Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERKEMBANGAN PANCASILA DI ERA GLOBALISASI

DOSEN PEMBIMBING :
Yusron,S.H,M.Si

DI SUSUN OLEH :
Zamzam

UNIVERSITAS MUARA BUNGO


FAKULTAS EKONOMI
AKUNTANSI
202I

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga saya dapat menyelessaikan tugas makalah yang
berjudul perkembangan Pancasila di era globalisasi ini pada tepat
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari Bapak Yusron,S.H,M.Si selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Pendidikan Pancasila. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Pancasila bagi pembaca dan juga penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk
membangun kesemperaan makalah ini.

Muara Bungo, 02 Desember 202I

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang.................................................................................I
I.2. Rumusan Masalah...........................................................................I
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Histori Pancasila.............................................................................2
2.2. Kedudukan Pancasila..................................................................... 3
2.3. Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai-Nilai Nasionalisme...............5
2.4. Mengaktualisasikan Pancasila Sebuah Keharusan Moral................7
2.5. Perlunya Aksiologis Pancasila di Era Globalisasi............................8
2.6. Kesadaran Untuk Melaksanakan Pancasila.................................... 13
2.7. Sosialisasi Dan Pembudayaan Pancasila................ ........................... 15
BAB III PENUTUP
3.I. Kesimpulan....................................................................................I7
3.2 Saran.............................................................................................I7
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................I8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I.I. LATAR BELAKANG


Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan kesepakatan
politik ketika negara Indonesia didirikan,dan hingga sekarang di era
globalisasi. Negara Indonesia tetap berpegang teguh kepada pancasila
sebagai dasar Negara. Sebagai dasar negara tentulah pancasila harus
menjadi acuan Negara dalam menghadapi tantangan global dunia yang
terus berkembang.Di era globalisasi ini peran pancasila tentulah sangat
penting untuk tetap menjagaeksistensi kepribadian bangsa indonesia,karena
dengan adanya globalisasi batasan batasan diantara negara seakan tak
terlihat,sehingga berbagai kebudayaan asingdapat masuk dengan mudah ke
masyarakat.Hal ini dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi
bangsa indonesia,jika kita dapat memfilter dengan baik berbagai hal yang
timbul dar idampak globalisasi tentunya globalisasi itu akan menjadi hal
yang positif karena dapat menambah wawasan dan mempererat hubungan
antar bangsa dan negara didunia. jika tidak dapat memfilter dengan baik
sehingga hal-hal negative dari dampak globalisasi dapat merusak moral
bangsa dan eksistensi kebudayaan indonesia.Dari faktor-faktor tersebutlah
di butuhkan peranan pancasila sebagai dasar dan pedoman negara dalam
menghadapi tantangan global yang terus meningkatdi era globalisasi.
I.2. PERMASALAHAN
1. Bagaimana Histori Pancasila?
2. Bagaimana Kedudukan Pendidikan Pancasila?
3. Bagaimana Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai-Nilai Nasionalisme?
4. Bagaimana pengaruh Pancasila dalam Mempengaruhi Globalisasi. ?
5. Bagaimana cara mengembangkan nilai-nilai pancasila dalam
menghadapi era Globalisasi?

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.I. Histori Pancasila
Secara Histori, Bangsa-bangsa memiliki ideologi dan pandangan
hidup yang berbeda satu dengan yang lainnya, diambil dari nilai-nilai yang
tumbuh, hidup dan berkembang didalam kehidupan bangsa yang
bersangkutan. Demikian halnya dengan Pancasila yang merupakan ideologi
dan pandangan hidup bangsa Indonesia digali dari tradisi dan budaya yang
tumbuh, hidup, dan berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia sendiri
sejak kelahirannya dan berkembangnya menjadi bangsa yang besar seperti
yang dialami oleh dua kerajaan besar tempo dulu yaitu Kedaulatan
Sriwijaya dan Keprabuan Majapahit. Setelah berproses dalam rentang
perjalanan
sejarah yang panjang sampai kepada tahap pematangannya oleh para
pendiri Negara pada saat akan mendirikan Negara Indonesia merdeka telah
berhasil merancang dasar Negara yang justru bersumber pada nilai-nilai
yang telahtumbuh, hidup, dan berkembang dalam kehidupan masyarakat
dan bangsa Indonesia yang kemudian diformulasikan dan disistematisasikan
dalam rancangan dasar Negara yang diberi nama Pancasila. Nama tersebut
untuk pertama kalinya diberikan oleh salah seorang penggagasnya yaitu Ir.
Soekarno dalam pidatonyatanggal 1 Juni 1945 dalam persidangan Badan
Penyelidik Usaha-Usaha PersiapanKemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atas
saran dan petunjuk seorang temannya yang ahli bahasa. Dengan demikian
kiranya jelas pada kita bahwa secara historis kehidupan bangsa Indonesia
tidak dapat dilepaskan dari dan dengan nilai-nilai Pancasila serta telah
melahirkan keyakinan demikian tinggi dari bangsa Indonesia terhadap
kebenaran dan ketepatan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan
Negara Republik Indonesia, sejak resmi disahkanmenjadi dasar Negara

2
RepublikIndonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia sampai dengan saat ini dan untuk selamanya.
2.2. Kedudukan Pancasila
1. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang Maha Esa dalam
perjuangan untuk mencapai kehidupan yang lebih sempurna senantiasa
memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjungnya sebagai suatu pandangan
hidup. Nilai-nilai luhur adalah suatu tolok ukur kebaikan yang berkaitan
dengan hal-hal yang bersifat mendasar dan abadi dalam hidup manusia
seperti cita-cita yang hendak dicapainyadalam hidup manusia.Proses
perumusan pandangan hidup masyarakat dituangkan dandilembagakan
menjadi pandangan hidup bangsa yang disebut sebagai ideologi bangsa
(nasional) dan selanjutnya pandangan hidup bangsa dituangkan dan
dilembagakan menjadi pandangan hidup Negara yang disebut sebagai
ideologi Negara. Transformasi pandangan hidup dasar Negara juga terjadi
pada pandangan hidup Pancasila. Pancasila sebelum dirumuskan menjadi
dasar Negara dan ideologi Negara, nilai-nilainya telah terdapat pada bangsa
Indonesia dalam adat istiadat, budaya serta dalam agama-agama sebagai
pandangan hidup masyarakat Indonesia.Dengan suatu pandangan hidup
yang jelas maka bangsa Indonesia akanmemiliki pandangan dan pedoman
bagaimana mengenal dan memecahkan berbagai masalah politik, sosial
budaya, ekonomi, hukum, hankam, dan persoalanlainnya dalam gerak
masyarakat yang semakin maju. Pancasila sebagai pandanganhidup bangsa
merupakan suatu kristalisasi dari nilai-nilai yang hidup dalammasyarakat
Indonesia, maka pandangan hidup tersebut dijunjung tinggi olehwarganya
karena pandangan hidup Pancasila berakar pada budaya dan
pandanganhidup masyarakat.

3
2. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Pancasila dalam kedudukannya ini sering disebut sebagai dasar filsafat
atau dasar filsafat Negara (Philosofische Grondslag) dari Negara, ideologi
Negara(Staatsidee). Dalam pengertian ini Pancasila merupakan suatu dasar
nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan Negara atau dengan kata
lain Pancasilamerupakan suatu dasasr untuk mengatur penyelenggaraan
Negara.
3. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Dan Negara Indonesia
Sebagai suatu ideologi bangsa dan Negara Indonesia maka Pancasila
pada hakikatnya hukum hanya merupakan suatu hasil perenungan atau
pemikiran seseorang atau kelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi
lain di dunia,namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, nilai-
nilai kebudayaan sertanilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup
masyarakat Indonesia.
4. Pancasila sebagai Ideologi terbuka
Pancasila sebagai ideologi terbuka memiliki arti “bahwa ideologi
pancasila mampu menyesuikan dengan perkembangan zaman, ilmu
pengetahuan, teknologi, dan perkembangan aspirasi masyarakat”
(D.C.Tyas).
Ideologi terbuka terdiri dari nilai dasar, nilai intrumen, dan nilai
prktis.nilai dasar adalah nilai yang tidak dapat diubah, kemudian nilai
instrumen adalah nilai dinamis sesuai perkembangan zaman dan nilai
praktis adalah nilai yang dilaksanakan secara nyata.
Ideologi terbuka hanya berisi orientasi dasar sementara
penerjemahannyya kedalam tujuan dan nama sosial politik dapat
dipertanyakan dan sesui dengan nilai dan prinsip moral yang berkembang di
masyarakat.

4
2.3. Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai-Nilai Nasionalisme Bangsa
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia
dan tidak mengenal batas wilayah, Globalisasi pada hakikatnya adalah
suatu prosesdari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk
diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan
bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh
dunia.Globalisasi adalah fenomena dimana batasan-batasan antar negara
seakanmemudar karena terjadinya berbagai perkembangan di segala
aspekkehidupan,khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi.Denganterjadinya perkembangan berbagai aspek kehidupan
khususnya di bidang iptekmaka manusia dapat pergi dan berpindah ke
berbagai negara dengan lebih mudahserta mendapatkan berbagai informasi
yang ada dan yang terjadi di dunia. Namun fenomena globalisasi ini tidak
selalu memberi dampak positif,berbagai perubahan yang terjadi akibat dari
globalisasi sudah sangat terasa,baik itu di bidang
politik,ekonomi,sosial,budaya,dan teknologi informasi.Berbagai dampak
negatif terjadi dikarenakan manusia kurang bias memfilter dampak dari
globalisasi sehingga lebih banyak mengambil hal-halnegatif dari pada hal-
hal positif yang sebenarnya bisa lebih banyak kita dapatkandari fenomena
globalisasi ini.Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi
kehidupan suatunegara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua
sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di
berbagai bidang kehidupanseperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi,
sosial budaya dan lain- lain akanmempengaruhi nilai- nilai nasionalisme
terhadap bangsa.
Pengaruh positif globalisasi:
1) Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara
terbuka dandemokratis.Karena pemerintahan adalah bagian dari

5
suatu negara, jika pemerintahandjalankan secara jujur, bersih dan
dinamis tentunya akan mendapattanggapan positif dari rakyat.
Tanggapan positif tersebut berupa rasanasionalisme terhadap negara
menjadi meningkat.
2) Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar
internasional,meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan
devisa negara. Denganadanya hal tersebut akan meningkatkan
kehidupan ekonomi bangsa yangmenunjang kehidupan nasional
bangsa.
3) Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang
baikseperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa
lain yangsudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang
pada akhirnyamemajukan bangsa dan akan mempertebal rasa
nasionalisme kita terhadap bangsa.
Pengaruh negatif globalisasi
1) Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap
produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri
membanjiri diIndonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap
produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa
nasionalisme masyarakat kitaterhadap bangsa Indonesia.
2) Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan
identitasdiri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya
cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia.
3) Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang
kayadan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi
ekonomi.Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang
kaya danmiskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.

6
4) Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidak
pedulian antar perilaku sesama warga. Dengan adanya
individualisme maka orangtidak akan peduli dengan kehidupan
bangsa
.Pengaruh-pengaruh di atas memang tidak secara langsung
berpengaruh terhadap nasionalisme. Akan tetapi secara keseluruhan dapat
menimbulkan rasanasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau
hilang. Sebab globalisasimampu membuka cakrawala masyarakat secara
global. Apa yang di luar negeri dianggap baik memberi aspirasi kepada
masyarakat kita untuk diterapkan dinegara kita. Jika terjadi maka akan
menimbulkan dilematis. Bila dipenuhi belum tentu sesuai di Indonesia. Bila
tidak dipenuhi akan dianggap tidak aspiratif dan dapat bertindak anarkis
sehingga mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan
persatuan dan kesatuan bangsa.
2.4. Mengaktualisasikan Pancasila Sebuah Keharusan Moral
Mengaktualisasikan nilai-nilai pancasila berkaitan demgan sikap
moral maupun tingkah laku semua warga indonesia. Berbicara mengenai
sikap moral Lickona (20I2:57) membagi tiga komponen yaitu Moral
knowing (pengetahuan tentang moral), Moral Feeling (perasaan tentang
moral), dan Moral Action (perbuatan moral). Ketiga unsur moral tersebut
bertujuan untuk terbentuknya individu-individu yang memiliki kematangan
terhaadap moral dalam kehidupannya.moralitas berujung pada tingkah laku
yang di tampilkan oleh individu daloam kehidupan kesehariannya yang
mana seseorang dapat dikatakan memiliki karakter apabila prilakunya sesui
dengan kaidah-kaidah moral.
Dalam wujud mengaktualisasikan pancasila yaitu bagaimana nilai-
nilai pancasila dijabarkan dalam bentuk norma-norma dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta hubungan dalam

7
penyelenggaraan negara. Selain itu dalam mengaktualisasikan pancasila
juga di perlukan suatu kondisi yang dapat menunjang terlaksananya proses
aktualisasi pancasila tersebut baik kondisi yang berkaitan dengan sikap
setiap warga negara indonesia dan wujud realisasi nilai nilai pancasila.
Lickona (20I3) menjelaskan sepuluh nilai-nilai yang di tanamkan kepada
anak-anak dan generasi muda bangsa, yaitu: kebijaksanaan, keadilan,
kontrol diri, cinta ankasih sayang, prilaku positif, kerja keras, dan
kemampuan mengembangakn potensi, integritas, rasa terima kasih dan
kerendahan hati.
Sepuluh nilai diatas harus di tanam kan kepada anak-anak dan
generasi muda yang merupakan substansi dan arah pendidikan karakter
yang mampu mengembangkan keprebadian personal warga Negara. Maka
perlu disadari setisp warga Negara Indonesia dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara setiap warga Negara memiliki sifat dan kodrat
manusia bahwa setiap manusia adalah sebagai makhluk sosial.
Kesepakatan kita sebagai kesepakatan yang luhur untuk meendirikan
bangsa indonesiayang berdasarkan pancasila mengandung konsekuensi
bahwa kita harus merealisasikan pancasila itu dalam setiap aspek
penyelenggaraan Negara dan setiap sikap tingkah laku dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2.5. Perlunya Aksiologis Pancasila di Era Globalisasi
Globalisasi merupakan peluang dan tantangan yang harus dihadapi oleh
semua warga dunia termasuk Indonesia.perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi yang semakin maju akan memberikan damapak globalisasi
positif dan negative bagi kehidupan. pancasila sebagai kausa materialis
merupakan warisan leluhur berupa nilai-nilai askiologis pancasila yang
dijadikan pedoman bagi indonsia dalam berperilaku sehari hari dalam
kehidupan.

8
Ancaman nyata yang ada didepan mata kita dewasa ini adalah
munculnya gerakan-gerakan ekstremis, politik adu domba dengan
menggunakan isu SARA, adu domba oleh pihak-pihak asing, penyebaran
informasi hoax, dan tindakan-tindakan provokasi melalui sosial media.
Tantangan tersebut dapat kita hadapi apabila kita dalam bertingkah laku
dan bertutur kata berpedoman kepada nilai-nilai luhur Pancasila yang
sudah tersusun secara hierarkis berhubungan antara sila yang satu dengan
yang lainnya.
Sebagaimana Notonagoro (1984:98-99) menjelaskan hakikat sila-sila
Pancasila, antara lain di dalamnya terkandung makna adanya kesesuaian
dengan hakikat manusia yang memiliki tabiat saleh, yaitu sifat-sifat
keutamaan pribadi manusia yang relatif permanen melekat dalam pribadi
manusia yang meliputi sifat-sifat sebagai berikut:
 Watak penghati-hati/kebijaksanaan: berbuat sesuai dengan
pertimbangan akal, rasa dan kehendak.
 Watak keadilan: memberikan apa yang menjadi hak dirinya dan hak
orang lain.
 Watak kesederhanaan : tidak melampaui batas dalam hal kemewahan,
kenikmatan dan rasa enak.
 Watak keteguhan: tidak melampaui batas dalam hal menghindari diri
dari: duka dan hal yang enak. Sebagai penyeimbang watak
kesederhanaan
Dari pendapat di atas bahwa sifat-sifat dan tabiat saleh tersebut
sebagai nilai moral kepribadian bangsa Indonesia. Dalam Era globalisas
ukuran/standar nilai sosial budaya masyarakat global ikut mempengaruhi
eksistensi kepribadian bangsa pada umumnya dan khususnya bagi bangsa
Indonesia. Mengaktualisasikan Pancasila di era globalisasi adalah dengan
cara penggalian kembali nilai-nilai luhur Pancasila dengan

9
mempertimbangkan rasionalitas dan aktualisasinya dalam mengatasi
masalah-masalah kekinian. Pancasila bukan hanya sebuah rumusan
aturan/norma yang terbentuk secara instan tanpa memiliki sumber yang
kuat, melainkan sebaliknya, bahwa Pancasila adalah rumusan dasar
negara Indonesia yang bersumber pada nilai-nilai moral kepribadian
bangsa Indonesia, baik nilai moral agama, sosial dan budaya yang telah
mengakar dan melekat bersama eksistensi bangsa Indonesia.Untuk itu
Pancasila harus diaktualisasikan mulai dari kesadaran subjektif dan
objektif warga negara itu sendiri. Kesadaran secara subjektif adalah
pelaksanaan pada setiap pribadi perseorangan, setiap warga negara, setiap
individu, setiap penduduk, setiap penguasa, dan setiap orang Indonesia.
Aktualisasi Pancasila yang subjektif ini lebih
penting karena realisasi yang subjektif merupakan persyaratan baik
aktualisasi Pancasila yang objektif. Aktualisasi Pancasila yang subjektif
ini sangat berkaitan dengan kesadaran,Indonesia. Ancaman nyata yang
ada didepan mata kita dewasa ini adalah munculnya gerakan-gerakan
ekstremis, politik adu domba dengan menggunakan isu SARA, adu
domba oleh pihak-pihak asing, penyebaran informasi hoax, dan tindakan-
tindakan provokasi melalui sosial media. Tantangan tersebut dapat kita
hadapi apabila kita dalam bertingkah laku dan bertutur kata berpedoman
kepada nilai-nilai luhur Pancasila yang sudah tersusun secara hierarkis
berhubungan antara sila yang satu dengan yang lainnya.
Lickona (Budimansyah, 2011:57) mengembangkan karakter yang
baik (good character) yang di dalamnya mengandung tiga dimensi nilai
moral sebagai berikut:
1. Wawasan Moral (Moral Knowing)
a. Kesadaran moral (Moral Awareness)
b. Wawasan nilai moral (Knowing moral values)

10
c. Kemampuan mengambil pandangan orang lain (Perspectivetaking)
d. Penalaran moral (Moral Reasoning)
e. Mengambil keputusan (Decision-making)
f. Pemahaman diri sendiri (Self Knowledge)

2. Perasaan Moral
a. Kata hati atau nurani (Conscience)
b. Harapan diri sendiri (Self-esteem)
c. Merasakan diri orang lain (Empathy)
d. Cinta kebaikan (Loving the good)
e. Kontrol diri (Self-control)
f. Merasakan diri sendiri (Humility)

3. Perilaku Moral
a. Kompetensi(Competence)
b. Kemauan (Will)
c. Kebiasaan (Habit)
Dalam pengertian ini maka karakter yang baik ada pada seseorang
yang berkaitan dengan sikap dan tingkah laku seseorang dalam realisasi
Pancasila yang subjektif disebut moral Pancasila. Maka aktualisasi
Pancasila yang subjektif ini lebih berkaitan dengan kondisi objektif, yaitu
berkaitan dengan norma-norma moral. Dalam aktualisasi Pancasil yang
bersifatsubjektif ini bilamana nilai-nilai Pancasila telah dipahami dan
diresapi seseorang maka seseorang itu telah memiliki moral pandangan
hidup. Bilamana hal ini berlangsung secara terus menerus, maka nilai-nilai
Pancasila telah melekat dalam hati sanubari bangsa Indonesia yang disebut
dengan kepribadian Pancasila. Hal ini dikarenakan bangsa Indonesia telah
memiliki suatu ciri khas (yaitu nilai-nilai Pancasila, sikap dan karakter),
sehingga membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Aktualisasi

11
Pancasila yang bersifat subjektif meliputi pelaksanaan Pancasila sebagai
kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan
dalam pelaksanaan konkretnya tercermin dalam tingkah laku dalam
kehidupan sehari-hari.
Kesadaran secara objektif adalah pelaksanaan dalam bentuk realisasi
dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, baik di bidang legislatif,
eksekutif, maupun yudikatif, dan semua bidang kenegaraan dan terutama
realisasinya dalam bentuk peraturan perundang-undangan negara
Indonesia. Menurut Asshiddiqie (2008) bahwa “Pancasila dan UUD 1945
berisi haluan-haluan bagi kebijakan-kebijakan pemerintahan negara (state
policies) dalam garis besar dengan tingkat abstraksi perumusan nilai dan
norma yang bersifat umum dan belum operasional”. Artinya terbentuknya
nilai-nilai dan ide-ide yang terkandung di dalam haluan negara dalam
rumusan Pancasila dan UUDNRI Tahun 1945 dilakukan oleh dan melalui
lembaga permusyawaratan rakyat, sedangkan upaya untuk mengawal
dalam praktik, agar nilai-nilai dan ide-ide yang terkandung di dalam
Pancasila dan UUDNRI Tahun 1945 sungguh-sungguh diwujudkan dalam
praktik bernegara dilakukan oleh lembaga peradilan konstitusi. Dengan
kata lain, fungsi ‘state policy making’ berupa Pancasila dan UUDNRI
Tahun 1945 itu dilakukan oleh lembaga Majelis Permusyawaratan Rakyat,
sedangkan fungsi pengawalan atas pelaksanaannya dalam praktik
dilakukan oleh lembaga peradilan (state policy adjudication) dalam rangka

pengawasan melalui penegakan hukum (enforcement). Di antara kedua


kutub fungsi ‘policy making’ dan ‘policy enforcing/controlling’ terdapat
wilayah ‘policy executing’ yang merupakan wilayah tanggungjawab
eksekutif kekuasaan pemerintahan negara.

12
Oleh karena itu, kebutuhan bangsa kita untuk menjabarkan rumusan-
rumusan nilai dan norma, merevitalisasi, melaksanakan,
memasyarakatkan, mendidik dan bahkan membudayakan Pancasila dan
UUDNRI Tahun 1945 dalam peri kehidupan berbangsa dan bernegara
adalah merupakan tugas dan tanggungjawab bersama baik masyarakat
maupun pemerintah. Pemerintah tidak boleh melepaskan beban
tanggungjawab dengan hanya memberikan bantuan dan dukungan kepada
lembaga legislatif atau pun lembaga yudikatif untuk memasyarakatkan
Pancasila dan UUDNRI Tahun 1945. Pemerintah harus tampil dengan
tanggung jawabnya sendiri melalui tujuan pembangunan nasional yang
bersumber pada hakikat kodrat manusia mono pluralis yang merupakan
esensi dari Pancasila.
Bangsa Indonesia melaksanakan reformasi, pada prinsipnya
merupakan upaya untuk memperbaiki negara yang pada gilirannya yang
jauh lebih penting adalah tercapainya tingkat martabat manusia yang lebih
baik. Oleh karena itu, reformasi juga harus mendasarkan pada suatu
paradigma yang jelas, dan dalam masalah ini paradigma yang harus
diletakkan sebagai basis segala agenda reformasi adalah dasar filsafat
negara yaitu Pancasila. Hal ini bukan merupakan suatu keharusan politik
melainkan suatu keharusan logis, sebab jikalau reformasi itu menyangkut
masalah-masalah fundamental negara yang terkandung dalam
staatfundamentalnorm maka hal itu sudah menyimpang dari makna dan
pengertian reformasi, yaitu suatu revolusi.
2.6. Kesadaran Untuk Melaksanakan Pancasila
Pancasila perlu diusahakan agar terwujudnya kesadaran dan
ketaatan. Kesadaran adalah hasil perbuatan akal, yaitu pengamalan tentang
keadaan-keadaan yang ada pada diri manusia sendiri. Jadi keadaan-
keadaan inilah yang menjadikan objek dari kesadaran dan berupa segala

13
sesuatu yang dapat menjadi sumber pengamalan manusia. Pengamalan
tersebut bersifat jasmaniah maupun rohaniah dari kehendak manusia.
Untuk itu Kaelan (2013:27) merincinya sebagai berikut:
 Rasa, menimbulkan realisasi tentang kejiwaan
 Akal, yang menimbulkan realisasi tentang kebenaran (ilmu
pengetahuan, pengetahuan, inspirasi, institusi).
 Kehendak, yang menimbulkan realisasi tentang kebaikan/kebenaran
dan realisasi tentang kebahaagiaan, jadi berkaitan dengan tingkah
laku manusia.
Dari uraian di atas jika diurutkan maka agar manusia sampai pada
suatu tingkat kesiapan untuk mengaktualisasikan Pancasila maka yang
pertama harus diketahui adalah tentang pengetahuan yang benar tentang
Pancasila, memenuhi meresapi, dan menyadari, kemudian menghayati dan
pada akhirnya mewujudkannya. Jadi tanpa adanya syarat-syarat tersebut
mustahil upaya pelaksanaan realisasi Pancasila dapat terlaksana dengan
baik. Untuk itu diperlukan dalam suatu proses pendidikan yang terarah
dan berkesinambungan. Adapun kesadaran dan kesiapan untuk
pelaksanaan Pancasila dapat dilakukan dalam praktik hidup sehari-hari,
dalam masyarakat, melalui pendidikan, maupun dalam kenyataan hidup
sehari-hari.
Pada dasarnya ada dua bentuk realisasi Pancasila yaitu bersifat statis
dan bersifat dinamis. Statis dalam pengertian intinya atau esensinya yaitu
nilai-nilai yang bersifat rohaniah dan universal, sehingga merupakan ciri
khas, karakter yang bersifat tetap dan tidak berubah. Bersifat dinamis
dalam arti bahwa aktualisasi Pancasila senantiasa bersifat dinamis inovatif
sesuai dengan dinamika masyarakat, perubahan, serta konteks
lingkungannya. Misalnya dalam konteks lingkungan kenegaraan, sosial,
politik, hukum, kebudayaan, pendidikan, ekonomi, kehidupan keagamaan,

14
Lembaga Swadaya Masyarakat, organisasi masa, seni, lingkungan dunia
teknologi infromasi dan konteks lingkungan masyarakat lainnya.
2.7. Sosialisasi Dan Pembudayaan Pancasila
Gagasan atau nilai-nilai dasar Pancasila itu memang perlu
disosialisasikan kepada segenap warganegara Indonesia oleh karena
berfungsinya dalam praktik bernegara membutuhkan dukungan
warganya. Bagi warganegara biasa dukungan itu berbentuk penerimaan
terhadap nilai nilainya, internalisasi nilai yang selanjutnya menjadi acuan
penyelesaian soal kebangsaan dan kemampuan kritis jika terjadi
penyimpangan pelaksanaan penyelenggaraan bernegara. Bagi
warganegara selaku penyelenggara negara, sebagai sumber inspirasi bagi
pembuatan kebijakan dan menjadi teladan warga dalam bernegara. Oleh
karena itu kesadaran etik maupun kesadaran hukum yang mencerminkan
nilai Pancasila amat penting dimiliki oleh semua warganegara Indonesia.
Menurut Kaelan (2013) wujud sistem sosial kebudayaan dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu sistem nilai, sistem sosial, dan wujud
fisik baik dalam kebudayaan maupun kehidupan masyarakat. Dalam
hubungan ini Pancasila merupakan core values sistem sosial kebudayaan
masyarakat Indonesia, yaitu merupakan suatu esensi nilai kehidupan
sosial kebudayaan yang multikulturalisme. Oleh karena itu, dalam proses
aktualisasi nilai-nilai Pancasila harus meliputi tiga dimensi tersebut,
sehingga dalam hal ini diperlukan suatu proses doktriner melainkan justru
pembudayaan dan internalisasi dalam kehidupan sosial budaya
masyarakat Indonesia. Dalam kehidupan sosial kebudayaan masyarakat
nampak semakin kuat pengaruh individualisme, primordialisme, serta
fanatisme etnis, ras, golongan maupun agama.Bangsa Indonesia adalah
multikultural, multi etnis, dan multi religius, oleh karena itu nilai-nilai
persatuan dalam suatu keragaman harus dibudayakan dengan berbasis

15
pada etika religius dan kemanusiaan yang adil dan beradab. Dengan
sendirinya, revitalisasi juga harus diikuti dengan upaya pembinaan,
pemeliharaan, dan pemanfaatan kekayaan budaya bangsa.

BAB IV

16
PENUTUP

3.I. KESIMPULAN
Globalisasi dengan segala dampak yang ditimbulkannya bagi bangsa
Indonesia semestinya memberikan pengaruh positif. Oleh karena itu
tantangan nyata bagi kehidupan berbangsa dan bernegara yang harus
dihadapi saat ini adalah bagaimana tindak tanduk dalam merespon
fenomena globalisasi dengan berpedoman pada nilai etika Pancasila
sebagai warisan budaya luhur bangsa Indonesia. Pancasila harus diyakini
oleh seluruh elemen masyarakat sebagai nilai-nilai moralitas sehingga arus
globalisasi tetap terjawab dengan nilai-nilai Pancasila.
3 .2. SARAN
Rakyat Indonesia diharapkan bisa tetap menjaga kepribadian bangsa
dalammenghadapi tantangan globalisasi,serta bisa mengambil hal-hal
positif dari efekglobalisasi dengan tetap berpegang teguh kepada pancasila
sebagai dasar negarasehingga bisa membantu pembangunan dan
perkembangan negara.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Muchji, Drs,H.MM.dkk,Gunadarma, Jakarta, Pendidikan


Pancasila,2006.2.

https://veryapriyanto.wordpress.com/2011/03/20/pengertian-pancasila/ 3.

http://sukatulis.wordpress.com/2010/12/11/fungsi-dan-kedudukan-
pancasila/ 4.

http://agusnurul.blogspot.com/2011/04/ideologi-pancasila-di-era-
globalisasi.html Mengaktualisasikan Pancasila Sebuah Keharusan Moral

Budimansyah, Dasim. 2011. Penguatan pendidikan kewarganegaraan


untuk membangun karakter bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Kaelan. 2013. Negara kebangsaan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma

Lickona, T. 2012. Educating for character” mendidik untuk membentuk


karakter,

bagaimana sekolah dapat mengajarkan sikap hormat dan tanggung jawab.


Jakarta: Bumi Aksara

Lickona, T. 2013. Character matters. Jakarta: Bumi Aksara.

Notonagoro. 1984. Pancasila secara ilmiah populer. Cetakan keenam.


Jakarta: Bina Aksara

18

Anda mungkin juga menyukai