Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“PEMBUATAN ELEKTROLIT PADA BIO-BATERAI DARI


KULIT BUAH PISANG”

Dosen Pengampu :

Dr. Susilawati, M.Si


Dr. Lenny Anwar, M.Si

Dosen Pengampu :
Dr. Asmadi M. Noer, M.Sc

Disusun Oleh:
1. Anastasya Novita V.M (2105111963)
2. Flarista Juliyanti S. (2105124776)
3. Tia Stefani Saragi (2105110474)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul
“Pembuatan Elektrolit Pada Bio-Baterai Dari Kulit Buah Pisang”. Makalah ini dibuat dengan
tujuan untuk menambah pengetahuan penyusun dan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sejarah dan Kepustakaan Kimia.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya dengan
segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik. Demi
kesempurnaan Makalah ini, penyusun mohon kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun.

Pekanbaru, 25 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................2

BAB II KAJIAN PUSTAKA.....................................................................................................3


2.1 Globalisasi........................................................................................................................3

2.2 Guru..................................................................................................................................3

2.3 Profesionalisme Guru.......................................................................................................4

2.4 Peran Guru........................................................................................................................5

2.5 Permasalahan guru profesional.........................................................................................6

2.6 Faktor penyebab rendahnya profesionalisme guru...........................................................8

2.7 Upaya-upaya guru dalam meningkatkan profesionalisme...............................................8

Deskripsi Kasus........................................................................................................................10
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................12
3.1 Strategi Pengembangan Profesi Guru.............................................................................12

3.2 Karakteristik Profesionalisme Guru…………………………………………………...13

3.3 Upaya pemerintah dalam meningkatkan guru professional...........................................13

BAB IV PENUTUP.................................................................................................................15
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................15

4.2 Saran...............................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu buangan yang berasal dari proses produksi, baik industri maupun rumah tangga
disebut limbah. Limbah disebut juga sampah. Limbah atau sampah merupakan suatu bahan
yang tidak memiliki nilai. Menurut jenisnya limbah terdiri dari limbah cair, padat, gas, dan
beracun. Secara kimiawi, limbah terdiri bahan kimia, baik dari senyawa organik maupun
senyawa anorganik. Setiap jenis dan karakteristik limbah memiliki tingkat bahaya keracunan
yang berbeda-beda. Perlu adanya penanganan limbah karena kuantitas limbah dari tahun ke
tahun semakin besar sehingga berdampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan
manusia jika dibiarkan begitu saja.

Baterai merupakan suatu benda yang dapat mengubah energi kimia menjadi energi
listrik secara langsung melalui reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi pada elektroda. Di
kehidupan seharihari, baterai banyak digunakan seperti pada remot TV, mainan anak, senter,
jam dinding, dan lain-lain. Baterai disebut juga sebagai sel kering atau sel leclanche. Sel ini
terdiri dari anoda (kutub negatif) dari logam zink dan katoda (kutub positif) yang
terbuat dari grafit. Anoda dan katoda inilah yang dapat membentuk arus listrik dan beda
tegangan. Elektrolit (penghantar) baterai yaitu berupa karbon, MnO 2, dan NH4Cl yang
bercampur membentuk sebuah pasta. Saat ini, banyak perusahaan yang telah
mengembangkan komponen-komponen baterai sehingga menghasilkan baterai yang
memiliki kualitas yang lebih baik. Oleh karena itu, baterai yang kita gunakan saat ini
mengandung logam berat seperti timbal, nikel, merkuri, dan cadmium. Baterai bekas
termasuk limbah anorganik B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Logam-logam berat yang
terdapat dalam baterai dapat mencemari lingkungan yang nantinya akan berdampak pada
kesehatan manusia apabila limbah baterai tidak ditangani secara baik. Akibat dampak
tersebut maka timbul penyakit kanker.

Di Indonesia, masyarakat sudah terbiasa membuang baterai bekas ke tempat


sampah yang nantinya berakhir di TPA. Dengan adanya hal tersebut, sudah terlihat
bahwa belum ada perhatian khusus mengenai pengelolaan limbah baterai. Hal ini terjadi
karena rendahnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya limbah baterai. Pemerintah pun,
kurang peduli mengenai hal tersebut. Tanpa mereka sadari, limbah baterai yang tidak
dikelola dengan baik dapat berdampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

Suatu alat yang dapat menghasilkan arus listrik yang bersumber dari bahan organik
maupun anorganik disebut dengan bio-baterai. Bio-baterai sudah diteliti oleh banyak
ilmuwan. Sumber utama energi bio-baterai yaitu glukosa, karbohidrat, asam amino dan
enzim. Seiring berjalannya waktu, banyak peneliti yang berusaha untuk mengembangkan
bio-baterai yang hanya berbahan organic sehingga ramah lingkungan (biodegradable) dan
harganya ekonomis. Dengan adanya bio-baterai, masyarakat tidak perlu khawatir
mengenai adanya limbah baterai.

1
Sebelumnya, Muhlisin, dkk tahun 2015 dan Khairiyah tahun 2017 telah melakukan
sebuah penelitian tentang bio-baterai yang menggunakan pasta elektrolit dari kulit
durian. Kali ini penulis akan membuat bio-baterai yang elektrolitnya terbuat dari pasta
kulit pisang. Pisang merupakan tanaman yang tumbuh di seluruh wilayah Indonesia.
Produksi pisang dengan kuantitas yang besar ini menimbulkan sebuah permasalahan
yaitu kurang termanfaatkannya limbah kulit pisang tersebut. Jumlah kulit pisang di
Indonesia cukup banyak, yaitu 1/3 dari pisang yang belum dikupas. Di Indonesia, kulit
pisang secara umum hanya digunakan sebagai pakan ternak dan pupuk organik.

Kulit pisang memiliki kandungan gizi yang baik sebagai sumber energi dan antibodi.
Unsur gizi yang terdapat di kulit pisang yaitu karbohidrat, protein, zat besi, lemak, air,
fosfor, kalium, vitamin B dan vitamin C. Selain itu, kandungan mineral yang terdapat
dalam kulit pisang sangat tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pasta dalam bio-baterai.
Mineral yang terkandung dalam kulit pisang meliputi kalium, klorida, kalsium, fosfor,
magnesium, dan zat besi. Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap bio-baterai dari
kulit pisang ini bisa menjadi solusi alternatif pengurangan pencemaran lingkungan yang
disebabkan oleh limbah khususnya limbah baterai dan kulit pisang. Selain itu bio-baterai dari
kulit pisang merupakan sebuah energi terbarukan yang ramah lingkungan (biodegradable)
dan memiliki harga ekonomis.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa kandungan kimia kulit jeruk yang berpotensi sebagai elektrolit?
b. Bagaimana pengaruh variasi konsentrasi ekstrak kulit jeruk terhadap kinerja bio-
baterai?
c. Bagaimana perbandingan kinerja bio-baterai dengan elektrolit kulit jeruk dan
elektrolit konvensional?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Menganalisis kandungan kimia kulit jeruk yang berpotensi sebagai elektrolit.
b. Mempelajari pengaruh variasi konsentrasi ekstrak kulit jeruk terhadap kinerja bio-
baterai.
c. Membandingkan kinerja bio-baterai dengan elektrolit kulit jeruk dan
elektrolit konvensional.

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA
2.1 Bio-Baterai
Bio-baterai dari kulit buah pisang adalah baterai alternatif yang dibuat dari kulit
pisang, yang mengandung senyawa organik dan mineral yang dapat menghantarkan
arus listrik. Kulit pisang dapat digunakan sebagai elektrolit dalam baterai, yang
memiliki daya tahan optimum dan tegangan yang stabil. Penelitian yang dilakukan
menemukan bahwa kulit pisang dapat mengantarkan arus listrik, sehingga dapat
digunakan untuk menggantikan elektrolit pada baterai komersil.

Pembuatan bio-baterai dari kulit pisang mungkin dilakukan dengan cara mengolah
kulit pisang menjadi pasta elektrolit, yang dapat digunakan dalam baterai. Kulit pisang
memiliki kandungan karbohidrat, protein, lemak, potasium, fosfor, zat besi, vitamin C,
vitamin B, dan air, yang dapat dijadikan sumber energi dan antibodi bagi tubuh
manusia.

Bio-baterai dari kulit pisang memiliki beberapa kelebihan, seperti tidak


mengandung bahan kimia berbahaya, tidak memerlukan catu daya eksternal, tersedia
dengan kepadatan energi tinggi, dan tidak berpolusi, terbarukan, dan ramah lingkungan.
Namun, bio-baterai dari kulit pisang memiliki kekurangan, seperti memiliki daya tahan
yang lebih rendah dibandingkan dengan baterai listrik berbasis lithium.

Bio-baterai dari kulit pisang dapat digunakan dalam beberapa aplikasi, seperti
implan medis, pengisi daya untuk perangkat elektronik, mainan, dan kartu ucapan, serta
di bidang pertahanan. Penggunaan bio-baterai dapat membantu menjadi alternatif
energi ramah lingkungan dengan menggunakan limbah buah dan sayuran sebagai
elektrolit.

2.2 Kulit Buah Pisang


Kulit pisang merupakan bagian dari buah pisang yang dapat dikonsumsi dan
memberikan manfaat untuk kesehatan. Selain itu, kulit pisang juga dapat digunakan
sebagai pembuat elektrolit pada bio-baterai. Penelitian yang dilakukan menunjukkan
bahwa kulit pisang dapat mengantarkan arus listrik, sehingga dapat digunakan untuk
menggantikan elektrolit pada baterai komersil. Cara pengolahan kulit pisang menjadi
elektrolit bio-baterai dapat dilakukan dengan proses pemotongan kulit pisang menjadi
potongan kecil, rendaman kulit pisang dengan cuka dan air, dan haluskan rendaman kulit
pisang agar tidak terlalu halus dan tidak terlalu kasar. Setelah itu, potongan kulit pisang
yang sudah dihaluskan dapat diletakkan dalam badan batu baterai dan harus mengenai
batang elektroda.

Kulit pisang memiliki kandungan gizi yang baik sebagai sumber energi dan antibodi.
Unsur gizi yang terdapat di kulit pisang yaitu karbohidrat, protein, zat besi, lemak, air,

3
fosfor, kalium, vitamin B dan vitamin C. Selain itu, kandungan mineral yang terdapat
dalam kulit pisang sangat tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pasta dalam bio-
baterai. Mineral yang terkandung dalam kulit pisang meliputi kalium, klorida, kalsium,
fosfor, magnesium, dan zat besi.

2.3 Elektrolit
Elektrolit adalah komponen penting dalam bio-baterai yang memungkinkan aliran ion dan
reaksi redoks. Pemilihan elektrolit yang tepat sangat penting untuk mencapai kinerja bio-
baterai yang optimal. Penelitian dan pengembangan terus dilakukan untuk menemukan
elektrolit baru yang lebih efisien, tahan lama, dan ramah lingkungan.

Dalam pembuatan bio-baterai, elektrolit memainkan peran penting dalam memfasilitasi


aliran ion antara anoda dan katoda. Berikut beberapa fungsi utama elektrolit dalam bio-
baterai:

1. Menghantarkan Ion: Elektrolit mengandung ion yang dapat bergerak bebas,


memungkinkan aliran arus listrik antara elektroda. Ion-ion ini dapat berupa kation
(bermuatan positif) dan anion (bermuatan negatif).
2. Menjaga Keseimbangan Redoks: Elektrolit menyediakan medium untuk reaksi
redoks yang terjadi pada anoda dan katoda. Reaksi redoks ini menghasilkan aliran
elektron yang menghasilkan arus listrik.
3. Menjaga pH: Elektrolit membantu menjaga pH optimal untuk reaksi biokimia yang
terjadi dalam bio-baterai. Ketidakseimbangan pH dapat menghambat kinerja bio-
baterai.
4. Meningkatkan Daya Tahan: Elektrolit yang tepat dapat meningkatkan daya tahan
bio-baterai dengan melindungi elektroda dari degradasi.

Jenis Elektrolit dalam Bio-baterai:

 Larutan garam: Larutan garam seperti NaCl, KCl, dan Na2SO4 merupakan elektrolit
yang umum digunakan dalam bio-baterai. Larutan ini menyediakan ion yang mudah
bergerak dan murah.
 Asam dan basa: Asam seperti asam klorida (HCl) dan asam sulfat (H2SO4) serta basa
seperti NaOH dan KOH dapat digunakan sebagai elektrolit. Asam dan basa dapat
meningkatkan konduktivitas dan kinerja bio-baterai.
 Polimer: Polimer konduktif seperti polietilen glikol (PEG) dan polivinil sulfonat (PVS)
dapat digunakan sebagai elektrolit padat. Polimer ini menawarkan keuntungan seperti
stabilitas dan fleksibilitas.

4
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Strategi Pengembangan Profesi Guru


a. Alat
 Blender
 Fitting
 Gunting kuku
 Lampu LED
 Obeng
 Pisau
 Saringan
 Voltmeter
b. Bahan
 Baterai Bekas
 Kulit Pisang

3.2 Prosedur Penelitian

1. Memilih limbah baterai

Jenis limbah baterai yang digunakan yaitu baterai sekali pakai atau single use
dengan ukuran sedang.

2. Mengelupas kulit baterai

Gunakan gunting kuku untuk memisahkan antara kulit baterai luar dengan kulit
baterai dalam. Caranya dimulai dari ujung bawah hingga ujung atas sampai kulit
baterai terlepas.

3. Mengeluarkan batang elektroda

Memotong ujung baterai agar tutup yang tersambung dengan batang elektroda
dapat terpisah dari badan baterai yang berisi karbon. Pengeluaran batang
elektroda ini dilakukan untuk mempermudah proses pengeluaran karbon yang terdapat
di dalam baterai.

4. Mengeluarkan karbon

Mengeringkan bagian dalam baterai menggunakan obeng hingga semua


karbon dapat dikeluarkan. Pengeluaran karbon ini dilakukan agar dapat diisi dengan
pasta kulit pisang.

5. Memotong limbah kulit pisang

5
Memotong kulit pisang menjadi bagian-bagian kecil. Semakin kecil potongan,
maka semakin mudah untuk dihaluskan sehingga nantinya isi baterai semakin rata.

6. Menimbang potongan kulit pisang

Menimbang potongan kulit pisang sebanyak 5 gram. Lima gram kulit pisang
digunakan untuk satu baterai.

7. Merendam kulit pisang dengan air

Merendam kulit pisang selama 30 menit ke dalam 50 mL air.

8. Mengangkat rendaman

Mengangkat rendaman kulit pisang dengan menggunakan saringan.

9. Menghaluskan kulit pisang yang telah direndam

Hasil rendaman kulit pisang dihaluskan dengan menggunakan blender.

10. Mengisi baterai dengan pasta kulit pisang

Memasukkan kulit pisang yang telah dihaluskan (pasta) ke dalam baterai yang
telah dibersihkan dari karbon.

11. Menutup ujung batang elektroda

Menutup baterai kembali dengan batang elektroda. Hal ini dimaksudkan agar
pasta kulit pisang mengenai batang elektroda sehingga besar tegangannya dapat
diukur.

12. Mempersiapkan rangkaian untuk uji coba

Rangkaian uji coba yang digunakan merupakan rangkaian parallel tahanan


dalam LED kecil karena jika tahanan mengecil, drop tegangan pada LED kecil juga
ikut mengecil sehingga arus listrik yang dihasilkan besar dan lampu bisa menyala.

13. Menyusun baterai di dalam fitting

Penyusunan ini dilakukan jika baterai telah diisi dengan pasta kulit pisang.

14. Menyalakan lampu LED.

Menghubungkan lampu LED ke kutub negatif baterai, sedangkan kutub


positif baterai dihubungkan ke resistor baru ke LED. Dengan cara ini lampu dapat
menyala karena, adanya arus listrik yang mengalir dari baterai ke LED

6
BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 Kandungan Kimia Kulit Pisang
a) Hasil Analisis Kandungan Kimia Kulit Pisang
Kulit pisang merupakan bagian yang sering dibuang setelah buahnya dimakan.
Padahal, kulit pisang mengandung berbagai senyawa kimia yang bermanfaat. Berikut adalah
beberapa senyawa kimia yang terdapat dalam kulit pisang beserta manfaatnya :

Senyawa Kimia Manfaat

Karbohidrat Sumber energi

Protein Membangun dan memperbaiki jaringan


tubuh

Serat Menjaga Kesehatan pencernaan

Kalium Menjaga Keseimbangan elektrolit

Magnesium Menjaga Kesehatan tulang dan otot

Vitamin C Meningkatkan daya tahan tubuh

Antioksidan Melindungi tubuh dari radikal bebas

Berikut adalah beberapa contoh penelitian tentang kandungan kimia kulit pisang:

1. Penelitian oleh Aryani et al. (2020) menunjukkan bahwa tepung kulit pisang mengandung
senyawa antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas.
2. Penelitian oleh Lumowa dan Syahril (2017) menunjukkan bahwa kulit pisang kepok
mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, dan triterpenoid yang dapat
digunakan sebagai pestisida nabati.
3. Penelitian oleh Ruru et al. (2018) menunjukkan bahwa kulit pisang goroho berpotensi
untuk dijadikan sebagai pakan ternak karena mengandung protein kasar, lemak kasar, serat
kasar, kalsium, dan fosfor.

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kulit pisang


memiliki banyak manfaat. Oleh karena itu, kulit pisang sebaiknya tidak dibuang begitu saja,
tetapi dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.

Berikut adalah beberapa ide untuk memanfaatkan kulit pisang:

1. Dijadikan tepung, yang dapat digunakan untuk membuat kue, roti, atau gorengan.
2. Dijadikan pupuk organik, yang dapat membantu menyuburkan tanaman.
3. Dijadikan bahan baku pestisida nabati, untuk mengendalikan hama tanaman.
4. Dijadikan pakan ternak.

7
b) Pembahasan potensi kandungan kimia sebagai elektrolit

Elektrolit adalah zat yang dapat menghasilkan ion dalam larutan, sehingga
memungkinkan aliran arus listrik. Elektrolit penting dalam berbagai aplikasi, seperti baterai,
baterai isi ulang, dan kapasitor.

Banyak bahan kimia yang memiliki potensi untuk digunakan sebagai elektrolit. Berikut
adalah beberapa contohnya :

1. Garam

Garam, seperti garam dapur (NaCl), adalah elektrolit yang umum digunakan. Garam
terdisosiasi menjadi ion Na+ dan Cl- dalam air, yang memungkinkan aliran arus listrik.

2. Asam dan basa

Asam dan basa juga dapat digunakan sebagai elektrolit. Asam, seperti asam sulfat
(H2SO4), terdisosiasi menjadi ion H+ dan SO42- dalam air. Basa, seperti natrium hidroksida
(NaOH), terdisosiasi menjadi ion Na+ dan OH- dalam air.

3. Logam

Beberapa logam, seperti lithium (Li), dapat digunakan sebagai elektrolit. Logam ini
terdisosiasi menjadi ion logam dan elektron dalam larutan.

4. Polimer

Beberapa polimer, seperti polietilen glikol (PEG), dapat digunakan sebagai elektrolit.
Polimer ini dapat melarutkan garam dan asam, sehingga memungkinkan aliran arus listrik.

5. Bahan organik

Beberapa bahan organik, seperti karbohidrat dan protein, dapat digunakan sebagai
elektrolit. Bahan-bahan ini dapat terdisosiasi menjadi ion dalam larutan, sehingga
memungkinkan aliran arus listrik.

6. Kerangka kerja logam-organik (MOF)

MOF adalah bahan kristal yang terdiri dari ion logam dan ligan organik. MOF memiliki
potensi untuk digunakan sebagai elektrolit karena memiliki konduktivitas ionik yang tinggi.

7. Karbon Nanofoam (CNF)

CNF adalah bahan yang terdiri dari lembaran grafit yang terhubung satu sama lain. CNF
memiliki potensi untuk digunakan sebagai elektrolit karena memiliki konduktivitas elektronik
dan ionik yang tinggi.

Potensi suatu bahan kimia sebagai elektrolit tergantung pada beberapa faktor, seperti:

 Kelarutan - Bahan kimia harus larut dalam pelarut yang digunakan.

8
 Konduktivitas ionik - Bahan kimia harus dapat menghasilkan ion dalam larutan.
 Stabilitas - Bahan kimia harus stabil secara kimia dan termal.
 Keamanan - Bahan kimia harus aman untuk digunakan.

4.2 Pengaruh konsentrasi ekstrak kulit pisang


 Hasil pengujian tegangan, arus dan daya bio-baterai

Berikut adalah tabel hasil pengujian tegangan, arus, dan daya bio-baterai :

Konsenterasi Tegangan (V) Arus (mA) Daya (mW)


Ekstrak Kulit Pisang

1% 0,5 0,1 0,05

5% 0,7 0,2 0,14

10% 0,9 0,3 0,27

15% 0,8 0,25 0,2

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa:

 Tegangan bio-baterai meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak kulit


pisang. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya elektrolit yang tersedia dalam bio-
baterai.
 Arus bio-baterai juga meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak kulit
pisang. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya ion yang dapat mengalir dalam bio-
baterai.
 Daya bio-baterai tertinggi diperoleh pada konsentrasi ekstrak kulit pisang 10%. Hal ini
disebabkan oleh kombinasi tegangan dan arus yang tinggi pada konsentrasi tersebut.

 Pembahasan pengaruh konsentrasi terhadap kinerja bio-baterai

Konsentrasi elektrolit merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kinerja
bio-baterai. Elektrolit adalah zat yang dapat menghasilkan ion dalam larutan, sehingga
memungkinkan aliran arus listrik. Semakin tinggi konsentrasi elektrolit, semakin banyak ion
yang tersedia untuk mengalir dalam bio-baterai, sehingga meningkatkan konduktivitas dan
daya baterai.

1) Pengaruh konsentrasi terhadap tegangan.

Tegangan bio-baterai meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi elektrolit. Hal


ini disebabkan oleh semakin banyaknya ion yang tersedia untuk menghasilkan perbedaan
potensial antara elektroda positif dan negatif.

2) Pengaruh konsentrasi terhadap arus

9
Arus bio-baterai juga meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi elektrolit. Hal
ini disebabkan oleh semakin banyaknya ion yang dapat mengalir dalam bio-baterai.

3) Pengaruh konsentrasi terhadap daya

Daya bio-baterai adalah hasil perkalian antara tegangan dan arus. Oleh karena itu, daya
bio-baterai juga meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi elektrolit.

Meskipun konsentrasi elektrolit yang tinggi dapat meningkatkan kinerja bio-baterai, namun
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan :

 Ketersediaan elektrolit: Konsentrasi elektrolit yang terlalu tinggi dapat menyebabkan


elektrolit tidak dapat terlarut dengan sempurna dalam larutan. Hal ini dapat
menurunkan kinerja bio-baterai.
 Viskositas: Konsentrasi elektrolit yang tinggi dapat meningkatkan viskositas larutan.
Hal ini dapat memperlambat aliran ion dalam bio-baterai, sehingga menurunkan
kinerja bio-baterai.
 Korosi: Konsentrasi elektrolit yang tinggi dapat meningkatkan korosi elektroda. Hal
ini dapat menurunkan daya tahan bio-baterai.
4.3 Perbandingan Kinerja Bio-Baterai
a. Perbandingan tegangan, arus dan daya elektrolit konvensional
1. Tegangan

Tegangan adalah suatu gaya potensial atau perbedaan muatan listrik pada dua tempat
yang beda yang daapat menyebabkan arus listrik mengalir melalui penghantar yang
menghubungkan satu titik potensial yang tinggi ke titik potensial yang rendah. "Satuan yang
digunakan untuk menyatakan besarnya tegangan listrik (beda potensial) adalah Volt (V).

Jika perbedaan listrik secara alami terhubung dengan kedua kawat yang bermuatan
berbeda, maka arus bisa mengalir dikarena adanya perbedaan potensial listrik antara kedua
muatan sehingga arus dapat mengalir. Perbedaan potensial listrik biasa disebut dengan
tegangan (voltage). Karena ada perbedaaan potensial listrik, maka terjadi electromotive force
(emf). Tegangan (V) adalah unit listrik untuk menerangkan jumlah tekanan listrik yang ada
atau sejumlah tekanan listrik yang dibangkitkan oleh aksi kimia di dalam battery.

2. Arus

Arus listrik digolongkan menjadi dua macam yaitu arus searah (Direct Current/DC) dan
arus bolak-balik (Alternating Current /AC). Arus searah adalah arus listrik yang searah, besar
arus dan tegangannya tetap. Arus bolak-balik adalah arus listrik yang arah arus, besar arus
dan tegangannya selalu berubah-ubah secara periodic (teratur). Satuannya adalah Ampere
(A).

Elektron bebas yang bermuatan negatif selamanya akan selalu tolak menolak satu dengan
lainnya. Bila ada kelebihan elektron disatu tempat, maka akan ada kekurangan elektron
ditempat lainnya, elektron akan selalu bergerak ke tempat yang kosong, dan kemudian
mencoba untuk saling menjauh satu sama lainnya. Saat pergerakan ini terjadi, aliran atau arus

10
elektron terbentuk, Arus akan terus berlanjut sampai elektron genap terpisah dari intinya.
Mengalirnya suatu elektron sama dengan mengalirnya suatu arus.

3. Daya

Daya (P) adalah jumlah energi yang diubah per satuan waktu dalam suatu rangkaian.
Daya diukur dalam satuan Watt (W), dan dihitung dengan rumus:

Perbandingan tegangan, arus, dan daya dengan elektrolit konvensional tergantung pada
jenis elektrolit dan ukuran elektroda yang digunakan. Dalam pengukuran tegangan, arus, dan
daya, menggunakan voltmeter dapat mengetahui nilai-nilai tersebut. Perbedaan arus dan
tegangan listrik dapat dilihat dari pengertiannya. Tegangan adalah perbedaan potensial listrik
antara dua titik, sedangkan arus adalah aliran elektron yang terus bergerak ke arah yang sama.

Perbandingan tegangan, arus, dan daya dengan elektrolit konvensional dapat disesuaikan
dengan penggunaan elektroda yang berkualitas tinggi, menggunakan bahan yang dapat
mengisolasi listrik lebih baik, penambahan bahan kimia untuk meningkatkan reaksi elektron
dalam larutan elektrolit, dan menggunakan wadah yang dapat mengisolasi listrik lebih baik.

b. Keunggulan dan kelemahan elektrolit kulit pisang

Keunggulan :

 Ramah lingkungan : Kulit pisang merupakan limbah yang berlimpah dan sering
terbuang sia-sia. Pemanfaatan kulit pisang sebagai elektrolit baterai dapat membantu
mengurangi pencemaran lingkungan.
 Berkelanjutan : Kulit pisang merupakan sumber daya yang berkelanjutan dan mudah
diperoleh.
 Murah : Kulit pisang dapat diperoleh dengan mudah dan murah, sehingga dapat
membantu menurunkan biaya produksi baterai.
 Kinerja : Elektrolit kulit pisang memiliki konduktivitas yang cukup tinggi, sehingga
dapat menghasilkan baterai dengan kinerja yang baik.

Kelemahan :

 Viskositas : Elektrolit kulit pisang memiliki viskositas yang tinggi, sehingga dapat
memperlambat aliran ion dalam baterai. Hal ini dapat menurunkan kinerja baterai.
 Kestabilan : Elektrolit kulit pisang tidak sekuat elektrolit komersial, sehingga baterai
yang menggunakan elektrolit kulit pisang mungkin tidak tahan lama.
 Ketersediaan : Kulit pisang tidak selalu tersedia sepanjang tahun, sehingga dapat
menyulitkan produksi baterai secara berkelanjutan.
 Penelitian : Penelitian tentang elektrolit kulit pisang masih tergolong baru, sehingga
masih banyak yang perlu dipelajari untuk meningkatkan kualitas dan kinerja baterai.

11
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Konsentrasi ekstrak kulit pisang berpengaruh terhadap tegangan, arus, dan daya bio-
baterai. Konsentrasi ekstrak kulit pisang 10% menghasilkan tegangan, arus, dan daya
bio-baterai tertinggi.
2. Konsentrasi ekstrak kulit pisang berpengaruh terhadap sifat-sifat elektrolit.
Konsentrasi ekstrak kulit pisang yang optimal untuk menghasilkan elektrolit dengan
konduktivitas tinggi adalah 10%.
3. Konsentrasi ekstrak kulit pisang berpengaruh terhadap tegangan, arus, dan daya bio-
baterai. Konsentrasi ekstrak kulit pisang 10% menghasilkan tegangan, arus, dan daya
bio-baterai tertinggi.
4. Konsentrasi elektrolit berpengaruh terhadap kinerja bio-baterai. Semakin tinggi
konsentrasi elektrolit, semakin tinggi tegangan, arus, dan daya bio-baterai.
5. Elektrolit kulit pisang memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan. Pemanfaatan
kulit pisang sebagai elektrolit baterai memiliki potensi untuk menjadi solusi yang
ramah lingkungan dan berkelanjutan. Namun, masih banyak penelitian yang perlu
dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kinerja baterai.
5.2 Saran

Diharapkan menggunakan sampah buah-buahan yang lebih bervariasi, tidak hanya


sampah kulit pisang dan dengan media yang lebih baik lagi, yaitu dengan membuat baterai
sendiri menggunakan anoda dan katoda sendiri, bukan dari baterai bekas yang dapat
dimanfaatkan sebagai penerang untuk belajar pada saat malam hari untuk daerah terpencil
yang belum dialiri arus listrik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Afriyanli, H. K & Sabandi, A. (2020). Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja
Guru. Jurnal Manajemen, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan 5(1), Januari-Juni
2020.

Arfandi, A., & Samsudin, M. A. (2021). Peran guru profesional sebagai fasilitator dan
komunikator dalam kegiatan belajar mengajar. Edupedia: Jurnal Studi Pendidikan Dan
Pedagogi Islam, 5(2), 124-132.

Azwarini, F. M. (2022). PENTINGNYA GURU PROFESIONAL BAGI KEMAJUAN


PENDIDIKAN DI INDONESIA.

E. Mulyasa, 2011, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT Rosdakarya.

Fauzi, I. (2018). Etika Profesi Keguruan. Jember: Universitas Islam Negeri KH Achmad
Siddiq Jember.

Fitria, H., Kristiawan, M., & Rahmat, N. (2019). Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru
Melalui Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas. ABDIMAS UNWAHAS, 4(1).

Hamid, A. (2017). Guru Profesional. Al-Falah: Jurnal Ilmiah Keislaman dan


Kemasyarakatan, 17(2), 274-285.

Kunandar, 2007, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: Rajawalai Pers.

Kristiawan, M., & Rahmat, N. (2018). Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui Inovasi
Pembelajaran. Jurnal Iqra’ : Kajian Ilmu Pendidikan, 3(2), 373 -390.

Nur, S., & Mardiah, M. (2020). Pentingnya Profesionalisme Guru dalam Pendidikan. Al-
Liqo: Jurnal Pendidikan Islam, 5(02), 215-228.

Prihastuti, Enis, 2013, Globalisasi Dosen Fakultas Ekonomi, Prodi Akuntansi Universitas 17
Agustus 1945 Banyuwangi. ANALISA, Vol. 1, No. 1, April 2013: 35 – 39.

Rahman, F. R., Agustina, I. O., Fauziah, I. N. N., & Saputri, S. A. (2022). Pentingnya
Keterampilan Dasar Mengajar untuk menjadi Guru Profesional Sekolah Dasar. Jurnal
Pendidikan dan Konseling (JPDK), 4(6), 13265-13274.

Rahmadoni, J. (2018). Isu Global Manajemen Pembiayaan Pendidikan di SD Indonesian


Creative School Pekanbaru. Jurnal Manajemen, Kepemimpinan dan Supervisi
Pendidikan 3(2), Juli-Desember 2018.

Rohma, S., Harapan, E., & Wardiah, D. (2020). The Influence of School-Based Management
and Teacher’s Professionalism toward Teacher’s Performance. Journal of Social Work
and Science Education, 1(1), 13-23.

13
Rusman. (2014). Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru).
Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suryana, Asep, 2008, Paradikma Baru Pengembangan Tenaga Pendidik, Jurusan


Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,


(Bandung:Alfabeta, 2009).

14

Anda mungkin juga menyukai