UMUM
Pasal 1
Istilah-istilah
2. Pengusaha adalah pemilik Perusahaan dan atau orang yang diberi kuasa untuk mengelola jalannya
perusahaan dan melakukan tindakan atas nama pemilik perusahaan.
3. Pimpinan Perusahaan adalah mereka yang karena jabatannya diberi kuasa untuk memimpin
Perusahan maupun bagian-bagiannya atau yang dapat disamakan dengan itu dan mempunyai
wewenang mewakili perusahaan baik ke dalam maupun keluar.
4. Peraturan Perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat
syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan.
5. Karyawan adalah setiap orang yang mempunyai hubungan kerja dengan Perusahaan dan telah
diterima oleh perusahaan secara sah dibuktikan dengan surat pengangkatan dan/atau perjanjian
kerja serta menerima upah.
6. Upah adalah hak karyawan yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
pengusaha kepada karyawan yang ditetapkan dan dibayarkan menurut surat perjanjian kerja
dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Waktu kerja adalah waktu yang telah ditetapkan pada hari kerja dimana karyawan wajib berada di
tempat kerja untuk melaksanakan pekerjaan sesuai jadwal yang telah ditentukan.
8. Hari libur adalah hari dimana karyawan tidak diwajibkan untuk bekerja, kecuali untuk jenis
pekerjaan tertentu.
9. Tunjangan adalah sejumlah uang atau fasilitas lainnya yang diberikan oleh perusahaan kepada
karyawan, diluar upah pokok.
10. Lembur adalah waktu kerja pada hari-hari kerja yang melebihi pembagian jadwal (shift) yang telah
ditentukan atau bekerja pada hari libur nasional yang ditetapkan pemerintah.
11. Masa Percobaan adalah masa yang harus dilewati oleh karyawan sebelum diangkat menjadi
karyawan Kontrak perusahaan.
12. Keluarga karyawan adalah istri atau suami dan anak – anak karyawan yang sah menurut hukum
(maksimal 3 orang anak) yang ditanggung oleh karyawan dan terdaftar pada bagian sumber daya
manusia.
13. Istri adalah seorang istri yang sah dari karyawan yang telah didaftar di bagian sumber daya
manusia. Pengusaha hanya mengakui 1 (satu) orang istri sah.
14. Suami adalah seorang suami yang sah dari karyawati yang telah didaftar di Bagian Sumber Daya
Manusia. Pengusaha hanya mengakui 1 (satu) orang suami sah.
Peraturan Perusahaan
1
15. Ahli waris karyawan adalah keluarga karyawan atau mereka yang ditunjuk/secara sah menurut
hukum berhak untuk menerima pembayaran dari perusahaan dalam hal kematiannya. Apabila tidak
ada penunjukan ahli waris maka dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
BAB II
PERATURAN KERJA
Pasal 2
Hak Dan Kewajiban Perusahaan
Pasal 3
Hak Dan Kewajiban Karyawan
2
c. Berprilaku sesuai peraturan perusahaan dan tata tertib kerja yang berlaku;
d. Memberikan keterangan yang benar dan yang dapat dipertanggung jawabkan kepada
perusahaan;
e. Melakukan pekerjaan yang ditugaskan oleh perusahaan dengan penuh rasa tanggung jawab;
f. Bertanggung jawab atas barang milik perusahaan;
g. Menjaga kebersihan di lingkungan perusahaan;
h. Memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja;
i. Menjaga kesusilaan dan kesopanan dalam lingkungan kerja;
j. Berpenampilan rapi sesuai dengan kebutuhan pekerjaan;
k. Melaporkan setiap perubahan alamat, data keluarga dan keterangan lainnya kepada Bagian
Sumber Daya Manusia;
Pasal 4
Larangan Bagi Karyawan
2. Pekerjaan Rangkap
Karyawan tidak diperkenankan baik langsung maupun tidak langsung bekerja dengan perusahaan
lain, dan atau menjalankan suatu usaha sendiri selama berlangsungnya hubungan kerja, terkecuali
dengan sepengetahuan dan ijin tertulis dari pimpinan.
3. Merugikan Perusahaan
Setiap karyawan dilarang melakukan perbuatan atau tindakan yang dapat merugikan, mencemarkan
atau mengganggu keamanan dan ketertiban perusahaan.
4. Keterangan Perusahaan
Karyawan dilarang/tidak diperkenankan memberikan keterangan tentang perusahaan kecuali petugas
yang berwenang untuk itu atau dengan ijin pimpinan atau wakil pimpinan.
Pasal 5
Peraturan Kerja Umum
1. Setiap karyawan wajib mentaati peraturan perusahaan dan melaksanakan tugas perusahaan yang
dipercayakan kepadanya dengan penuh tanggung jawab;
2. Setiap menjalankan tugas, karyawan harus menggunakan pakaian kerja yang diberikan perusahaan
dengan tanda pengenal dan perlengkapan lain yang diperlukan/ditentukan baginya;
3. Setiap karyawan harus datang / hadir tepat pada waktunya sesuai jam masuk kerja yang telah
ditetapkan, demikian pula waktu untuk istirahat ataupun pulang kerja;
Peraturan Perusahaan
3
4. Karyawan yang tidak masuk kerja karena alasan sakit diharuskan memberitahukan dan
menyerahkan surat keterangan sakit dari dokter;
5. Karyawan perempuan yang dalam masa haidnya merasakan sakit dan memberitahukan kepada
pengusaha, dengan persetujuan pihak perusahaan dan surat keterangan dari dokter yang ditunjuk
perusahaan, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua pada waktu haid;
6. Karyawan yang tidak masuk kerja tanpa pemberitahuan / ijin ataupun dengan alasan yang tidak
dapat dipertanggung jawabkan, dianggap mangkir dan untuk hari – hari tersebut tidak akan
diberikan upahnya;
7. Setiap karyawan dalam melaksanakan tugasnya tidak boleh melimpahkan tugas tersebut kepada
karyawan lain kecuali dengan ijin atasannya secara tertulis;
8. Dalam melaksanakan tugas, karyawan harus menggunakan sarana kerja, material dan waktu
kerjanya dengan efisiensi dan penuh rasa tanggung jawab;
9. Setiap sarana kerja milik perusahaan yang digunakan karyawan wajib dirawat dengan baik dan
dikembalikan pada tempatnya setelah selesai dipergunakan;
10. Menjaga suasana kerja yang tertib, aman dan tenteram serta menghindarkan diri dari tindakan-
tindakan yang dapat mengganggu ketertiban dan keamanan perusahaan;
Peraturan Perusahaan
4
BAB III
HUBUNGAN KERJA
Pasal 6
Status Karyawan
1. Karyawan Harian
Adalah karyawan yang dipekerjakan secara tidak tetap hanya mengerjakan pekerjaan tertentu saja
dan pada saat tertentu, dipekerjakan tidak lebih dari 3 (tiga) bulan berturut-turut dan tidak lebih dari
20 hari kerja setiap bulannya. Gaji dihitung berdasarkan kehadiran per harinya, sesuai Kep Men No.
100/Men/VI/2004.
2. Karyawan Kontrak
Adalah karyawan yang terikat dalam hubungan kerja secara terbatas dengan perusahaan atas dasar
kontrak / perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu, atau pekerjaan tertentu sesuai dengan UU
No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Jo Kep Men No. 100/Men/VI/2004.
Pasal 7
Penerimaan Karyawan
1. Perusahaan memiliki kewenangan penuh dalam penerimaan karyawan sesuai kebutuhan perusahaan
dan dengan mematuhi tata cara dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 8
Masa Percobaan
Peraturan Perusahaan
5
1. Setiap karyawan baru wajib menjalani masa percobaan, paling lambat 3 (Tiga) Bulan dan paling
lama 6 (Enam) bulan secara tidak terputus – putus;
2. Dalam masa percobaan, perusahaan dan / atau karyawan dapat melakukan pemutusan
hubungan kerja setiap saat tanpa syarat;
3. Selama masa percobaan karyawan tidak berhak atas tunjangan prestasi yang diatur dalam
Peraturan Perusahaan ini;
4. Selama masa percobaan, karyawan tidak berhak untuk mendapatkan cuti;
5. Perusahaan tidak memberikan surat keterangan kerja dan tidak memberikan pesangon bagi
pemutusan hubungan kerja dalam masa percobaan dan dalam masa tenggang.
Pasal 9
Penilaian & Mutasi Karyawan
1. Perusahaan akan melakukan penilaian prestasi kerja karyawan minimal 1 (satu) tahun sekali
yang dilakukan oleh pengusaha atau pihak lain yang ditunjuk oleh perusahaan;
2. Perusahaan mempunyai kewenangan untuk memindahkan karyawan ke jabatan baru apabila
memungkinkan dan dipandang perlu, baik dalam level yang sama, lebih tinggi ataupun lebih
rendah dari jabatan sebelumnya, yang dapat pula mengakibatkan perubahan kondisi kerja, waktu
kerja, lokasi atau jarak dari tempat tinggal karyawan ketempat kerja, baik dalam
lingkungan perusahaan maupun perusahaan lain dalam satu group dimana pengusaha
menjalankan perusahaannya;
3. Promosi jabatan dapat dilaksanakan apabila karyawan telah menunjukkan dedikasi serta
kemampuannya memenuhi syarat untuk jabatan baru;
4. Demosi adalah penurunan jabatan karyawan yang dapat dilakukan oleh perusahaan apabila
karyawan yang bersangkutan tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik atau telah
melakukan pelanggaran terhadap peraturan perusahaan;
5. Dalam hal pemindah tugasan ini, upah karyawan, fasilitas serta tunjangan – tunjangan lainnya
disesuaikan dengan nilai jabatan yang baru.
Pasal 10
Perhitungan Masa Kerja
1. Masa kerja karyawan akan dihitung sejak hari pertama diterima bekerja tanpa terputus sampai
dengan hari terakhir bekerja pada perusahaan.
2. Karyawan yang dipindahkan ke perusahaan lain dalam satu group, masa kerjanya dihitung sejak hari
pertama diterima bekerja di perusahaan asalnya sampai hari terakhir bekerja di perusahaan terakhir.
3. Apabila karyawan pernah mengundurkan diri atau terjadi pemutusan hubungan kerja sebelumnya,
kemudian dipekerjakan kembali oleh perusahaan maka masa kerjanya akan dihitung untuk periode
terakhir kembali bekerja saja, tidak akan diperhitungkan berapa lama karyawan bekerja sebelumnya.
Peraturan Perusahaan
6
BAB IV
HARI KERJA, WAKTU KERJA, ISTIRAHAT & HARI LIBUR
Pasal 11
Hari Kerja & Waktu Kerja
1. Penetapan hari kerja, waktu kerja dan istirahat kerja didasarkan kepada kebutuhan – kebutuhan
perusahaan dengan mengindahkan peraturan perundang – undangan yang berlaku;
2. Oleh karena perusahaan beroperasi selama 24 (dua puluh empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari
seminggu, maka waktu kerja akan dibagi kedalam 3 (tiga) shift kerja;
3. Karyawan bekerja dalam shift langsung atau split shift, yang akan ditentukan oleh pihak perusahaan
sesuai dengan kebutuhan operasional;
4. Perusahaan dapat merubah hari kerja, waktu kerja dan waktu istirahat makan karyawan disesuaikan
dengan situasi pekerjaan dalam perusahaan;
5. Karyawan dapat menukar jadwal kerja dan libur mingguannya dengan teman sekerja setelah terlebih
dahulu mendapat persetujuan tertulis dari Kepala Bagiannya atau yang mewakilinya;
6. Untuk menyelesaikan pekerjaan – pekerjaan yang tertunda dan mendesak, perusahaan dapat
memberlakukan kerja lembur, dengan kompensasi sesuai pasal 26
Pasal 12
Istirahat Mingguan
Setiap karyawan mendapat 1 (satu) hari istirahat mingguan dengan upah penuh, setelah bekerja selama
6 (enam) hari berturut-turut, dan libur mingguan dapat jatuh pada hari apapun dalam seminggu.
Pasal 13
Hari Libur Resmi Pemerintah
Setiap karyawan berhak mendapat libur resmi yang ditetapkan oleh Pemerintah setiap tahun dengan
upah penuh, yang mana pengaturannya akan dilakukan oleh pimpinan perusahaan dan disesuaikan
dengan kondisi perusahaan serta kebiasaan masyarakat di bali, berdasarkan Keputusan pemerintah
provinsi bali.
Peraturan Perusahaan
7
BAB V
CUTI
Pasal 14
Cuti Tahunan
1. Setiap karyawan yang telah bekerja selama 12 (dua belas) bulan berturut-turut, berhak atas cuti
tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja dengan upah penuh;
2. Karyawan harus mengambil hak cuti tahunan tersebut selambat-lambatnya 12 (dua belas) bulan
setelah munculnya hak cuti tersebut;
3. Cuti tahunan hendaknya diambil dalam waktu yang tidak terputus-putus dan harus disesuaikan
dengan kepentingan kedua belah pihak, perusahaan dan karyawan;
4. Cuti tahunan tidak dapat diakumulasikan atau ditambahkan kedalam hak cuti pada tahun berikutnya;
5. Bila dalam cuti tahunan terdapat hari libur resmi / keagamaan, maka hari libur tersebut tidak
termasuk bagian dari cuti tahunan.
Pasal 15
Cuti Sakit
1. Cuti sakit yang dimaksud dalam pasal ini hanya diberikan kepada karyawan yang sakit dalam jangka
waktu yang lama, namun tidak melebihi 12 (dua belas) bulan serta dapat dibuktikan dengan surat
keterangan dokter dari rumah sakit resmi pemerintah atau dokter yang ditunjuk oleh perusahaan;
2. Karyawan yang sakit dalam jangka waktu lama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), upahnya
akan tetap dibayar oleh perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3. Apabila setelah lewat 12 (dua Belas) bulan ternyata karyawan yang bersangkutan belum mampu
bekerja kembali, maka perusahaan dapat memutuskan hubungan kerjanya;
4. Karyawan yang mengalami kecelakaan kerja dan menderita sakit, berhak atas cuti sakit dimana upah
karyawan tersebut akan dibayar oleh perusahaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 16
Cuti Bersalin atau Gugur Kandungan
1. Karyawan perempuan yang hamil berhak atas cuti bersalin paling lama 3 (tiga) bulan dimana akan
diambil dengan ketentuan 1 ½ (satu setengah) bulan sebelum melahirkan dan 1 ½ (satu setengah)
bulan setelah melahirkan;
2. Karyawan perempuan yang akan cuti bersalin harus mengisi formulir dimohonkan kepada Kepala
Bagian paling lambat 14 (empat belas) hari sebelumnya berdasarkan surat keterangan dokter dengan
mencantumkan tanggal perkiraan kelahiran;
3. Dalam hal gugur kandungan, karyawan perempuan berhak atas cuti paling lama 1 ½ (satu setengah)
bulan setelah keguguran dengan upah penuh, apabila usia kandungan sudah mencapai 6 (enam)
bulan, atas rekomendasi dokter yang ditunjuk oleh perusahaan;
Pasal 17
Peraturan Perusahaan
8
Cuti Khusus
1. Karyawan dapat diberi cuti khusus/dispensasi dengan menerima upah penuh, selama waktu tertentu,
dengan perincian sebagai berikut:
a. Pernikahan pertama dari karyawan selama : 3 hari,
b. Pernikahan anak Karyawan selama : 2 hari,
c. Istri sah Karyawan melahirkan atau keguguran selama : 2 hari,
d. Kematian suami/istri, orang tua, anak, selama : 2 hari,
e. Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia,
selama : 1 hari,
f. Khitanan/Baptis/potong gigi anak karyawan selama : 2 hari.
2. Karyawan diwajibkan untuk memberitahukan dan menyerahkan formulir permohonan cuti khusus
kepada Kepala Bagian yang bersangkutan dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari sebelumnya,
kecuali dalam hal seperti tersebut pada Pasal 17.1.c, d dan e;
3. Dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf c, d, dan e diatas, maka karyawan
wajib memberitahukan kepada Kepala Bagian bersangkutan dan mengisi formulir ijin yang telah
disediakan.
Pasal 18
Cuti Tanpa Upah
1. Pengusaha dapat memberikan ijin cuti tanpa upah kepada karyawan sampai jangka waktu paling
lama 1 (satu) bulan, dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Tidak masuk kerjanya karyawan yang bersangkutan tidak akan menyebabkan terganggunya
operasional perusahaan.
b. Alasan untuk cuti tanpa upah dapat diterima (cukup kuat).
c. Cuti tanpa upah dapat diajukan apabila cuti tahunan sudah habis atau karyawan yang masih
dalam masa probation.
2. Pimpinan perusahaan memiliki kewenangan penuh untuk menyetujui atau tidak menyetujui
permohonan cuti tanpa upah tersebut;
3. Selama karyawan menjalankan cuti tanpa upah, yang bersangkutan tidak dibenarkan bekerja di
perusahaan lain;
4. Permohonan cuti tanpa upah ini diajukan kepada Kepala Bagian yang bersangkutan paling lambat 15
(lima belas) hari sebelumnya.
Peraturan Perusahaan
9
BAB VI
UPAH, UANG JASA PELAYANAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Pasal 19
Komponen Upah dan Sistem Pembayaran
Pasal 20
Uang Jasa Pelayanan
Uang jasa pelayanan (Service Charge) yang terkumpul akan dibagikan secara merata kepada semua
karyawan, kecuali ditentukan lain dalam perjanjian kerja karyawan.
Pasal 21
Tunjangan Makan & Tunjangan Transportasi
1. Perusahaan memberikan tunjangan makan kepada setiap karyawan sebanyak 1 (satu) kali pada
setiap hari kehadiran di masing – masing Hotel dan untuk karyawan di Head Office akan
mendapatkan tunjangan uang makan yang dirangkum setiap bulan pada saat penggajian.
2. Perusahaan memberikan tunjangan transportasi sesuai dengan kemampuan perusahaan yang
dimasukan dalam komponen upah;
3. Tunjangan makan (apabila diberikan dalam bentuk uang) dan tunjangan transportasi akan diberikan
bersamaan dengan pembayaran upah pokok.
Pasal 22
Tunjangan Hari Raya Keagamaan (THR)
1. Untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan, maka perusahaan akan memberikan tunjangan hari
raya kepada setiap karyawan sekali setahun dengan besar tunjangan yang diberikan akan
disesuaikan dengan ketentuan peraturan perudang-undangan yang berlaku;
2. THR ini akan dibayarkan 1 (satu) minggu menjelang hari raya keagamaan karyawan masing-masing:
a. Karyawan yang memeluk agama Hindu : Nyepi
b. Karyawan yang memeluk agama Islam : Idul Fitri
c. Karyawan yang memeluk agama Kristen & Katolik : Natal
Peraturan Perusahaan
10
d. Karyawan yang memeluk Budha : Waisak
e. Karyawan yang memeluk Konghocu : Imlek
3. Karyawan yang berhak atas THR adalah karyawan yang pada saat pembayaran THR masih berkerja
dan telah bekerja selama 12 (dua belas) bulan atau lebih secara berturut-turut. Apabila belum genap
12 (dua belas) bulan berturut-turut tetapi sudah lebih dari 3 (Tiga) bulan berturut-turut karyawan
berhak atas THR secara proporsional.
BAB VII
KERJA LEMBUR
Pasal 23
Ketentuan Kerja Lembur
Pasal 24
Pembayaran Upah Kerja Lembur
1. Perhitungan upah lembur didasarkan pada upah bulanan, cara menghitung upah sejam adalah 1/173
kali upah sebulan;
2. Dalam hal upah karyawan dibayar secara harian, penghitungan besarnya upah sebulan adalah upah
sehari dikalikan 25 (dua puluh lima) hari bagi karyawan yang bekerja 6 (enam) hari kerja dalam 1
(satu) minggu atau dikalikan 21 (dua puluh satu) hari bagi karyawan yang bekerja 5 (lima) hari kerja
dalam 1 (satu) minggu
3. Cara perhitungan upah kerja lembur sebagai berikut :
a. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari kerja biasa :
(1) untuk waktu kerja lembur pertama dibayar upah sebesar 1,5 (satu setengah) kali upah
sejam;
(2) untuk setiap waktu kerja lembur berikutnya dibayar upah sebesar 2(dua) kali upah
sejam.
b. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau hari libur resmi untuk
waktu kerja 6 (enam) hari kerja 40 (empat puluh) jam seminggu maka :
(1) Perhitungan upah kerja lembur untuk 7 (tujuh) jam pertama dibayar 2 (dua) kali upah
sejam, dan jam kedelapan dibayar 3 (tiga) kali upah sejam dan jam lembur kesembilan dan
kesepuluh dibayar 4 (empat) kali upah sejam.
(2) Apabila hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek perhitungan upah lembur 5 (lima)
jam pertama dibayar 2 (dua) kali upah sejam, jam keenam 3(tiga) kali upah sejam dan jam
lembur ketujuh dan kedelapan 4 (empat) kali upah sejam.
Peraturan Perusahaan
11
c. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan / atau hari libur resmi untuk
waktu kerja 5 (lima) hari kerja dan 40 (empat puluh) jam seminggu, maka perhitungan upah
kerja lembur untuk 8 (delapan) jam pertama dibayar 2 (dua) kali upah sejam, jam kesembilan
dibayar 3 (tiga) kali upah sejam dan jam kesepuluh dan kesebelas 4 (empat) kali upah sejam.
BAB VIII
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
Pasal 25
1. Semua karyawan berhak menggunakan fasilitas pengobatan yang disediakan oleh perusahaan
dengan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Karyawan belum menikah: untuk karyawan bersangkutan sendiri.
b. Karyawan laki-laki yang sudah menikah: untuk karyawan sendiri, 1 (satu) istri yang sah, dan
maksimal 3 (tiga) anak sampai umur 21 (dua puluh satu) tahun yang belum menikah dan belum
bekerja.
c. Karyawan perempuan yang sudah menikah: untuk karyawan perempuan bersangkutan sendiri.
2. Perusahaan akan menunjuk BPJS Kesehatan sebagai penyedia pelayanan kesehatan untuk karyawan.
BAB IX
JAMINAN SOSIAL
Pasal 26
Ketentuan BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan
12
4. Premi BPJS Kesehatan sebesar 5% dibayar setiap bulan dengan perhitungan sebagai berikut:
Premi sebesar 1% dari upah setiap bulan dibayar oleh karyawan dan premi sebesar 4% dibayar
oleh perusahaan
Pasal 27
Pendidikan dan Pelatihan
Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia pada setiap karyawan, maka pihak perusahaan
mengupayakan adanya pelatihan kerja yang merupakan sistem pengajaran terkoordinasi melalui media
yang terdiri dari modul-modul pelatihan yang berkaitan dengan standar pelaksanaan pekerjaan yang
baik.
BAB X
SARANA PENUNJANG PERUSAHAAN
Pasal 28
Sarana Komunikasi
1. Perusahaan menyediakan sarana komunikasi untuk karyawan dengan tujuan agar tercipta lingkungan
kerja yang komunikatif sehingga dapat memperlancar kinerja perusahaan dalam segala bidang;
2. Sarana komunikasi yang disediakan perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri atas:
a. Papan Pengumuman
b. Bagian Sumber Daya Manusia
c. Rapat Departemen Head
d. Rapat umum karyawan.
BAB XI
BERAKHIRNYA HUBUNGAN KERJA
Pasal 29
Umum
1. Berakhirnya Hubungan Kerja adalah tindakan yang dilakukan oleh perusahaan atau karyawan untuk
mengakhiri hubungan kerja, baik karena hukum maupun sebagai akibat dari pelanggaran peraturan –
peraturan yang ditentukan dalam Peraturan Perusahaan dan / atau Peraturan Perundang – undangan
yang berlaku.
Hubungan kerja dapat berakhir apabila :
a. Karyawan meninggal dunia
b. Karyawan mengundurkan diri
c. Berakhirnya masa kontrak kerja
d. Dalam masa percobaan
e. Mencapai batas usia kerja
f. Pelanggaran Karyawan
Pasal 30
Karyawan Meninggal Dunia
1. Hubungan kerja akan berakhir dengan sendirinya apabila karyawan meninggal dunia dalam masa
kontrak kerja atau sebelum mencapai batas usia kerja;
Peraturan Perusahaan
13
2. Dalam hal karyawan meninggal dunia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) maka perusahaan akan
memberikan bantuan sosial kepada ahli warisnya minimal sesuai dengan ketentuan UU No. 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan.
Pasal 31
Karyawan Mengundurkan Diri
1. Pemutusan hubungan kerja karena karyawan mengundurkan diri yaitu karyawan secara resmi
menyerahkan surat pengunduran dirinya sebagai karyawan minimal 30 (Tiga Puluh) hari dari tanggal
pengunduran dirinya;
2. Karyawan tersebut diatas tetap harus masuk kerja sesuai dengan schedule kerjanya sejak
mengajukan surat pengunduran diri walaupun masih mempunyai hak cuti tahunan ataupun DP;
3. Karyawan yang tidak masuk kerja selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut tanpa pemberitahuan
atau tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan;
4. Pemutusan hubungan kerja seperti tersebut dalam ayat (1) dan ayat (4) diatas, tidak menimbulkan
kewajiban bagi perusahaan untuk memberikan uang pesangon kecuali pembayaran upah dan
tunjangan – tunjangan untuk hari – hari yang dijalani dengan bekerja.
5. Bagi pekerja yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri yang memenuhi ketentuan seperti
tersebut diatas, tanpa ada intervensi pihak lain, selain mendapat uang penggantian hak juga berhak
atas uang pisah yang besarnya sebagai berikut:
a. Masa kerja 3 sampai 6 tahun = 1 (satu) bulan upah pokok,
b. Masa kerja diatas 6 tahun sampai 9 tahun = 2 (dua) bulan upah pokok,
c. Masa kerja diatas 9 tahun = 3 (tiga) bulan upah pokok;
Pasal 32
Berakhirnya Masa Kontrak Kerja
1. Sesuai dengan syarat – syarat kerja yang dinyatakan dalam isi surat perjanjian kontrak kerja, tanggal
berakhirnya masa kontrak kerja adalah tanggal berakhirnya hubungan kerja antara karyawan dengan
perusahaan untuk jangka waktu tersebut;
2. Dalam hal ini perusahaan tidak berkewajiban memberi uang pesangon dan atau imbalan apapun
diluar yang telah diperjanjikan.
Pasal 33
Dalam Masa Percobaan
1. Dalam masa percobaan, kedua belah pihak sewaktu-waktu dapat melakukan pemutusan hubungan
kerja tanpa kewajiban memberitahukan sebelumnya;
2. Pemutusan hubungan kerja atas dasar ini tidak mewajibkan perusahaan untuk memberikan uang
pesangon atau uang jasa lainnya.
Pasal 34
Mencapai Batas Usia Kerja
Karyawan yang mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun dengan sendirinya akan diberhentikan dengan
hormat oleh perusahaan dan diberikan uang sebagai penghargaan atas pengabdiannya yang besarnya
berpedoman kepada Undang Undang Nomor: 13 Tahun 2003.
Pasal 35
Pelanggaran Tata Tertib Kerja
Peraturan Perusahaan
14
Berakhirnya hubungan kerja juga dapat dilakukan dengan pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan
yang dikarenakan adanya pelanggaran berat yang dilakukan oleh karyawan terhadap peraturan
perusahaan dan / atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB XII
TATA TERTIB, PELANGGARAN & TINDAKAN DISIPLIN
Pasal 36
Penggunaan Sarana Perusahaan
Pasal 37
Pencatatan Kehadiran
Setiap karyawan wajib melakukan pencatatan waktu kehadiran dengan menggunakan mesin absensi
dan / atau sarana lain yang ditetapkan oleh perusahaan;
Karyawan yang karena kelalaiannya atau kesengajaannya tidak melakukan pencatatan kehadiran
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) akan dianggap tidak hadir tanpa keterangan (mangkir), dan
semua resiko ditanggung oleh karyawan bersangkutan;
Peraturan Perusahaan
15
Pasal 38
Pemeriksaan Barang Bawaan dan Bungkusan
Setiap barang bawaan dan bungkusan milik pribadi karyawan yang dibawa ke dalam gedung dan
halaman kantor harus diserahkan kepada petugas keamanan untuk diperiksa.
Pasal 39
Lencana Nama
Setiap karyawan diwajibkan memakai lencana nama yang mana harus dipasang di bagian dada sebelah
kiri pakaian seragam;
Karyawan yang menghilangkan lencana nama harus melaporkan ke Bagian Sumber Daya Manusia.
Karyawan yang bersangkutan akan dikenakan biaya penggantian sebesar Rp 50.000,- (lima puluh ribu
rupiah);
Setiap karyawan yang hubungan kerjanya telah berakhir, wajib mengembalikan lencana nama
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas kepada Bagian Sumber Daya Manusia.
Pasal 40
Penampilan Pribadi
Karyawan Laki-laki
Menggunakan seragam yang rapi dan tidak lusuh;
Menggunakan sepatu yang bersih dan mengkilap;
Rambut dicukur rapi tidak melewati kerah baju dan tidak menutupi telinga.
Karyawati
Menggunakan seragam yang rapi dan tidak lusuh;
Tidak mengenakan perhiasan dan / atau aksesoris yang berlebihan;
Tata rias, tata rambut, serta wewangian yang tidak berlebihan.
Pasal 41
Barang Temuan
Setiap karyawan yang menemukan barang atau uang dalam areal kerja wajib melaporkan barang temuan
tersebut kepada Penyelia atau Kepala Department/ Manager, selambat – lambatnya 24 jam dari saat
barang di temukan.
Dalam jangka waktu tertentu Apabila barang temuan tersebut tidak diakui oleh pemiliknya, maka secara
otomatis akan kembalikan/menjadi milik penemunya
Pasal 42
Tata Krama
Senyum
Setiap karyawan wajib menunjukan sikap sopan dan keramah-tamahan terhadap tamu, karyawan
eksekutif perusahaan dan teman sekerja di perusahaan dengan menunjukkan senyum dalam setiap
kesempatan dan tetap dalam batas kewajaran;
Suka Membantu
Setiap karyawan diwajibkan untuk menumbuh kembangkan sikap saling membantu antar sesama
karyawan namun tetap dalam batas kewajaran.
Peraturan Perusahaan
16
Salam
Setiap karyawan diwajibkan untuk memberikan salam kepada tamu, karyawan eksekutif perusahaan dan
teman sekerja dalam perusahaan. Karyawan wajib menyapa tamu dengan Tuan, Nyonya, Nona dan
seluruh karyawan eksekutif harus disapa dengan Ibu, Bapak, diikuti nama keluarga.
Sopan Santun
Setiap karyawan diwajibkan menjaga sopan santun dalam setiap perkataan dan perbuatannya selama
dalam waktu kerja dan selama berada dalam lingkungan kerja
Kunjungan Pribadi
Karyawan tidak diperkenankan dikunjungi keluarga atau teman, kecuali dalam keadaan mendesak dan
dengan mendapatkan ijin dari atasan karyawan bersangkutan.
Pasal 43
Kategori Pelanggaran
1. Pelanggaran Ringan:
a. Berlaku tidak sopan pada saat bekerja, seperti berteriak dan tertawa terbahak-bahak serta tidak
ramah kepada teman sekerja dan atasan.
b. Mengabaikan kebersihan dan kesehatan pribadi, berpakaian kurang rapi, tidak memakai tanda
nama atau pakaian seragam yang telah ditentukan oleh Pengusaha.
c. Menolak untuk mentaati peraturan keamanan perusahaan, seperti: pemeriksaan locker,
pemeriksaan badan, pemeriksaan tas / bungkusan bilamana diperlukan oleh yang diberi
wewenang oleh perusahaan.
f. Menolak untuk melakukan pemeriksaan kesehatan atau pengobatan bilamana dipandang perlu
oleh perusahaan
g. Menolak memakai alat pengaman yang telah ditentukan pada saat melakukan pekerjaan.
h. Dengan sengaja menyembunyikan penyakit menular yang membahayakan keselamatan dan
kesehatan tamu-tamu atau karyawan lainnya.
i. Menyuruh bawahan atau teman sekerja untuk melakukan pekerjaan demi keuntungan pribadi
pada saat waktu kerja.
j. Mengatur perjalanan wisata tamu, transportasi, penukaran uang atau transaksi lainnya untuk
keuntungan pribadi atau pihak ketiga.
k. Menempel, mengedarkan gambar atau barang porno ketika berada dilingkungan perusahaan
termasuk mendistribusikan melalui e-mail.
l. Masuk atau keluar areal perusahaan tidak melalui pintu yang telah ditentukan.
m. Meminta hadiah dari tamu.
n. Tanpa wewenang menyebarkan selebaran, poster, petisi atau barang-barang tulisan lainnya
tanpa ijin Pengusaha.
o. Membujuk Pengusaha, atasan, bawahan, teman sekerja untuk melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan hukum atau kesusilaan.
2. Pelanggaran Sedang:
a. Merokok, makan, minum dan/atau tidur-tiduran dalam waktu kerja dan/atau ditempat yang
dilarang oleh pengusaha.
Peraturan Perusahaan
17
b. Mengadakan perdagangan atau hal-hal yang bersifat mencari keuntungan pribadi selama waktu
kerja atau dilingkungan kerja.
c. Lalai melaporkan atau tidak menyerahkan barang temuan dilingkungan kerja;
d. Memalsukan atau sengaja tanpa wewenang merubah dokumen resmi milik kantor
e. Memberikan surat atau keterangan palsu mengenai perusahaan, tamu, karyawan lainnya atau diri
sendiri.
f. Tanpa ijin memperbanyak dokumen company, manual, file atau data yang bersifat rahasia.
g. Terlambat datang ketempat kerja atau pulang kerja lebih awal tanpa ijin atasan.
h. Mencatatkan kartu absensi karyawan lain.
i. Efisiensi kerja yang rendah karena hasil kerja yang tidak memuaskan.
j. Mengotori dan atau meludah di sembarang tempat.
k. Mengunyah permen karet atau sejenisnya selama bertugas ditempat umum dan atau dapat
dilihat oleh tamu.
3. Pelanggaran Berat:
a. Tanpa ijin tertulis dari yang berwenang (out going record) membawa keluar barang milik kantor
atau milik tamu.
b. Menggunakan kamar kecil, telepon dan fasilitas lainnya yang disediakan khusus untuk tamu, dan
yang tidak berhubungan dengan pekerjaannya.
c. Menggunakan peralatan tidak sebagaimana mestinya, menggunakan peralatan untuk
kepentingan pribadi tanpa ijin Pengusaha atau orang yang berwenang untuk itu.
d. Tanpa ijin menerima pengunjung (pribadi) ditempat kerja atau lingkungan tamu.
e. Mencoret-coret papan pengumuman, memasang dan atau mengambil kertas pengumuman tanpa
ijin yang berwenang untuk itu.
f. Tidak bertanggung jawab dalam memelihara lingkungan kerja serta locker karyawan.
g. Merubah jadwal kerja tanpa persetujuan dari atasan langsung.
h. Tidak bergairah atau kurang bersungguh-sungguh atau kurang terampil dalam melaksanakan
perintah-perintah dan atau tugas-tugasnya sehari-hari.
i. Tidak dapat bekerja sama dengan rekan sekerja, karyawan lainnya maupun atasan.
j. Berada di lingkungan diluar waktu kerja tanpa ijin yang berwenang.
k. Tanpa ijin dari Pengusaha mengadakan hubungan Sosial dengan tamu yang bukan merupakan
bidang tugas dan tanggung jawabnya
4. Kesalahan Berat:
Sesuai dengan pasal 158 UU No. 13 Tahun 2013 Perusahaan dapat langsung memutuskan hubungan
kerja terhadap pekerja dengan alasan pekerja telah melakukan kesalahan berat sebagai berikut:
a. Melakukan penipuan, pencurian dan penggelapan barang dan uang milik perusahaan
b. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan perusahaan
c. Mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai dan mengedarkan narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya dilingkungan kerja
d. Melakukan perbuatan asusila atau perjudian dilingkungan kerja
e. Menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman sekerja atau pengusaha
dilingkungan kerja
f. Membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan peraturan perundng-undangan
g. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik
perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan
h. Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pengusaha dalam keadaan
berbahaya ditempat kerja
i. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya dirahasiaan kecuali untuk
kepentingan negara
Peraturan Perusahaan
18
j. Melakukan perbuatan lainnya dilingkungan perusahaan yang diancam pidana penjara 5 (lima)
tahun atau lebih
Kesalahan berat sebagaimana dimaksud diatas harus didukung dengan bukti sebagai berikut:
a. Pekerja tertangkap tangan
b. Ada pengakuan dari pekerja yang bersangkutan
c. Bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat oleh pihak yang berwenang diperusahaan
yang bersangkutan dan didukung oleh sekurang kurangnya 2(dua) orang saksi
Pasal 44
Tindakan Disiplin
Tindakan disiplin diberikan oleh perusahaan kepada karyawan yang melanggar setiap ketentuan dalam
peraturan perusahaan, yang dapat berbentuk:
a. Peringatan Lisan :
Peringatan lisan diberikan kepada karyawan yang untuk pertama kali melakukan pelanggaran atas
Pelanggaran Ringan sebagaimana dirinci dalam Pasal 43 ayat (1);
e. Skorsing (dalam rangka pemutusan hubungan kerja), karyawan yang melakukan pelanggaran dan
terdapat cukup alasan untuk dilakukan pemutusan hubungan kerja, untuk maksud penyelidikan
secara obyektif sementara menunggu keputusan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan
industrial, berdasarkan Pasal 155 ayat (3) U U No. 13 Tahun 2003, perusahaan dapat melakukan
tindakan skorsing kepada karyawan yang bersangkutan dengan tetap mendapat upah dan hak-hak
lainnya yang biasa diterima.
f. Peringatan lisan maupun tertulis diberikan Department head / Manager setelah terlebih dahulu
mengkonsultasikan dan mendapat persetujuan Human Resource Coordinator. Tindakan pemutusan
hubungan kerja dapat dilakukan hanya setelah mendapat persetujuan Human Resources Coordinator
dan President Director.
Peraturan Perusahaan
19
BAB XIII
PERATURAN PELAKSANAAN
Pasal 45
Peraturan – Peraturan Prosedural
Peraturan yang bersifat prosedural dan merupakan peraturan – peraturan pelaksanaan akan disusun
tersendiri dengan berdasarkan pada peraturan perundang – undangan yang berlaku.
Pasal 46
Hal – Hal Yang Belum Diatur
Hal – hal yang belum diatur dalam Peraturan Perusahaan ini akan diatur dan dilengkapi di kemudian hari
sesuai dengan kebutuhan perusahaan dengan suatu Surat Keputusan Pihak Perusahaan, dengan
memperhatikan ketentuan perundang – undangan yang berlaku.
Pasal 47
Peraturan Terdahulu
Dengan dikeluarkannya peraturan ini maka peraturan – peraturan yang dikeluarkan sebelumnya dan
bertentangan dengan peraturan ini, sepanjang menyangkut hal yang sama dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 48
Penafsiran Peraturan
Apabila terdapat kekurang jelasan makna dan penafsiran dalam pasal pasal maupun ayat – ayat dalam
Peraturan Perusahaan adalah menjadi hak perusahaan untuk menafsirkan dengan berpedoman pada
peraturan – peraturan ketenagakerjaan yang berlaku dan dijelaskan oleh HR Coordinator serta President
Director.
Pasal 49
Berlakunya Peraturan Perusahaan
Aristidis Giorginis
President Director & CEO
Peraturan Perusahaan
20