Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA
PANCASILA SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN ILMU

Dosen Pengampu: Selvi Harvia Santri, S.H., M.H.

Kelompok 3
1. Bintang Primamuti 213210198
2. Irgi Ramadhanu 213210751
3. Laras Amalia 213210472
4. Mahardika Pandurisi 213210625
5. Muhammad Saddam 213210135
6. Reyhan Rafsanjani 213210135
7. Tania Stephanie 213210408

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami ucapkan ke hadirat Allah S.W.T., karena


telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya. Salawat serta salam kepada junjungan Nabi
Besar Muhammad SAW., serta sahabat dan keluarganya, dan sampai kepada kita
semua yang masih konsekuen terhadap ajaran yang ditinggalkan oleh Beliau.
Ucapan terima kasih juga tersampaikan kepada Dosen mata kuliah
Pancasila, serta teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-
idenya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dalam rangka
melengkapi tugas dari mata kuliah Pancasila materi "Pancasila Sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu".
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Pekanbaru, 06 Desember 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 1
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1 Pengertian Ilmu .................................................................................... 3
2.2 Pengertian Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu .......... 3
2.3 Urgensi Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu ............... 4
2.4 Alasan Diperlukannya Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan
Ilmu ..................................................................................................... 5
2.5 Peran Nilai-Nilai dalam setiap Sila Pancasila ...................................... 6
2.6 Fenomena yang Muncul beserta Solusi ................................................ 7
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 11
3.2 Saran ................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak dulu, Ilmu Pengetahuan mempunyai posisi penting dalam aktivotas
berpikir manusia. Istilah Ilmu Pengetahuan terdiri dari dua gabungan kata berbeda
makna, Ilmu dan Pengetahuan. Segala sesuatu yang kita ketahui merupakan definisi
pengetahuan, sedangkan Ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang
disusun secara sistematis menurut metode tertentu. Sikap kritis dan cerdas manusia
dalam menganggapi berbagai peristiwa di sekitarnya, berbanding lurus dengan
perkembangan pesat ilmu pengetahuan. Namun, dalam perkembangannya, timbul
gejala dehumanisasi atau penurunan derajat manusia. Hal ini disebabkan karena
produk yang dihasilkan oleh manusia, baik itu suatu teori maupun materi menjadi
lebih bernilai ketimbang penggagasnya.
Peran Pancasila harus diperkuat agar bangsa Indonesia tidak terjerumus
pada pengembangan ilmu pengetahuan yang saat ini menjadi jauh dari nilai-nilai
kemanusiaan. Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu pernah
dikemukakan oleh Prof. Notonagoro, yang menyatakan bahwa Pancasila
merupakan pegangan dan pedoman dalam usaha ilmu pengetahuan untuk
dipergunakan sebagai asas dan pendirian hidup, sebagai suatu pangkal sudut
pandangan dari subjek ilmu pengetahuan dan juga menjadi objek ilmu pengetahuan
atau hal yang diselidiki.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, didapatkan rumusan masalah sebagai
berikut.
1. Bagaimana pengertian ilmu?
2. Bagaimana urgensi pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu?
3. Bagaimana alasan diperlukannya pancasila sebagai dasar pengembangan
ilmu?
4. Bagaimana fenomena yang muncul dan solusinya?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah, didapatkan tujuan penulisan sebagai berikut.
1. Mengetahui apa pengertian ilmu.
2. Mengetahui urgensi Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu.
3. Mengetahui alasan diperlukannya Pancasila sebagai dasr pengembangan
ilmu.
4. Mengetahui fenomena dan solusi yang muncul.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu


Sejak dulu, Ilmu Pengetahuan mempunyai posisi penting dalam aktivotas
berpikir manusia. Istilah Ilmu Pengetahuan terdiri dari dua gabungan kata berbeda
makna, Ilmu dan Pengetahuan. Segala sesuatu yang kita ketahui merupakan definisi
pengetahuan, sedangkan Ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang
disusun secara sistematis menurut metode tertentu. Sikap kritis dan cerdas manusia
dalam menganggapi berbagai peristiwa di sekitarnya, berbanding lurus dengan
perkembangan pesat ilmu pengetahuan. Namun, dalam perkembangannya, timbul
gejala dehumanisasi atau penurunan derajat manusia. Hal ini disebabkan karena
produk yang dihasilkan oleh manusia, baik itu suatu teori maupun materi menjadi
lebih bernilai ketimbang penggagasnya.
Ilmu pengetahuan adalah suatu kesatuan fenomena yang diketahui dan
dipahami secara logis, rasional, objektif, dan induktif-empiris dalam pikiran
manusia. Ketika ilmu pengetahuan itu diterapkan dan diwujudkan secara konkrit
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, maka ilmu tersebut dapat disebut
sebagai teknologi. Suatu pengetahuan dapat disebut ilmu jika pengetahuan dan cara
kerjanya memenuhi norma-norma ilmiah. Norma-norma ilmiah tersebut adalah (1)
mempunyai dasar kebenaran; (2) bersifat sistematik; (3) bersifat intersubyektif.

2.2 Pengertian Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu


Pancasila sebagai ideologi negara merupakan kristalisasi nilai-nilai budaya
dan agama dari bangsa Indonesia. Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia
mengakomodir seluruh aktivitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, dan juga aktivitas ilmiah. Oleh karena itu, perumusan Pancasila sebagai
paradigma ilmu merupakan sesuatu yang bersifat niscaya. Pengembangan ilmu
yang terlepas dari ideologi bangsa dapat mengakibatkan sekularisme, seperti yang
terjadi di pada zaman Renaissance di Eropa.

3
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu memiliki beberapa
pengertian dari beberapa jenis pemahaman.
1. Bahwa setiap ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang
dikembangkan di Indonesia haruslah tidak bertentangan dengan nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila.
2. Bahwa setiap iptek yang dikembangkan di Indonesia harus menyertakan
nilai-nilai Pancasila sebagai faktor internal pengembangan iptek itu
sendiri.
3. Bahwa nilai-nilai Pancasila berperan sebagai rambu normative bagi
pengembangan iptek di Indonesia, artinya mampu mengendalikan iptek
agar tidak keluar dari cara berpikir dan cara bertindak bangsa Indonesia.
4. Bahwa setiap pengembangan iptek harus berakar dari budaya dan
ideologi bangsa Indonesia sendiri atau lebih yang lebih dikenal dengan
istilah indegenisasi ilmu (mempribumian ilmu).

2.3 Urgensi Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu


Pengembangan IPTEK tidak dapat terlepas dari situasi yang melingkupinya,
artinya IPTEK selalu berkembang dalam suatu ruang budaya. Perkembangan
IPTEK bersentuhan dengan nilai-nilai budaya dan agama, sehingga dalam
pengembangannya diperlukan semangat objektivitas dan mempertimbangkan nilai-
nilai budaya dan agama agar tidak merugikan manusia. Kuntowijoyo menyatakan
bahwa kebanyakan orang sering mencampuradukkan antara kebenaran dan
kemajuan sehingga pandangan seseorang tentang kebenaran terpengaruh oleh
kemajuan yang dilihatnya.
Kuntowijoyo menegaskan bahwa kebenaran itu bersifat non-cumulative
(tidak bertambah) karena kebenaran itu tidak makin berkembang dari waktu ke
waktu. Adapun kemajuan itu bersifat cumulative (bertambah), artinya kemajuan itu
selalu berkembang dari waktu ke waktu. Agama, filsafat, dan kesenian termasuk
dalam kategori non-cumulative, sedangkan fisika, teknologi, kedokteran termasuk
dalam kategori cumulative (Kuntowijoyo, 2006: 4). Oleh karena itu, relasi IPTEK
dan budaya merupakan persoalan yang seringkali mengundang perdebatan.

4
Relasi antara iptek dan nilai budaya, serta agama dapat ditandai dengan
beberapa kemungkinan sebagai berikut. Pertama, iptek yang gayut dengan nilai
budaya dan agama sehingga pengembangan iptek harus senantiasa didasarkan atas
sikap human-religius. Kedua, iptek yang lepas sama sekali dari norma budaya dan
agama sehingga terjadi sekularisasi yang berakibat pada kemajuan iptek tanpa
dikawal dan diwarnai nilai human-religius. Hal ini terjadi karena sekelompok
ilmuwan yang meyakini bahwa iptek memiliki hukumhukum sendiri yang lepas dan
tidak perlu diintervensi nilai-nilai dari luar. Ketiga, iptek yang menempatkan nilai
agama dan budaya sebagai mitra dialog di saat diperlukan. Dalam hal ini, ada
sebagian ilmuwan yang beranggapan bahwa iptek memang memiliki hukum
tersendiri (faktor internal), tetapi di pihak lain diperlukan factor eksternal
(budaya,ideologi dan agama) untuk bertukar pikiran,meskipun tidak dalam arti
saling bergantung secara ketat.

2.4 Alasan Diperlukannya Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan


Ilmu
Alasan Pancasila diperlukan sebagai dasar nilai pengembangan iptek dalam
kehidupan bangsa Indonesia meliputi hal-hal sebagai berikut. Pertama, kerusakan
lingkungan akibat iptek, baik dengan dalih percepatan pembangunan daerah
tertinggal maupun upaya peningkatan kesejahteraan rakyat, perlu mendapat
perhatian serius. Penggalian batu bara, minyak, bijih besi, emas dan tambang
lainnya di Kalimantan, Sumatera, Papua dan lain-lain dengan menggunakan
teknologi canggih mempercepat kerusakan lingkungan. Jika hal ini dibiarkan
berlarut-larut, maka generasi mendatang akan menghadapi resiko kehidupan yang
rawan bencana karena kerusakan lingkungan dapat memicu bencana, seperti tanah
longsor, banjir, pencemaran akibat sampah, dan sebagainya.
Kedua, penjabaran sila-sila Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan
iptek dapat menjadi sarana untuk mengontrol dan mengendalikan kemajuan iptek
yang berdampak pada cara berpikir dan bertindak masyarakat yang cenderung
pragmatis. Artinya, pemanfaatan benda-benda teknologi dalam kehidupan
masyarakat Indonesia saat ini telah menggantikan peran nilai-nilai luhur yang

5
diyakini mampu menciptakan kepribadian manusia Indonesia yang berwatak sosial,
humanis, dan religius. Selain itu, karakteristik tersebut kini mulai terkikis dan
digantikan oleh kecenderungan individualistis, dehumanis, pragmatis, bahkan
sekuler.
Ketiga, nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi simbol kehidupan di berbagai
daerah mulai tergantikan oleh gaya hidup global, seperti: budaya gotong royong
digantikan oleh individualis yang tidak patuh membayar pajak dan hanya menjadi
bebas. pengendara di negeri ini, sikap sederhana digantikan oleh gaya hidup
mewah-kemewahan, konsumerisme; solidaritas sosial digantikan oleh semangat
individualistis; musyawarah untuk mufakat diganti dengan pemungutan suara, dan
seterusnya.

2.5 Peran Nilai-Nilai dalam setiap Sila Pancasila


Berdasarkan pengertian dari Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan
ilmu, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak boleh bertentangan
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Pengembangan ini harus selalu
senantiasa berorientasi pada nilai-nilai dalam setiap sila Pancasila. Peran-peran
setiap sila tersebut adalah:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa: melengkapi ilmu pengetahuan
menciptakan keseimbangan antara yang rasional dan irasional. Sila
ini menempatkan manusia dalam alam sebagai bagiannya dan bukan
pusatnya, yang sistematik dari alam semesta yang diolahnya.
Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu dalam mengamalkan
komitmen Ketuhanan ini, harus didudukan secara proporsional,
bahwa ia bukanlah agam yang bepretensi mengatur sistem
keyakinan, sistem peribadatan, sistem norma, dan identitas
keagamaan dalam ranah privat dan ranah komunitas agama masing-
masing.
2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab: memberi arah dan
mengendalikan ilmu pengetahuan, memberikan dasar-dasar
moralitas manusia dalam mengembangkan iptek haruslah secara

6
beradab, dan ilmu pengetahuan harus diabadikan untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia.
3. Sila Persatuan Indonesia: ilmu pengetahuan harus dapat
dikembangkan untuk memperkuat rasa persatuan dan kesatuan
bangsa. Pengembangan ilmu pengetahuan hendaknya diaragkan
demi kesejahteraan umum manusia, termasuk di dalamnya
kesejahteraan bangsa Indonesia dan rasa nasionalismenya.
4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
dalam permusyawaratn/perwakilan: ilmu pengetahuan yang telah
teruji kebenarannya harus dapat dipersembahkan untuk kepentingan
masyarakat. Nilai kerakyatan juga mensyaratkan adanya wawasan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendalam yang mengatasi
ruang dan waktu tentang materia yang dimusyawarahkan.
5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia:
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus menjadi
keseimbangan dan keadilan dalan hubungan antara manusia dan
sesamanya, manusia dengan penciptanya, dan manusia dengan
lingkungan di mana mereka berada. Pengembangan ilmu
pengetahuan yang berkeadilanharus dapat teraktualisasi dalam
pengelolaan kekayaan alam sebagai milik bersama bangsa Indonesia
untuk kemakmuran rakyat.

2.6 Fenomena yang Muncul dan Solusinya


1. Serangan Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki
Kehadiran ilmu pengetahuan dan teknologi ibarat pisau bermata
dua, di satu sisi iptek memberikan kemudahan untuk memecahkan berbagai
persoalan hidup dan kehidupan yang dihadapi, tetapi di pihak lain dapat
membunuh, bahkan memusnahkan peradaban umat manusia. Contoh yang
pernah terjadi adalah ketika bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan
Nagasaki dalam Perang Dunia Kedua. Dampaknya tidak hanya dirasakan
warga Jepang pada waktu itu, tetapi menimbulkan traumatik yang

7
berkepanjangan pada generasi berikut, bahkan menyentuh nilai
kemanusiaan secara universal. Nilai kemanusiaan bukan milik individu atau
sekelompok orang atau bangsa semata, tetapi milik bersama umat manusia.
Dampak dari bom di kota Hiroshima menimbulkan korban dan
kesengsaraan.
Pancasila sebagai pengembang ilmu adalah sebuah pemikiran dan
dasar pandangan, bahwa pancasila sistem negara, yang bisa sebagai
pegangan, tuntunan, aturan, dalam mencari pengetahuan atau
mengembangkan suatu pengetahuan. Pentingnya pancasila sebagai dasar
nilai pengembang ilmu:
1. Mencegah warga agar tidak terjerumus pada nilai tertentu, yang
bisa menghilangkan kepribadian bangsa. Semisal westernisasi
yang berkembang pesat di Indonesia, budaya barat yang masuk,
merubah sikap dan perilaku beberapa warga, sehingga
meninggalkan budaya dan nilai kepribadian bangsa, maka itu
perlunya pancasila agar tidak hilangnya kepribadian bangsa.
2. Tuntunan IPTEK yang dapat menghilangkan eksitensi mahkluk
hidup masa yang akan datang. Pancasila mencegahnya agar
Indonesia, memiliki moral untuk ilmuwan dalam pengembangan
IPTEK.
3. Globalisasi, IPTEK, Politik barat sangat dapat merubah Indonesia,
maka perlu Pancasila sebagai dasar pengembang ilmu agar tidak
hilang kepribadian bangsa Indonesia, seperti gotong royong,
solidaritas, musyawarah.

2. Sejarah Lahirnya Pancasila


Dalam perjalanannya, sejarah konseptualisi Pancasila melintasi
rangkaian panjang, mulai dari fase “pembibitan”, fase “perumusan”, dan
fase “pengesahan”. Fase “pembibitan” setidaknya dimulai pada 1920-an
dalam bentuk rintisan-rintisan gagasan untuk mencari sintesis antarideologi

8
dan gerakan seiring dengan proses “penemuan” Indonesia sebagai kode
kebangsaan bersama (civic nationalism).
Fase “perumusan” dimulai pada masa persidangan pertama Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK), 29 Mei-1 Juni 1945,
dengan Pidato Soekarno (1 Juni) sebagai mahkotanya yang memunculkan
istilah Panca Sila. Rumusan Pancasila dari Pidato Soekarno itu lantas
digodok dalam pertemuan Chuo Sangi In yang membentuk “Panitia
Sembilan”, yang melahirkan rumusan baru Pancasila dalam versi Piagam
Jakarta, pada 22 Juni.
Fase “pengesahan” dimulai pada 18 Agustus 1945 dalam sidang
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang melahirkan
rumusan final, yang mengikat secara konstitusional dalam kehidupan
bernegara. Sejak tanggal 18 Agustus 1945, Pancasila telah menjadi dasar
falsafah negara (Philosophische Gronslag), ideologi negara dan pandangan
hidup (Weltanschauung) 1 Istilah “Leitstar” yang digunakan oleh Soekarno
berasal dari bahasa Jerman yang berarti “guiding star” (bintang pimpinan).
Istilah-istilah tersebut bisa dimaknai dengan merujuk pada pidato Bung
Karno pada 1 Juni 1945. Dalam pidato tersebut, ia menyebut istilah
“Philosfische Gronslag” sebanyak 4 kali plus 1 kali menggunakan istilah
“filosifische principe”; sedangkan istilah “Weltanschauung” ia sebut
sebanyak 31 kali. Tentang istilah “Philosophische Grondslag”, ia
definisikan sebagai “Fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya,
jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung
Indonesia Merdeka.” Frase “untuk diatasnya didirikan gedung Indonesia
Merdeka” menjelaskan bahwa Pancasila sebagai Philosophische Grondlag
merupakan padanan dari istilah “Dasar Negara”. Alhasil, pengertian
Pancasila sebagai “dasar negara” tak lain adalah Pancasila sebagai “dasar
filsafat/falsafah negara”.
Tentang istilah Weltanschauung, ia tidak memberikan definisinya
secara eksplisit; namun tersirat dari contoh-contoh yang ia berikan, antara
lain, sebagai berikut:

9
1. Hitler mendirikan Jermania di atas “national-sozialistische
Weltanschauung”;
2. Lenin mendirikan negara Sovyet di atas “Marxistische,
Historisch Materialistiche Weltanschaaung”;
3. Nippon mendirikan negara di atas “Tenno Koodo Seisin”;
4. Saudi Arabia, Ibn Saud, mendirikan negara di atas satu
“Weltanschauung”, bahkan di atas dasar agama, yaitu Islam;
5. Sun Yat Sen mendirikan negara Tiongkok merdeka di atas
“Weltanschauung” San Min Chu I, yaitu Mintsu, Minchuan,
Minshen: Nasionalisme, Demokrasi, Sosialisme.
Dengan demikian, pengertian Bung Karno tentang Weltanschauung itu
dekat dengan ideologi. Dengan kata lain, Pancasila sebagai pandangan
hidup/pandangan dunia (Weltanschauung) bangsa Indonesia hendak
dijadikan sebagai ideologi negara.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu pengetahuan sangat
penting untuk disebarluaskan kepada seluruh masyarakat. Pengamalan Pancasila
sebagai dasar nilai pengembangan ilmu tersebut dapat diwujudkan melalui mata
kuliah pendidikan Pancasila di perguruan tinggi. Jika pemahaman terhadap
Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu ini memudar, maka etika dan norma
dalam perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia pun akan memudar. Oleh
karena itu, penting bahwa pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia
didasarkan pada Pancasila.
Kita sebagai warga negara yang baik harus memahami dan juga berusaha
mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi di era
globalisasi ini, dimana banyak budaya yang masuk ke Indonesia dengan bebas.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat penting bagi suatu negara,
namun alangkah baiknya lebih selektif dan disesuaikan dengan dasar Pancasila.

3.2 Saran
Saran penulis bagi pembaca adalah menjadikan Pancasila sebagai dasar
perkembangan ilmu pengetahuan era sekarang, sehingga sesuai dengan norma dan
etika yang terkandung dalam pancasila. Dalam makalah ini masih terdapat
kesalahan, maka dari itu kami mengharapkan kritik yang membangun dari para
pembaca untuk perbaikan makalah selanjutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Amran, Ali. 2017. Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi. Depok: PT. Raja
Grafindo.

Syarbaini, Syahrial. 2012. Pendidikan Pancasila (Implementasi Nilai – Nilai


Karakter Bangsa) Di Perguruan Tinggi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Winarno, 2016. Paradigma Baru Pendidikan Pancasila. Jakarta: Bumi Aksara.

Yanzi, Hermi., dkk. 2019. Urgensi Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Dasar


Pengembangan IPTEK Untuk Merespon Revolusi Industri 4.0. Lampung:
Universitas Lampung.

12

Anda mungkin juga menyukai