BIOETIKA
MAKALAH
“Digunakan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bioteknologi”
Dosen Pengampu :
Mutiara Pohan, S.Pd., M.Si.
Disusun Oleh :
Kelompok 11 & 12
Tim penulis mengucapkan terima kasih dan rasa bersyukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa, kami dapat menyelesaikan makalah sebagai tugas kelompok dalam
mata kuliah Bioteknologi tepat pada waktunya, walaupun terdapat sedikit kendala
dan hambatan dalam memperoleh sumber referensi yang relevan untuk proses
penyusunan makalah ini. Dengan penuh rasa hormat, tim penulis ucapkan terima
kasih juga kepada:
1) Ibu Mutiara Shidra Pohan, S.Pd., M.Si., selaku dosen mata kuliah
Bioteknologi
2) Tim penulis kelompok 11 & 12 yang telah berkontribusi atas penulisan
makalah dengan segala masukan maupun kritikan membangunnya;
3) Teman-teman kelas 19 A atas dukungannya.
KELOMPOK 11 & 12
2|BIOTEKNOLOGI
DAFTAR ISI
3|BIOTEKNOLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4|BIOTEKNOLOGI
kondisi terkontrol untuk mereduksi pencemar dari lingkungan.
Kemampuan bakteri dalam mengurai berbagai pencemar organik menjadi
senyawa yang tidak berbahaya mulai banyak diperhatikan sebagai alat
untuk mengolah lingkungan tercemar secara biologis. Bakteri dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi pencemaran yang terjadi di laut yang
disebabkan oleh tumpahan minyak, cemaran logam berat, pestisidadan
berbagai polutan organik lainnya.
5|BIOTEKNOLOGI
cikal bakal yang memiliki prospek cemerlang demi peningkatan aktivitas
perekonomian di masa depan agar bangsa kita tak lagi acuh dalam
memandang laut sebagai sumber kekuatan pertumbuhan ekonomi baru
Indonesia. Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas tentang ruang
lingkup dan penerapan bioteknologi dalam bidang kelautan, beserta
beberapa contoh dan mekanismenya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
6|BIOTEKNOLOGI
BAB II
ISI
1. Bioremediasi
7|BIOTEKNOLOGI
Dengan demikian, polutan targetnya bukan hidrokarbon minyak
bumi saja tetapi juga senyawa inorganik lainnya seperti pestisida. Saat
terjadi bioremediasi maka yang akan berperan adalah mikroorganisme
dengan produksinya enzim-enzim. Lalu dalam melakukan suatu aktivitas
bioremediasi maka harus memperhatikan lingkungan yang akan dituju.
Berdasarkan riset yang ada, banyak sekali tercemarnya perairan akibat dari
aktivitas industry manusia baik itu pertambangan minyak, pelabuhan,
wisata yang berlibur ke pantai dengan membawa sampah, industri rumah
tangga yang dialirkan menuju laut hingga banyak hal yang menyebabkan
tingkat encemaran di perairan sangat tinggi.
8|BIOTEKNOLOGI
1.2 Teknik Bioremediasi
A. Remediasi Mikroba
Remediasi mikroba adalah jenis bioremediasi yang
menggunakan bakteri atau jamur asli atau yang diinokulasi yang
memiliki kemampuan untuk mengubah senyawa beracun menjadi
zat yang lebih kecil. Ini tidak menghilangkan faktor pencemar
tetapi membantu mengurangi toksisitasnya. Bioremediasi dapat
berperan sebagai detoksifikasi dalam menurunkan tingkat racun
polutan dalam tanah dengan menggunakan mikroorganisme,
tanaman, atau enzim mikroba. Mikroba memanfaatkan proses
metabolismenya untuk mengkonversi polutan menjadi produk yang
menguntungkan melalui reaksi kimia organik yang membutuhkan
energi aktivasi yang rendah. Contoh remediasi mikroba adalah
penggunaan bakteri tertentu dalam tumpahan minyak, karena
mereka memiliki kemampuan untuk mendegradasi beberapa
komponen yang ada dalam hidrokarbon.
B. Fitromediasi
Fitromediasi adalah jenis bioremediasi di mana tanaman
menyerap dan memusatkan zat pencemar untuk mengubahnya
menjadi zat yang lebih sederhana agar berkurang dan menjadi zat
tidak berbahaya. Fitoremediasi merupakan suatu proses
menggunakan tanaman hijau meliputi rempah contohnya seperti
Thlaspi Caerulescens, Brassica Juncea, Helianthus annuus lalu
ada juga jenis tanaman berkayu yang dapat digunakan dalam
fitroremediasi seperti Salix spp, Populus spp. karena mereka
mampu untuk menghilangkan, menyerap, atau mengubah berbagai
kontaminan yang berbahaya bagi lingkungan seperti logam berat.
9|BIOTEKNOLOGI
mengganggu ekosistem malah dapat memberikan nilai lebih
terhadap lahan melalui estetika, kemudian metode ini
membutuhkan sedikit tenaga kerja serta harganya murah dan
fitoremediasi dilakukan secara in situ. Banyak negara yang sudah
mencoba metode ini dengan teknik yang berbeda-beda.
Fitoremediasi mempunyai kekurangan dalam hal proses yang
berlangsung lama, beberapa spesies tanaman tidak dapat di tanam
di area yang sangat berpolusi. Selain itu, kelemahan lainnya adalah
kemungkinan akibat yang timbul bila tanaman yang telah
menyerap polutan tersebut dikonsumsi oleh hewan dan serangga.
Dampak negatif yang dapat terjadi ialah kematian pada ikan
- ikan atau terjadinya akumulasi logam pada predator-predator jika
mengosumsi tanaman yang telah digunakan dalam proses
fitoremediasi. Fitoremediasi dapat digunakan untuk memulihkan
daerah-daerah yang tercemar logam berat, pestisida, larutan-larutan
kimiawi, bahan eksplosif, senyawa hidrokarbon minyak, PAH dan
senyawa-senyawa hasil pelindian dari landfill. Prinsip dasar dari
teknologi fitoremediasi ini adalah memulihkan tanah
terkontaminasi, memperbaiki sludge, sedimen dan air bawah tanah
melalui proses pemindahan, degradasi atau stabilisasi suatu
kontaminan di laut.
C. Fitostabilisasi
Fitostabilisasi mengacu pada penggunaan tanaman yang toleran
terhadap logam berat untuk mencegah komponen tersebut
memasuki lapisan tanah atau atmosfer. Polutan yang tidak bergerak
di absorbsi akar atau presipitasi di lapisan rizosfer. Proses
fitostablisasi ini mengurangi mobilitas dari kontaminan, mencegah
kontaminan masuk kedalam air tanah dan mengurangi ketersediaan
hayati dalam rantai makanan. Fitostabilisasi sangat berguna untuk
treatment logam berat seperti Pb, As,Cd,Cr,Cu,dan Zn. Contoh
bioremediasi dengan fitostabilisasi adalah penggunaan Vulneralia
10 | B I O T E K N O L O G I
(Anthyllis Vulneraria) untuk penyerapan kadmium, seng dan
timbal. Teknik fitostabilisasi akan menggunakan spesies tanaman
untuk inaktivasi cemaran yang terjadi di perairan melalui
penyerapan dan akumulasi dalam jaringan tanaman kemudian akan
di adsorpsi ke akar tanaman hingga membentuk senyawa yang
tidak larut air.
A. Bioremediasi in situ
Teknik bioremediasi in situ melibatkan pengolahan polutan
lansung di tempat yang tercemar. Teknik ini umumnya lebih
disenangi karena dianggap lebih murah dibandingkan teknik
bioremediasi eks situ karena tidak diperlukan biaya tambahan
untuk memindahkan dan mengeduk polutan. Meskipun demikian,
untuk beberapa kasus teknik ini tetap membutuhkan biaya yang
tidak sedikit untuk desain dan instalasi peralatan canggih dalam
rangka meningkatkan aktivitas mikroba selama remediasi di tempat
yang tercemar. Contoh teknologi dalam bioremediasi in situ ialah:
Natural attenuation
Natural attenuation adalah opsi tanpa tindakan yang
memungkinkan polutan dihilangkan dan didegradasi
11 | B I O T E K N O L O G I
Perbaikan secara alami (Natural attenuation) terkait dengan
aktivitas degradasi mikroorganisme indigenous. Beberapa
keuntungan dari pengunaan metode ini yaitu kerusakan
habitat bisa dihindarkan, memungkinkan ekosistem kembali
ke kondisi aslinya dan memungkinkan detoksifikasi
senyawa beracun. Pada dasarnya remediasi biologis in situ
sebagai nutrisi yang tepat, kadar air, suhu dan oksigen
semua dapat terjadi secara alami di dalam tanah dan
perairan.
Bio Venting
Bio venting adalah teknologi remediasi in-situ yang
menggunkan mikroorganisme lokal untuk menguraikan
kontaminan organic yang terabsorbsi ke tanah di zona
tak jenuh. Definisi bio venting lainnya adalah proses
penyuntikan dan ekstraksi udara menuju
daerah vadose untuk menyediakn O2 yang diperlukan
untuk biodegredasi aerobik. Bio venting digunakan
untuk mengurangi berbagai senyawa petrokima,
termasuk bensin, bahan bakar minyak dan aspal.
12 | B I O T E K N O L O G I
Gambar Proses Bio Venting
Air Sparging
Air sparging adalah proses menghembuskan udara
secara langsung ke dalam air tanah. Karena munculnya
gelembung, maka kontaminan dihilangkan
dari udara melalui kontak dengan udara (yaitu, melepaskan
diri) dan terangkat ke dalam zona tanah tak jenuh. Secara
sederhana, air sparging melibatkan pemompaan udara ke
dalam air tanah. Cara ini memiliki 2 efek positif pada
kontaminan hidrokarbon yaitu dapat memaksa kontaminan
masuk ke udara dan keluar ke air tanah serta memasukkan
oksigen ke dalam air, dan memicu penguraian kontaminan
oleh bakteri.
Air Sparging melibatkan penyuntikan gas (biasanya
udara/oksigen) di bawah tekanan ke zona jenuh untuk
menguapkan kontaminan air tanah dan untuk
mempromosikan biodegradasi di tanah jenuh dan tak jenuh
dengan meningkatkan konsentrasi oksigen di bawah
permukaan. Air Sparging telah digunakan untuk mengatasi
berbagai macam kontaminan yang mudah menguap dan
seperti bensin dan bahan bakar lainnya
13 | B I O T E K N O L O G I
Gambar Proses Air Sparging
B. Bioremediasi ex situ
Bioremediasi ex-situ merupakan proses bioremediasi yang
dilakukan diluar tempat asli mikroba (terjadinya peng isolasian
mikroba) yang dilakukan dengan mengambil limbah di suatu lokasi
kemudian dilakukan treatment di tempat lain, setelah itu baru
dikembalikan ke tempat asal. Atau diberi perlakuan khusus dengan
memakai organisme yang mana bila organisme sudah terbukti
dapat mendegradasi limbah tersebut kemudian di sebar ditempat
yang tercemar. Contoh teknologi bioremediasi ex situ adalah :
Slurry Phase
Pengolahan biologis fase slurry dilakukan di dalam
reaktor untuk meremediasi campuran air dan tanah
galian . Tanah dicampur dengan air sampai konsentrasi
yang ditentukan oleh proporsi kontaminan dalam tanah, laju
biodegradasi, dan sifat fisik tanah. Keuntungan menerapkan
Sluryy Phase ialah :
a) Mengobati fase padat yang terkontaminasi oleh SVOC
dan VOC non-halogen, bahan peledak, hidrokarbon
minyak bumi, petrokimia, pelarut, beberapa pestisida,
pengawet kayu & bahan kimia organik lainnya.
b) Kemampuan untuk menambahkan mikroorganisme &
kometabolit yang diadaptasi secara khusus
14 | B I O T E K N O L O G I
memungkinkan perawatan VOC dan SVOC
terhalogenasi, pestisida, dan PCB. (misalnya senyawa
yang lebih persisten
Land Farming
Landfarming merupakan teknik bioremediasi yang
cukup sederhana. Teknik ini membutuhkan biaya yang
cukup murah dan peralatan yang sedikit. Landfarming juga
dikenal sebagai teknologi yang lebih ramah lingkungan
dibandingkan teknologi remediasi lainnya. Selain itu
teknologi landfarming bisa diintergrasikan dengan teknik
remediasi lainnya seperti biaugmentasi, biostimulasi
ataupun composting untuk meningkatkan hasil
bioremediasi secara umum.
Landfarming dikembangkan dengan
mempertimbangkan beberapa faktor untuk remediasi tanah
berkelanjutan seperti biaya, kebutuhan ruang, waktu,
permintaan energi, penggunaan bahan. Dalam kebanyakan
kasus, landfarming dikategorikan sebagai teknik
bioremediasi eks situ, sementara dalam beberapa kasus,
dianggap seperti teknik bioremediasi in situ. Hal ini
15 | B I O T E K N O L O G I
tergantung dimana dilakukannya treatmen. Kedalaman
polutan menjadi kunci penting apakah landfarming dapat
C. Bioaugmentasi
Bioaugmentasi adalah teknik bioremdiasi yang
menambahakan mikroba (bakteri, fungi ataupun alga) pada situs
tercemar yang berfungsi sebagai pembersih kontaminan yang ada
di daerah tersebut. Pendekatan bioaugmentasi digunakan jika
populasi mikroba indigenous pendegradasi polutan dilingkungan
tersebut rendah, polutan tersebar cukup banyak dan merupakan
senyawa komplek sehingga mikroba indigenous tak mampu
mendegradasi secara sempurna dan ketika kecepatan biodegradasi
merupakan kunci kesuskesan, dan biaugmentasi dapat
mempersingkat proses bioremediasi.
16 | B I O T E K N O L O G I
tempat. Namun ada beberapa hambatan yang ditemui ketika cara
ini digunakan. Sangat sulit untuk mengontrol kondisi situs yang
tercemar agar mikroorganisme dapat berkembang dengan optimal.
A. Degradasi Hidrokarbon
Mikroorganisme memiliki peranan penting dalam
mendegradasi senyawa hidrokarbon secara sempurna. Telah
banyak diketahui mengenai mikroorganisme terutama bakteri
yang dapat mendegradasi hidrokarbon minyak bumi.
Kemampuan bakteri dalam mendegradasi minyak melibatkan
kerja dari enzim alkana hidroksilase yang dikode oleh gen
alkB. Hidrokarbon merupakan senyawa dominan yang
terkandung di dalam minyak. Tumpahan minyak dari kapal
tangker maupun kebocoran minyak akibat penggunaan bahan
17 | B I O T E K N O L O G I
bakar minyak dapat menyebabkan terjadinya pencemaran
hidrokarbon di lingkungan perairan. Minyak bumi sebagai
sumber utama senyawa hidrokarbon merupakan senyawa yang
relatif recalcitrant sehingga tidak mudah didegradasi dalam
waktu yang singkat.
Mikroorganisme memiliki peranan penting dalam
mendegradasi senyawa hidrokarbon secara sempurna.
Penemaran hidrokarbon minyak bumi di lingkungan dapat
diatasi dengan berbagai cara. Salah satunya dengan
menggunakan mikroorganisme yaitu bakteri. Beberapa spesies
bakteri tertentu dapat mendegradasi hidrokarbon yang
mencemari lingkungan. Degradasi dengan bakteri merupakan
cara yang paling baik untuk mengatasi pencemaran
hidrokarbon karena tidak memiliki efek merusak lingkungan.
Bakteri pendegradasi dapat menurunkan, memecahkan serta
menguraikan rangkaian-rangkaian kompleks yang ada pada zat
lain sehingga menjadi lebih sederhana.
Mikrobia yang pada umumnya berkembang di lingkungan
terkontaminasi hidrokarbon sebagian besar adalah bakteri dan
kapang. Bakteri merupakan golongan yang lebih dominan dan
memiliki peran yang sangat menonjol dalam menguraikan atau
mendegradasi limbah, hal ini karena bakteri mempunyai
kisaran pH yang bervariatif dan dapat pula tumbuh pada unsur
nitrogen rendah sehingga berbeda dengan mikrobia lain yang
hidup dengan faktor pembatas tertentu. Bakteri yang mampu
mendegradasi senyawa yang terdapat di dalam hidrokarbon
minyak bumi disebut bakteri hidrokarbonoklastik. Bakteri ini
mampu mendegradasi senyawa hidrokarbon dengan
memanfaatkan senyawa tersebut sebagai sumber karbon dan
energi yang diperlukan bagi pertumbuhannya.
Contoh mikroorganisme yang memiliki peran dalam
mendegradai senyawa hidrokarbon ialah Bacillus aminovorans.
18 | B I O T E K N O L O G I
Bacillus cereus, Pseudomonas alcaligens dan Alcaligenes
faecalis dan bakteri indigenous. Efektivitas bioremediasi
hidrokarbon di laut dan menggunakan bakteri sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dan jumlah bakteri.
Penanggulangan limbah minyak bumi dengan cara biologis ini
cukup efektif, efisien, ekonomis, dan lebih ramah lingkungan.
B. Degradasi Plastik
Salah satu polimer kompleks yang memiliki umur
degradasi yang sangat lama adalah plastik. Hal tersebut
dikarenakan plastik memiliki rantai yang panjang serta
berulang sehingga dapat menyebabkan masalah lingkungan
yang serius. Kehadiran sampah plastik di lingkungan menjadi
suatu permasalahan besar yang mempunyai dampak sangat
luas, diantaranya kesehatan manusia, ekonomi, pariwisata dan
estetika pantai. Selain itu, plastik bersifat persisten, sering kali
mengandung bahan kimia yang berpotensi toksik (racun) dan
karsinogenik, karena dikonsumsi oleh organisme maka akan
mempengaruhi kehidupan organisme perairan. Selain itu,
sampah plastik dipastikan mengotori lautan, meracuni biota-
biota laut, dapat juga merusak terumbu karang yang akan
memberi dampak kerusakan bagi keseimbangan ekosistem laut.
Proses degradasi sampah laut yang berupa plastik
membutuhkan waktu yang lama agar plastik dapat terdegredasi
menjadi mikroplastik. Mikroplastik merupakan jenis sampah
plastik yang berukuran lebih kecil dari 5 mm (< 5 mm) dan
dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu mikroplastik primer dan
sekunder. Mikroplastik primer adalah hasil produksi plastik
yang dibuat dalam bentuk mikro, seperti microbeads pada
produk perawatan kulit yang masuk ke dalam saluran air.
Mikroplastik sekunder merupakan pecahan, bagian, atau hasil
fragmentasi dari plastik yang lebih besar. Usaha yang
19 | B I O T E K N O L O G I
dilakukan untuk mengurangi limbah plastik dengan cara
mendaur ulang limbah tersebut sangat belum optimal, sehingga
dibutuhkan alternatif lain untuk mengurangi limbah dengan
upaya kegiatan biodegradasi yang menggunakan
mikroorganisme seperti bakteri. Adapun mikroorganisme yang
dapat mendegradasi plastik diantaranya ada Bacillus
megaterium, Pseudomonas sp., Azotobacter, Ralstonia
eutropha, Halomonas sp., dan lain-lain.
20 | B I O T E K N O L O G I
menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup seperti hewan,
tumbuhan dan manusi naun kontribusi mikroba terhadap kelangsungan
hidup di permukaan bumi terbilang besar. Contoh sederhanaya, tanpa
mikroba maka tidakakan tercipta antibiotik dan vaksin. Tanpa peran
mikroba juga tidakan ada olahan makanan hasil fermentasi seperti
tempe, kecap, terasi, yoghurt dan yang lain – lain. Di lingkungan,
mikroorganisme memiliki fungsi atau peranan yang cukup beragam
dimulai dari penghasil oksigen, berperan dalam siklus biogeokimia,
membantu tanaman dala penyerapan unsur hara, sampai pada
degradasi dan remediasi.
21 | B I O T E K N O L O G I
digunakan dalam bioremediasi limbah minyak. Untuk optimalisasi
proses bioremediasi membutuhkan hal – hal sebagai berikut :
22 | B I O T E K N O L O G I
2. Bioteknologi Kelautan
23 | B I O T E K N O L O G I
penting dan menguntungkan bagi kehidupan manusia. Menurut
Nurcahyo (2011:9), bioteknologi tidak lain adalah suatu proses yang
unsur-unsurnya sebagai berikut:
a) Input yaitu bahan kasar (raw material) yang akan diolah seperti;
beras, anggur, susu dsb.
b) Proses yaitu mekanisme pengolahan yang meliputi; proses
penguraian atau penyusunan oleh agen hayati.
c) Output yaitu produk baik berupa barang dan/atau jasa, seperti;
alkohol, enzim, antibiotika, hormon, pengolahan limbah.
24 | B I O T E K N O L O G I
melalui dua metode yaitu biostimulasi dan bioaugmentasi.
Biostimulasi adalah proses yang dilakukan melalui penambahan
zat gizi tertentu yang dibutuhkan oleh mikroorganisme atau
menstimulasi kondisi lingkungan sedemikian rupa agar
mikroorganisme tumbuh dan beraktivitas lebih baik, di mana
pertumbuhan pengurai hidrokarbon asli lingkungan tersebut
dirangsang dengan cara menambahkan nutrien dan/atau
mengubah habitat. Bioaugmentasi yaitu penambahan atau
introduksi satu jenis atau lebih mikroorganisme baik yang alami
maupun yang sudah mengalami perbaikan sifat, di mana
mikroorganisme pengurai ditambahkan untuk melengkapi
populasi mikroba yang telah ada.
Pengolahan limbah minyak secara alami dengan cara
mengembangbiakan mikroba jenis tertentu yang dapat
meningkatkan biodegradasi minyak. Mikroba menghasilkan
biosurfactant yang digunakan untuk mengatasi berbagai
pencemaran lingkungan yang disebabkan karena pencemaran
hidrokarbon. Biosurfactant inilah yang dipakai untuk
biodegradasi minyak.
Metode bioaugmentasi sangat efisien untuk digunakan
dalam menanggulangi limbah minyak dalam skala besar seperti
pada kasus meledaknya kilang montara di laut Timor, karena
dalam metode bioaugmentasi ini mikroba yang dikulturkan
diisolasi secara khusus, pada umumnya dari lingkungan yang
sama dan di tumbuhkan dalam jumlah yang besar dalam suatu
reaktor. Mikroba tersebut mampu mendegradasi komponen –
komponen dalam hidrokarbon menjadi CO2 dan air. Mikroba
tersebut akan bertahan hidup dengan mengkonsumsi
hidrokarbon sampai polutan tersebut tersubstansi.
Selama mikroba dapat mencapai kontaminan, tersedia
oksigen serta suhu dan pH yang sesuai, maka proses remediasi
akan berlangsung dengan sempurna. Bakteri dianggap sebagai
25 | B I O T E K N O L O G I
salah satu mikroorganisme yang bertanggung jawab terhadap
degradasi hidrokarbon di lingkungan dan bakteri
hidrokarbonoklastik bersifat kosmopolitan, dapat ditemukan di
berbagai jenis lingkungan. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi keoptimalan bioremediasi ini sendiri:
- Kehadiran mikroorganisme dengan kemampuan untuk
mendegradasi senyawa target.
- Kondisi lingkungan yang sesuai untuk reaksi terkatalis
enzim dengan kelembaban dan pH yang mendukung.
- Nutrien. Mikroorganisme memerlukan nutrisi sebagai
sumber karbon, energi dan keseimbangan metabolisme.
26 | B I O T E K N O L O G I
dikeluarkan dengan teknologi lain seperti incinerasi dan soil
washing (150-600 USD).
27 | B I O T E K N O L O G I
2.4 Proses Hibridasi Ikan
- Pendederan I
Pendederan I dilakukan dalam ukuran 2x2x1 m dengan
padat tebar 500 ekor/m2. Lama pemeliharaan dalam pendederan I
adalah 30 hari. Dosis pemberian pakan dalam pendederan I
dengan dosis 20%/ bobot biomas/hari.
- Pendederan II dan III
Wadah yang digunakan adalah hapa hitam berukuran 2x2x1
m. Menebarkan benih dengan kepadatan 125 ekor/m3.
Pemeliharaan benih di P II dan P III masingmasing selama 60 hari.
Dosis pemberian pakan adalah 10%/bobot biomas/hari untuk 30
hari pertama dan 5%/bobot biomas/hari untuk 30 hari kedua
dengan frekuensi tiga kali/hari.
- Pembesaran
Wadah yang digunakan adalah keramba jaring apung. Padat
tebar untuk kegiatan pembesaran dengan kepadatan 50 ekor/m3.
Pemberian pakan selama pembesaran menggunakan dosis 3‐4
%/bobot biomas/hari. Frekuensi pemberian pakan adalah tiga
kali/hari dan mendata parameter kelangsungan hidup (%), FCR dan
laju pertumbuhan.
28 | B I O T E K N O L O G I
compounds) yang membantu mereka dari beragam serangan penyakit,
hama, dan pemangsa (predator) untuk bertahan hidup. Atas rahmat
Allah swt, banyak senyawa bioaktif itu yang juga memiliki
karakteristik (properties) yang bermanfaat bagi umat manusia.
Bermacam ragam senyawa bioaktif (natural products) yang diekstraksi
(screened) dari berbagai biota laut, memiliki sifat-sifat antibiotik, anti-
tumor, anti-virus, anti-parasit, anti-inflamasi dan mengandung
senyawa pestisida, imunitas, pertumbuhan, dan penyembuh luka.
Sejak pertengahan 1980-an, semua sifat senyawa bioaktif dari berbagai
biota laut ini telah dimanfaatkan industri farmasi dunia untuk
memproduksi berbagai macam obat-obatan dan kosmetika, yang
nilainya mencapai 60 miliar dolar AS setiap tahunnya.
Sejauh ini, baru sekitar 1% dari seluruh biota laut yang
potensial mengandung senyawa bioaktif telah diekstraksi. Oleh
karenanya, peluang pengembangan industri farmasi dan kosmetika
berbasis bioteknologi kelautan masih sangat luar biasa besarnya.
Berikut in adalah uraian singkat mengenai aplikasi bioteknologi
kelautan dalam industri farmasi dan kosmetika
a) Senyawa anti-neoplastik
Senyawa cyclic despipeptides (didemnins) yang
berhasil diisolasi dari jenis tunikata (Trididemnum solidum)
dari Karibia menunjukkan berbagai sifat anti-virus dan anti-
neoplastik (antineoplastic agents), yang dapat mengobati
penyakit leukemia. Sementara itu, senyawa bryostatins
yang diekstraksi dari jenis bryozoa (Bugula nertina) dari
Samudera Pasifik bisa digunakan untuk mengobati penyakit
tumor dan leukemia. Jenis lain dari senyawa bryostatins
juga berhasil diisolasi dari ascidian (Aplidium
californicum). Dan, senyawa glycoprotein berhasil
diekstraksi dari jenis abalone (Haliotis discushanni) yang
juga bisa megobati tumor.
29 | B I O T E K N O L O G I
b) Antibiotik
Beragam jenis bakteri (mikroba) dan organisme
makro laut adalah sumber senyawa antibiotik yang sangat
kaya. Salah satu spesies sea whip (hewan karang),
Pterogorgia guadalupensis, mengandung suatu senyawa
bioaktif yang sangat efektif untuk membunuh bakteri
Staphylococcus dan Mycobacterium. Berbagai jenis
sponges, seperti Ircinia variabilis, menghasilkan antibiotik
yang dinamakan varibilin yang ampuh membunuh
Staphylococcus. Jenis sponge lainnya, Acanthella spp.,
menghasilkan berbagai jenis antibiotik yang secara kolektif
disebut kalihinols.
Ada sekitar 11 jenis kalihinols, yang masing-masing
mempunyai dua atau tiga fungsi isocyano, alkohol tersier,
tetrahydropyranyl, dan chlorine. Semua senyawa itu dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis,
Staphylococcus, dan Candida albicans. Banyak algae
mikro (phytoplankton) laut juga mengandung senyawa
bioaktif yang mempunyai sifat anti-bakteri.
c) Senyawa anti-inflamasi
Banyak biota laut yang menghasilkan senyawa anti-
mikroba juga memproduksi senyawa siklis yang bersifat
anti-inflamasi. Contohnya, satu jenis sponge dari Lautan
Pasifik, Luffariella variabilis, menghasilkan antibiotic yang
disebut monoalide yang dapat menghambat atau membunuh
baik Streptomyces maupun Staphylococcus. Senyawa ini
juga sangat ampuh sebagai anti-inflamasi dan analgesic.
Jenis sea whip lainnya, Pseudopterogorgia
elisabethae, menghasilkan senyawa antibiotik dan anti-
inflamasi. Pada akhir 1980-an, ditemukan bahwa hewan
karang octocoral dari perairan laut Palau mengandung
30 | B I O T E K N O L O G I
senyawa briarein yang ampuh sebagai obat anti-inflamasi
dan anti-virus. Algae hijau-biru seprti Rivularia firma,
mengandung senyawa brominated cyclic yang ampuh
sebagai anti-inflamasi. Tunikata serta berbagai biota laut
lainnya juga mengandung senyawa didemnins dan
tunicholorins yang mempunyai sifat-sifat anti-virus, anti-
fungi, anti-bakteri, atau anti-inflamasi.
31 | B I O T E K N O L O G I
3. Bioetika
32 | B I O T E K N O L O G I
menjadi jembatan antara ilmu pengetahuan dan kemanusiaan,
membantu menyelamatkan kemanusiaan, dan mempertahankan dan
memperbaiki dunia beradab. Sedangkan menurut hoenderich oxford
(1995), bioetika adalah kajian mengenai pengaruh moral dan social
dari teknik-teknik yang dihasilkan oleh kemajuan ilmu-ilmu hayati.
Terdapat tiga etika dalam bioetika, yaitu :
1.
33 | B I O T E K N O L O G I
adalah baik jika ia berguna, dan bahwa suatu tindakan adalah bermoral
jika ia memaksimalkan kesenangan di antara manusia. Pendekatan
kedua adalah pendekatan deontologi menurut filosof jerman immanuel
kant. Pendekatan ini memfokuskan pada perintah tertentu, atau prinsip-
prinsip yang absolut, yang kita harus mengikutinya di luar keharusan.
Pendekatan ini sering dikaitkan dengan keagamaan.
34 | B I O T E K N O L O G I
Salah satu manfaat dari adanya rekayasa genetika dan juga yang
menyebabkan kontroversi terbesar adalah adanya produksi dari
organisme yang secara genetic dimodifikasi (gm organism), terutama
hasil panen tanaman gm. Tujuan dari diciptakannya tanaman
transgenic adalah untuk mendapat tanaman yang tahan terhadap
pestisida, penyakit, iklim yang buruk, dan produksi panen yang lebih
baik.
Contoh yang dapat kita kemukakan di sini adalah adanya tanaman
transgenik roundup-ready soybean yang tahan terhadap herbisida.
Contoh lain adalah tanaman jagung bt yang dimodifikasi untuk
memproduksi racun dari bakteri bacillus thuringiensis sehingga
dengan kemampuan memproduksi racun itu tanaman tersebut dapat
membunuh larva corn borer yang sedianya sangat merusak bagi
tanaman jagung. Tanaman-tanaman transgenik tersebut berinteraksi
dengan ekosistem dan interaksi tersebut harus kita perhatikan.
Efek yang dapat ditimbulkan oleh tanaman transgenic terhadap
lingkungan juga harus diperhatikan, yaitu kemungkinan terjadinya
penyerbukan silang tanaman transgenic dengan tanaman lain,
sehingga gen penghasil racun dimiliki oleh tanaman yang baru dan
membunuh lebih banyak serangga. Terkait dengan sifatnya yang
beracun bagi serangga, hal lain yang harus diperhatikan dengan
adanya tanaman transgenic adalah apakah tanaman tersebut berbahaya
bagi hewan dan manusia. Di samping perhatian pada aspek
lingkungan dan kesehatan, juga ada aspek social dan ekonomi.
Adanya kemampuan memodifikasi tumbuhan yang lebih baik dengan
biaya yang lebih rendah akan mengubah industri agrikultur dengan
drastis.
3.5 Etika Dalam Bioteknologi Bidang Kloning
35 | B I O T E K N O L O G I
lahir dan ketahanan hidup organisme hasil kloning rendah dan tengah
diperdebatkan apakah hasil kloning manusia secara nyata dapat hidup
secar sehat dan normal. Pertanyaan masyarakat tentang peneitian
kelahiran kloning manusia juga harus dipikirkan. Sebagai contoh, jika
suatu pasangan memutuskan untuk mendapatkan anak dengan teknik
kloning, dengan menggunakan sel donor dari istri, klonnya secara
genetik tidak akan menjadi anak perempuan melainkan menjadi
saudar dari istri, seperti saudara kembar yang lahirnya terlambat, dan
bukan keluarga dari suami. Pemikiran secara etis tentang hubungan
keluarga dari hasil klon berisi tentang bagaimana dengan adanya
ketiadaan hubungan keluarga dengan orang tua mungkin akan
mengubah hubungan keluarga.
36 | B I O T E K N O L O G I
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
37 | B I O T E K N O L O G I
sisa proses industri – industri. Diharapkan teknologi bioremediasi juga
dapat diaplikasikan terhadap limbah industri yang mengandung limbah
B3.
Ruang lingkup dari Bioteknologi kelautan terdiri dari tiga
kelompok industri yang meliputi Ekstraksi (pengambilan) senyawa aktif
(bioactive substances), Rekayasa genetik (genetic engineering), dan
Genetik dari mikroorganisme (bakteri). Komponen dari bioteknologi
kelautan ini meliputi beberapa hal diantaranya adalah input, proses, dan
output. Macam bioteknologi di bidang kelautan antara lain adalah
Mikroorganisme dalam Bioremediasi Limbah Minyak Pada kilang
Montara Laut Timor, Proses Hibridasi Ikan, Industri Farmasi dan
Kosmetika, Penanggulangan tumpahan minyak mentah dengan
bioremidiasi bakteri Micro Morr-E3360, dan Bioprospeksi Spons, Karang
Lunak Dan Ascidian Sebagai Antitumor.
B. Saran
Tim penulis menyadari bila makalah yang dituis ini jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar
kedepannya makalah yang dibuat jauh lebih baik lagi.
38 | B I O T E K N O L O G I
Review Jurnal
39 | B I O T E K N O L O G I
sp.
F. Kesimpulan : Strain bakteri dan jamur diisolasi dari sumber yang berbeda
menunjukkan kapasitas degradasi plastik yang tinggi oleh
kombinasi enzim oksidoreduktase dan hidrolase dengan perlakuan
yang sama.
Dengan demikian, efek yang dihasilkan dari Bacillus sp. yaitu
BCBT21 pada kantong plastik VHL lebih baik daripada kantong
plastik VN1. Rantai polimer dalam kantong plastik VHL dapat
dipecah oleh Bacillus sp.
40 | B I O T E K N O L O G I
DAFTAR PUSTAKA
Vianti, R. O., Melki, Rozirwan, & Purwiyanto, A. I. S. (2020). Purifikasi dan Uji
Degradasi Bakteri Mikroplastik dari Perairan Muara Sungai Musi , Sumatera
Selatan. Maspari Journal, 12(2), 29–36.
Williams JR. Panduan Etika Media. 1st ed. dr. Sagiran, editor. Yogyakarta : Pusat
Studi Kedokteran Islam Fakultas Kedokteran Universitas
MuhammadiyahYogyakarta; 2004. 94 p.3.
41 | B I O T E K N O L O G I
42 | B I O T E K N O L O G I