Anda di halaman 1dari 23

Pernah melihat atau

menyaksikan suatu peristiwa?


Bagaimana menarasikan
peristiwa tersebut?
simak terus video pembahasan
teks eksplanasi tahap ke III
berikut ini.
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

dan

Salam Sejahterah untuk Kita Semua!!!


Kembali lagi bersama dengan saya di
Kali ini, saya akan menyajikan materi mengenai
teks eksplanasi tahap keempat.

Dan fokus pembahasan saat ini ialah


Kompetensi Dasar 4.4, yakni
“Memproduksi teks eksplanasi secara lisan atau tulis
dengan memerhatikan struktur dan kebahasaan”
Alur Pembahasan Materi Kali ini
Dapat diperhatikan sebagai berikut :
Memproduksi Struktur

Menyusun Teks Eksplanasi

Kebahasaan
Baik,

Pada kerangka tersebut tergambar bahwa,


kegiatan pembelajaran kali ini adalah
memproduksi teks eksplanasi.

Adapaun batasan yang ditekankan yakni :


1.Struktur dan
2.Kebahasaan teks eksplanasi.
Nah sekarang kita pertegas tentang apa itu memproduksi?
Memproduksi menurut kamus KBBI ialah 1) proses mengeluarkan
hasil, 2) pembuatan.
Berpijak pada makana istilah tersebut maka secara bahsaa
memproduksi teks eksplanasi dapat diartikan sebagai upaya untuk
membuat, mengeluarkan, atau menghasilkan teks eksplanasi.
Upaya pembuatan teks eksplanasi harus memerhatikan struktur
dan kaidah bahasa teks eksplanasi seagai aspek esensial dari
persoalan ini.
Langkah memproduksi teks eksplanasi, yaitu
1. Pemilihan dan penentuan topoik
2. Menetapkan tujuan
3. Mengumpulkan data
4. Menyusun kerangka karangan
5. Membuat teks eksplanasi

Penyusunan teks eksplanasi juga harus memerhatikan struktur


berikut ini:
Tahap awal, mengindetifikasi fenomena,
Tahap kedua, mengulas proses kejadian,
Tahap ketiga, mereview atau memberi sentuhan interpreasi
perihal akibat yang ditimbulkan oleh suatu kejadian.
Selain itu, aspek terpenting yang juga harus diperhatikand alam
penyusunan teks eksplanasi ialah unsur kebahasaan. Nah secara
singkat, unsur kebahasaan teks eksplanasi terdiri dari:
1. Menggunakan kata denotatif (objektif)
2. Menggunakan konjungsi kausalitas.
3. Menggunakan konjungsi kronologis.
Memproduksi Teks Eksplanasi
berdasarkan aturan yang telah dikemukakan sebelumnya

Topik yang dipilih ialah


Disorganisasi Keluarga
Tujuan : Mengetahui proses terjadinya disorganisasi keluarga
Pengumpulan data
Data dikumpulkan dari beberapa sumber (media online dan ofline)
Kerangka Karangan
Identifikasi, proses kejadian, dan mereview
Menggunakan kata denotatif, konjungsi kausalitas, konjungsi kronologis.
Tahap Awal Tahap Kedua Tahap Ketiga

Menyusun Teks
Eksplanasi dengan
Menentukan
Memastikan Topik memerhatikan unsur
Kerangka Karangan;
Memastikan Tujuan kebahasaan;
Identifikasi, Proses
Mengumpulkan Data Kata denotatif,
Kejadian, Review
konjungsi kausalatias,
konjungsi temporal

Memproduksi Teks Eksplanasi


Menyusun Teks Eksplanasi

Topik : Fenomena Sosial (Disorganisasi Keluarga)


Tujuan : Mengetahui proses terjadinya disorganisasi dalam keluarga

Sumber data sesuai topik tersebut adalah: Artikel ilmiah, Laman resmi Laman resmi Kementerian
Pemberdayaan  Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia , Makalah, dll.

Kerangka Karangan

Judul: Disorganisasi Keluarga

Identifikasi Fenomena

Proses Kejadian

Ulasan
Disorganisasi Keluarga

Identifikasi Fenomena

Keluarga sejatinya menjadi garda terdepan dalam memerankan fungsi edukasi, sosialisasi, dan
proteksi atas hal-hal yang kurang baik, baik dari sisi konsep (pengetahuan) maupun sikap. Dan hal
tersebut hanya bisa terwujud jika suatu keluarga mempertahankan visi dan misi hidup yang sama,
merawat sikap saling menghargai dan saling menghormati, belajar bersama, saling support dalam
suasana damai dan harmonis.
Kurang memperhatikan hal-hal yang bersifat asasi tersebut, maka suasana
kekeluargaan akan mengalami kekacauan, kerang komunikasi tertutup, tidak
percaya sesama anggota keluarga, masing-masing peran tidak berjalan selayaknya,
cinta kasih atau kasih sayang tidak lagi menjadi sumbuh utama dalam meretas
kesenjangan, egoisme memuncak, hingga saling menyalahkan satu sama lain pun
turut membuncah. Dari sekian banyaknya hal-hal yang kurang produktif tersebut
akan berujung pada disorganisasi keluarga atau bahkan dalam istilah kekinian ialah
lahirnya broken home.
Matnika menegaskan bahwa disorganisasi adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan susasana keluarga yang tidak harmonis serta tidak berjalannya
kondisi keluarga yang rukun dan sejahtera yang menyebabkan terjadinya konflik
dan perpecahan dalam keluarga.
Proses Kejadian
Berdasarkan data yang dihimpun Republika dari KPAI, sepanjang periode 2011-2016, tercatat
4.294 pengaduan kasus anak korban pengasuhan keluarga dan pengasuhan alternatif. Jika dilihat dari
keseluruhan kategori pengaduan, jumlah ini menduduki peringkat kedua setelah kategori laporan
kasus anak berhadapan dengan hukum (ABH) yang mencapai 7.698 kasus.
Saat ini, data tersebut mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Menurut Asisten Deputi
Bidang Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi, Kementerian Pemberdayaan  Perempuan
Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Valentina Gintings menyoroti maraknya kasus
kekerasan terhadap anak yang terjadi selama pandemi. “Berdasarkan data SIMFONI PPA, pada 1
Januari – 19 Juni 2020 telah terjadi  3.087 kasus kekerasan terhadap anak, diantaranya 852 kekerasan
fisik, 768 psikis, dan 1.848 kasus kekerasan seksual, angka ini tergolong tinggi.
Kardawati menyebutkan bahwa penyebab terjadinya disorganisasi
dalam keluarga yakni : perpisahan atau perceraian orang tua ;
kebudayaan bisu atau bekuhnya ruang komunikasi antar anggota
keluarga, serta perang dingin dalam keluarga, dalam artian latennya
perselisihan dan kebencian antara anggota keluarga.
Selain dari apa yang telah disebutkan tersebut, beberapa pakar
menambahkan penyebab terjadinya disorganisasi keluarga, yaitu:
kurang mendekatkan diri pada Tuhan; ketidak dewasaan orang tua;
Sibuk dengan urusan masing-masing; masalah ekonomi, dan masalah
pendidikan.
Ulasan
Bisa dibayangkan bagaimana akibat yang ditimbulkan jika suatu
keluarga mengalami disorganisasi. Wahyu menyebutkan bahwa broken
home akan berakibat pada prestasi belajar anak turun drastis, konsentrasi
melemah, anak menjadi pendiam atau mengurung diri. Partwiwi dan
Handayani menambahkan bahwa disorgnaisasi keluarga akan
berdampak pada kenakalan anak. Aryani pun turut mempertegas dampak
yang lebih parah lagi, yakni terjadinya keputusasaan, retaknya hubungan
kekeluargaan, serta kecenderungan bunuh diri.
Lantas apa yang bisa dilakukan untuk menghindar dari disorgnisasi keluarga?
Menurut Muhamaad Al Ghazali bahwa hal paling fundamental untuk mencegah
diorganisasi keluarga ialah meyakini secara mendalam bahwa pernikahan bukan
hanya pertemuan untuk meningkatkan produktivitas hewani, tapi ia merupakan
kelanjutan secara simultan dari keimanan untuk mencetak generasi yang dapat
merealisasikan risalah eksistensi kemanusiaan. Dari pernyataan ini dapat
ditegaskan bahwa, disorganisasi keluarga hanya dapat diatasi dengan menumbuhkan
sikap saling percaya, saling terbuka, saling suport dalam hal kebaikan, saling hormat
menghormati, dan saling kasih mengasihi satu sama lian. Poin yang tak kalah
pentingnya ialah merawat dan menjaga keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan
yang Maha Kuasa.
Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa :


Memproduksi teks eksplanasi ialah upaya penyusunan teks eksplanasi
dengan menjadikan struktur dan kaidah bahasa teks eksplanasi sebagai
acuan acuan.
Sekian
dan
Nantikan Video Pembahasan Berikutnya

www.freepptbackgrounds.net

Anda mungkin juga menyukai