Anda di halaman 1dari 15

SURAT KEPUTUSAN YAYASAN PONDOK TAHFIDZ MADINATUL QUR’AN

Nomor : SK/YAY/PTQMB/II/2020

TENTANG

PERATURAN KARYAWAN

YAYASAN PONDOK TAHFIDZ MADINATUL QUR’AN

Menimbang: 1. Bahwa untuk membina suatu hubungan kerja yang harmonis, sehat dan
produktif serta dalam rangka meningkatkan layanan Pondok Tahfidz
Madinatul Qur’an kepada Santri, diperlukan peraturan hak dan kewajiban
masing-masing pihak serta tata tertib bagi Karyawan.

2. Bahwa untuk itu perlu ditetapkan Peraturan Karyawan dalam suatu Surat
Keputusan Yayasan.

Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 12 tahun 1964 tentang Pemutusan Hubungan


Kerja di Perusahaan Swasta.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 8 tahun 1981 tentang
Perlindungan Upah.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor:
KEP-102/MEN/VI/2004 tentang waktu kerja Lembur dan Upah Lembur.
4. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP–15A/MEN/1994 tentang
Petunjuk Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial dan Pemutusan
Hubungan Kerja di Tingkat Perusahaan dan Pemerintahan.

5. Permenaker RI No. PER – 04/ Men / 1994 tentang Tunjangan Hari Raya
Keagamaan Bagi Pekerja di Perusahaan.

6. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan.

1
MEMUTUSKAN

Menetapkan: KEPUTUSAN YAYASAN TENTANG “PERATURAN KARYAWAN


PONDOK PESANTREN“

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

1. Peraturan dan Tata Tertib ini berlaku bagi semua Karyawan.

2. Karyawan wajib bertanggungjawab terhadap pelaksanaan Peraturan dan Tata Tertib ini
serta wajib mengusahakan ketenteraman/ketertiban kerja dengan memperhatikan
peraturan perundang–undangan yang berlaku.

Pasal 2
Penerimaan Karyawan

1. Bagi yang telah diterima sebagai Karyawan baru pada Yayasan wajib menandatangani
Surat Perjanjian Kerja, yang mengatur secara khusus tentang hubungan kerja serta
ketentuan lain yang berlaku di Ponpes.
2. Terhadap setiap Karyawan baru akan diberlakukan masa percobaan paling lama selama
3(tiga) bulan yang diperhitungkan sejak saat mulai masuk kerja.
3. Selama masa percobaan salah satu pihak dapat memutuskan hubungan kerja tanpa
syarat dalam hal:
a. Ponpes menilai Karyawan yang bersangkutan tidak dapat memenuhi kualifikasi kerja
yang dikehendaki Ponpes dan atau melanggar Peraturan Ponpes atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Karyawan menyatakan mengundurkan diri.
4. Setelah masa percobaan terlampaui dan salah satu pihak tidak mengeluarkan pernyataan
tentang pemutusan hubungan kerja, maka hubungan kerja berlangsung terus dan
dinyatakan sebagai Karyawan tetap melalui Memorandum Yayasan.

2
Pasal 3
Hari dan Jam Kerja

1. Hari kerja Karyawan adalah 6(enam) hari kerja dalam 1(satu) minggu, dengan 7(tujuh)
jam kerja sehari untuk hari senin sampai dengan jumat dan lima jam kerja untuk hari
sabtu dan 40 (empat puluh) jam kerja seminggu.
2. Hari kerja adalah hari senin sampai dengan sabtu dengan jam kerja diatur dan
dilaksanakan sbb:
A. Hari dan Jam Kerja Karyawan Non Shift:
1. Hari Senin sampai dengan hari Jumat:
Jam 08.00 - 12.00 : Waktu Kerja
Jam 12.00 - 13.00 : Waktu Istirahat
Jam 13.00 - 16.00 : Waktu Kerja
2. Hari Sabtu:
Jam 08.00 - 13.00 : Waktu Kerja

B. Hari dan Jam Kerja Karyawan Shift:

1. Hari Senin sampai dengan hari Jumat:


Shift I : Jam 07.00 - 15.00 : Waktu Kerja
Shift II : Jam 15.00 - 23.00 : Waktu Kerja
Shift III : Jam 23.00 - 07.00 : Waktu Kerja
2. Hari Sabtu:
Shift I : Jam 07.00 - 13.00 : Waktu Kerja
Shift II : Jam 12.00 - 19.00 : Waktu Kerja
Shift III : Jam 19.00 - 01.00 : Waktu Kerja

Waktu istirahat 1 (satu) jam bagi Karyawan yang bekerja dalam system kerja shift akan
ditentukan secara tersendiri oleh Ponpes dengan tetap memperhatikan peraturan
perundangan yang berlaku.
3. Apabila Ponpes memerlukan, maka hari kerja atau jam kerja sebagaimana ditentukan
dalam ayat (2) pasal ini, dapat diubah atau disimpangi oleh Ponpes selama tidak
bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku.

3
Pasal 4
Kerja Lembur

1. Ponpes dapat memperkerjakan Karyawan lebih dari hari kerja dan atau jam kerja yang
telah ditentukan dalam pasal 3 diatas dengan tetap mempertimbangkan peraturan
perundangan yang berlaku dalam kondisi sebagai berikut:
a. Ada pekerjaan yang mendesak untuk harus segera diselesaikan;
b. Pekerjaan yang apabila tidak diselesaikan akan mengganggu dan menimbulkan
kerugian pada Ponpes;
c. Pekerjaan yang apabila tidak diselesaikan akan membahayakan keselamatan dan
kesehatan Karyawan.
2. Ponpes akan membayar kelebihan jam kerja Karyawan yang bekerja diluar jam kerja
sebagaimana tertuang dalam Peraturan ini dengan perhitungan upah lembur sesuai
dengan KEPMENAKERTRANS No.102/MEN/VI/2004.
3. Kerja lembur hanya bisa dilakukan atas kehendak Ponpes dengan tetap mengacu pada
kepentingan-kepentingan yang tertera pada ayat 1 pasal ini.

Pasal 5
Hari Libur

1. Hari libur kecuali hari istirahat mingguan adalah hari libur resmi yang ditetapkan oleh
Pemerintah atau hari ke 7 ( tujuh).
2. Pada hari libur resmi maka Karyawan tetap menerima upah.
3. Dengan tetap mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku dan ketentuan yang
tertuang pada pasal 4 Peraturan ini, maka Ponpes dapat memperkerjakan Karyawan pada
hari libur.

BAB II
KEWAJIBAN KARYAWAN

Pasal 6
Meningkatkan Prestasi Kerja

1. Karyawan wajib meningkatkan prestasi kerja serta mengembangkan kemampuan di


bidangnya masing-masing.
2. Karyawan wajib mengikuti pendidikan dan atau pelatihan yang diadakan dan atau
ditunjuk dan atau disetujui oleh Ponpes.

4
Pasal 7
Tata Tertib Kehadiran, Tidak Masuk Kerja
Dan Meninggalkan Ponpes Pada Waktu Jam Kerja

1. Setiap Karyawan pada waktu masuk dan pulang kerja diwajibkan melaporkan diri dengan
cara mengisi kartu presensi atau bentuk pelaporan lainnya yang diatur dan atau
disediakan oleh Ponpes.
2. Karyawan wajib hadir 10 (Sepuluh) menit sebelum jam kerja dimulai.
3. Karyawan tidak dibenarkan mengisi kartu presensi Karyawan lain, meminta atau
membiarkan Karyawan lain mengisi kartu presensinya.
4. a. Setiap Karyawan yang hendak meninggalkan pekerjaannya dalam jam kerja untuk
kepentingan dinas, harus mendapat ijin dari Pimpinan/Atasannya sesuai dengan
prosedur yang berlaku di Ponpes.
b. Setiap Karyawan yang hendak meninggalkan pekerjaannya dalam jam kerja untuk
kepentingan pribadi, harus memberitahukan tentang maksudnya dan mendapat
persetujuan tertulis dari Pimpinan/Atasannya.
5. a. Apabila Karyawan tidak masuk kerja karena suatu kepentingan yang masih ada
tenggang waktu pelaporan, maka Karyawan yang bersangkutan wajib
memberitahukan terlebih dahulu tentang maksudnya dan mendapat ijin tertulis dari
Pimpinan/Atasan.
b. Apabila Karyawan tidak masuk kerja karena suatu kepentingan tertentu yang
mendadak (tidak ada tenggang waktu pelaporan) maka Karyawan wajib melapor
pada Pimpinan/Atasannya, keesokan harinya Karyawan yang bersangkutan masuk
kerja disertai bukti yang dapat dipertanggungjawabkan.
6. Dalam hal Karyawan tidak masuk kerja karena sakit, maka paling lambat pada hari kedua
setelah Karyawan yang bersangkutan tidak masuk kerja, wajib memberitahu
Pimpinan/Atasannya disertai bukti yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan.

PASAL 8
Memakai Pakaian Seragam dan Tanda Pengenal Karyawan

1. Setiap hari kerja dan pada waktu memasuki komplek Ponpes dan atau ruang kerja,
Karyawan wajib memakai pakaian seragam dan tanda pengenal Karyawan yang telah
diberikan oleh Ponpes. Jenis dan atau model dan atau tipe pakaian seragam untuk
masing-masing Karyawan akan ditentukan oleh Ponpes dengan memperhatikan tempat
dan tugas pekerjaan masing-masing Karyawan.

2. Setiap Karyawan yang tidak memakai pakaian seragam dan atau tanda pengenal
Karyawan pada hari dan jam kerja, maka Karyawan dianggap tidak siap bekerja. Oleh
karenanya terhadap Karyawan yang bersangkutan dapat diminta untuk meninggalkan
tempat kerja atau kepada yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi berupa peringatan
sebagaimana yang ditentukan dalam pasal 17 Peraturan ini.

5
3. Menghilangkan dan atau kelalaiannya merusakkan tanda pengenal Karyawan, wajib
melaporkan pada Pimpinan/Atasan dalam waktu paling lambat 2 X 24 jam, sedang biaya
penggantiannya akan dibebankan kepada Karyawan yang bersangkutan.

PASAL 9
Larangan Bagi Karyawan

Setiap Pekerja dilarang melakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Datang terlambat di tempat kerja atau meninggalkan tempat kerja tanpa alasan / ijin
yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
2. Tidak masuk kerja pada hari kerja tanpa alasan dan atau tanpa disertai bukti yang dapat
dipertanggungjawabkan serta ijin tertulis dari Pimpinan/Atasan.
3. Keluar masuk dari ruang kerja satu ke ruang kerja yang lainnya tanpa seijin
Pimpinan/Atasannya atau Pimpinan/Atasannya setempat dan atau tanpa tujuan tertentu
yang ada kaitannya dengan tugasnya.
4. Membangkang atau menolak melakukan pekerjaan yang telah menjadi kewajibannya dan
atau yang telah diperintahkan oleh Pimpinan/Atasannya sepanjang masih ada hubungan
dengan pekerjaan.
5. Melepaskan diri dan atau menyerahkan kepada orang lain dari tugas pekerjaan yang
menjadi tanggungjawabnya tanpa seijin Pimpinan/Atasannya.
6. Secara langsung ataupun tidak langsung menerima atau meminta sesuatu dalam bentuk
apapun dari pihak lain untuk keuntungan pribadi atau pihak lain guna sesuatu yang
berkaitan dengan tugas pekerjaan atau Ponpes.
7. Melakukan, mengajak atau menghasut sesama Karyawan atau pihak lain untuk
melakukan perbuatan pidana di dalam lingkungan Ponpes.
8. Mabuk atau masuk dalam keadaan mabuk, madat, membawa, mengedarkan dan
memakai obat bius atau narkotik.
9. Berpakaian tidak sopan/ tidak menutup aurat, berambut gondrong(bagi Karyawan pria) di
dalam Ponpes.
10. Merokok atau Vaping (rokok elektrik).
11. Melakukan hal–hal yang dapat mengakibatkan bahaya atau merugikan Ponpes,
mengganggu ketenangan/kelancaran kerja dan atau membahayakan keselamatan jiwa
orang lain.
12. Baik dengan disengaja maupun tidak disengaja membuat kotor dan atau merusak segala
sesuatu milik Ponpes.
13. Lengah atau tertidur dalam jam kerja.
14. Menyalahgunakan ijin dinas maupun pribadi atau fasilitas yang diberikan Ponpes.
15. Baik secara sengaja maupun tidak sengaja menyalahgunakan nama Ponpes untuk
kepentingan pribadi yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan Ponpes.
16. Bergurau atau mengeluarkan kata-kata tidak berfaedah dan atau perbuatan yang tidak
sopan atau asusila yang dapat mengakibatkan orang lain merasa tersinggung dan atau

6
menimbulkan situasi yang tidak diinginkan, serta mengakibatkan terhambatnya pekerjaan
atau menimbulkan suasana kerja yang tidak tenang.

17. Membawa keluar/ menguasai barang/alat milik Ponpes, tanpa ijin atau tanpa alasan yang
sah dan dapat dipertanggungjawabkan.
18. Membawa masuk benda, binatang atau orang yang dapat menimbulkan akibat buruk
atau membahayakan terhadap bahan/hasil produksi atau barang milik Ponpes.
19. Melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat merusak nama baik Ponpes dan atau
mempunyai pengaruh negatif pada prestasi kerja dan atau pelaksanaan kewajibannya.

20. Menggunakan pesawat telepon/ internet pada waktu menjalankan pekerjaannnya, baik
menerima ataupun mengirim pesan untuk kepentingan pribadi yang tidak ada
hubungannya dengan tugas dan kepentingan Ponpes.

Pasal 10
Memegang Teguh Rahasia Ponpes

1. Karyawan diwajibkan menyimpan teguh segala sesuatu yang bersifat rahasia oleh
Ponpes, baik pada waktu maupun setelah putusnya hubungan kerja, yaitu mengenai:
a. Hal ikhwal Ponpes dalam arti seluas-luasnya.
b. Berbagai hal tentang pengolahan bahan produksi, mesin-mesin, cara kerja,
penemuan baru, gambar–gambar Ponpes, kontrak-kontrak, surat-surat penting, hal
yang menyangkut keuangan dan lain lain.
2. Pelanggaran terhadap ayat 1 pasal ini, Ponpes dapat mengenakan sanksi berupa
Pemutusan Hubungan Kerja(PHK) dan atau penuntutan secara perdata maupun pidana
kepada pekerja / buruh.

Pasal 11
Membayar Pajak Penghasilan dan Premi Jamsostek

1. Karyawan wajib membayar pajak atas seluruh penghasilannya yang diterima sesuai
dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.
2. Karyawan wajib membayar premi Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) sesuai
dengan undang–undang Jamsostek.

BAB III
KEWAJIBAN PONPES

Pasal 12
Upah

1. Setiap Karyawan berhak mendapat upah dari Ponpes sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

7
2. Komponen dan besarnya nilai masing-masing upah ditetapkan dalam Surat Keputusan
Yayasan yang mengatur hal tersebut.

3. Besarnya upah minimum Karyawan, ditentukan berdasarkan Ketentuan Pemerintah.

Pasal 13
Ijin Tidak Masuk Bekerja Pada Hari Kerja

1. Ponpes memberikan kepada Karyawan ijin tidak masuk bekerja pada hari kerja dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Cuti Tahunan
Setelah bekerja secara terus menerus selama 12(dua belas) bulan, setiap Karyawan
berhak atas cuti tahunan selama 12(dua belas) hari kerja.
b. Upah pekerja / buruh tetap dibayar yang pekerja tidak masuk bekerja,
sebagai berikut :

1. Karyawan menikah, 3(tiga) hari;


2. Mengkhitankan anak, 2(dua) hari;
3. Selamatan Karyawan atau anak, 2(dua) hari;
4. Menikahkan anak, 2(dua) hari;
5. Suami/Istri, anak, orang tua, mertua, saudara kandung
meninggal, 3(tiga) hari;
6. Istri Karyawan melahirkan/gugur kandung, 2(dua) hari.
7. Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia,3 (tiga) hari

Pengajuan dispensasi tersebut harus disertai dengan bukti-bukti yang dapat


dipertanggungjawabkan.
c. Cuti Melahirkan/Gugur Kandung:
1. Karyawan wanita yang hamil berhak mendapat cuti melahirkan
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
2. Dalam hal cuti tidak diambil oleh yang berhak, maka segala
kejadian dan resiko yang timbul karenanya bukan tanggungan
Ponpes.
3. Ketentuan-ketentuan lain yang belum tertuang, mengacu pada
perundangan yang berlaku.

2. Ponpes tetap memberikan upah kepada Karyawan yang diberi ijin tidak masuk bekerja
dan libur yang ditentukan Ponpes sesuai dengan ayat (1) pasal ini sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.

8
Pasal 14
Tunjangan Hari Raya Keagamaan

Setiap tahun Ponpes memberikan Tunjangan Hari Raya Keagamaan kepada Karyawan, yang
akan dibayarkan menjelang Hari Raya Idul Fitri dengan berpedoman pada ketentuan yang
berlaku ( PERMENAKER RI No. PER-04/MEN/1994).

Pasal 15
Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Dan
Asuransi Tenaga Kerja

1. Semua Karyawan berhak mendapatkan Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang meliputi:
a. Jaminan Kematian(JKM);
b. Jaminan Kecelakaan Kerja(JKK);
c. Jaminan Hari Tua(JHT);
d. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan(JPK).
2. Ponpes akan memberikan biaya persalinan dan uang cuti melahirkan sesuai
dengan Peraturan yang berlaku.
3. Ponpes mengikutsertakan/mempertanggungkan Karyawan terhadap resiko hubungan
kerja pada PERSERO JAMSOSTEK.

BAB IV
PEMBINAAN KERJA

Pasal 16
Pendidikan dan Latihan

1. Karyawan yang ditunjuk, wajib mengikuti pendidikan dan atau latihan kerja yang
diadakan atau yang disetujui Ponpes.

2. Karyawan yang telah mengikuti pendidikan dan atau latihan wajib memberikan
laporan yang tertulis kepada Pimpinan/Atasannya dan seluruh bahan yang diperoleh
menjadi hak milik Ponpes.

9
BAB V
SANKSI DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)

Pasal 17
Sanksi Terhadap Pelanggaran

1. Bagi Karyawan yang melakukan pelanggaran dalam bentuk apapun terhadap ketentuan
Peraturan dan Tata Tertib Ponpes ini dapat dikenakan sanksi berupa:

a. Teguran lisan & tertulis;


b. Surat Peringatan I;
c. Surat Peringatan II;
d. Surat Peringatan III;
e. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

2. Pemberian sanksi dan atau surat peringatan tersebut tidak harus berurutan tetapi
tergantung dari sifat dan klasifikasi pelanggaran. Mengenai pengklasifikasian perbuatan-
perbuatan yang termasuk dalam kategori kesalahan-kesalahan yang diancam dengan
sanksi-sanksi tersebut di atas, akan ditentukan oleh Ponpes dengan tetap memperhatikan
undang-undang yang berlaku.

3. Pelaksanaan sanksi peringatan tersebut di atas, dapat dikenakan tanpa atau dengan
menambah sanksi administratif berupa pengurangan/peniadaan tunjangan-tunjangan
tertentu, kenaikan upah berkala atau fasilitas Ponpes yang lainnya, skorsing dan atau
demosi, mutasi, ganti rugi tergantung sifat dan klasifikasi pelanggaran.

4. Surat peringatan sebagaimana tersebut ayat (1) berlaku 6 (enam) bulan dan tetap sah
dan berlaku meskipun pekerja yang bersangkutan tidak bersedia menanda tangani Surat
Peringatan yang diberikan kepadanya.

Pasal 18
Pemutusan Hubungan Kerja

1. Pemutusan Hubungan Kerja pada hakekatnya hanya dilakukan apabila tidak ada cara lain
yang lebih baik untuk menyelesaikan persoalan yang timbul dalam hubungan kerja.

2. Pemutusan hubungan kerja dapat terjadi dalam hal-hal sebagai berikut:


a. Karyawan meninggal dunia;
b. Karyawan mengundurkan diri yang dibuktikan secara tertulis;

10
c. Karyawan tidak masuk kerja karena sakit lebih dari 3 (tiga) bulan terus
menerus;
d. Karyawan tidak mencapai standart kualifikasi kerja yang telah ditentukan dan
telah diberikan pembinaan.
e. Ketidakmampuan bekerja Karyawan karena alasan kesehatan berdasarkan
surat keterangan dokter.

f. Karyawan tidak masuk bekerja selama 5 (lima) hari kerja secara berturut-turut
tanpa keterangan secara tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan
telah dipanggil 2 kali secara patut tertulis dan pekerja tidak memenuhi panggilan
tersebut dapat diputus hubungan kerjanya karena dikualifikasikan mengundurkan
diri, sesuai UU 13 tahun 2003 pasal 168.

g. Karyawan melakukan pelanggaran atau kesalahan berat yang diancam dengan


hukuman pidana dan telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

h. Ponpes mengalami penyusutan/rasionalisasi atau pembubaran.

Pasal 19
Uang Pisah

Karyawan yang mengundurkan diri secara tertulis dan memenuhi syarat pasal 162 UU No.13
Tahun 2003 , maka pekerja yang bersangkutan tidak mendapatkan uang pesangon dan uang
penghargaan masa kerja kecuali pekerja dalam keadaan baik dan dalam keadaan terpaksa
mengundurkan diri dikarenakan pekerja mengikuti suami/istri, merawat anak/keluarga
dengan membuktikan surat keterangan dari pihak-pihak yang terkait/berwajib maka Ponpes
memberikan Uang Pisah sebesar ketentuan pasal 156 ayat (2), ayat 3 dan ayat (4) UU No. 13
Tahun 2003.

Pasal 20
Skorsing

1. Selain sebagai sanksi tambahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (3), skorsing
dapat juga dikenakan secara langsung kepada Karyawan yang telah melakukan
pelanggaran yang sifat dan klasifikasinya dinilai oleh Ponpes merupakan pelanggaran
yang mengandung unsur pidana yang dapat dikenakan sanksi Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK) sebelum kasusnya diputuskan Pengadilan Negeri oleh Hakim Pidana.
2. Masa skorsing tersebut selama-lamanya 6 (enam) bulan.
3. Selama masa skorsing terhadap Karyawan yang bersangkutan dibebaskan dari kewajiban
masuk bekerja dengan upahnya dibayar 100%.

11
BAB VI
PENUTUP

Pasal 21

1. Hal–hal yang telah ada namun belum termasuk dalam Peraturan ini, bila diperlukan dapat
terus diberlakukan sebagai kebijaksanaan atau dapat dituangkan dalam Surat Keputusan
Yayasan.
2. Apabila kemudian hari terdapat kesalahan dan atau kekurangan tentang bunyi dan isi
Peraturan ini, maka akan dilakukan pembetulan atau perubahan sebagaimana mestinya
dalam bentuk Surat Keputusan Yayasan dengan berpedoman pada Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.
3. Semua Karyawan dianggap mengetahui dan memahami isi Peraturan dan Tata Tertib
Ponpes ini sejak tanggal diumumkan atau disosialisasikan dan berlakunya sampai dengan
habisnya jangka waktu 2 (dua) tahun sejak mendapat pengesahan dari Dinas Tenaga
Kerja Banjarmasin.

Ditetapkan di : Banjarmasin
Pada tanggal : Februari 2020

Ketua Yayasan Pondok


Tahfidz Madinatul Qur’an

( M. Nashroh Nasyir, RA)

12
BAB VI
PENUTUP

Pasal 21

4. Hal–hal yang telah ada namun belum termasuk dalam Peraturan ini, bila diperlukan dapat
terus diberlakukan sebagai kebijaksanaan atau dapat dituangkan dalam Surat Keputusan
Yayasan.
5. Apabila kemudian hari terdapat kesalahan dan atau kekurangan tentang bunyi dan isi
Peraturan ini, maka akan dilakukan pembetulan atau perubahan sebagaimana mestinya
dalam bentuk Surat Keputusan Yayasan dengan berpedoman pada Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.
6. Semua Karyawan dianggap mengetahui dan memahami isi Peraturan dan Tata Tertib
Ponpes ini sejak tanggal diumumkan atau disosialisasikan dan berlakunya sampai dengan
habisnya jangka waktu 2 (dua) tahun sejak mendapat pengesahan dari Dinas Tenaga
Kerja Surabaya.

Ditetapkan di : Surabaya
Pada tanggal : Juli 2006

PT. Lumintas Puspindo

( Yohan Prasetya Utama )


Direktur

13
14
15

Anda mungkin juga menyukai