Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“Pancasila Sebegai Paradigma Pembangunan”

Disusun oleh:
1. Muhamad Nabil Gunawan 3312421197
2. Doa Helma Azkiya 3401421002
3. Choirun Nisa 3401421014
4. Septiana Kusumaningtyas 3312421157
5. Nadia Eka Saputri 3401421003
6. Ameilia Sawitri Hartono 6101421018
7. Muhammad Rifqy Setya S 3312421196

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


ANGKATAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahim,

Syukur Alhamdulillah, segala puja dan puji penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, karena hanya berkat rahmat dan karunia-Nya, dan maha suci Engkau yang telah
memberi kemudahan dalam menyusun makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah, “Pendidikan Pancasila” sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan
baik.
Walupun mungkin terdapat kesalahan dan kekurangannya, penulis sebagai
manusia biasa yang tak terlepas dari kesalahan dan kekurangan, sangat
mengharapkan bimbingan dan kritik dari berbagai pihak, dengan harapan penulis
dapat menyempurnakan segala kesalahan dan kekurangan dari makalah ini.
Dan penulis menyampaikan ucapan terima kasih, rasa hormat dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Yang terhormat Dosen Pengampu Mata Kuliah “Pendidikan Pancasila”
Drs. Sugiyarta Stanislaus, M. Si
2. Teman-teman kelas pendidikan pancasila semester 1

Hanya untaian do’a yang dapat kami panjatkan, semoga selalu diberi kesehatan
dan keselamatan dimanapun kaki dipijakkan. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh sekali dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran, sangat
diharapkan. Mudah-mudahan makalah ini mamapu memberi manfaat serta
menunjang ilmu pengetahuan bagi penullis khususnya dan bagi para generasi yang
akan datang. Serta senantiasa mendapat ridho-Nya. Amin.

Semarang, 23 November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................................................................. 2
Daftar Isi............................................................................................................................................................ 3
BAB I Pendahuluan....................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................................................... 5
BAB II Pembahasan....................................................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Paradigma........................................................................................................................... 6
2.2 Pancasila Sebagai Paradigma Pembanguna.................................................................................. 6
2.3 Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Gerakan Revormasi..............................................13
BAB III Penutup................................................................................................................................................ 15
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................................... 15
3.2 Saran................................................................................................................................................................. 15
Daftar Pustaka....................................................................................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia. Ada Beberapa hal yang
perlu masa zaman dahulu terkait sejarah indonesia Sebelum proses dan setelah
perumusan pancasila sebagai dasar negara. Hal Ini berkaitan dengan perjuangan
kerajaan dalam mempertahankan Ekstitensi bangsa indonesia. Adapun kerajaan dan
masa kebangkitan Seperti kerajaan kutai, sriwijaya, majapahit, dan masa kebangkitan
Indonesia. Pancasila juga merupakan sebagai dasar Negara bangsa Indonesia hingga
sekarang telah mengalami perjalanan waktu yang tidak Sebentar, dalam rentang waktu
tersebut banyak hal atau peristiwa yang Terjadi menemani perjalanan Pancasila,
sehingga berdirilah pancasila Seperti sekarang ini didepan semua bangsa Indonesia.
Mulai peristiwa Pertama saat pancasila dicetuskan sudah menuai banyak konflik
diinternal Para pencetusnya hingga sekarang pun di era reformasi dan globalisasi
Pancasila masih hangat diperbincangkan oleh banyak kalangan Berpendidikan terutama
kalangan Politik dan mahasiswa.

Kebanyakan dari para pihak yang memperbincangkan masalah Pancasilaadalah


mengenai awal dicetuskan nya Pancasila tentang sila Pertama. Memang dari sejarah awal
perkembangan bangsa Indonesia dapat Kita lihat bahwa komponen masyarakatnya
terbentuk dari dua kelompok Besar yaitu kelompok agamais dalam hal ini didominasi oleh
kelompok Agama Islam dan yang kedua adalah kelompok Nasionalis. Kedua Kelompok
tersebut berperan besar dalam pembuatan rancangan dasar Negara kita tercinta ini. Maka,
setelah banyak aspek memperbincangkan Pancasila sebagai dasar Negara ini dibuat
sebagai catatan perjalanan Pancasila dari jaman ke jaman, agar kita senantiasa tidak
melupakan sejarah pembentukan Pancasila sebagai dasar Negara, dan juga dapat
digunakan untuk rnenjadi penengah bagi pihak yang sedang berbeda pendapat tentang
dasar Negara supaya ke depan kita tetap seperti semboyan kita yaitu "Bhinneka Tunggal
Ika". Terutama hal tersebut dalam penerapannya dalam kehidupan kita, Termasuk di
lingkungan sekitar kita.

Untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan, seseorang pasti akan melakukan hal yang
paling mendasar untuk mewujudkan cita-citanya. Membuat rancangan serta rincian yang
mendetail tentang apapun yang diperlukan untuk memenuhi itu semua. Sama halnya
dengan sebuah suatu negara yang memiliki cita-cita. Di negara berkembang tentunya
masih banyak cita- cita yang belum bisa diraih. Seperti negara Indonesia. Dalam
mewujudkan cita-cita yangtermaktub dalam pembukaan UUD 1945, Indonesia melakukan
beberapa hal yang bisamembangun negara dan juga bangsanya.

Pembangunan yang dilakukan sebuah negara Indonesia tidak hanya melalui sebuah
rancangan saja, namun juga telah melewati sebuah pemikiran yang serius untuk
tercapainya negara sesuai dengan pancasila sebagai dasar negara. Pembangunan yang
tidak semena-mena inimembutuhkan berbagai macam usaha yang serius. Pembangunan
tidak hanya berupa materi saja, namun ia juga sebuah moral dan spiritual bangsa. Dalam
pembahasan selanjutnya akan dijelaskan mengenai pembangunan nasional dan dalam
bidang bidang tertentu yang menyeluruh.
1.2Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari paradigma?
2. Bagaimana pancasila sebagai paradigma pembangunan?
3. Apa yang dimaksud dengan Pancasila sebagai Paradigma Reformasi?
1.3Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian dari Paradigma
2. Untuk Mengetahui Pancasila sebagai paradigma pembangunan
3. Untuk mengetahui arti Pancasila sebagai paradigma reformasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Pengertian
Paradigma

Istilah “Paradigma” pada awalnya berkembang dalam dunia Ilmu pengetahuan


terutama dalam kaitannya dengan filsafat ilmu Pengetahuan. Secara terminologis tokoh
yang mengembangkan istilah Tersebut dalam dunia ilmu pengetahuan adalah Thomas S.
Khun dalam Bukunya yang berjudul “The Structure of Scientific Revolution” Paradigma
juga merupakan suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoretis yang umum
(merupakan suatu sumber nilai).

Sehingga Merupakan suatu sumber hukum-hukum, metode, seru penerapan dalam Ilmu
pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter Ilmu pengetahuan itu
sendiri. Paradigma itu juga sendiri merupakan Asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi
nilai (merupakan sumber nilai) Sehingga merupakan suatu sumber hukum, metode serta
penerapan dalam Ilmu pengetahuan yang menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu
Pengetahuan sendiri.

Arti paradigma ditinjau dari asal-usul dari beberapa bahasa Diantaranya, menurut
bahasa inggris paradigma berarti keadaan Lingkungan. Sedangkan menurut bahasa
yunani paradigma yakni ‘para’ Yang berarti disamping, disebelah, dan dikenal.
Kemudian menurut Kamus psikologi paradigma diartikan sebagai satu model atau pola
Mendemonstrasikan semua fungsi yang memungkinkan dari apa yang Tersajikan.

Ilmu pengetahuan sifatnya sangat dinamis hal ini disebabkan oleh Semakin
banyaknya hasil-hasil penelitian manusia, sehingga dalam Perkembangannya terdapat
suatu kemungkinan yang sangat besar Ditemukannya kelemahan-kelemahan pada teori
yang telah ada, dan jikalau demikian maka ilmuwan akan kembali pada asumsi-asumsi
dasar serta asumsi teoretis sehingga dengan demikian perkembangan ilmu pengetahuan
kembali meng-kaji paradigma dari ilmu pengetahuan tersebut atau dengan lain perkataan
ilmu pengetahuan harus mengkaji dasar ontologis.

Misalnya dalam ilmu-ilmu sosial manakala suatu teori yang didasarkan pada suatu
hasil penelitian inilah yang mendasarkan pada metode kuantitatif yang mengkaji
manusia dan masyarakat berdasarkan pada sifat-sifat yang parsial, terukur, korelatif
dan positivistik maka temyata hasil dari ilmu pengetahuan tersebut secara
epistemologis hanya mengkaji satu aspek saja dari objek ilmu pengetahuan yaitu
manusia. Oleh karena itu kalangan ilmuwan sosial kembali mengkaji paradigma ilmu
tersebut yaitu manusia. Berdasarkan hakikat-nya manusia dalam kenyataan objektifnya
bersifat ganda bahkan multidimensi.

2.2Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan


Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia. Hakikat
manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia yang
monopluralis tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain :

 susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga


 sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial
 kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan.

Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya meningkatkan


harkat dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga,pribadi, sosial, dan aspek
ketuhanan.
Secara singkat, pembangunan nasional sebagai upaya peningkatan manusia secara totalitas.

Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat manusia


secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dilaksanakan di berbagai bidang yang
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Pembangunan, meliputi bidang politik dan
hukum, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan, IPTEK, dan Kehidupan.
A. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Politik
Manusia Indonesia selaku warga negara harus ditempatkan sebagai subjek atau pelaku
politik bukan sekadar objek politik. Pancasila bertolak dari kodrat manusia maka
pembangunan politik harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sistem
politik Indonesia yang bertolak dari manusia sebagai subjek harus mampu menempatkan
kekuasaan tertinggi pada rakyat.
Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem politik Indonesia yang
sesuai pancasila sebagai paradigma adalah sistem politik demokrasi bukan otoriter
Berdasar hal itu, sistem politik Indonesia harus dikembangkan atas asas kerakyatan (sila
IV Pancasila).

Pengembangan selanjutnya adalah sistem politik didasarkan pada asas-asas moral


daripada sila-sila pada pancasila. Oleh karena itu, secara berturut-turut sistem politik
Indonesia dikembangkan atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan,
moral kerakyatan, dan moral keadilan. Perilaku politik, baik dari warga negara maupun
penyelenggara negara dikembangkan atas dasar moral tersebut sehingga menghasilkan
perilaku politik yang santun dan bermoral.

Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial politik diartikan bahwa Pancasila


bersifat sosial-politik bangsa dalam cita-cita bersama yang ingin diwujudkan dengan
menggunakan nilai- nilai dalam Pancasila. Pemahaman untuk implementasinya dapat
dilihat secara berurutan- terbalik.

Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya, agama,
dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari :

 Mementingkan kepentingan rakyat (demokrasi) bilamana dalam pengambilan


keputusan;
 Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan
konsep mempertahankan persatuan
 Dalam pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan yang
adil dan beradab
 nilai-nilai keadilan sosial, demokrasi, persatuan, dan kemanusiaan
(keadilan- keberadaban) tersebut bersumber pada nilai Ketuhanan
Yang Maha Esa.
Di era globalisasi informasi seperti sekarang ini, implementasi tersebut perlu
direkonstruksi kedalam pewujudan masyarakat-warga (civil society) yang mencakup
masyarakat tradisional (berbagai asal etnik, agama, dan golongan), masyarakat
industrial, dan masyarakat purna industrial. Dengan demikian, nilai-nilai sosial politik
yang dijadikan moral baru masyarakat informasi adalah :

1. nilai toleransi
2. nilai transparansi hukum dan kelembagaan
3. nilai kejujuran dan komitmen (tindakan sesuai dengan kata)
4. bermoral berdasarkan konsensus (Fukuyama dalam Astrid: 2000:3).

B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi


Sesuai dengan paradigma pancasila dalam pembangunan ekonomi maka sistem dan
pembangunan ekonomi berpijak pada nilai moral daripada pancasila. Secara khusus,
sistem ekonomi harus mendasarkan pada dasar moralitas ketuhanan (sila I Pancasila) dan
kemanusiaan ( sila II Pancasila). Sistem ekonomi yang mendasarkan pada moralitas dam
humanistis akan menghasilkan sistem ekonomi yang berperikemanusiaan. Sistem ekonomi
yang menghargai hakikat manusia, baik selaku makhluk individu, sosial, makhluk pribadi
maupun makhluk tuhan.

Sistem ekonomi yang berdasar pancasila berbeda dengan sistem ekonomi liberal yang
hanya menguntungkan individu-individu tanpa perhatian pada manusia lain. Sistem
ekonomi demikian juga berbeda dengan sistem ekonomi dalam sistem sosialis yang tidak
mengakui kepemilikan individu. Pancasila bertolak dari manusia sebagai totalitas dan
manusia sebagai subjek.

Oleh karena itu, sistem ekonomi harus dikembangkan menjadi sistem dan
pembangunan ekonomi yang bertujuan pada kesejahteraan rakyat secara keseluruhan.
Sistem ekonomi yang berdasar pancasila adalah sistem ekonomi kerakyatan yang
berasaskan kekeluargaan. Sistem ekonomi Indonesia juga tidak dapat dipisahkan dari
nilai-nilai moral kemanusiaan.
Pembangunan ekonomi harus mampu menghindarkan diri dari bentuk-bentuk
persaingan bebas, monopoli dan bentuk lainnya yang hanya akan menimbulkan
penindasan, ketidakadilan, penderitaan, dan kesengsaraan warga negara.

Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih mengacu pada Sila


Keempat Pancasila, sementara pengembangan ekonomi lebih mengacu pada
pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia. Dengan demikian subjudul ini menunjuk
pada pembangunan Ekonomi Kerakyatan atau pembangunan Demokrasi Ekonomi
atau pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia atau Sistem Ekonomi Pancasila.

Dalam Ekonomi Kerakyatan, politik/kebijakan ekonomi harus untuk sebesarbesar


kemakmuran/kesejahteraan rakyat – yang harus mampu mewujudkan perekonomian
nasional yang lebih berkeadilan bagi seluruh warga masyarakat (tidak lagi yang seperti
selama Orde Baru yang telah berpihak pada ekonomi besar/konglomerat). Politik
Ekonomi Kerakyatan yang lebih memberikan kesempatan, dukungan, dan pengembangan
ekonomi rakyat yang mencakup koperasi, usaha kecil, dan usaha menengah sebagai pilar
utama pembangunan ekonomi nasional. Oleh sebab itu perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan
ini ialah koperasi.

Ekonomi Kerakyatan akan mampu mengembangkan program-program kongkrit


pemerintah daerah di era otonomi daerah yang lebih mandiri dan lebih mampu
mewujudkan keadilan dan pemerataan pembangunan daerah. Dengan demikian,
Ekonomi Kerakyatan akan mampu memberdayakan daerah/rakyat dalam berekonomi,
sehingga lebih adil, demokratis, transparan, dan partisipatif. Dalam Ekonomi
Kerakyatan, Pemerintah Pusat (Negara) yang demokratis berperanan memaksakan
pematuhan peraturan-peraturan yang bersifat melindungi warga atau meningkatkan
kepastian hukum.
C. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya
Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang pancasila bertolak dari
hakikat dan kedudukan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana tertuang dalam
sila Kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu, pembangunan sosial budaya
harus mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia, yaitu menjadi manusia yang
berbudaya dan beradab. Pembangunan sosial budaya yang menghasilkan manusia-
manusia biadab, kejam, brutal dan bersifat anarkis jelas bertentangan dengan cita-cita
menjadi manusia adil dan beradab. Manusia tidak cukup sebagai manusia secara fisik,
tetapi harus mampu meningkatkan derajat kemanusiaannya. Manusia harus dapat
mengembangkan dirinya dari tingkat homo menjadi human.

Berdasarkan sila persatuan Indonesia, pembangunan sosial budaya dikembangkan


atas dasar penghargaan terhadap nilai sosial dan budaya-budaya yang beragam si seluruh
wilayah Nusantara menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa. Perlu ada
pengakuan dan penghargaan terhadap budaya dan kehidupan sosial berbagai kelompok
bangsa Indonesia sehingga mereka merasa dihargai dan diterima sebagai warga bangsa.
Dengan demikian, pembangunan sosial budaya tidak menciptakan kesenjangan,
kecemburuan, diskriminasi, dan ketidakadilan sosial. Paradigma-baru dalam
pembangunan nasional berupa paradigma pembangunan berkelanjutan, yang dalam
perencanaan dan pelaksanaannya perlu diselenggarakan dengan menghormati hak
budaya komuniti-komuniti yang terlibat, di samping hak negara untuk mengatur
kehidupan berbangsa dan hak asasi individu secara berimbang (Sila Kedua). Hak budaya
komuniti dapat sebagai perantara/penghubung/penengah antara hak negara dan hak
asasi individu.

Paradigma ini dapat mengatasi sistem perencanaan yang sentralistik dan yang
mengabaikan kemajemukan masyarakat dan keanekaragaman kebudayaan Indonesia.
Dengan demikian, era otonomi daerah tidak akan mengarah pada otonomi sukubangsa
tetapi justru akan memadukan pembangunan lokal/daerah dengan pembangunan
regional dan pembangunan nasional (Sila Keempat), sehingga ia akan menjamin
keseimbangan dan kemerataan (Sila Kelima) dalam rangka memperkuat persatuan dan
kesatuan bangsa yang akan sanggup menegakan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI
(Sila Ketiga).

Apabila dicermati, sesungguhnya nilai-nilai Pancasila itu memenuhi kriteria sebagai


puncak- puncak kebudayaan, sebagai kerangka-acuan-bersama, bagi kebudayaan-
kebudayaan di daerah:
(1) Sila Pertama, menunjukan tidak satu pun sukubangsa ataupun golongan sosial dan
komuniti setempat di Indonesia yang tidak mengenal kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa

(2) Sila Kedua, merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh segenap
warganegara Indonesia tanpa membedakan asal-usul kesukubangsaan, kedaerahan,
maupun golongannya

(3) Sila Ketiga, mencerminkan nilai budaya yang menjadi kebulatan tekad masyarakat
majemuk di kepulauan nusantara untuk mempersatukan diri sebagai satu bangsa yang
berdaulat

(4) Sila Keempat, merupakan nilai budaya yang luas persebarannya di kalangan
masyarakat majemuk Indonesia untuk melakukan kesepakatan melalui musyawarah. Sila
ini sangat relevan untuk mengendalikan nilai-nilai budaya yang mendahulukan
kepentingan perorangan

(5) Sila Kelima, betapa nilai-nilai keadilan sosial itu menjadi landasan yang
membangkitkan semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikutserta melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

D. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Hukum


Salah satu tujuan bernegara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini mengandung makna bahwa tugas dan
tanggung jawab tidak hanya oleh penyelenggara negara saja, tetapi juga rakyat Indonesia
secara keseluruhan.
Atas dasar tersebut, sistem pertahanan dan keamanan adalah mengikut sertakan seluruh
komponen bangsa. Sistem pembangunan pertahanan dan keamanan Indonesia disebut
sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (sishankamrata). Sistem pertahanan
yang bersifat semesta melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya
nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan
secara total terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman.
Penyelenggaraan sistem pertahanan semesta didasarkan pada kesadaran atas hak dan
kewajiban warga negara, serta keyakinan pada kekuatan sendiri.

Sistem ini pada dasarnya sesuai dengan nilai-nilai pancasila, di mana pemerintahan dari
rakyat (individu) memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam masalah pertahanan
negara dan bela negara. Pancasila sebagai paradigma pembangunan pertahanan keamanan
telah diterima bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam UU No. 3 Tahun 2002
tentang pertahanan Negara. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa pertahanan
negara bertitik tolak pada falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia untuk
menjamin keutuhan dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Dengan ditetapkannya UUD 1945, NKRI telah memiliki sebuah konstitusi, yang di
dalamnya terdapat pengaturan tiga kelompok materi-muatan konstitusi, yaitu :

(1)adanya perlindungan terhadap HAM

(2)adanya susunan ketatanegaraan negara yang mendasar

(3) adanya pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang juga


mendasar.Sesuai dengan UUD 1945, yang di dalamnya terdapat rumusan Pancasila.

Pembukaan UUD 1945 merupakan bagian dari UUD 1945 atau merupakan bagian
dari hukum positif. Dalam kedudukan yang demikian, ia mengandung segi positif dan
segi negatif. Segi positifnya, Pancasila dapat dipaksakan berlakunya (oleh negara) : segi
negatifnya, Pembukaan dapat diubah oleh MPR sesuai dengan ketentuan Pasal 37 UUD
1945. Hukum tertulis seperti UUD termasuk perubahannya, demikian juga UU dan
peraturan perundang- undangan lainnya, harus mengacu pada dasar negara (sila-sila
Pancasila dasar negara).

Dalam kaitannya dengan Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum,


hukum (baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis) yang akan dibentuk tidak dapat dan
tidak boleh bertentangan dengan sila-sila :

(1)Ketuhanan Yang Maha Esa


(2)Kemanusiaan yang adil dan beradab

(3)Persatuan Indonesia

(4)Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan,

(5)Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dengan demikian, substansi hukum yang dikembangkan harus merupakan


perwujudan atau penjabaran sila-sila yang terkandung dalam Pancasila. Artinya,
substansi produk hukum merupakan karakter produk hukum responsif (untuk
kepentingan rakyat dan merupakan perwujuan aspirasi rakyat).
E. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Kehidupan Umat Beragama
Bangsa Indonesia sejak dulu dikenal sebagai bangsa yang ramah dan santun, bahkan
predikat ini menjadi cermin kepribadian bangsa kita di mata dunia internasional.
Indonesia adalah Negara yang majemuk, bhinneka dan plural. Indonesia terdiri dari
beberapa suku, etnis, bahasa dan agama namun terjalin kerja bersama guna meraih dan
mengisi kemerdekaan Republik Indonesia kita. Namun akhir-akhir ini keramahan kita
mulai dipertanyakan oleh banyak kalangan karena ada beberapa kasus kekerasana yang
bernuansa Agama. Ketika bicara peristiwa yang terjadi di Indonesia hampir pasti
semuanya melibatkan umat muslim, hal ini karena mayoritas penduduk Indonesia
beragama Islam. Masyarakat muslim di Indonesia memang terdapat beberapa aliran yang
tidak terkoordinir, sehingga apapun yang diperbuat oleh umat Islam menurut sebagian
umat non muslim mereka seakan-seakan merefresentasikan umat muslim.

Paradigma toleransi antar umat beragama guna terciptanya kerukunan umat beragama
perspektif Piagam Madinah pada intinya adalah seperti berikut :

1. Semua umat Islam, meskipun terdiri dari banyak suku merupakan satu komunitas
(ummatan wahidah).

2. Hubungan antara sesama anggota komunitas Islam dan antara komunitas Islam dan
komunitas lain didasarkan atas prinsip-prinsip :

 Bertentangga yang baik


 Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama
 Membela mereka yang teraniaya
 Saling menasehati
 Menghormati kebebasan beragama.

Lima prinsip tersebut mengisyaratkan : 1) Persamaan hak dan kewajiban antara


sesama warga negara tanpa diskriminasi yang didasarkan atas suku dan agama; dan 2)
pemupukan semangat persahabatan dan saling berkonsultasi dalam menyelesaikan
masalah bersama serta saling membantu dalam menghadapi musuh bersama.
Dalam Analisis dan Interpretasi Sosiologis dari Agama (Ronald Robertson, ed.)
misalnya, mengatakan bahwa hubungan agama dan politik muncul sebagai masalah,
hanya pada bangsa- bangsa yang memiliki heterogenitas di bidang agama. Hal ini
didasarkan pada postulat bahwa homogenitas agama merupakan kondisi kesetabilan
politik. Sebab bila kepercayaan yang berlawanan bicara mengenai nilai-nilai tertinggi
(ultimate value) dan masuk ke arena politik, maka pertikaian akan mulai dan semakin
jauh dari kompromi.

Dalam beberapa tahap dan kesempatan masyarakat Indonesia yang sejak semula
bercirikan majemuk banyak kita temukan upaya masyarakat yang mencoba untuk
membina kerunan antar masayarakat. Lahirnya lembaga-lembaga kehidupan sosial
budaya seperti Pela di Maluku, Mapalus di Sulawesi Utara, Rumah Bentang di Kalimantan
Tengah dan Marga di Tapanuli, Sumatera Utara, merupakan bukti-bukti kerukunan umat
beragama dalam masyarakat.

Kedepan, guna memperkokoh kerukunan hidup antar umat beragama di Indonesia


yang saat ini sedang diuji kiranya perlu membangun dialog horizontal dan dialog Vertikal.
Dialog Horizontal adalah interaksi antar manusia yang dilandasi dialog untuk mencapai
saling pengertian, pengakuan akan eksistensi manusia, dan pengakuan akan sifat dasar
manusia yang indeterminis dan interdependen. Identitas indeterminis adalah sikap dasar
manusia yang menyebutkan bahwa posisi manusia berada pada kemanusiaannya. Artinya,
posisi manusia yang bukan sebagai benda mekanik, melainkan sebagai manusia yang
berkal budi, yang kreatif, yang berbudaya.
2. Implementasi Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan Kampus
Menurut saya, implementasi pancasila sebagai paradigma kehidupan kampus adalah
seperti contoh-contoh paradigma pancasila diatas kehidupan kampus tidak jauh
berbeda dengan kehidupan tatanan Negara. Jadi kampus juga harus memerlukan
tatanan pumbangunan seperti tatanan Negara yaitu politik, ekonomi, budaya, hukum
dan antar umat beragama.

Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maka
sebagai makhluk pribadi sendiri dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada hakikatnya merupakan suatu hasil kreativitas
rohani manusia.

jiwa manusia meliputi aspek akal, rasa,dan kehendak. Sebagai mahasiswa yang
mempunyai rasa intelektual yang besar kita dapat memanfaatkan fasilitas kampus untuk
mencapai tujuan bersama.

Pembangunanyang merupakan realisasi praksis dalam Kampus untuk mencapai tujuan


seluruh mahsiswa harus mendasarkan pada hakikat manusia sebagai subyek pelaksana
sekaligus tujuan pembangunan. Oleh karena itu hakikat manusia merupakan sumber nilai
bagi pembangunan pengembangan kampus itu sendiri.
F. Pancasila Sebagai Paradigma Dalam Pembangunan IPTEK
Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) adalah hasil dari upaya manusia yang meliputi
aspek akal, rasa, dan kehendak dalam meningkatkan kesejahteraan dan martabat manusia.
Pancasila memberikan dasar-dasar nilai bagi pengembangan IPTEK sebagai hasil
kebudayaan manusia yaitu harus didasarkan pada moral ketuhanan dan kemanusiaan yang
adil dan beradab. Kemudian ada beberapa makna dalam pancasila dalam pembangunan
IPTEK yaitu :

a. Sila ketuhanan yang maha esa memberikaan arti bahwa iptek tidak hanya memikirkan
apa yang ditemukan, dibuktikan dan diciptakan, namun juga dipertimbangkan maksud-
maksudnya dan akibatnya, apakah merugikan manusia dan alam sekitarnya.

b. Sila kemanusiaan yang adil dan beradap memberikan dasar moralitas bahwa dalam
pengembangan IPTEK haruslah bersikap beradap, pengembangan iptek yang
merugikan tidak akan mewujudkan tujuan sebenarnya Iptek yaitu kesejahteraan.

c. Sila persatuan indonesia memberikan arti bahwa pengembangan iptek hendaknya


dapat menumbuhkan rasa nasionalisme, sehingga pengembangan iptek dapat
memunculkan persatuan.

d. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan


/perwakilan, mendasari pengembangan iptek secara demokratis, artinya setiap individu
bebas dalam melakukan pengembangan iptek. Para pengembang iptek harus bersikap
terbuka, artinya terbuka untuk dikritik, dikaji ulang maupun dibandingkan dengan teori
lainnya.

e. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia, memberikan arti bahwa
pengembangan iptek harus menjaga keseimbangan keadilan dalam kehidupan
kemanusiaan.

2.3Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Gerakan Revormasi


Mulai bergulir sekitar tahun 1997 yang pada dasarnya memiliki tujuan yaitu
memperbaiki kinerja pemerintah dibawah kepemimpinan Presiden Suharto. Dengan
panji-panji Orde Baru, Suharto di anggap cukup berhasil dalam membangun
pemerintah yang stabil.
Kehidupan sosial politik yang baik telah menjadi landasan utama bagi pembangunan
dibidang lain. Dalam rangka menyelamatkankekuasaannya, pemerintah Orde Baru tidak
segan-segan menggunakan kekuatan militer sehingga terjadi perubahan tugas dan
fungsinya. Militer yang seharusnya bertugas sebagai pengawal bangsa dan negara
menuju ke kehidupan yang tertip, aman, damai, dan demokratis telah berubah
menjadi pengawal kekuasaan kelompok tertentu. Militer bukan lagi sebagai pelindung
rakyat, melainkan sebagai musuh rakyat.
Sedang keberhasilan pembangunan yang di capai pemerintah Orde Baru hanya dapat
dinikmati oleh sekelompok kecil masyarakat Indonesia. Sementara, sebagian besar
masyarakat.

Indonesia justru hidup di bawah standard yang seharusnya. Kondisi kehidupan yang
memprihantinkan itu telah menggungah semangat para mahasiswa untuk melakukan
gerakan yang dikenal dengan “gerakan reformasi”. Sampai saat ini gerakan ini terus
menggelinding untuk mencapai sasaran yang di cita-citakan sesuai dengan nilai-nilai moral
bangsa Indonesia.
Gerakan yang di pelopori oleh para mahasiswa ini telah melahirkan berbagai implikasi
dalam berbagai bidang kehidupan. Amandemen terhadap UUD 1945 merupakan sebuah
implikasi dari gerakan reformasiyang menginginkan adanya sistem kehidupan sosial
yang lebih baik. Oleh karena itu berbagai amandemen yang di lakukan oleh MPR
merupakan upaya penyempurnaan UUD 1945 agar kehidupan ketatanegaraan Indonesia
menjadi lebih baik sesuai dengan nilai-nilai dasar yang termuat dalam pancasila.
Kehidupan sosial politik yang demokratis pada akhir masa Orde Baru semakin jauh dari
kenyataan. Para elite politik kurang peduli terhadap kepentingan rakyat dan
pendidikan politik, serta lebih mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompoknya.
Kondisi seperti ini membawa akibat yang sangat menyakitkan bagi rakyat, terutama
lapissan masyarakat menengah ke bawah.
Terjadilah krisis multidimensional di Indonesia. Pancasila sebagai kristalisasi nilai-
nilai dasar yang di yakini kebenarannya dan dapat diterima oleh bangsa Indonesia
dapat di pergunakan sebagai tolok ukur atau paradigma dalam setiap aktivitasnya.
Artinya setiap perbuatan ( ucapan dan tindakan ) bangsa dapat dibenarkan selama
tidak bertentangan dengan nilai-nilai pancasila. Sejalan dengan pemikiran ini, maka
pembangunan dan gerakan reformasi harus menggunakan pancasila sebagai
paradigmanya. Oleh karena itu setiap rakyat Indonesia tidak perlu merasa kecewa
apabila cita-citanya untuk melaksanakan pembangunan tidak tercapai.
BAB III
PENUTUP
3.1KESIMPULAN

Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia. Ada beberapa hal yang perlu
masa zaman dahulu terkait sejarah Indonesia sebelum proses dan setelah perumusan
pancasila sebagai dasar negara. Hal ini berkaitan dengan perjuangan kerajaan dalam
mempertahankan ekstitensi bangsa indonesia. Dalam proses reformasi dewasa ini nilai-
nilai pancasila merupakan suatu pangkal tolak baik dalam bidang politik, sosial, ekonomi,
hukum serta kebijakan internasional dewasa ini. Hal inilah dalam wacana ilmiah dewasa
ini diistilahkan bahwa panacasila sebagai paradigma dalam kehidupan berbangsa dan
negara.

Istilah paradigma merupakan suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsiasumsi teoretis yang
umum (merupakan suatu sumber nilai). Sehingga merupakan suatu sumber hukum-
hukum, metode, seru penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan
sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri, kemudian didalam pancasila itu
sendiri terdapat paradigma pembangunan diantaranya meliputi :

1. Pancasila sebagai paradigma dibidang politik

2. Pancasila sebagai paradigma dibidang hukum

3. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan ekonomi

4. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan sosial budaya

5. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan kehidupan antar umat beragama.

6. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan IPTEK

Kemudian aktualisasi pancasila terdiri dari dua macam yaitu aktualisasi objektif dan
subjektif.

3.2SARAN
Melalui makalah ini kami menyarankan agar pembaca tidak berhenti sampai disini saja
menggali ilmu tentang pembelajaran PKN, tentunya mengenai media pembelajaran PKn.
Kami berharap agar pembaca terus menggali ilmu dan mengetahui problematika pada
pembelajaran khususnya PKn, mengingat peran pendidik bagi siswa sangatlah dipandang
penting untuk perkembangan pendidikan dinegara indonesia tercinta ini. Makalah ini
masih banyak mempunyai kekurangan dalam hal-hal penyajiannya maka dari tu kita harus
giat belajar agar dapat menjadi lebih baik lagi. Segala saran yang bersifat membangun kami
sangat menunggunya untuk perbaikan dari makalah ini. Akhir kata kami ucapkan
terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Calam dan Sobirin, “Pancasila sebagai kehidupan berbangsa dan bernegara”, Jurnal
SAINTIKOM, Volume 4, No. 1, Januari 2008.
Budiyono, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi , Bandung: Alfabeta, 2012.
Lubis, Maulana Arafat, pembelajaran PPKn di SD/MI Implementasi pendidikan abad
ke 21, Medan: Akasha Sakti, 2018.
Kaelan, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Paradigma Offeet, 2010.
Rahayu, Ani Sri, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jakarta: Bumi Aksara, 2017.
http://anakmudaberbagi.blogspot.com/2013/06/makalah-pancasilasebagai-
paradigma.html.
http://ayups87.wordpress.com/2013/11/01/pancasila-sebagai-
paradigmakehidupan-dalam- bermasyarakat-berbangsa-dan-bernegara-singkat/.
https://www.google.com/search?
q=implementasi+pancasila+sebagai+paradigma+pembangunan+
bidang+politik+dan+hukum%2C+ekonomi%2C+pertahanan+dan+keamanan
%2C+sosial+buday a%2C+iptek
%2C+dan+kehidupan&oq=imple&aqs=chrome.2.69i59j69i57j35i39j0i433i512l2j69
i60l3.5284j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8#
https://www.scribd.com/doc/241580751/Makalah-Pancasila-Sebagai-Paradigma-
Pembangunan- Nasional

Anda mungkin juga menyukai