Anda di halaman 1dari 9

ARTIKEL REVIEW

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

ETIKA KERJA SDM “ PELANGGARAN HAK KARYAWAN


PERUSAHAAN PT ALPEN FOOD INDUSTRY ”

KELOMPOK 5 :

1. Anidya Rhisma Dewi P (141180231)


2. Harry Rulianto R (141180232)
3. Zukhruf Fauzan M (141180242)
4. Intan Samiyah Ulfa (141180244)

Dosen :

Dra Anis Siti Hartati, M.Si


Yuni Siswanti, SE.,M.Si

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL“VETERAN” YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2019/2020
Kondisi Kerja Buruh PT AICE Tak Semanis Iklan “Have an Nice Day ”

“ Satu jilatan es krim Aice adalah tiap lapis kualitas kesehatan para buruhnya yang
dirampas oleh perusahaan”

tirto.id - Have an Aice Day. Buatlah harimu sehat dan indah dengan es krim Aice. Harganya
dari Rp2 ribu hingga Rp10 ribu—tentu, sehat pula bagi kantong Anda. Namun, selagi Anda
menghabiskan pelan-pelan es krim Aice, Anda perlu mengingat kondisi kerja para buruh
yang memproduksinya.

Setiap lapis es krim Aice yang anda jilat adalah setiap detik mutu kesehatan para buruh yang
terus terkikis. Ada sekitar 644 buruh dari total 1.233 pekerja yang melakukan mogok sejak
awal November lalu lantaran kondisi lingkungan pabrik yang mengabaikan hak-hak mereka;
dan jumlah buruh yang protes terus bertambah.

Federasi Serikat Buruh Demokratik Kerakyatan (F-SEDAR) selaku federasi yang di mana
Serikat Gerakan Buruh Bumi Indonesia PT Alpen Food Industry (SGBBI PT AFI) menjadi
anggotanya, dengan ini menjelaskan permasalahan hubungan industrial antara pihak pekerja
dengan pengusaha PT AFI (produsen es krim AICE) sebagai berikut:
Penurunan Upah

Pada tahun 2014-2016, PT AFI menggunakan KBLI 1520 (makan terbuat dari susu) yang
diubah menjadi KBLI es krim pada tahun 2017, sehingga nilai upah buruh mengalami
penurunan dari upah sektor II menjadi upah minimum kabupaten (UMK). Jika mengacu pada
upah minimum tahun 2019, maka buruh kehilangan upah sebesar Rp280 ribuan. Oleh karena
itu, sejak tahun 2018, buruh telah memperjuangkan agar perusahaan memberikan tambahan
upah, namun setiap tahun perusahaan hanya menaikkan upah sebesar Rp.5.000 saja. Pada
tahun 2019, upah yang berlaku di PT AFI adalah UMK + Rp10.000.

Kami tidak menuntut upah sebesar Rp.11 juta maupun Rp. 8 juta sebagaimana yang selama
ini dinyatakan oleh pihak pengusaha. Justru kami terus-menerus menurunkan nilai tuntutan
dan terakhir hanya berakhir di formula dengan catatan selisih upah kembali mencapai jumlah
sebelum terjadinya penurunan upah akibat perubahan KBLI. Kami berharap agar
mendapatkan tambahan upah sebesar Rp280-300 ribu dari UMK.

Pengusaha juga menyatakan adanya tambahan upah sebesar Rp.700 ribu per bulan, yang
kami nilai sebagai penyesatan, karena yang dimaksud dengan upah Rp700 ribu per bulan itu
adalah uang makan (karena perusahaan tidak menyediakan catering) sebesar Rp.15 ribu per
hari dan uang transport sebesar Rp. 5.000 per hari. Ditambah dengan tunjangan kehadiran
sebesar Rp.200 ribu per bulan yang hanya dapat diambil apabila tingkat kehadiran mencapai
100 persen tanpa sakit, izin apalagi alpa. Hal ini sangat sulit dicapai oleh buruh operator biasa
yang bekerja di bawah tekanan target, sistem rolling dan kondisi kerja yang tidak memadai.
Yang paling mungkin mendapatkan tunjangan kehadiran adalah para atasan yang lebih bisa
menjaga kesehatan dan kehadiran.

Pekerja sulit Mengambil Cuti

Pada awalnya, prosedur pengambilan cuti sakit maupun izin di PT. AFI lebih mudah karena
pekerja hanya menyerahkan formulir kepada leader bagian dan perusahaan menerima surat
keterangan dokter (SKD) dari klinik lain (non faskes) yang menggunakan biaya sendiri. Lalu,
kondisi ini diubah secara sepihak oleh perusahaan pada tahun 2018, cuti harus diurus sendiri
oleh pekerja dan SKD yang diakui hanya yang dari faskes. Perusahaan mengharuskan buruh
mengurus sendiri formulir cuti dengan prosedur sebagai berikut:

1. Mengambil formulir di Office dan menandatangani permohonan cuti.


2. Meminta tanda tangan leader atau leader grup.
3. Meminta tanda tangan supervisor.
4. Meminta tanda tangan manajer produksi atau asisten/penerjemahnya.
5. Meminta tanda tangan HRD
6. Menyerahkan kembali ke office.

Bisa dibayangkan prosedur ini sangat menyulitkan buruh operator yang harus bekerja dan
hanya punya waktu saat istirahat atau pulang kerja. Seringkali orang-orang yang harus
dimintai tanda tangan tidak berada satu lokasi dengan pekerja. Ditambah lagi, buruh kerap
dicecar pertanyaan, khususnya saat berhadapan dengan asisten dan translator. Bagi yang
dalam kondisi sakit, tentu lebih sulit. Kondisi baru saja pulih dan masih harus direpotkan
dengan prosedur mengurus cuti sakit.

Klinik perusahaan maupun faskes sangat membatasi dikeluarkannya SKD. Ketika pekerja
sakit, klinik atau faskes memberikan Surat Keterangan Berobat (SKB) yang berarti pekerja
dianggap kuat untuk bekerja di pabrik. Pekerja boleh beristirahat di loker atau pulang, apabila
benar-benar tidak merasa kuat lagi. Pekerja yang beristirahat di loker kerap diinspeksi oleh
asisten manajer produksi dan dicecar pertanyaan, bahkan dimarahi karena mengalami sakit.

Cuti haid nyaris tidak dapat diambil sama sekali, bahkan dianggap penyakit karena pekerja
harus mendapatkan izin dari dokter klinik perusahaan untuk mendapatkan cuti haid. Dokter
klinik biasanya tidak memberikan cuti haid, tetapi obat penghilang rasa sakit.

Kasus buruh perempuan berinisial Er yang divonis endometriosis bisa menjadi contoh
bagaimana buruh tidak memiliki pilihan pengobatan. Er seringkali meminta cuti haid, tetapi
tidak diberikan oleh dokter klinik perusahaan, kemudian Er harus dioperasi

Bonus Dibayarkan dengan Cek Kosong

Pada pemogokan di penghujung 2017, pengusaha melakukan diskriminasi dengan


memberikan bonus kepada pekerja yang tidak melakukan mogok sebesar Rp 1.000.000,- per
orang. Karena itu, pekerja yang berserikat juga menuntut haknya atas bonus sebesar Rp.
1.000.000,-. Selama satu tahun atau sepanjang 2018, kami menuntut hal ini, kemudian terjadi
perjanjian bersama pada 4 Januari 2019 yang isinya bonus sebesar Rp.600 juta untuk 600
orang akan dibayarkan dengan cek yang dapat dicairkan setelah satu tahun sebesar Rp300
juta dan sisanya dicairkan dengan cara dicicil yakni sebesar Rp25 juta per bulan. Kami
menerima penawaran tersebut karena berusaha memahami kondisi perusahaan. Kami sudah
tidak mempedulikan inflasi dan kami percaya karena diberikan cek sebagai pembayaran.
Cek ini diberikan oleh Komite Distributor AICE oleh Saudari Liliana Gao, yang juga
menjabat sebagai Direktur PT. AFI pada 2018. Ternyata saat kami berusaha mencairkan pada
5 Januari 2020, cek tersebu tidak terdaftar resinya dan kami berusaha mengonfirmasi kepada
pihak perusahaan, dia mengatakan perusahaan pembayar sudah tutup. Bayangkan saja, kami
menunggu selama satu tahun dan tanpa mempedulikan inflasi, tetapi cek tersebut ternyata
zonk!

Untuk selengkapnya. Baca – Kasus Aice: Dilema Buruh Perempuan & Minimnya
Kesetaraan Gender di Tempat Kerja: https://www.vice.com/id_id/article/884bd4/dugaan-
pelanggaran-hak-buruh-pabrik-es-krim-aice-bekasi-memicu-keguguran

Sumber Artikel :

1. https://tirto.id/kondisi-kerja-buruh-aice-tak-semanis-iklan-have-an-aice-day-
cA7f

2. https://twitter.com/sherrrinn/status/1246099546091843585?s=20

3. https://www.vice.com/id_id/article/884bd4/dugaan-pelanggaran-hak-buruh-
pabrik-es-krim-aice-bekasi-memicu-keguguran
REVIEW KASUS

Pencapaian Tinggi PT Alpen Food Industry tidak lepas dari peran buruh yang menghabiskan
waktu mereka bekerja dan mengolah bahan baku selama berjam-jam menjadi suatu produk
yang bernilai tinggi yang dapat dinikmati konsumen. Ditengah popularitas Aice, masyarakat
dikejutkan dengan pemberitaan media massa yang merilis tentang aksi mogok besar-besaran
buruh pabrik Aice. Aksi mogok buruh merupakan bentuk protes terhadap pelanggaran yang
dilakukan perusahaan terhadap buruh yang bekerja disana. Aksi tersebut dilakukan oleh 644
buruh dalam kurun waktu 15 hari.

Dalam artikel tersebut terdapat beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh Perusahaan kepada
karyawan terutama terkait hak daripada karawan tersebut, yaitu antara lain meliputi :

1. Penurunan Upah

Sebagaimana yang diatur dalam   PP No. 78/2015 tentang Pengupahan dijelaskan bahwa upah
minimum adalah upah yang didesain untuk pekerja lajang (Pasal 43) dan upah bagi pekerja
dengan masa kerja lebih dari satu tahun atau lebih dirundingkan secara bipartit (Pasal 42).
Penetapan besarnya upah berpedoman pada struktur dan skala upah dengan memperhatikan
golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan, dan kompetensi (Pasal 14). Yang terjadi di PT
AFI adalah para karyawan kehilangan penghasilan mereka yang terus mengalami penurunan
dengan kisaran Rp280-300 ribu dari UMK, Mereka tidak menuntut upah sebesar Rp.11 juta
maupun Rp. 8 juta sebagaimana yang selama ini dinyatakan oleh pihak pengusaha. Justru
kami terus-menerus menurunkan nilai tuntutan dan terakhir hanya berakhir di formula dengan
catatan selisih upah kembali mencapai jumlah sebelum terjadinya penurunan upah akibat
perubahan KBLI. Kami berharap agar mendapatkan tambahan upah sebesar Rp280-300 ribu
dari UMK. Penurunan Upah yang dilakukan oleh PT AFI dengan teori hak karyawan
(hak mendapat upah yang layak) tentu menurut kami adalah sebuah pelanggaran
karena tidak ada keseimbangan antara hak dan kewajiban di sebuah organisasi
tersebut, dimana karyawan yang sudah menjalakan kewajibannya kepada perusahaan
tetapi tidak mendaptkan yang menjadi haknya.

2. Pekerja sulit Mengambil Cuti


3. Bonus Dibayarkan dengan Cek Kosong

Kemudian terkait dengan “Pekerja yang sulit mengambil cuti dan Bonus yang dibayarkan
dengan Cek Kosong, menurut pandangan kami terkait dengan sulitnya mengambil cuti,
pertama tentu hal tersebut merupakan perampasan terhadap hak karyawan, apalagi mayoritas
karyawan di PT AFI adalah perempuan, tentu mereka mempunyai hak khusus yaitu mendapat
cuti haid dan cuti nifas setelah melahirkan. Yang terjadi justru bertolak belakang Cuti haid
nyaris tidak dapat diambil sama sekali, bahkan dianggap penyakit karena pekerja harus
mendapatkan izin dari dokter klinik perusahaan untuk mendapatkan cuti haid dan dokter
klinik biasanya tidak memberikan cuti haid, tetapi hanya obat penghilang rasa sakit. Ketika
Para pekerja tidak mendapatkan hak untuk cuti seperti cuti Haid dan Nifas menurut
kami hal tersebut adalah bagian dari perbudakan dan eksploitasi terhadap pekerja
perempuan.faktanya ada temuan baru ter jadi 20 kasus kematian bayi maupun
keguguran total 359 buruh perempuan sejak tahun lalu.Hal tersebut sebagai
salah satu dampak dari pengabaian terhadap UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003
Pasal 79 mengenai waktu kerja, yaitu: “ Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan
cuti kepada pekerja/buruh. Waktu istirahat dan cuti sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) meliputi:

Istirahat antara jam kerja, sekurang kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat)
jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja;

Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 2 (dua)
hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu;

Cuti tahunan, sekurang kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja/buruh yang
bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus; dan

Istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan
kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan bagi pekerja/buruh yang telah bekerja selama 6
(enam) tahun secara terus menerus pada perusahaan yang sama dengan ketentuan
pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun
berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun.

Pelaksanaan waktu istirahat tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf c diatur
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.

Belum ditetapkannya UU cipta kerja “Omnimbus law” saja sudah ada perusahaan
yang bertindak sebejat ini kepada karyawannya terutama berusaha menempatkan
perempuan di pusat eksploitasi dan perbudakan.
Selanjutnya terkait dengan “Bonus Dibayarkan dengan Cek Kosong” Pandangan kami
terkait hal tersebut bisa dikategorikan sebagai tindakan penipuan yang dilakukan oleh
perusahaan kepda karyawannya sebagaimana di jelaskan dalam artikel bahwa PT Alpen
Food Industry mengaku tidak mampu untuk membayar kontan, sehingga buruh setuju
menerima pembayaran cek mundur yang bisa dicairkan setelah satu tahun, namun saat
hendak dicairkan pada 5 Januari 2020, cek tersebut ternyata kosong dan tidak bisa dicairkan.
Sejatinya Bonus/ intensif bagi buruh sangat penting karena dapat memicu produktivitas kerja.
Biasanya bobot penilaian dihitung dari kehadiran kerja tahun sebelumnya, sehingga pekerja
akan terpacu untuk memperbaiki absen agar menjadi lebih baik dan produktif. Di sisi lain,
pekerja yang memiliki jabatan merasakan kenaikan upah yang besar sehingga alih-alih
memperbaiki kinerja, pekerja lebih cenderung mengejar posisi.

Anda mungkin juga menyukai