulan upah
Masa kerja 6 - < 7 tahun 7 bulan upah
Masa kerja 7 - < 8 tahun 8 bulan upah
Masa kerja 8 (delapan) tahun lebih 9 bulan upah

b. Besarnya uang penghargaan adalah :

Masa kerja 3 - < 6 tahun 2 bulan upah


Masa kerja 6 - < 9 tahun 3 bulan upah
Masa kerja 9 - < 12 tahun 4 bulan upah
Masa kerja 12 - < 15 tahun 5 bulan upah
Masa kerja 15 - < 18 tahun 6 bulan upah
Masa kerja 18 - < 21 tahun 7 bulan upah
Masa kerja 21 - < 24 tahun 8 bulan upah
Masa kerja 24 tahun atau lebih 10 bulan upah

BAB XIV
PENUTUP

Pasal 32
Penutup
Apabila ada hal-hal belum tercantum di dalam Peraturan Perusahaan ini akan di atur kemudian hari,
dengan mempertimbangkan ketentuan-ketentuan Perundangan yang berlaku.

Peraturan Perusahaan ini berlaku 2 (dua) tahun setelah disahkan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Tangerang.

Tangerang, Oktober 2014

Pimpinan Perusahaan

TJIN MEN EUW

Anda mungkin juga menyukai