Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN


BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA
Diajukan untuk memenuhi tugas dalam
Mata Kuliah : Pancasila
Dosen Pengampu : Tri Vebri Yance, S.H, M.H

DISUSUN OLEH :
1. Bintang Adrian
2. Icha Situmorang
3. Irma Dwi Zalianty
4. Julia Saputri
5. Netty Imelda
6. Riski Rivaldo Pardosi

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Pancasila
sebagai Paradigma kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara” ini dengan
baik dan tepat pada waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
kelompok pada mata kuliah Pancasila di program Studi Manajemen Sumberdaya
Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, diantarnya :

1. Bapak Tri Vebri Yance, S.H, M.H selaku dosen pengampu pada Mata Kuliah
Pancasila yang telah memberikan ilmu sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
2. Keluarga yang selalu mendukung, mendoakan, dan menyemangati kami.
3. Teman-teman sekelompok yang telah membantu menyelesaikan tugas
makalah ini.
4. Serta pihak-pihak lain yang telah membantu menyelesaikan tugas makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami masih merasa belum sempurna. Oleh karena
itu, kami memohon maaf apabila masih banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini. Kritik dan saran tersebut akan kami jadikan bahan evaluasi kedepannya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Terima kasih.
Pekanbaru, 13 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Paradigma

2.2 Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ideologi

2.2.1 Pancasila sebagai Ideologi Terbuka

2.2.2 Wawasan Kebangsaan (Nasionalisme)

2.3 Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan IPTEK

2.4 Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Politik

2.5 Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ekonomi


2.6 Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Sosial Budaya

2.7 Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Hankam


2.8 Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan kehidupan Beragama

2.9 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Reformasi

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setelah dicapai konsensus nasional untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-
saturrya azas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sampai
saatnya bangsa Indonesia untuk membudayakan dan mengamalkan nilai-nilai yang
terkandung dalam ideologi bersama Indonesia itu. Sejauh ini di Indonesia 2 juta
orang atau 74% dari penduduk usia dewasa, telah berhasil di jangkau oleh proses
pemasyarakatan itu. Pada saat Krida ketiga dari Panca Krida Kabinet Pembangunan
V, BP-7 Pusat telah berperan aktif dalam merangsang gerakan pembudayaan ideologi
Pancasila, demokrasi Pancasila dan P-4 (Eka Prasetya Pancakarsa) dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bemegara.

Salah satu dimensi gerakan pembudayaan itu, yang juga berarti pengamalannya
dalam kehidupan nyata adalah pengembangan pemikiran tentang nilai-nilai Pancasila
dan UUD1945 yang relevan dengan kebutuhan perkembangan masyarakat dan
tuntutan perubahan zaman, tetapi tetap berada dalam kerangka paradigma atau
kandungan hakekat yang sesungguhnya. Sejalan dengan itu pengembangan
pemikiran itu bukan dimaksudkan untuk merubah atau merevisi, apalagi
menggantinya. Justru yang ingin dicapai adalah untuk memperkuat, mempermantap
dan mengembangkan penghayatan, pembudayaan dan pengamalannya dalam
berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Melalui pengembangan pemikiran tentang Pancasila dan UUD 1945 seperti itu
diharapkan bangsa Indonesia akan dapat melahirkan dan mengembangkan gagasan,
konsep-konsep dan bahkan teori-teori baru dalam berbagai bidang kehidupannya
yang bersumber dari ideologi dan konstitua ber sama Indonesia itu, serta pada waktu
yang sama berhasil pula menguatkan relevansinya dengan realita perkembangan
masyarakat dan tuntutan perubahan zaman.

Sejalan dengan itu, melalui proses pengembangan pemikiran ini diharapkan


bangsa Indonesia akan dapat melahirkan dan mengembangkan gagasan-gagasan,
konsep-konsep dan teori-teori baru tentang kehidupan politik, ekonomi, sosial,
budaya, beragama dan ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, hukum, hankam dan lainnya
yang bukan saja bersumber pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945, tetapi
sekaligus juga mengandung relevansi yang kuat dengan keperluan pembangunan
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dari satu tahap ke tahap berikutnya.
Bersamaan dengan itu Pancasila dan UUD 1945 menjadi hidup dan berkembang,
bukan mati dan beku, di hati dan alam pikiran masyarakat Indonesia yang sekaligus
memperkuat keyakinan mereka tentang kualitasnya yang prima sebagai ideologi dan
konstitusi bersama. Demikian, pengembangan pemikiran berperan penting sekali
dalam pengembangan kebanggaan terhadap Pancasila dan UUD 1945, dan oleh
karena itu menjadi perangsang proses pembudayaan dan pengamalannya.
Berdasarkan kerangka pemikiran ini dulu BP-7 Pusat telah memcentuskan
sebuah "Kelompok Studi Pengembangan Pemikiran tentang Pancasila dan UUD
1945". Melalui Kelompok Studi ini BP-7 Pusat pernah mengundang sejumlah ahli
dari berbagai bidang dan mereka yang berpengalaman untuk menyumbangkan buah
pikiran, baik melalui sumbangan makalah maupun partisipasi dalam diskusi tentang
topik-topik tertentu yang merangsang pengembangan pemikir tentang ideologi dan
konstitusi bersama Indonesia itu. Dari situ tersimpul kegiatan Kelompok Studi ini
berupa rangkaian seminar, masing-masing dengan topik tertentu yang dianggap
relevan.

Melalui Kelompok Studi ini dan hasil- hasilnya BP- 7 Pusat mampu merangsang
gerakan pengembangan pemikiran tentang Pancasila dan UUD 1945 di perguruan-
perguruan tinggi, lembaga-lembaga penelitian dan pengkajian, dan di kalangan-
kalangan lain di seluruh tanah air. Dengan begitu pengembangan pemikiran tentang
Pancasila dan UUD 1945 akan berkembang menjadi suatu gerrakan yang luas yang
pada gilirannya akan berperan aktif dalam merangsang proses pembudayaan dan
pengamalan Pancasila dan UUD 1945 di berbagai lapisan masyarakat dan bangsa
Indonesia dalam berbagai bidang kehidupan mereka sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah


Rumuan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1.

1.3 Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk :
1.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Paradigma

Istilah Paradigma pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan


terutama dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan. Secara terminologis
tokoh yang mengembangkan istilah tersebut dalam dunia ilmu pengetahuan adalah
Thomas S. Khun dalam bukunya yang berjudul “The Structure of Scientific
Revolution” (1970 : 49). Inti sari pengertian paradigma adalah “suatu asumsi-asumsi
dan asumsi-asumsi teoritis yang umum , sehingga merupakan sumber hokum,
metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan yang menentukan sifat, cirri, serta
karakter ilmu pengetahuan itu sendiri (Kaelan, 2000)”.

Ilmu pengetahuan sifatnya sangat dinamis hal mi disebabkan oleh semakin


banyaknya hasil-hasil penelitian manusia, sehingga dalam perkembangannya
terdapat siiatu kemungkinan yang sangat besar ditemukannya kelemahan-kelemahan
pada teori yang telah ada, danjikalau demikian maka ilmuwan akan kembali pada
asumsi-asumsi dasar serta asumsi teoretis sehingga dengan demikian perkembangan
ilmu pengetahuan kembali meng-kaji paradigma dari ilmu pengetahuan tersebut atau
dengan lain perkataan ilmu pengetahuan harus mengkaji dasar ontologis. dari ilmu itu
sendiri. Misalnya dalam ilmu-ilnru sosial manakala suatu teori yang didasarkan pada
suatu hasil penelitian ihiiiah yang mendasarkan pada metode kuantitatif yang
mengkaji manusia dan masyarakat berdasarkan pada sifat-sifat yang parsial, terukur,
korelatif dan positivistik maka temyata hasil dari ilmu pengetahuan tersebut secara
epistemologis hanya mengkaji satu aspek saja dari objek ilmu pengetahuan yaitu
manusia. Oleh karena itu kalangan ilmuwan sosial kembali mengkaji paradigma ilmu
tersebut yaitu manusia. Berdasarkan hakikat-nya manusia dalam kenyataan
objektifnya bersifat ganda bahkan multidi-mensi.

2.2 Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ideologi

Dalam pengembangan Pancasila sebagai ideology harus memandang sebagai


ideologi yang dinamis yang dapat menangkap tanda-tanda perkembangan dan
perubahan zaman. Untuk itu kita harus memperhatikan peranan dan kedudukan
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti berikut ini:

2.2.1 Pancasila sebagai Ideologi Terbuka


Nilai-nilai dasar dalam ideology Pancasila dirumuskan dalam UUD 1945
untuk memperjelas suatu tatanan kehidupan beragama, hokum, politik, ekonomi,
social budaya, hankam, dan sebagainya. Nilai dasar tidak berubah ddengan
gampang, sedangkan penjabaran nilai dasar kepada nilai operasional dapat
berkembang secara kesepakatan bersama di MPR yang disebut dengan amandemen
dan GBHN. Nilai dasar tidak udah berubah karena merupakan tolak ukur stabilitas
dan dinamika, untuk Pasal 37 UUD 1945.
2.2.2 Wawasan Kebangsaan (Nasionalisme)

Konsep Negara (Staatsidee) bangsa Indonesia dapat kita rangkum dari


pokok- pokok pikiran yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945. Negara
adalah keadaan kehidupan berkelompok bangsa Indonesia, yang meliputi :
 Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan
 Didorong oleh keinginan luhur bangsa, untuk
 Berkehidupan yang bebas, dalam arti
 Merdeka, berdaulat, adil dan makmur
 Bedasarkan Pancasila
 Pancasila dijadikan platform kehidupan bersama bagi bangsa
Indonesia yang sangat majemuk agar tetap terikat erat sebagai bangsa
bersatu.

Konsekuensinya dalam realisasi pembangunan nasional dalam berbagai bidang


untuk mewujudkan peningkatan harkat dan martabat manusia secara konsisten
berdasarkan pada nilai-nilai hakikat kodrat manusia tersebut. Maka pembangunan
nasional harus meliputi :

 Aspek jiwa (rohani) : yang mencakup akal, rasa dan kehendak.


 Aspek raga (jasmani) : aspek individu, aspek makhluk sosial, aspek
pribadi
 Aspek kehidupan ketuhanannya. Kemudian pada gilirannya dijabarkan
dalam berbagai bidang pembangunan antara lain, politik, ekonomi,
hukum, pendidikan. sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi
serta bidang kehidupan agama.

2.3 Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan IPTEK

Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai tujuan nasionalnya


sebagaimana dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945. Pada hakikatnya Pancasila
sebagai paradigma pembangunan nasional mengandung arti bahwa segala aspek
pembangunan harus mencerminkan nilai-nilai Pacasila. Pembangunan nasional
adalah untuk manusia Indonesia, dimana manusia secara kodratnya memiliki
kedudukan sebagai makhluk social. Manusia tidak hanya mengejar kepentingan
pribadi, tetapi juga memperhatikan kepentingan masyarakat. Manusia tidak hanya
mementingkan tercapainya kebutuhan material, tetapi juga kebahagian spiritual.
Manusia memiliki fungsi monodualistis tidak hanya mengejar kepentingan dunia,
tetapi mendapatkan kebahagiaan di akhirat kelak. Oleh karena itu, pembangunan
nasional hendaklah mewujudkan tujuan tersebut.
Pancasila memrupakan satu kesatuan dari sila-silanya merupakan sumber nilai,
kerangka berfikir serta asas moralitas bagi pembangunan iptek, seperti sila sila
berikut ini :
1) Sila ketuhanan yang Maha Esa, mengimplementasikan ilmu pengetahuan,
mencipta, perimbangan antara rasional dengan irrasional, antara akal, rasa dan
kehendak. Berdasarkan sila pertama ini iptek tidak hanya memilikirkan apa
yang ditemukan, dibuktikan, dan diciptak menemukan, tetapi juga
mempertimbangkan maksud dan akibatnya kepada kerugian dan keuntungan
manusia dan sekitarnya. Pengolahan diimbangi dengan pelestarian. Sila
pertama menempatkan manusia di alam semesta bukan sebagai sentral,
melainkan sebagai bagian yang sistematika dari alam yang diolahnya.
2) Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, memberikan dasar-dasar moralitas
bahwa manusia dalam mengembangkan iptek haruslah secara beradab. Iptek
adalah bagian dari proses budaya manusia beradab dan bermoral. Oleh sebab
itu, pembangunan iptek harus berdasarkan kepada usaha-usaha mencapai
kesejahteraan umat manusia, bukan menjadikan manusia sebagai makhluk
yang angkung dan sombong dari penggunaan iptek.
3) Sila Persatuan Indonesia, memberikan kesadaran kepanda bangsa Indonesia
bahwa nasionalisme bangsa Indonesia akibat dari sumbangan iptek, iptek
persatuan dan kesatuan bangsa dapat terwujud dan terpelihara, persaudaraan
dan persahabatan antar daerah di berbagai daerah terjalin karena tidak lepas
dari factor kemajuan iptek. Oleh sebab itu, iptek harus dapat dikembangkan
untuk memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangadapi jiwa sila dan
selanjutnya dapat dikembangkan dalam hubungan manusia Indonesia dengan
masyarakat internasional.
4) Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Kikmah dalam Permusyawaratan/
Perwakilan, prinsip demokrasi sebagai jiwa sila keempat ini dapat mendasari
pemikiran manusia secara bebas untuk mengkaji dan mengembangkan iptek.
Seorang ilmuan harus pula memiliki sikap menghormati terhadap hasil
pemikiran orang lain dan terbuka, dikritik dan dikaji ulang hasil dari
pemikirannya. Penemuan iptek yang telah teruji kebenerannya harus dapat
dipersembahkan kepada kepentingan rakyat banyak.
5) Sila Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, kemajuan iptek harus dapat
menjaga keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan, yaitu
keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemausiaan, yaitu keseimbangan
hubungan antara manusia dengan sesamanya, hubungan antara manusia
dengan Tuhan sebagai Penciptanya, hubungan manusia dengan lingkungan
dimana mereka berada.

Kedudukan Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional harus


memperhatikan konsep berikut ini:
a) Pancasila harus menjadi kerangka kognitif dalam identifikasi diri
sebagai bangsa. Pancasila harus diletakkan sebagai kerangka berfikir
yang objektif rasional dalam membangun kepribadian bangsa. Oleh
sebab itu perlu dikembangkan budaya ilmu pengetahuan dalam
memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
b) Pancasila sebagai landasan pembangunan nasional. Perubahan yang
terjadi dalam masyarakat dan bangsa akibat dari pembangunan harus
semakin menempatkan nilai-nilai Pancasila yang dapat dirasakan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
c) Pancasila merupakan arah pembangunan nasional. Proses
pembangunan nasional tidak terlepas dari control nilai-nilai Pancasila.
Oleh sebab itu, kemana arah pembangunan melalui tahap-tahapnya
tidak dapat dilepaskan dari usaha mengimplementasikan nilai-nilai
Pancasila, sehingga pembangunan adalah pengamanan Pancasila.
d) Pancasila merupakan etos pembangunan nasional. Mewujudkan visi
bangsa Indonesia masa depan diciptakan misi pengamalan Pancasila
secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Konsistensi antara teori dan kenyataan dan ucapan dengan
tindakan, merupakan paradigm baru dalam menjadikan Pancasila
sebagai etika pembangunan nasional.
e) Pancasila sebagai moral pembangunan. Sebutan ini mengandung
maksud agar nilai-nilai luhur Pancasila (norma-norma Pancasila yang
tercantum dalam pembukan UUD 1945) dijadikan tolak ukur dalam
melaksanakan pembangunan nasional, baik dalam melaksanakan
pembangunan nasional, baik dalam perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan, maupun dalam evaluasinya.

Dalam menghadapi era globalisasi kita harus melihat dua karakteristik


masyarakat untuk pembangunan bangsa (S. Budisantoso. 1998:42-43).
Pertama, kemajemukan masyarakat dan keanekaragaman budaya. Kedua,
dinamika masyarakat dan keterbukaan kebudayaan terhadap pembaharuan.
Masyarakat majemuk Indonesia yang sedang mengalami perkembangan yang
amat pesat karena dampak pembangunan nasional maupun rangsangan
globalisasi, memerlukan pedoman bersama (common frame of reference)
dalam menganggapi tantangan demi keutuhan bangsa. Oleh sebab itu,
pembangunan nasional harus dapat memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini:
1) Hormat terhadap keyakinan religious setiap orang
2) Hormat terhadap martabat manusia sebagai pribadi atau subjek (manusia
seutuhnya)
3) Kesatuan sebagai bangsa yang melayani segala bentuk sektarianisme. Ini
berarti komitmen kepada nilai kebersamaan seluruh bangsa dan komitmen
moral untuk mempertahankan eksistensi dan perkembangan seluruh bangsa
Indonesia.
4) Nilai-nilai yang terkait dengan demokrasi konstitusional (persamaan politis,
hak-hak asasi, hak-hak, dan kewajiban kewarganegaraan)
5) Keadilan social yang mencakup persamaan (equality) dan pemerataan
(equity).
2.4 Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Politik

Meningkatkan peran MPR, DPR dan lembaga tinggi Negara lainnya dengan
menegaskan fungsi, wewenang dan tanggung jawab yang mengacu pada prinsip
pemisahan kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara lembaga eksekutif,
legislative dan yudikatif. Dalam usaha membangun kehidupan politik, maka
beberapa unsure yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan adalah sebagai
berikut:
1) Sistem politik nasional yang berkedaulatan rakyat, demokratis, dan terbuka
2) Kemandirian partai politik dalam memperjuangkan kepentingan rakyat.
3) Pendidikan politik kepada masyarakat untuk mengembangkan budaya
politik yang demokratis
4) Pemilihan umum yang berkualitas dengan partisipasi rakyat yang luas.

Tiga aspek demokrasi yang harus dikembangkan adalah :


- Demokrasi sebagai sistem pemerintahan
- Demokrasi sebagai kebudayaan politik
- Demokrasi sebagai struktur organisasi
- Demokrasi sebagai siste
Pemerintahan hanya akan berhasil kalau didukung oleh demokrasi sebagai
budaya politik yang rasional objektif. Hak Asasi Manusia harus dilaksanakan
secara kontekstual sesuai dengan kebudayaan Indonesia yang tercermin dalam
kesetaraan dan keseimbanga peranan lembaga-lembaga demokrasi.
2.5 Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ekonomi

Dalam dunia ilmu ekonomi boleh dikatakan jarang ditemukan paksr ekonomi
yang mendasarkan-pemikiran pengembangan ekonomi atas dasar-moralitas
kemanusiaan dan Ketuhanan. Sehingga lazinmya pengembangan ekonomi
mengarah pada persaingan bebas, dan akhirnya yang kuat yang menang. Hal ini
sebagai implikasi dari perkembangan ilmu ekonomi pada akhir abad ke-18
menumbuhkan ekonomi kapitalis. Atas dasar kenyataar objektif inilai maka di
Eropa pada awal abad ke-19 muncul pemikiran sebagai reaksi atas perkembangan
ekonomi tersebut yaitu sosialisme komunisme yang memperjuangkan nasib kaum
proletar yang ditindas oleh kaum kapitalis. Oleh karena itu kiranya menjadi sangat
penting bahkan mendesak untuk dikembangkan sistem ekonomi yang mendasarkan
pada moralitas humanistik, ekonomi, yang berkemanusiaan.
Atas dasar kenyataan tersebut maka Mubyarto kemudian mengembangkan
ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang humanistik yang mendasarkan pada
tujuan demi kesejahteraan rakyat secara luas. Pengembangaa ekonomi bukan
hanya mengejar pertumbuhan saja melainkan demi kemanusiaan, demi
kesejahteraan seluruh bangsa. Maka sistem ekonomi Indonesia mendasarkan atas
kekeluargaan seluruh bangsa. Pengembangan ekonomi tidak bisa dipisahkan
dengan nilai-nilai moral kemanusiaan (Mubyarto. 1999). Hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa tujuan ekonomi itu sendiri adalah untuk memenuhi kebutuhan
manusia, agar manusia menjadi lebih sejahtera. Oleh karena itu ekonomi harus
mendasarkan pada kemanusiaan yaitu demi kesejahteraan kemanusiaan, ekonomi
untuk kesejahteraan manusia sehingga kita harus menghindarkan diri dari
pengembangan ekonomi yang hanya mendasarkan pada persaingan bebas,
monopoli dan lainnya yang menimbulkan penderitaan pada manusia, menimbulkan
penindasan atas manusia satu dengan lainnya.

2.6 Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Sosial Budaya

Dalam pembangunan pengembangan aspek sosial budaya hendaknya


didasarkan atas sistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki
oleh masyarakat tersebut. Terutama dalam rangka bangsa Indonesia melakukan
refbrmasi di segala bidang dewasa ini. Sebagai anti klimaks proses reformasi
dewasa ini sering kita saksikan adanya stagnasi nilai sosial budaya dalam
masyarakat sehingga tidak mengherankan jikalau di berbagai wilayah Indonesia
saat ini terjadi berbagai macatn gejolak yang sangat memprihatinkan antara lain
amuk roassa yang cenderung anarkis, bentrok antara kelompok masyatrakat satu
dengan lainnya yang muaranya adalah pada masalah polilik.

Oleh karena itu dalam pengembangan sosial budaya pada masa refor-masi
dewasa ini kita hams mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia
sebagai dasar nilai yaitu nilai- nilai Pancasila itu sendiri. Dalam prinsip etika
Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik, artinya nilai-nilai Pancasila
mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk yang berbudaya. Terdapat rumusan dalam sila kedua Pancasila yaitu
"Kemanusiaan yang adil dan beradab". Dalam rangka pengembangan sosial
budaya, Pancasila merupakan sumber normatifbagi peningkatan humanisasi dalam
bidang sosial hudaya.

Sebagai kerangka kesadaran Pancasila dapat merupakan dorongan untuk (I)


univer-salisasi, yaitu melepaskan simbol-simbil dari keterkaitan struktur. dan (2)
transendentalisasi. yaitu meningkatkan derajat kemerdekaan, manusia, dan
kebebasan spiritual (Koentowijoyo, 1986). Dengan demikjan maka proses
humanisasi universal akan dehumanisasi serta aktualisasi nilai hanya demi
kepentingan kelompok sosial tertentu sehingga menciptakan sistem sosial budaya
yang beradab. Dalam proses reformasi dewasa ini sering kita saksikan gejolak
masya-rakat yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan yang beradab. Hal ini sebagai
akibat perbenturan kepentingan politik demi kekuasaan sehingga masyarakat
sebagai elemen infrastruktur politik yang malakukan aksi sebagai akibat akumulasi
persoalan-persoalan politik. Anehnya suatu aksi yang tidak beradab, tidak
manusiawi dan tidak human tersebut senantiasa mendapat aflrmasi politis dari
kalangan elit politik sebagai tokohnya.
Demikian pula meningkatnya fanatisme etnis di berbagai daerah
mengakibatkan lumpuhnya keberadaban masyarakat. Oleh karena itu suatu tugas
yang maha berat bagi bangsa Indonesia pada pasca reformasi dewasa ini untuk
mengembangkan aspek sosial budaya dengan berdasarkan nilai- nilai Pancasila,
yang secara lebih terinci berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan, nilai Ketuhanan serta
nila keberadaban.
2.7 Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Hankam

Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat hukum demi


tegaknya hak-hak warga negara maka diperlukan peraturan perundane-undangan
negara, baik dalam rangka mengatur ketertiban warga maupis. dalam rangka
melindungi hak- hak warganya. Oleh karena itu negara bertujuan melindungi
segenap wilayah negara dan bangsanya. Atas dasar penger-tiau demikian ini maka
keamanan merupakan syarat mutlak tercapainya kesejahteraan warga negara.
Adapun demi tegaknya integritas seluruh masyarakat negara diperlukan suatu
pertahanan negara. Untuk itu diperlukan aparat keamanan negara dan aparat
penegak hukum negara.

Oleh karena Pancasila sebagai dasar negara dan mendasarkan diri pada hakikat
nilai kemanusiaan monopluralis maka pertahan dan keamanan negara harus
dikembalikan pada tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai pendukung
pokok negara. Ketahanan nasional, pembangunan nasional tidak terlepas dari
ketahanan nasional, yaitu perwujudan cita-cita bangsa dalam tingkat ketahanan
nasional yang terjabar sebagai berikut.

1) Nilai-nilai fundamental yang menyangkut pribadi warga Negara, yaitu


pengembangan pribadi warga Negara, yaitu pengembangan pribadi dalam
matra horizontal dan vertical, pertumbuhan social ekonomi,
keanekaragaman, dan persamaan derajat.
2) Nilai-nilai fundamental yang menyangkut sistem/struktur kehidupan
masyarakat yaitu pemerataan kesejahteraan, solideritas masyarakat,
kemandirian, dan partisipasi seluruh masyarakat.
3) Nilai-nilai fundamental yang menyangkut interaksi antaa pribadi-pribadi
warga Negara dan sistem/struktur kehidupan masyarakat, yaitu keadilan
sosial, keamanan atau stabilitas dan keseimbangan lingkungan.

2.8 Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan kehidupan Beragama

Dalam pengertian inilah maka negara menegaskan dalam Pokok Pikiran Ke IV


bahwa "Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa, atas dasar kemanwiaan
yang adil dan beradab". Hal iiu berarti bahwa kehidupan dalam negara mendasarkan
pada nilai-nilai ketuhanan. Negara memberikan kebebasan kepada warganya untuk
memeliik agama serta men-jalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa dalam negara Indonesia memberikan
kebebasan atas kehidupan beragama atau dengan lain perkataan menjamin atas
demokrasi di bidang agama. Oleh karena setiap agama memiliki dasar-dasar ajaran
sesuai dengan keyakinan masing-masing maka dalam. pergaulan hidup negara
kehidupan beragama hubungan antar pemeluk agama didasarkan atas nilai-nilai
kemanusiaan yang beradab hal ini berdasarkan pada nilai bahwa semua pemeluk
agama adalah sebagai bagian dari umat manusia di dunia.
Oleh karena itu kehidupan beragama dalam negara Indonesia harus
dikembangkan ke arah terciptanya kehidupan bersama yang penuh toleransi, saling
menghargai berdasarkan nilai kemanusiaan yang beradab.

2.9 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Reformasi

Dalam kenyataannya gerakan reformasi ini harus dibayar mahal oleh bangsa
Indonesia yaitu dampak sosial, politik, ekonomi terutama kemanusiaan. Para elit
politik memanfaatkan gelombang reformasi ini demi meraih kekuasaan, sehingga
tidak mengherankan jikalau banyak terjadi perbenturan kepentingan politik.
Berbagai gerakan muncul disertai dengan akibat tragedi kemanusiaan yang sangat
memilukan dan banyak menelan korban jiwa dari anak-anak bangsa sebagai rakyat
kecil yang tidak berdosa dan mendambakan perdamaian ketenteraman serta
kesejahteraan. Tragedi yang sangat memilukan itu antara lain peristiwa Amuk Masa
di Jakarta, Tangerang, Solo, Jawa Timur, Kalimantan serta daerah-daerah lainnya.
Bahkan tragedi pembersihan etnis ala Rezim Serbia di Balkan terjadi di berbagai
daerah antara lain di Dili, Kupang, Ambon, Kalimantan Barat serta beberapa daerah
lainnya. Ancaman disitntegrasi dan sentimen SARA semakin merongrong eksistensi
bangsa Indonesia, aparat keamanan diletakkan dalam posisi yang sangat sulit
bahkan krisis kepatuhan terhadap hukum semakin merosot, sehingga hukum seakan-
akan sudah tidak berfungsi lagi.
Namun demikian di balik berbagai macam keterpurukan bangsa Indonesia
tersebut masih tersisa satu keyakinan akan nilai yang dimilikinya yaitu nilai-nilai
yang berakar dari pandangan hidup bangsa Indon'esia sendiri yaitu nilai-nilai
Pancasila. Reformasj adalah menata kehidupan bangsa dan negara dalam suatu
sistem negara di bawah nilai-nilai.
Pancasila bukan menghancurkan dan membubarkan bangsa dan negara
Indonesia. Betapapun perubahan dan reformasi dilakukan namun bangsa Indonesia
tidak akan menghancurkan nilai religiusnya, nilai kemanusiaannya, nilai
persatuannya, nilai kerakyatan serta nilai keadilannya. Bahkan pada hakikatnya
reformasi itu sendiri adalah mengembalikan tatanan kenegaraan ke arah sumber
nilai yang merupakan platform kehidupan bersama baagsa Indonesia, yang selama
ini dise-lewengkan demi kekuasaan sekolompok orang baik pada masa orde lama
maupun orde baru.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Ismaun, 1981, Tinjauan Pancasila Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia,


C.V.Carya Remaja.

Ismaun, 1981, Pembahasan Pancasila Sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia.CV.


Yulianti, Bandung.

Kaelan, 1983, Proses Perumusan Pancasila dan UUD 1945, Liberty, Yogyakarta.
Kaelan 1996, Filsafat Pancasila, Paradigma, Yogyakarta.
Kaelan 1995, "Hakikat Sila-sila Pancasila", Dalam Ensiklopedi Pancasila Pariata
Westra (Ed), Penerbit BPA, Yogyakarta. Kaelan. 2008. Pendidikan Pancasila.
Paradigma. Yogyakarta.

Kancil, 1980, Pancasila dan UUD 1945, Cet. 7, Pradnya paramita, Jakarta. Karya Anda,
1978, Ketetapan-ketetapan MPR, Surabaya.
Laboratorium Pancasila IKIP Malang, 1979, Pokok-pokok Pembahasan Pancasila
Dasar Filsafat Negara, Usaha Nasional, Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai