Anda di halaman 1dari 19

Cuti Karyawan

Perusahaan Swasta
Cuti karyawan swasta berdasarkan UU Cipta
Kerja Nomor 11 Tahun 2020 atau Omnibus Law
Dengan hadirnya UU Cipta Kerja, terdapat beberapa
perubahan terkait aturan hak cuti karyawan. UU Nomor
11 Tahun 2020 ini merevisi Pasal 79 pada UU
Ketenagakerjaan sebelumnya.

Pada Pasal 79 UU Cipta Kerja tersebut, perusahaan wajib


memberikan waktu istirahat serta cuti di mana penjelasan
lengkapnya sebagai berikut:
1. Istirahat saat jam kerja paling sedikit selama setengah
jam, setelah bekerja 4 jam terus-menerus di mana
waktu istirahat tidak termasuk jam kerja.
2. Istirahat mingguan satu hari untuk 6 hari kerja dalam
satu minggu. Sedangkan cuti yang wajib diberikan
pada karyawan adalah cuti tahunan paling sedikit 12
hari kerja setelah karyawan bekerja selama 1 tahun
penuh.
Cuti Karyawan Swasta/Non
Pemerintahan
1. Cuti tahunan/Annual leave
2. Cuti besar
3. Cuti bersama
4. Cuti hamil
5. Cuti sakit
6. Cuti haid
7. Cuti ayah/Paternal leave
8. Cuti haji atau umrah
9. Cuti karena alasan penting
1. Cuti Tahunan
Karyawan berhak mendapat cuti tahunan setelah masa kerjanya lebih dari 1
tahun. Jumlah cuti tahunan yang diberikan adalah 12 hari kerja. Untuk
penerapannya sendiri diatur melalui perjanjian kerja serta aturan perusahaan
terkait. Cuti tahunan tidak boleh dikurangi dengan cuti lain, kecuali kalau
memang karyawan memilih untuk meminta libur. Untuk aturan cuti tahunan
juga tidak bisa diganti uang.
2. Cuti Besar
Cuti besar atau yang sering disebut juga istirahat panjang diperuntukkan
bagi karyawan yang loyal di mana karyawan tersebut telah bekerja selama
6 tahun di perusahaan yang sama.

Cuti besar ini sebaiknya diatur jauh-jauh hari, karena jangka waktunya
cukup panjang yaitu 1 (satu) bulan dan tentunya perlu memperhatikan
pekerjaan yang akan ditinggalkan.
3. Cuti Bersama
Cuti bersama waktunya telah diatur oleh pemerintah dan biasanya jatuh
pada hari yang kurang efektif. Seperti hari di antara libur, akhir pekan, hari
raya besar keagamaan atau peringatan hari besar nasional. Menurut aturan,
jika karyawan mengambil libur pada hari cuti bersama, maka cuti
tahunannya akan berkurang.
4. Cuti Hamil
Pasal 82 ayat 1 dan ayat 2 :
Ayat 1: Dijelaskan bahwa karyawan perempuan yang hamil mempunyai
hak untuk istirahat dalam waktu 1,5 bulan. Setelah itu, pascapersalinan
karyawan perempuan memperoleh jatah cuti 1,5 bulan.
4. Cuti Hamil

Ayat 2: Jika karyawan perempuan ternyata keguguran pada kandungannya,


itu juga juga mendapat cuti. Waktu istirahatnya adalah selama 1,5 bulan.
5. Cuti Sakit

Izin sakit dapat diberikan bagi karyawan yang kondisinya tidak


memungkinkan untuk melakukan pekerjaan. Mereka memerlukan waktu
istirahat sesuai dengan jumlah hari yang disarankan oleh dokter.
6. Cuti Haid

Cuti haid dapat diberikan bagi karyawan perempuan yang mengalami


sakit pada saat siklus awal menstruasi di mulai. Karena umumnya gejala
sakit timbul di dua hari pertama, perempuan bisa mendapatkan jumlah
hak cuti sebanyak 2 hari.
6. Cuti Haid

Hal ini juga sudah diatur di dalam UU Ketenagakerjaan Pasal 81 di mana


isinya berbunyi:
• Pekerja/buruh perempuan yang dalam masa haid merasakan sakit dan
memberitahukan kepada pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari
pertama dan kedua pada waktu haid.
7. Cuti Ayah
Dalam pasal 93 ayat 4e, disebutkan “Upah yang dibayarkan kepada
pekerja/buruh yang tidak masuk bekerja karena istri melahirkan atau
keguguran kandungan, dibayar untuk selama 2 hari.” Masing-masing
karyawan laki-laki memiliki hak cuti ketika istrinya melahirkan, yaitu dua
hari tanpa harus terkena pemotongan gaji.
8. Cuti Haji/Umrah
Diberikan khusus bagi yang beragama islam yang akan menunaikan
ibadah haji atau umrah. Hak cuti ini diberikan maksimal sebanyak 50 hari
atau menurut kesepakatan antara persahaan dan karyawan.

Peraturan terkait cuti ini terdapat pada UU Ketenagakerjaan Pasal 93 ayat


(2) di mana perusahaan wajib membayar upah karyawan secara penuh
ketika ia menjalankan ibadah haji atau umrah.
9. Cuti Alasan Penting
Berdasarkan Pasal 93 Ayat (2) dan (4) disebutkan bahwa bahwa hak cuti
dengan alasan penting memiliki ketentuan sebagai berikut:
• Karyawan menikah: 3 hari
• Menikahkan anaknya: 2 hari
• Mengkhitankan anaknya: 2 hari
• Membaptis anak: 2 hari
• Isteri melahirkan atau keguguran kandungan: 2 hari
• Suami/isteri, orang tua/mertua atau anak atau menantu meninggal
dunia: 2 hari
• Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia: 1 hari
Sanksi Perusahaan Jika Melanggar Aturan
Cuti
Peraturan cuti yang sudah diatur dalam UU Ketenagakerjaan
harus dipatuhi oleh semua perusahaan. Namun, bagaimana
jika perusahaan ada yang melanggar aturan tersebut?

Jika melanggar, perusahaan dapat terkena sanksi di mana hal


tersebut masuk dalam tindak pidana.
Sanksi Perusahaan Jika Melanggar Aturan
Cuti
Misalnya, jika perusahaan memberikan jatah libur
karyawan kurang dari 12 hari dalam setahun. Sanksi yang
dapat diberikan berupa kurungan penjara antara satu bulan
atau paling lama satu tahun. Disertai juga denda
setidaknya Rp10 juta atau maksimal Rp100 juta.
Perusahaan juga wajib memberikan gaji untuk karyawan
yang libur atau izin. Jika tidak, siap-siap terkena sanksi
pidana berupa penjara paling sedikit satu bulan dan paling
lama 4 tahun dengan denda antara Rp10 juta dan
maksimal Rp400 juta.

Anda mungkin juga menyukai