Ketahui
oleh Made Ari Yuliati
Sebagai karyawan, Anda tentu tidak asing dengan istilah cuti. Namun, tahukah Anda hak cuti
apa saja yang Anda peroleh sebagai karyawan?
Jika Anda belum tahu semua, jangan khawatir. Hak cuti karyawan telah diatur dalam UU Nomor
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Dari pemahaman saya mengenai undang-undang tersebut, ada tujuh hak cuti yang wajib Anda
ketahui dan peroleh.
Setiap tenaga kerja berhak memperoleh 1 hari cuti dalam sebulan atau 12 hari dalam setahun.
Jenis cuti karyawan ini disebut cuti tahunan yang diatur dalam pasal 79 dan 84 UUK Nomor 13
Tahun 2003.
Anda memperoleh sekurang-kurangnya 12 hari cuti tahunan jika Anda telah bekerja minimal 1
tahun atau 12 bulan secara terus-menerus di perusahaan.
Namun, ada pula perusahaan yang memberi hak cuti tahunan kepada karyawan walaupun masa
kerjanya belum 12 bulan.
Adalah wewenang setiap perusahaan untuk mengatur hak cuti tahunan karyawan lebih lanjut
dalam peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama dan kesepakatan antara pengusaha dan
karyawan.
Apabila Anda memiliki sisa cuti beberapa hari di akhir tahun, apakah bisa
diakumulasikan ke tahun berikutnya?
Perusahaan memiliki aturan masing-masing tentang perhitungan hak cuti tahunan untuk
karyawannya. Hal ini diatur dalam peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
Ada perusahaan yang menambahkan sisa cuti tahun lalu dengan tahun ini, ada juga yang
menghanguskan sisa jatah cuti.
Selain itu, ada pula perusahaan yang memberikan kompensasi sejumlah uang sesuai dengan sisa
cuti karyawannya. Akan lebih baik jika Anda bertanya kepada bagian SDM di perusahaan Anda
tentang perhitungan hak cuti karyawan.
Apabila sakit, Anda berhak mendapatkan cuti. Sakit yang dimaksud di sini adalah sakit menurut
keterangan dokter. Jadi, Anda juga harus menyertakan surat keterangan dokter apabila hendak
memperoleh cuti sakit.
Selain itu, jika Anda adalah karyawan perempuan, Anda memperoleh hak cuti sakit apabila Anda
sedang menstruasi. Hak cuti menstruasi ini pun telah tercantum dalam Undang-undang
Ketenagakerjaan.
Jika Anda sakit baik itu karena menderita sebuah penyakit atau kecelakaan di luar kantor atau
saat Anda bekerja, Anda berhak mengajukan surat permohonan cuti sakit yang disertai dengan
surat keterangan dokter.
Lama masa cuti sakit disesuaikan dengan waktu istirahat yang disarankan oleh dokter dalam
surat keterangan tersebut.
Di dalam pasal 81 ayat (1) tertulis jelas bahwa karyawan perempuan yang dalam masa haid
merasakan sakit dan memberitahukan kepada pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari pertama
dan kedua pada waktu haid.
Namun, pelaksanaannya tetap diatur lebih lanjut dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan,
atau perjanjian kerja bersama.
Keterkaitan antara cuti sakit dan cuti tahunan seharusnya diatur secara jelas oleh perusahaan.
Apabila Anda ingin tahu apakah cuti sakit berpengaruh terhadap cuti tahunan, Anda dapat
melihat kembali peraturan perusahaan, perjanjian kerja atau surat kesepakatan bersama yang
telah Anda miliki.
Pada dasarnya, hal ini kembali pada kesepakatan antara perusahaan dengan karyawan untuk
memberlakukan cuti sakit ke dalam cuti tahunan atau tidak.
Karyawan perempuan berhak mendapatkan cuti bersalin atau melahirkan. Cuti ini diambil
sebelum, saat dan setelah melahirkan.
Hak cuti melahirkan diberikan agar karyawan perempuan agar dapat mempersiapkan diri
sebelum proses melahirkan dan dapat merawat anak dengan baik setelah melahirkan.
Selanjutnya, pada ayat (2) disebutkan Pekerja/buruh perempuan yang mengalami keguguran
kandungan berhak memperoleh istirahat 1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat
keterangan dokter kandungan atau bidan.
Cuti hamil merupakan perlindungan bagi karyawan perempuan sedangkan cuti tahunan adalah
hak bagi karyawan laki-laki dan perempuan.
Cuti tahunan dan cuti melahirkan adalah 2 hak yang seharusnya diperoleh karyawan perempuan.
Apabila Anda telah mengambil cuti tahunan, Anda pun tetap dapat mengambil cuti melahirkan.
Jadi, cuti tahunan seharusnya tidak mengurangi jatah cuti melahirkan.
DAFTAR PUSTAKA