BAB I
UMUM
Pasal
Tujuan
Dengan mengetahui akan batas – batas dan kewajiban timbal balik, maka diharapkan
tercipta hubungan kerja yang hrmonis, selaras dan serasi serta saling menghormati,
mempercayai dan nyata dalam menunjang program pembangunan pemerintah
khususnya serta ketenangan berusaha, maka diharapkan adanya peningkatan
produktivitas yang pada gilirannya akan dapat dipergunakan memperbaiki
kesejahteraan karyawan.
Pasal 2
Tanggung Jawab Umum
Pasal 3
Ruang Lingkup dan Berlakunya
Seluruhnya ketentuan yang tertera didalam Peraturan Perusahaan ini beserta pedoman
pelaksanaannya berlaku bagi semua karyawan, sepanjang tidak diatur lain di dalam
perjanjian kerja.
Pasal 4
Hak dan Kewajiban Perusahaan
Hak Perusahaan :
Dalam mengelola dan menjalankan usaha, perusahaan berhak untuk :
Kewajiban Perusahaan :
Dalam hubungan kerjanya dengan karyawan, perusahaan berkewajiban untuk
memberikan upah kepada karyawan, memperhatikan kesejahteraaannya serta
melaksanakan peraturan dan ketentuan dalam bidang ketenagakerjaaan.
Pasal 5
Hak dan Kewajiban Karyawan
Hak Karyawan :
Dalam hubungan kerjanya dengan perusahaan, karyawan mempunyai hak untuk :
Kewajiban karyawan
Dalam hubungan kerjanya dengan perusahaan, karyawan berkewajiban untuk :
Pasal 6
Definisi
1. Perusahaan :
Ialah Perseroan Terbatas, PT GLOBAL CITRA PRATAMA berkantor di
Komplek Taman Niaga Blok H1 No 2-4 , Sukajadi, Batam, perusahaan yang
didirikan berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia dan berkedudukan di
pulau Batam.
2. Peraturan Perusahaan :
Ialah Keseluruhan Peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang tertera
dalam buku Peraturan Perusahaan, Keputusan Direksi serta peraturan-peraturan
pelaksanaannya.
3. Lingkungan Perusahaan :
Ialah keseluruhan tempat yang berada di bawah penguasaan Perusahaan yang
digunakan untuk melakukan kegiatan Perusahaaan.
4. Pimpinan Perusahaan :
Ialah anggota managemen pimpinan atau pejabat yang oleh Perusahaan diberi
wewenang untuk bertindak baik ke dalam maupun keluar atas nama Perusahaan
untuk hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas Perusahaan.
6. Atasan Langsung :
Ialah karyawan yang secara struktural mempunyai jabatan yang lebih tinggi
secara langsung dalam suatu unit tertentu.
7. Karyawan :
Ialah seorang yang memiliki hubungan kerja dengan perusahaan baik untuk
jangka waktu tertentu maupun untuk jangka waktu tidak tertentu dan oleh
karenanya menerima upah dari perusahaan.
8. Status Karyawan :
Berdasarkan status kekaryawanannya, karyawan dibedakan sebagai berikut :
Karyawan Tetap :
Ialah karyawan yang terikat dalam kerja dengan perusahaan dalam jangka waktu
tidak tertentu.
Karyawan Kontrak :
Ialah karyawan yang terikat dalam hubungan kerja dengan perusahaan dalam
jangka waktu tertentu dengan syarat-syarat dan kondisi kerja yang diatur
dengan perjanjian kerja tersendiri.
Karyawan Asing :
Ialah karyawan yang bukan warga Negara Indonesia dan terikat hubungan kerja
dengan perusahaan untuk jangka waktu tertentu dengan syarat-syarat kerja yang
diatur dalam aturan tersendiri.
9. Kepala Departemen :
Ialah seorang yang mengepalai dan mengelola suatu departemen dalam struktur
organisasi dimana karyawan yang bersangkutan ditempatkan.
B A B II
HUBUNGAN KERJA
Pasal 7
Dasar Penerimaan Karyawan
Pasal 8
Persyaratan Umum Penerimaan Karyawan
1. Warga Negara Indonesia (WNI) atau Warga Negara Asing (WNA) yang
memiliki keahlian dan pengetahuan khusus.
2. Berusia 18 tahun atau lebih dan tidak terikat hubungan kerja dengan pihak
lain.
3. Berbadan dan berjiwa sehat yang telah disahkan oleh dokter.
Pasal 9
Masa Kerja Karyawan
Pasal 10
Masa Percobaan
Pasal 11
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) berdasarkan
Peraturan Pemerintah RI Nomor. 35 Tahun 2021
a. Jangka Waktu
b. Selesainya Suatu Pekerjaan Tertentu.
(3) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat diperpanjang atau diperbaharui.
(4) Perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu tertentu dapat
diadakan untuk paling lama 5 (lima) tahun.
Pasal 12
Golongan dan Jabatan Karyawan
Pasal 13
Pelatihan Kerja
Pasal 14
Penugasan, Penggiliran, dan Mutasi Kerja
Pasal 15
Promosi Kerja
Evaluasi kerja karyawan akan ditinjau secara berkala yaitu 1 (satu) tahun sekali, hal
tersebut dilakukan untuk memberikan informasi kepada atasannya mengenai masalah
yang ada atau kesulitan yang dihadapi dalam pekerjaan.
BAB III
WAKTU KERJA
Pasal 17
Waktu dan Kehadiran Kerja
4. Jam kerja tersebut diatas berpedoman pada jam kerja seminggu tidak
melebihi 40 (empat puluh) jam sehari 7 (tujuh) jam untuk enam hari kerja,
dan 8 (delapan) jam untuk 5 (lima) hari kerja.
5. Kelebihan jam kerja dari ketentuan diatas akan dihitung kerja lembur sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Pasal 18
Kerja Lembur
1. Selain jam kerja yang telah ditentukan apabila diperlukan menurut sifat
pekerjaan, perusahaan dapat memerintahkan karyawan bekerja diluar jam
kerja normalnya seperti datang lebih awal, penambahan untuk waktu kerja
akan dihitung sebagai kerja lembur. Apabila tidak ada alasan yang tepat
karyawan tidak dapat menolak perintah tersebut.
2. Karyawan yang diperintahkan kerja lembur atau kerja pada hari libur harus
melaporkan hasilnya menurut prosedur yang telah ditentukan kepala
departemen yang bersangkutan.
3. Kerja lembur hanya dilakukan oleh karyawan, atas penugasan atau perintah
dari perusahaan, dan harus mengisi formulir persetujuan lembur yang
ditandatangani oleh atasan yang ditunjuk maupun karyawan yang
bersangkutan.
4. Kerja lembur dapat dilakukan pada hari kerja atau hari istirahat mingguan
dan hari libur resmi.
Pasal 19
Masa Kerja Dalam Keadaan Darurat
4. Karyawan yang tidak masuk kerja karena bukan alasan sakit, cuti, ijin tidak
masuk kerja atau alasan-alasan lain yang ditetapkan dalam Peraturan
Perusahaan ini dianggap mangkir.
Pasal 21
Kartu Tanda Pengenal
3. Petugas kemanan berhak untuk tidak memberi ijin kepada karyawan yang
tidak memakai kartu tanda pengenal yang sah untuk memasuki daerah kerja.
BAB IV
PENGUPAHAN
Pasal 22
Sistim Pengupahan
1. Sistim pengupahan karyawan diatur sesuai dengan UMK kota Batam yang
berlaku.
2. Upah yang berlaku di perusahaan terdiri dari gaji pokok dan tunjangan tetap.
5. Pembayaran upah dilakukan 1 (satu) kali dalam sebulan yaitu pada setiap
tanggal 5 (lima) bulan berjalan ke dalam rekening bank karyawan di bank
yang ditunjuk perusahaan dan pembayaran melalui uang tunai bagi
karyawan yang belum mempunyai rekening bank dan karyawan yang
mangkir dan tidak mengembalikan properti perusahaan atau sesuatu hal
yang harus diselesaikan antara karyawan dan perusahaan.
Pasal 23
Upah Lembur
3. Perusahaan hanya akan membayar upah lembur untuk kerja yang dilakukan
karyawan atas perintah perusahaan.
Pasal 24
Pajak Penghasilan
Pajak atas upah / penghasilan adalah menjadi tanggungan karyawan, jika tidak
ditentukan lain dalam masing-masing perjanjian kerja.
Pasal 25
Pembayaran Gaji Selama Sakit Berkepanjangan
1. Perusahaan tetap membayar gaji kepada karyawan yang tidak masuk kerja
karena sakit berdasarkan surat keterangan dokter .
2. Seorang karyawan yang tidak dapat melakukan pekerjaan karena sakit terus-
menerus sehingga tidak dapat melaksanakan pekerjaan untuk jangka waktu
yang lama, maka pembayaran gajinya adalah sebagai berikut :
a. 4 (empat) bulan pertama upah dibayar 100% dari upah
b. 4 (empat) bulan kedua upah dibayar 75% dari upah
c. 4 (empat) bulan ketiga upah dibayar 50% dari upah
d. Untuk bulan selanjutnya akan dibayar 25% dari upah
3. Apabila setelah 12 (dua belas) bulan karyawan belum sembuh dan belum
dapat kembali bekerja, maka dapat dilakukan proses PHK dengan mengacu
kepada ketentuan perundangan yang berlaku.
Pasal 26
Tunjangan - Tunjangan
3. Tunjangan Kehadiran
c. Apabila terlambat masuk kerja lebih dari 15 menit dan lebih dari satu
kali dalam sebulan atau ada absensi tanpa alasan yang dapat
dipertanggung jawabkan dalam bulan tersebut maka Tunjangan
Kehadiran akan hangus atau dipotong 100%
Pasal 27
Ganti Rugi dan Pemotongan Upah
2. Besarnya Uang (Rp) ganti rugi yang harus dibayarkan oleh karyawan yang
bersangkutan adalah sesuai harga ganti baru/material, mesin, alat-alat
produksi dan alat-alat kerja yang rusak/hilang melalui pemotongan gaji
secara bertahap dengan tidak lebih 25% (dua puluh lima persen) dari gaji
setiap bulannya dan karyawan tersebut tidak diberi sanksi lainnya.
BAB V
BPJS KESEHATAN
Pasal 28
Ketentuan Umum
Perusahaan meyakini bahwa karyawan yang sehat dan sejahtera akan lebih mampu
meningkatkan produktivitas sebagaimana yang diharapkan, oleh karena itu perusahaan
memberikan perhatian terhadap kesehatan dan kesejateraan karyawan dan keluarganya
Pasal 29
BPJS KETENAGAKERJAAN
Pasal 30
Perawatan, Pengobatan dan Persalinan
2. Fasilitas persalinan hanya akan diberikan kepada karyawan atau kepada istri
karyawan yang sah yang namanya terdaftar di perusahaan.
BAB VI
CUTI, HARI LIBUR dan IJIN – IJIN
Pasal 31
Cuti Tahunan
1. Setiap karyawan yang telah bekerja selama 12 (dua belas) bulan terus –
menerus berhak atas istirahat tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja
dengan mendapat upah penuh.
3. Hak cuti tahunan yang tidak dipergunakan hangus apabila dalam waktu 1
(satu) tahun setelah timbulnya hak cuti tersebut tidak dipergunakan bukan
karena alasan yang disebutkan yang disebabkan oleh perusahaan.
5. Perusahaan berhak untuk membuat cuti bersama yang mana cuti bersama
diganti hari menjadi masuk kerja pada hari libur perusahaan.
Pasal 32
Cuti Bersalin atau Keguguran
2. Cuti bersalin harus diambil 1,5 bulan sebelum melahirkan dan 1,5 bulan
setelah melahirkan, dan sudah harus masuk kerja kembali setelah 1,5 bulan
setelah melahirkan.
Pasal 33
Istirahat Sakit
1. Kepada setiap karyawan yang tidak dapat hadir bekerja dikarenakan sakit
sehingga harus beristirahat perlu memiliki surat keterangan dari dokter,
tanpa surat keterangan dari dokter maka dianggap membolos atau mangkir.
2. Dalam hal istirahat sakit, karyawan wajib memberitahukan kepada
atasannya atau kebagian Personalia paling lambat 48 jam setelah hari
istirahat sakitnya. Jika dalam waktu 24 jam perusahaan tidak mendapatkan
keterangan maka karyawan yang bersangkutan dianggap bolos atau mangkir.
2. Pengajuan hal ijin tersebut diatas harus disertai dan dapat dibuktikan dengan
bukti-bukti yang sah.
3. Apabila untuk keperluan diatas membutuhkan waktu yang lebih lama, maka
perusahaan dapat memperhitungkan dari hak cuti tahunan.
Pasal 35
Hari Libur
1. Hari libur perusahaan adalah hari-hari libur sesuai dengan yang diumumkan
oleh pemerintah dan yang ditentukan sesuai dengan kebijaksanaan
perusahaan.
Pasal 36
Umum
Demi terciptanya tata tertib dan disiplin dalam lingkungan perusahaan, Perusahaan
berhak mengatur dan menetapkan ketentuan tata tertib dan disiplin kerja dalam
peraturan perusahaan ini aga karyawan mengetahuinya dan oleh karena itu setiap
kesalahan/pelanggaran terhadap ketentuan tata tertib dikenakan sanksi atau peringatan.
Pasal 37
Tata Tertib Administrasi
Pasal 38
Tata Tertib Keamanan
Pasal 39
Tata Tertib Hubungan Atasan - Bawahan
BAB VIII
SANKSI TERHADAP PELANGGARAN PERATURAN
Pasal 40
Tujuan
Tujuan utama tindakan indisipliner ini adalah mendidik agar karyawan yang
bersangkutan menyadari kesalahannya dan segera memperbaikinya.
Pasal 41
Tata Tertib
Pasal 42
Pelanggaran yang dikenakan Surat Peringatan Tertulis Ke - I
2. Tidak hadir 1 (satu) hari kerja secara berturut-turut atau 2 (dua) hari kerja
dalam periode sebulan tanpa memberikan informsi.
3. Selama jam kerja meninggalkan pekerjaan tanpa ijin dari atasan yang
berwenang (termsuk diantaranya pulang lebih awal, tidak masuk tanpa ijin,
dan sejenis lainnya).
7. Menolak tanpa alasan yang dapat diterima suatu rotasi atau pemindahan ke
bagian lain.
10. Sebelum bel pulang berbunyi karyawan sudah berada didepan mesin
pencatat kartu.
12. Tidak menghormati atau tidak patuh terhadap atasan \ termasuk gagal dalam
menyelesaikan tugasnya.
Pasal 43
Pelanggaran yang dikenakan Surat Peringatan Tertulis Ke - II
1. Tidak hadir (mangkir) kerja selama 2 (dua) hari kerja berturut-turut atau 3
(tiga) hari kerja dalam periode sebulan tanpa memberikan informasi.
Pasal 44
Pelanggaran yang dikenakan Surat Peringatan Tertulis Ke – III
1. Tidak masuk selama 3 (tiga) hari berturut-turut atau 4 (empat) hari kerja
dalam periode satu bulannya tanpa memberikan informasi.
Pasal 45
Pelanggaran Berat dengan Sanksi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
1. Karyawan yang tidak masuk kerja selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut
tanpa keterangan dan bukti yang syah walaupun sudah dipanggil 2 (dua) kali
secara tertulis.
12. Tanpa ijin membawa barang keluar milik perusahaan dari lingkungan
perusahaan, atau tidak menjaga kerahasiaan gambar teknik atau dokumen
yang menjadi rahasia perusahaan.
14. Membawa senjata api, senjata tajam atau benda lain yang dapat
membahayakan orang lain yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan dalam
lingkungan perusahaan.
18. Turut memimpin suatu partai yang tidak resmi atau terlarang.
20. Kesalahan berat yang terkait tindak pidana yang terbukti secara secara
hukum.
BAB IX
MOGOK KERJA
Pasal 46
Umum
1. Mogok kerja sebagai hak dasar pekerja dan serikat pekerja dilakukan secara
sah, tertib dan damai, sebagai akibat gagalnya perundingan yang dituangkan
dalam risalah perundingan antara karyawan dan perusahaan.
3. Dalam hal mogok kerja dilakukan tidak memenuhi syarat atau tidak sesuai
dengan ketentuan ayat (2), perusahaan dapat mengambil tindakan dengan
cara :
a. Melarang para karyawan yang mogok kerja berada dilokasi kegiatan
proses produksi.
b. Melarang para karyawan yang mogok kerja berada didalam lokasi
perusahaan.
5. Akibat hukum dari mogok kerja yang tidak sah disamping tidak mendapat
upah akan menerima sanksi / hukum yang akan diatur dalam keputusan
Menteri.
Pasal 47
Penutupan Perusahaan ( Lock Out )
BAB XI
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)
Pasal 48
Umum
Pasal 49
Pemutusan Hubungan Kerja Dalam Masa Percobaan
Pasal 50
Pemutusan Hubungan Kerja Karena Berakhirnya
Hubungan Kerja Waktu Tertentu
1. Hubungan kerja waktu tertentu berakhir pada tanggal jatuh tempo yang
disebutkan dalam perjanjian kerja.
Pasal 51
Pemutusan Hubungan Kerja Atas Kehendak Karyawan
1. Karyawan yang ingin berhenti dari bekerja dari perusahaan secara baik-baik
diwajibkan mengajukan permohonan tertulis selambat-lambatnya 2 (dua)
minggu sebelum tanggal berhentinya dan disetujui oleh perusahaan.
Pasal 53
Pemutusan Hubungan Kerja Karena Bukan Kesalahan
Perusahaan dan Karyawan
2. Dalam hal pemutusan hubungan kerja pada pasal maka pihak perusahaan
akan menghitung sesuai dengan aturan yang berlaku.
Pasal 54
Pemutusan Hubungan Kerja Karena Lanjut Usia
Pasal 55
Pemutusan Hubungan Kerja Karena Sakit atau Cacat Jasmani / Rohani
2. Dalam hal seorang karyawan tidak mampu bekerja lagi karena alasan
kesehatan baik jasmani maupun rohani, perusahaan dapat melakukan
pemutusan hubungan kerja berdasarkan pada PP No.35 Tahun 2021 pasal
55.
Pasal 57
Pemutusan Hubungan Kerja Karena
Karyawan Menjalani Hukuman
Pasal 58
Pemutusan Hubungan Kerja Karena
Karyawan Meninggal Dunia
Hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan berakhir dengan sendirinya dalam hal
karyawan meninggal dunia.
Pasal 59
Uang Pesangon, Penghargaan Masa Kerja dan Uang Pisah
A. Dalam Pemutusan Hubungan Kerja ( PHK ) pihak pengusaha wajib membayar uang
pesangon dan atau / uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak,
Berdasarkan pada PP No.35 Tahun 2021 pasal 40
3. Perusahaan tidak memberikan uang pesangon dan uang jasa dalam hal
pemutusan hubungan kerja yang disebabkan oleh pelanggaran-pelanggaran
berat sebagaimana disebutkan dibawah ini :
Mengingat bagi PKWT untuk kompensasinya berlaku aturan tersendiri yakni dalam
pasal 15 dan 16 Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021, yang dapat dirangkum
sebagai berikut:
b. PKWT selama 1 bulan atau lebih tetapi kurang dari 12 bulan, dihitung secara
proporsional = masa kerja/12 x upah per bulan
c. PKWT selama lebih dari 12 bulan secara terus menerus, dihitung secara
proporsional = masa kerja/12 x upah per bulan.
Pasal 60
Akibat Pemutusan Hubungan Kerja
BAB X
PENGHARGAAN
Pasal 61
Pemberian Penghargaan
BAB XI
PENANGANAN KELUH KESAH
Pasal 62
1. Apabila karyawan kurang senang atau merasa kurang cocok dengan tugas
pekerjaan atau merasa tertekan, terhina, tersinggung, oleh tindakan
perusahaan sehingga merasa kurang gairah kerja, maka keluh kesah tersebut
dapat diselesaikan dengan atasan langsung secara musyawarah.
2 Apabila tidak tercapai kata sepakat antara pihak perusahaan dengan pekerja
sesuai ketentuan perundangan yangberlaku, maka keluh kesah tersebut dapat
diserahkan penyelesainnya kepada Dinas Tenaga Kerja setempat.
Pasal 63
PENUTUP
HERMANTO
WIWIN MARDIWALUYANTI RIANTO NABABAN PANGARIBUAN FEBRI JOHAN
ACCOUNTING DEP. PRODUKSI & QUALITY DEP
Mengesahkan:
Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Batam