Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN FISIKA LINGKUNGAN

Pemanfaatan Kulit Pisang Sebagai Bahan Baku Pembuatan Babe (Banana


Battery)

Oleh:
Linda Zaenati Nurfarida RSA1C315003
Pipit Rostika RSA1C315008
Ana Arifatul Fitriah RSA1C315016
Ayu Lestari RSA1C315022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA PGMIPAU


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN LMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmatNya Tim
Penulis dapat menyelesaikan laporan Pemanfaatan Kulit Pisang Sebagai
Bahan Baku Pembuatan Babe (Banana Battery) yang diajukan untuk
memenuhi tugas pada matakuliah Fisika Lingkungan.
Laporan ini berisi tentang pembuatan Babe (Banana Battery) yang
merupakan baterai ramah lingkungan. Laporan ini menjelaskan proses pembuatan
BaBe menggunakan sampah organik yang terdapat di lingkungan sekitar kita.
Pemanfaatan sampah organik akan memberikan dampak yang baik terhadap
kelestarian lingkungan. Sampah organik yang digunakan sebagai bahan
pembuatan BaBe dipilih berdasarkan kandungan yang terdapat pada sampah
tersebut. Pemilihan bahan baku akan mempengaruhi kualitas baterai alternatif
yang dihasilkan.
Tim Penulis berharap dengan adanya laporan ini akan menambah
wawasan dan memotivasi pembaca untuk menggali serta mengembangkan
kreatifitas yang dimilikinya. Kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini
bermanfaat bagi kita semua.

Jambi, November 2017

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................. 4
2.1 Energi Alternatif ............................................................................................ 4
2.2 Kulit Pisang ................................................................................................... 5
BAB III PROSEDUR PEMBUATAN .................................................................... 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 11
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 13
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 13
5.2 Saran ............................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam
yang melimpah dimana sebagian besar penduduk Indonesia berkerja sebagai
petani dan mayoritas dari hasil pertanian adalah buah-buahan dan sayuran. seperti
yang kita ketahu ihampir setiap hari kita mengosumsi buah-buahan dan sayuran
terutama buah pisang dan sayur yang sering sekali kita konsusmsi adalah bayam
dan kangkung. Menurut Sunaryo (dalam Rahman, dkk., 2012) salah satu ciri
sayuran segar adalah tidak dapat disimpan lama dalam keadaan segar sehingga
sebagian hasil yang dipanen tersebut telah rusak. selain itu buah pisang yang
dikonsumsi sehari-hari juga menyisakan kulit pisang yang tidak dimanfaatkan.
Selain itu krisis energi adalah masalah yang sangat fundamental,
khususnya masalah energi listrik. Energi listrik merupakan energi yang sangat
diperlukan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Sumber energi listrik yang
berasal dari batu bara dan minyak bumi, tidak ramah lingkungan karena
menimbulkan polusi udara, dan untuk memperbaharuinya memerlukan waktu
yang lama. Untuk itu sumber-sumber energy baru perlu diberdayakan karena
penggunaan bahan bakar seperti fosil akan habis kurang lebih 17 tahun mendatang
(Kadir, 1995).
Baterai merupakan salah satu sumber energi yang sekali habis pakai.
Baterai biasanya terdiri dari tiga komponen penting, yaitu: batang karbon sebagai
anoda (kutub positif), seng (Zn) sebagai katoda (kutub negatif), dan pasta sebagai
elektrolit (penghantar). Salah satu komponen baterai yang dapat diperbaharui
adalah pasta baterai. Baterai yang setelah pakai biasanya dibuang atau tidak
dimanfaatkan lagi. Hal ini tentu saja tidak hemat dari segi energi maupun biaya.
Selain itu baterai bekas yang dibuang ke tanah akan menghasilkan limbah yang
sulit terurai secara alami.
Ditambah lagi dari dampak yang ditimbulkan dari pasta baterai yang telah
mencemari tanah, karena kandungan pasta baterai tersebut merupakan bahan-
bahan kimia yang bersifat racun terhadap kesuburan tanah seperti kalium dan
natrium. Kebutuhan akan sumber energi baru sedang giat-giatnya dicari dan

1
dikembangkan seiring dengan berkembangnya bioteknologi. Pencarian sumber
energy listrik juga difokuskan berasal dari bahan-bahan organik yang ramah
lingkungan, aman bagi manusia, mudah didapat, serta dapat terus diperbaharui.
Ada banyak sumber energi yang dihasilkan oleh alam salah satunya energi
yang dihasilkan dari limbah kulit pisang. Banyak orang yang suka terhadap buah
pisang, karena rasa pisang yang manis serta tekstur daging buah yang lembut
menyebabkan banyak orang yang menyukainya. Namun banyak orang yang
hanya memanfaatkan daging buahnya saja. Kulit pisang sering dianggap
sampah atau hanya sebagai limbah. Padahal didalam kulit pisang banyak
mengandung unsur serta senyawa yang dapat digunakan sebagai energi
alternative. Adapun kandungan didalam kulit pisang seperti 68,90 % air, 18,50 %
karbohidrat , 2,11% lemak, 0,32% protein, 71,5% kalium, 11,7% fosfor, 1,6 %
besi dan 0,12 % vitamin. Di dalam kandungan kulit pisang terdapat berbagai
macam elektrolit seperti fosfor ,besi , seng, dan kalium yang mampu
menghantarkan ion dan elektron dalam elektroda. kandungan zat didalam kulit
pisang dapat menggantikan komponen ada Namun pemanfaatan limbah kulit
pisang sebagai alternatif pengganti pasta baterai kering belum dimanfaaatkan
secara maksimal oleh masyarakat.
Pemanfaatan limbah kulit pisang dapat menjadi salah satu alternatif untuk
membantu menanggulangi masalah yang timbul berhubungan dengan sumber
listrik dan membantu menimalisir limbah baterai bekas dalam kehidupan sehari-
hari dan menciptakan baterai yang ramah lingkungan Oleh karena itu, dalam
karya tulis ini peneliti tertarik untuk memanfaatkan limbah kulit pisang sebagai
alternatif pengganti pasta baterai kering.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas bagaimana memanfaatkan limbah kulit
pisang sebagai alternatif sumber listrik terbarukan dan pengganti pasta baterai
kering yang ramah lingkungan tanpa menggunakan bahan-bahan yang berbahaya
untuk lingkungan sekitar.

2
1.3 Tujuan Penulisan
Dapat memanfaatkan secara maksimal limbah kulit pisang sebagai alternatif
sumber listrik terbarukan dan menciptakan baterai yang ramah lingkungan yang
komponennya digunakan dari limbah kulit pisang serta mampu menimalisir
limbah kulit pisang dan mencegah limbah baterai yang dibuang sembarangan
sehingga dapat mengotori ligkungan sekitar.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Energi Alternatif
Energi adalah suatu kemampuan untuk melakukan kerja atau kegiatan.
Tanpa energi, dunia ini akan diam atau beku. Dalam kehidupan manusia selalu
terjadi kegiatan, dan untuk kegiatan otak dan kegiatan otot diperlukan energi.
Energi itu diperoleh melalui proses oksidasi (pembakaran) zat makanan yang
masuk dalam tubuh berupa makanan. Kegiatan manusia lainnya dalam
memproduksi barang dan transportasi dan lainnya juga memerlukan barang dan
transportasi dan lainnya juga memerlukan energi yang diperoleh dari bahan
sumber energi atau sering disebut sumber daya alam (natural resources).
Alternatif menurut bahasa dapat diartikan sebagai pengganti atau cara lain.
Jadi, energi alternatif dapat disimpulkan sebagai kemampuan suatu benda atau hal
lain untuk dijadikan pengganti dari suatu barang atau hal lainnya, tanpa
kehilangan fungsi atau tujuan dari penggunaan barang tersebut (Jasin, 2000: 69).
Sumber-sumber energi yang umum digunakan manusia bisa digolongkan
berdasarkan bentuk energinya, misalnya bentuk energi angin adalah kinetik,
bentuk energi air adalah potensial, dan bentuk energi matahari adalah internal.
Energi angin dan air berpindah melalui kerja, sedangkan energi matahari
berpindah melalui perpindahan panas. Bahan bakar fosil (minyak, gas, dan
batubara) yang saat ini merupakan energi dominan di dunia juga tergolong dalam
bentuk energi internal.
Dalam memilih sumber energi setidaknya terdapat empat parameter
penting yang patut diperhatikan, yakni: jumlah/cadangan energi, kerapatan energi
(energy density/energi per volume sumber energi), kemudahan penyimpanan
energi (energy storage), dan kemudahan perubahan/perpindahan energi. Bila
kemudian faktor lingkungan juga diperhitungkan, maka efek pencemaran
lingkungan juga menjadi parameter penting bagi sebuah sumber energi.
Dibandingkan dengan sumber energi yang lain, saat ini bahan bakar fosil unggul
dalam hal jumlah, kerapatan, kemudahan penyimpanan, dan kemudahan
perubahan/perpindahan energi.

4
2.2 Kulit Pisang
Kulit pisang mengandung karbohidrat dan kaya akan mineral seperti
kalium, magnesium,fosfor, klorida, kalsium, dan besi. Karbohidrat mengandung
glukosa, apabila glukosa dicampur dengan air dan didiamkan dalam ruang kedap
udara selama beberapa hari maka akan terjadi fermentasi sehingga dapat diperoleh
etanol. Etanol lama-kelamaan akan teroksidasimenjadi asam etanoat atau asam
asetat.
Reaksi yang terjadi yaitu sebagai berikut :
C6H12O6 CH3CH2OH+[O] CH3COOH
Glukosa Etanol Asam asetat
Asam asetat merupakan salah satu jenis zat elektrolit. Dalam kulit pisang
yang sudah difermentasi memiliki sifat asam yang berasal dari kandungan asam
asetat, hal tersebut terbukti ketika pH larutan diukur dengan pH universal pH
berkisar antara 4-5.
Selain mengandung asam asetat, kulit pisang mengandung zat elektrolit
lain seperti kalium dan garam klorida. Kalium dan garam klorida bereaksi
membentuk garam kalium klorida. Garam kalium klorida dalam air dapat
menghantarkan listrik karena dapat terionisasi.
Reaksi ionisasi yang terjadi yaitu sebagai berikut :
KCl K+ + Cl-
Arus listrik dapat mengalir karena seng bertindak sebagai katode (kutub +)
yang bersifat menarik ion negatif dan tembaga bertindak sebagai anode (kutub -)
yang bersifat menarik ion positif. Ketika air rendaman kulit pisang bersentuhan
dengan unsur seng dan tembaga terjadi reaksi ionisasi dalam larutan, sehingga
dapat terjadi aliran elektron yang menyebabkan arus listrik mengalir. Jika kedua
elektrode dihubungkan dengan lampu arus akan mengalir dari anode ke katode,
dan lampu menyala.
Dengan cara mengganti Mangan Oksida atau elektrolit pada baterai yang
sudah tidak bisa digunakan, diganti dengan elektrolit dari kulit durian dan juga
kulit pisang sehingga kita bisa menggunakan baterai tersebut kembali. Batu
baterai mengandung berbagai macam logam berat seperti merkuri, timbal, nikel,
lithium dan yang lainnya. Batu baterai termasuk termasuk dalam B3 (Bahan

5
Berbahaya Beracun). Apabila dibuang sembarangan kandungan logam berat dan
zatzat berbahaya yang terdapat dalam baterai bisa mencemari air dan tanah yang
dampaknya akan membahayakan manusia (Mahusin,dkk. 2015 : 138-142).

Limbah kulit pisang dapat digunakan untuk aplikasi biobaterai. Biobaterai


adalah suatu alat yang menghasilkan energi listrik yang bersumber dari makhluk
hidup. Kebanyakan manusia jarang berfikir untuk mendaur ulang kulit pisang.
Kulit pisang untuk aplikasi biobaterai dapat bertindak sebagai konduktor karena
mengandung partikel bermuatan yang disebut ion positif dan negatif. Penggunaan
kulit pisang sebagai biobaterai dapat berwujud cairan maupun pasta.
Pemanfaatan limbah maupun buah-buahan terhadap energi alternatif saat
ini banyak menjadi pusat penelitian oleh para peneliti. Sel lemon (Citrus limon L.)
dapat menghidupkan kalkulator dengan menggunakan pasangan elektroda Zn/Cu,
Zn/C, Mg/Cu dan Mg/C[5]. Kulit pisang kepok dapat dimanfaatkan sebagai
bioetanol dengan memvariasikan waktu fermentasi (48, 96, 144 dan 192 jam)
terhadap kadar etanol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu optimum
fermentasi 144 jam menghasilkan kadar etanol terbesar yaitu 13,5406 %[6].
Disamping itu berbagai jenis buah dan sayur, dapat menyalakan LED, buah
tersebut yaitu buah kiwi, lemon, jeruk nipis, jeruk, dan tomat. Sementara seledri,
bawang, kentang, dan, apel diperlukan masing-masing 4 buah untuk menyalakan
LED. Jenis bahan lebih asam yang dapat menyalakan LED.
Keasaman suatu bahan mempengaruhi daya hantar listriknya. Baterai
dapat menghasilkan listrik karena dalam sebuah baterai terdiri dari dua elektroda
dan larutan elektrolit yang memiliki sifat asam. Pada konduktor elektrolit elektron
mengalir dibawa oleh ion-ion, sedangkan yang dapat menghasilkan ion antara lain
asam, basa dan garam. Semakin asam larutan elektrolit, maka konsentrasi ion
hidrogennya semakin tinggi dan hantaran arus dari anoda ke katoda semakin
besar[9]. Keasaman suatu bahan berhubungan dengan fermentasi.
Fermentasi merupakan proses memproduksi energi di dalam sel dalam
kedaaan tanpa oksigen (anaerob). Pada umumnya fermentasi dilakukan untuk
menghasilkan keasaman dari bahan. Setelah waktu fermentasi yang diinginkan
selesai, derajat keasamannya dapat diketahui dengan menggunkan pH meter.

6
Bahan yang memiliki keasaman yang kuat menghasilkan nilai pH yang kecil
sedangkan bahan yang tingkat keasamaannya lemah menghasilkan nilai pH yang
besar. Suatu bahan bersifat asam jika nilai pH-nya <7. Semakin asam (semakin
kecil nilai pH) maka konduktivitas listrik larutan tersebut makin besar dan
sebaliknya semakin besar nilai pH maka semakin kecil konduktivitas listrik
larutan tersebut.
Aplikasi terhadap limbah selain sebagai energi alternatif ia juga
dimanfaatkan untuk aplikasi yang lain. Limbah berbagai jenis kulit pisang dapat
dimanfaatkan sebagai produksi nata. Jenis kulit pisang yang digunakan yaitu
pisang kepok, raja, ambon, dan kluthuk. Selain itu, limbah kulit pisang mas,
pisang raja, dan pisang ambon dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan. Namun
penelitian terhadap berbagai jenis kulit pisang untuk aplikasi yang lain khususnya
energi alternatif belum ada yang melakukan, padahal kulit pisang pada umumnya
mengandung beberapa mineral yang dapat berfungsi sebagai elektrolit.
Mineral terbanyak dalam kulit pisang adalah potassium atau kalium (K+)
yang berperan dalam proses listrik. Disamping itu mineral lain yang berperan
dalam kelistrikan kulit pisang yaitu banyaknya kandungan mineral fosfor dan air.
Mineral fosfor tersebut dapat meningkatkan konduktivitas suatu bahan. Sementara
itu air yang mengandung ion-ion dapat berperan dalam proses transfer elektron.
Sebagai salah satu negara produsen pisang dunia, Indonesia telah
memproduksi sebanyak 6.20% dari total produksi dunia dan 50% produksi pisang
asia berasal dari Indonesia[15]. Di samping itu Indonesia juga merupakan negara
penghasil pisang ke empat di dunia. Tanaman pisang umumnya dikelompokkan
menjadi tiga golongan, yakni pisang yang enak dimakan (Musa paradisiaca L),
pisang yang hanya diambil pelepahnya untuk serat (Musa textilis Noe) dan pisang
liar yang hanya dipakai untuk tanaman hias (Musa Zebrina van Houtte).
Berdasarkan taksonominya, tanaman pisang diklasifikasikan sebagai
berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Keluarga : Musaceae

7
Genus : Musa
Species : Musa spp.
Pada umumnya kulit pisang mengandung beberapa mineral yang dapat
berfungsi sebagai elektrolit. Mineral dalam jumlah terbanyak dalam kulit pisang
adalah potassium atau kalium (K+). Ion kalium (K+) memainkan peran dalam
proses listrik. Mineral potassium merupakan yang paling banyak dalam kulit
pisang yang nantinya berperan sebagai elektrolit. Disamping itu mineral lain yang
mempengaruhi kelistrikan kulit pisang yaitu banyaknya kandungan mineral fosfor
dan air yang terdapat didalam pisang tersebut.
Mineral Fosfor merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi
kelistrikan suatu bahan bio. Fosfor sebagai elektrolit dapat diaplikasikan dalam
pembuatan fuel cell. Fuel cell dengan elektrolit fosfor ini dinamakan Phosphoric
acid Fuel Cell (PAFC). Mineral fosfor dapat meningkatkan konduktivitas suatu
bahan. Sementara itu air mengandung partikel bermuatan yang meliputi ion positif
dan negatif dapat berperan dalam proses transfer elektron. Banyaknya jumlah ion-
ion nantinya akan berperan dalam menghantarkan arus listrik. Apabila suatu
bahan yang terdapat ion-ion didalamnya diberikan dua buah elektroda yang
memiliki beda potensial maka ion-ion yang ada dalam bahan tersebut akan
terdisosiasi dan mengalami proses reaksi elektrolitik. Proses elektrolitik ini dapat
mengakibatkan adanya pertukaran ion yang nantinya akan menyebabkan sebuah
aliran elektron dari beda potensial yang menghasilkan tegangan dan arus listrik
(Henri,dkk. 2015 : 97-99).

8
BAB III
PROSEDUR PEMBUATAN
BaBe (Banana Battery) merupakan baterai ramah lingkungan yang dibuat
menggunakan bahan organik. Produk ini diciptakan untuk mengurangi limbah
baterai dan limbah organik yang dapat mencemari lingkungan. Alat dan bahan
yang digunakan untuk membuat BaBe adalah kulit pisang, bayam, jeruk nipis,
baterai bekas, multimeter, tang dan peralatan penunjang.

Gambar 1 Alat dan bahan pembuatan BaBe


Prosedur pembuatan BaBe adalah sebagai berikut:
1. Bongkar baterai menggunakan tang dan peralatan penunjang lainnya.

Gambar 2 Lapisan baterai


2. Keluarkan serbuk elektrolit yang terdapat pada baterai.
3. Iris kulit pisang dan bayam, lalu dihaluskan.
4. Beri air perasan jeruk nipis pada kulit pisang dan bayam yang telah dihaluskan.

Gambar 3 Bahan-bahan yang telah dihaluskan

9
5. Masukkan bahan yang telah dihaluskan ke dalam tabung baterai hingga penuh.

Gambar 4 Pengisian pasta baterai


6. Tutup kembali tabung baterai.

Gambar 5 BaBe
7. Ukur voltase pada baterai menggunakan multimeter.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Mengacu pada sejumlah penelitian sebelumnya, Eksperimen yang kami
lakukan yaitu mengganti pasta baterai kering yang sudah tak terpakai dengan
bahan organic berupa kulit pisang, bayam dan jeruk nipis. Ketiga bahan tersebut
diketahui mengandung elektrolit-elektrolit yang dapat menghasilkan tegangan
listrik. Limbah Baterai bekas yang sudah habis pakai dapat dimanfaatkan sebagai
wadah. Begitu pula dengan kulit pisang dan sayuran (bayam) yang digunakan
pada eksperimen juga merupakan limbah rumah tangga/limbah pasar. Bahan-
bahan untuk isi ulang pasta tersebut sangat ramah lingkungan dan mudah
ditemukan, sehingga sangat cocok untuk dijadikan alternative isi ulang energy
baterai.
Pada proses pembuatannya, baterai yang sudah habis pakai dibongkar
ulang. Bagian kulit luar baterai yang berbahan seng dapat dibuka dengan
menggunakan tang atau alat pencukil. Untuk mempermudah saat membukanya,
alangkah lebih baik jika bantalan karet dibagian bawah baterai dibuang terlebih
dahulu. Setelah itu baru dibuka bagian sambungan di pinggiran baterai. Setelah
bagian seng luar terlepas, baru kemudian plastic yang melapisi bagian dalam
baterai dicopot sehingga didapatkan bagian dalam baterai. Putar bagian atas
(kutub) baterai seperti membuka toples dengan hati-hati. Untuk keamanannya,
kami menggunakan sarung tangan lateks agar tidak bersentuhan langsung dengan
bahan kimia beracun. Setelah baterai terbuka, tarik secara perlahan agar bagian
karbon baterai tidak patah atau terlepas dari kutub atas baterai. Kemudian,
kosongkan bagian dalam baterai. Buang semua serbuk kimia yang ada pada
bagian wadah baterai tersebut. Setelah itu baru kemudian masukkan pasta organic
yang telah dibuat. Pembuatan pasta isi ulang baterai berbahan organik ini juga
cukup mudah. Kami hanya perlu memotong kecil-kecil kulit pisang, kemudian
menumbuknya bersama bayam dan perasan air jeruk nipis dengan menggunakan
alu. Setelah berbentuk pasta atau adonan halus, masukkan bahan tersebut ke
wadah baterai yang telah dikosongkan. Padatkan, kemudian secara perlahan
tanamkan karbon dan penutup baterai lalu putar secara perlahan sampai baterai

11
tertutup sempurna. Agar lebih tertutup rapat, kami melapisi bagian luar baterai
dengan selotip atau lakban.
Setelah eksperimen tersebut, baterai yang telah dibuat kemudian dicek
menggunakan mulimeter digital. Hasil data menunjukkan, tegangan baterai yang
dihasilkan sebesar 1.3 volt. Sedangkan pada baterai yang baru biasanya memiliki
tegangan sebesar 1.6 volt. Hal tersebut membuktikan bahwa pasta organik baterai
yang dibuat menghasilkan tegangan listrik yang bisa dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari. Namun tegangan tersebut masih sangat lemah dan tidak
cukup kuat untuk dipakai atau diimplementasikan pada peralatan elektronik. Hal
tersebut kemungkinan disebabkan oleh keadaan karbon dan baterai yang sudah
tidak berfungsi baik lagi. Selain itu, baterai yang kami hasilkan juga belum
dikemas dengan sangat baik sehingga daya dan tegangan baterai mudah menurun.

12
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
BaBe (Banana Battery) merupakan baterai alternatif yang ramah
lingkungan dengan menggunakan kulit pisang dan sampah organik lainnya
sebagai bahan utamanya. Sampah organik yang dipilih sebagai bahan utama ialah
bahan yang mengandung elektrolit sehingga dapat menghasilkan voltase pada
baterai. Berdasarkan uji coba menggunakan multimeter, BaBe memiliki voltase
yang lebih rendah dibandingkan dengan baterai yang menggunakan karbon
sebagai bahan bakunya. Meskipun memiliki voltase yang tidak jauh dari voltase
baterai umumnya, BaBe tidak mampu menghasilkan arus listrik yang tinggi.
5.2 Saran
Tim Penulis menyarankan kepada pembaca atau peneliti lain untuk
mengembangkan produk baterai alternatif serta mengkaji lebih lanjut mengenai
hal tersebut. Selain itu, Tim Penulis juga menyarankan peneliti lain agar memilih
bahan baku dan menggunakan komposisi yang tepat agar diperoleh baterai
alternatif yang lebih baik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hendri,dkk. 2015. Pengaruh Jenis Kulit Pisang dan Variasi Waktu Fermentasi
Terhadap Kelistrikan dari Sel ACCU dengan Menggunkan Larutan Kulit
Pisang. Pillar Of Physics. Vol. 9 . hal. 97-99.

Jasin, Maskoeri. 2000. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Muhlisin,dkk. 2015. Pemanfaatan Sampah Kulit Pisang dan Kulit Durian Sebagai
Bahan Alternatif Pengganti Pasta Batu Baterai. Jurnal Rekayasa dan
Teknologi Elektro. Vol. 9 (3). Hal 138-142.

14

Anda mungkin juga menyukai