Anda di halaman 1dari 42

BIOTEKNOLOGI BIOREMEDIASI, BIOTEKNOLOGI KELAUTAN, DAN

BIOETIKA

MAKALAH
“Digunakan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bioteknologi”

Dosen Pengampu :
Mutiara Pohan, S.Pd., M.Si.

Disusun Oleh :
Kelompok 11 & 12

1. Angga Hardika Saputra (190384205048)


2. Amelia Kenhapsari (190384205060)
3. Megah Fitriana (190384205024)
4. Mutiara Mayzha Adinda (190384205027)
5. Putri Azura (190384205026)
6. Umi Savitri (2003030040)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2022
KATA PENGANTAR

Tim penulis mengucapkan terima kasih dan rasa bersyukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa, kami dapat menyelesaikan makalah sebagai tugas kelompok dalam
mata kuliah Bioteknologi tepat pada waktunya, walaupun terdapat sedikit kendala
dan hambatan dalam memperoleh sumber referensi yang relevan untuk proses
penyusunan makalah ini. Dengan penuh rasa hormat, tim penulis ucapkan terima
kasih juga kepada:

1) Ibu Mutiara Shidra Pohan, S.Pd., M.Si., selaku dosen mata kuliah
Bioteknologi
2) Tim penulis kelompok 11 & 12 yang telah berkontribusi atas penulisan
makalah dengan segala masukan maupun kritikan membangunnya;
3) Teman-teman kelas 19 A atas dukungannya.

Penulis berharap dengan adanya makalah Bioteknologi Peternakan ini dapat


menambah wawasan pembaca dimanapun berada. Penulis berusaha memberikan
informasi yang terkandung dalam makalah secara singkat, jelas, komprehensif,
serta terorganisir. Penulis juga menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak
selamanya maksimal, untuk itu penulis berharap masukan berupa kritik dan
sarannya untuk perbaikan di kemudian hari.

Tanjungpinang, 16 Juni 2022

KELOMPOK 11 & 12

2|BIOTEKNOLOGI
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 1


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
A. Latar Belakang.............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6
C. Tujuan ........................................................................................................... 6
BAB II ISI ............................................................................................................... 7
A. Bioremediasi ................................................................................................. 7
1.1 Pengertian Bioremediasi ....................................................................... 7
1.2 Teknik Bioremediasi ............................................................................. 9
1.3 Jenis – Jenis Bioremediasi .................................................................. 11
1.4 Agen Mikroorganisme Bioremediasi .................................................. 17
1.5 Peranan Mikroorganisme pada Bioremediasi ..................................... 20
B. Bioteknologi Kelautan ................................................................................ 23
1.6 Ruang Lingkup Bioteknologi Kelautan .............................................. 23
1.7 Komponen Bioteknologi Kelautan ...................................................... 23
1.8 Contoh dan Mekanisme Bioteknologi Kelautan ................................. 24
1.9 Proses Hibridasi Ikan .......................................................................... 28
1.10 Industri Farmasi dan Kosmetika ......................................................... 28
C. Bioetika....................................................................................................... 32
1.11 Pengertian Etika .................................................................................. 32
1.12 Pendekatan-Pendekatan Terhadap Pembuatan Keputusan Etis Pada
Bioteknologi ................................................................................................... 33
1.13 Aturan pemerintah tentang etika bioteknologi .................................... 34
1.4 Etika Dalam Bioteknologi Bidang Rekayasa Genetika Pada Tanaman
Transgenik ...................................................................................................... 34
1.5 Etika Dalam Bioteknologi Bidang Kloning ........................................ 35
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 37
A. Kesimpulan ................................................................................................. 37
B. Saran .............................................................................................................. 38
Review Jurnal ........................................................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 41

3|BIOTEKNOLOGI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu permasalahan limbah di Indonesia yang sampai saat ini


belum tertangani dengan baik adalah permasalahan limbah plastik.
Tingginya total konsumsi plastik mengakibatkan jumlah limbah plastik
yang dihasilkan terus meningkat. Jutaan ton polimer sintetik
(plastik) yang diproduksi di seluruh dunia setiap tahun. Plastik memiliki
sifat yang lebih tahan terhadap serangan mikroba dalam waktu yang
singkat. Timbulnya beberapa permasalahan lingkungan terjadi karena
keberadaan limbah plastik, misalnya terjadi penyumbatan air, merusak
tanah untuk pertanian dan menimbulkan efek negatif pada ekosistem.

Wilayah pesisir dan laut indonesia juga sangat rentan terhadap


ancaman pencemaran akibat aktivitas domestik manusia, industri,
pertambangan laut, tumpahan minyak maupun aktivitas lainnya.
Pencemaran dilingkungan laut ke dalam lingkungan laut dapat
mengakibatkan dampak buruk sedemikian rupa bagi kerusakan ekosistem
laut sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia serta gangguan terhadap
kegiatan di laut termasuk penangkapan ikan. Hal ini tentunya akan
menimbulkan dampak negatif secara langsung kepada ekosistem, habitat,
biota laut dan penurunan kualitas lingkungan pesisir. Ancaman
pencemaran tersebut apabila tidak ditangani secara tepat dapat
mengakibatkan semakin meluasnya dampak negatif terhadap manusia dan
biota. Sehingga perlu diberlakukan Bioremediasi dalam upaya pemulihan
lingkungan laut yang tercemar akibat adanya limbah minyak.

Bioremediasi sendiri proses penguraian limbah organik maupun


anorganik polutan dari sampah dengan menggunakan organisme (bakteri,
jamur, tumbuhan, atau enzimnya) dalam mengendalikan pencemaran pada

4|BIOTEKNOLOGI
kondisi terkontrol untuk mereduksi pencemar dari lingkungan.
Kemampuan bakteri dalam mengurai berbagai pencemar organik menjadi
senyawa yang tidak berbahaya mulai banyak diperhatikan sebagai alat
untuk mengolah lingkungan tercemar secara biologis. Bakteri dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi pencemaran yang terjadi di laut yang
disebabkan oleh tumpahan minyak, cemaran logam berat, pestisidadan
berbagai polutan organik lainnya.

Dalam penerapan bioteknologi, kita harus dapat mengantisipasi


dampak bahaya dari teknologi maupun bioteknologi. Dalam
mengembangkan bioteknologi, etika bioteknologi harus mendapat
perhatian yang utama. bioetika adalah suatu disiplin yang menggabungkan
pengetahuan biologi dengan pengetahuan mengenai sistem nilai manusia,
yang akan menjadi jembatan antara ilmu pengetahuan dan kemanusiaan,
membantu menyelamatkan kemanusiaan, dan mempertahankan dan
memperbaiki dunia beradab. Etika sebagai kumpulan asas dan nilai yang
berkenaan dengan moralitas (apa yang dianggap baik atau buruk).
Contohnya: kode etik kedokteran, kode etik rumah sakit.

Bioteknologi kelautan adalah teknik penggunaan biota laut atau


bagian dari biota laut (seperti sel atau enzim) untuk membuat atau
memodifikasi produk, memperbaiki kualitas genetik atau fenotip
tumbuhan dan hewan, dan mengembangkan (merekayasa) organisme
untuk keperluan tertentu, termasuk perbaikan lingkungan. Populasi
mikroorganisme yang hidup di perairan laut Indonesia juga bermanfaat
sebagai biodecomposer terhadap limbah yang masuk laut, seperti limbah
minyak, bahan organik dan logam berat. Beberapa jenis biota perairan
seperti algae, moluska dan berbagai organisme renik lainnya mempunyai
kemampuan untuk menyerap logam berat dan polutan lainnya di perairan.
Pengembangan teknologi penanggulangan limbah dengan memanfaatkan
jasa organisme atau mikroorganisme laut dilakukan melalui teknik
bioremediasi. Dengan demikian, bioteknologi kelautan akhirnya menjadi

5|BIOTEKNOLOGI
cikal bakal yang memiliki prospek cemerlang demi peningkatan aktivitas
perekonomian di masa depan agar bangsa kita tak lagi acuh dalam
memandang laut sebagai sumber kekuatan pertumbuhan ekonomi baru
Indonesia. Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas tentang ruang
lingkup dan penerapan bioteknologi dalam bidang kelautan, beserta
beberapa contoh dan mekanismenya.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan bioremediasi?


2. Bagaimana teknik yang diterapkan dalam teknologi bioremediasi?
3. Mengapa bioremediasi digunakan dalam menyelesaikan permasalahan
bioremediasi, bioteknologi kelautan, dan bioetika?
4. Permasalahan apa saja yang dapat diselesaikan dengan adanya
bioetika?

C. Tujuan

1. Agar pembaca dapat mengetahui definisi dari bioremediasi kelutan


2. Agar pembaca dapat mengetahui serta mengetahui fungsi dari tiap –
tiap teknik yang diterapkan dalam bioremediasi
3. Agar pembaca dapat memahami alasan mengapa bioremediasi dan
bioteknologi kelautan digunakan sebagai solusi pencemaran
lingkungan terutama yang terjadi di laut.
4. Agar pembaca dapat mengetahui peran dari bioremediasi serta
membedakan permasalahan yang terjadi dan teknik penanggulangan
yang tepat terhadap permalasahan dalam bioremediasi dan bioetika

6|BIOTEKNOLOGI
BAB II

ISI

1. Bioremediasi

1.1 Pengertian Bioremediasi

Berdasarkan terminologi, bioremediasi berasal dari dua kata yaitu


Bio (hidup) dan remediation (kembali) yang artinya pengembalian daerah
atau lokasi yang terkena atau terpapar limbah kimia dengan bantuan
makhluk hidup atau sebagian ada yang menyatakan dengan menyelesaikan
masalah. Bioremediasi mengacu pada segala proses yang menggunakan
mikroorganisme seperti bakteri, fungi (mycoremediasi), yeast, alga dan
enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikroba tersebut untuk membersihkan
atau menetralkan bahan-bahan kimia dan limbah secara aman dan salah
satu alternatif dalam mengatasi masalah lingkungan. Secara umum
bioremediasi dimaksudkan sebagai penggunaan mikroba untuk
menyelesaikan masalah-masalah lingkungan atau untuk menghilangkan
senyawa yang tidak diinginkan dari tanah, lumpur, air tanah atau air
permukaan sehingga lingkungan tersebut kembali bersih dan alamiah.

Bioremediasi sebagai teknologi yang dapat digunakan untuk


membersihkan berbagai jenis polutan bukan berarti tanpa keterbatasan.
Bioremediasi tidak dapat diaplikasikan untuk semua jenis polutan,
misalnya untuk pencemaran dengan konsentrasi polutan yang sangat tinggi
sehingga toksik untuk mikroba atau untuk pencemar jenis logam berat
misal kadmium dan Pb. Dimasa yang akan datang, penerapan teknologi
bioremediasi di Indonesia akan berkembang tidak hanya terbatas pada
pemulihan lahan tercemar minyak bumi di industri migas, tetapi juga
pencemaran di industri otomotif, SPBU dan industri lainnya seperti
pertanian bahkan. Pada saat proses bioremediasi berlangsung, enzim-
enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi struktur
polutan beracun menjadi tidak kompleks sehingga menjadi metabolit yang
tidak beracun dan berbahaya.

7|BIOTEKNOLOGI
Dengan demikian, polutan targetnya bukan hidrokarbon minyak
bumi saja tetapi juga senyawa inorganik lainnya seperti pestisida. Saat
terjadi bioremediasi maka yang akan berperan adalah mikroorganisme
dengan produksinya enzim-enzim. Lalu dalam melakukan suatu aktivitas
bioremediasi maka harus memperhatikan lingkungan yang akan dituju.
Berdasarkan riset yang ada, banyak sekali tercemarnya perairan akibat dari
aktivitas industry manusia baik itu pertambangan minyak, pelabuhan,
wisata yang berlibur ke pantai dengan membawa sampah, industri rumah
tangga yang dialirkan menuju laut hingga banyak hal yang menyebabkan
tingkat encemaran di perairan sangat tinggi.

Pencemaran diperairan yang banyak dihasilkan ialah plastik


bahkan sampai ke mikroplastik, sifatnya yang tidak mudah terurai
menyebabkan banyak sekali ketidaknyaman bagi para pecinta laut melalui
visual dan aktivitas biota laut yang mungkin terganggu kehidupannya.
Proses penguraian tersebut memanfaatkan aktivitas mikroorganisme
sehingga terjadi perubahan integritas molekuler. Setiap mikroorganisme
memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga proses degradasi yang
terjadi akan berbeda atau bervariasi antara satu mikroorganisme dengan
mikroorgnaisme yang lain. Lingkungan laut menjadi tujuan akhir dari
limbah-limbah di darat, baik dari limbah industri peleburan logam, limbah
industri petrokimia, limbah industri kertas dan paper, limbah tekstil,
aktivitas antropogenik dan limbah pertanian.

Saat ini, bioremediasi telah berkembang pada pengolahan air


limbah yang mengandung senyawa-senyawa kimia yang sulit untuk
didegradasi dan biasanya dihubungkan dengan kegiatan industri, antara
lain logam-logam berat, petroleum hidrokarbon, dan senyawa-senyawa
organik terhalogenasi seperti pestisida dan herbisida maupun nutrisi dalam
air seperti nitrogen dan fosfat pada perairan tergenang.

8|BIOTEKNOLOGI
1.2 Teknik Bioremediasi

A. Remediasi Mikroba
Remediasi mikroba adalah jenis bioremediasi yang
menggunakan bakteri atau jamur asli atau yang diinokulasi yang
memiliki kemampuan untuk mengubah senyawa beracun menjadi
zat yang lebih kecil. Ini tidak menghilangkan faktor pencemar
tetapi membantu mengurangi toksisitasnya. Bioremediasi dapat
berperan sebagai detoksifikasi dalam menurunkan tingkat racun
polutan dalam tanah dengan menggunakan mikroorganisme,
tanaman, atau enzim mikroba. Mikroba memanfaatkan proses
metabolismenya untuk mengkonversi polutan menjadi produk yang
menguntungkan melalui reaksi kimia organik yang membutuhkan
energi aktivasi yang rendah. Contoh remediasi mikroba adalah
penggunaan bakteri tertentu dalam tumpahan minyak, karena
mereka memiliki kemampuan untuk mendegradasi beberapa
komponen yang ada dalam hidrokarbon.

B. Fitromediasi
Fitromediasi adalah jenis bioremediasi di mana tanaman
menyerap dan memusatkan zat pencemar untuk mengubahnya
menjadi zat yang lebih sederhana agar berkurang dan menjadi zat
tidak berbahaya. Fitoremediasi merupakan suatu proses
menggunakan tanaman hijau meliputi rempah contohnya seperti
Thlaspi Caerulescens, Brassica Juncea, Helianthus annuus lalu
ada juga jenis tanaman berkayu yang dapat digunakan dalam
fitroremediasi seperti Salix spp, Populus spp. karena mereka
mampu untuk menghilangkan, menyerap, atau mengubah berbagai
kontaminan yang berbahaya bagi lingkungan seperti logam berat.

Kelebihan fitoremediasi adalah mengurangi risiko


kontaminan terdispersi yang menyebabkan pencemaran tiada
habisnya. Selain itu, dengan menerapkan fitroremediasi tidak

9|BIOTEKNOLOGI
mengganggu ekosistem malah dapat memberikan nilai lebih
terhadap lahan melalui estetika, kemudian metode ini
membutuhkan sedikit tenaga kerja serta harganya murah dan
fitoremediasi dilakukan secara in situ. Banyak negara yang sudah
mencoba metode ini dengan teknik yang berbeda-beda.
Fitoremediasi mempunyai kekurangan dalam hal proses yang
berlangsung lama, beberapa spesies tanaman tidak dapat di tanam
di area yang sangat berpolusi. Selain itu, kelemahan lainnya adalah
kemungkinan akibat yang timbul bila tanaman yang telah
menyerap polutan tersebut dikonsumsi oleh hewan dan serangga.
Dampak negatif yang dapat terjadi ialah kematian pada ikan
- ikan atau terjadinya akumulasi logam pada predator-predator jika
mengosumsi tanaman yang telah digunakan dalam proses
fitoremediasi. Fitoremediasi dapat digunakan untuk memulihkan
daerah-daerah yang tercemar logam berat, pestisida, larutan-larutan
kimiawi, bahan eksplosif, senyawa hidrokarbon minyak, PAH dan
senyawa-senyawa hasil pelindian dari landfill. Prinsip dasar dari
teknologi fitoremediasi ini adalah memulihkan tanah
terkontaminasi, memperbaiki sludge, sedimen dan air bawah tanah
melalui proses pemindahan, degradasi atau stabilisasi suatu
kontaminan di laut.

C. Fitostabilisasi
Fitostabilisasi mengacu pada penggunaan tanaman yang toleran
terhadap logam berat untuk mencegah komponen tersebut
memasuki lapisan tanah atau atmosfer. Polutan yang tidak bergerak
di absorbsi akar atau presipitasi di lapisan rizosfer. Proses
fitostablisasi ini mengurangi mobilitas dari kontaminan, mencegah
kontaminan masuk kedalam air tanah dan mengurangi ketersediaan
hayati dalam rantai makanan. Fitostabilisasi sangat berguna untuk
treatment logam berat seperti Pb, As,Cd,Cr,Cu,dan Zn. Contoh
bioremediasi dengan fitostabilisasi adalah penggunaan Vulneralia

10 | B I O T E K N O L O G I
(Anthyllis Vulneraria) untuk penyerapan kadmium, seng dan
timbal. Teknik fitostabilisasi akan menggunakan spesies tanaman
untuk inaktivasi cemaran yang terjadi di perairan melalui
penyerapan dan akumulasi dalam jaringan tanaman kemudian akan
di adsorpsi ke akar tanaman hingga membentuk senyawa yang
tidak larut air.

1.3 Jenis – Jenis Bioremediasi

Berdasarkan situs aplikasinya, secara umum bioremediasi dibagi


menjadi dua kategori yaitu :

A. Bioremediasi in situ
Teknik bioremediasi in situ melibatkan pengolahan polutan
lansung di tempat yang tercemar. Teknik ini umumnya lebih
disenangi karena dianggap lebih murah dibandingkan teknik
bioremediasi eks situ karena tidak diperlukan biaya tambahan
untuk memindahkan dan mengeduk polutan. Meskipun demikian,
untuk beberapa kasus teknik ini tetap membutuhkan biaya yang
tidak sedikit untuk desain dan instalasi peralatan canggih dalam
rangka meningkatkan aktivitas mikroba selama remediasi di tempat
yang tercemar. Contoh teknologi dalam bioremediasi in situ ialah:

 Natural attenuation
Natural attenuation adalah opsi tanpa tindakan yang
memungkinkan polutan dihilangkan dan didegradasi

dengan cara alami. Perbaikan secara alami (Natural

attenuation) terkait dengan aktivitas degradasi


mikroorganisme indigenous. Beberapa keuntungan dari
pengunaan metode ini yaitu kerusakan habitat bisa
dihindarkan, memungkinkan ekosistem kembali ke kondisi
aslinya dan memungkinkan detoksifikasi senyawa beracun.

11 | B I O T E K N O L O G I
Perbaikan secara alami (Natural attenuation) terkait dengan
aktivitas degradasi mikroorganisme indigenous. Beberapa
keuntungan dari pengunaan metode ini yaitu kerusakan
habitat bisa dihindarkan, memungkinkan ekosistem kembali
ke kondisi aslinya dan memungkinkan detoksifikasi
senyawa beracun. Pada dasarnya remediasi biologis in situ
sebagai nutrisi yang tepat, kadar air, suhu dan oksigen
semua dapat terjadi secara alami di dalam tanah dan
perairan.

 Bio Venting
Bio venting adalah teknologi remediasi in-situ yang
menggunkan mikroorganisme lokal untuk menguraikan
kontaminan organic yang terabsorbsi ke tanah di zona
tak jenuh. Definisi bio venting lainnya adalah proses
penyuntikan dan ekstraksi udara menuju
daerah vadose untuk menyediakn O2 yang diperlukan
untuk biodegredasi aerobik. Bio venting digunakan
untuk mengurangi berbagai senyawa petrokima,
termasuk bensin, bahan bakar minyak dan aspal.

Konstituen dari senyawa ini diukur bersama sebagai


jumlah minyak bumi hidrokarbon (TPH). Bahkan lebih
menarik, bioventing telah terbukti secaara dramatis
mengurangi bagian dari senyawa-senyawa yang dikenal
sebagai BTEX (benzene, toluene, etil benzene dan
xilena). Aspek yang mempengaruhi bioventing yaitu
situs geologi, kelembaban tanah dan aktivitas mikroba,
dan sifat kontminasi. Bioventing dipengaruhi oleh tipe
tanah, permeabililtas, temperatur, kelembapan, pH,
kandungan bakteri heterotrofik, dan sifat dari
konstituen yang akan didegradasi.

12 | B I O T E K N O L O G I
Gambar Proses Bio Venting

 Air Sparging
Air sparging adalah proses menghembuskan udara
secara langsung ke dalam air tanah. Karena munculnya
gelembung, maka kontaminan dihilangkan
dari udara melalui kontak dengan udara (yaitu, melepaskan
diri) dan terangkat ke dalam zona tanah tak jenuh. Secara
sederhana, air sparging melibatkan pemompaan udara ke
dalam air tanah. Cara ini memiliki 2 efek positif pada
kontaminan hidrokarbon yaitu dapat memaksa kontaminan
masuk ke udara dan keluar ke air tanah serta memasukkan
oksigen ke dalam air, dan memicu penguraian kontaminan
oleh bakteri.
Air Sparging melibatkan penyuntikan gas (biasanya
udara/oksigen) di bawah tekanan ke zona jenuh untuk
menguapkan kontaminan air tanah dan untuk
mempromosikan biodegradasi di tanah jenuh dan tak jenuh
dengan meningkatkan konsentrasi oksigen di bawah
permukaan. Air Sparging telah digunakan untuk mengatasi
berbagai macam kontaminan yang mudah menguap dan
seperti bensin dan bahan bakar lainnya

13 | B I O T E K N O L O G I
Gambar Proses Air Sparging

B. Bioremediasi ex situ
Bioremediasi ex-situ merupakan proses bioremediasi yang
dilakukan diluar tempat asli mikroba (terjadinya peng isolasian
mikroba) yang dilakukan dengan mengambil limbah di suatu lokasi
kemudian dilakukan treatment di tempat lain, setelah itu baru
dikembalikan ke tempat asal. Atau diberi perlakuan khusus dengan
memakai organisme yang mana bila organisme sudah terbukti
dapat mendegradasi limbah tersebut kemudian di sebar ditempat
yang tercemar. Contoh teknologi bioremediasi ex situ adalah :
 Slurry Phase
Pengolahan biologis fase slurry dilakukan di dalam
reaktor untuk meremediasi campuran air dan tanah
galian . Tanah dicampur dengan air sampai konsentrasi
yang ditentukan oleh proporsi kontaminan dalam tanah, laju
biodegradasi, dan sifat fisik tanah. Keuntungan menerapkan
Sluryy Phase ialah :
a) Mengobati fase padat yang terkontaminasi oleh SVOC
dan VOC non-halogen, bahan peledak, hidrokarbon
minyak bumi, petrokimia, pelarut, beberapa pestisida,
pengawet kayu & bahan kimia organik lainnya.
b) Kemampuan untuk menambahkan mikroorganisme &
kometabolit yang diadaptasi secara khusus

14 | B I O T E K N O L O G I
memungkinkan perawatan VOC dan SVOC
terhalogenasi, pestisida, dan PCB. (misalnya senyawa
yang lebih persisten

Gambar Proses Slurry Phase

 Land Farming
Landfarming merupakan teknik bioremediasi yang
cukup sederhana. Teknik ini membutuhkan biaya yang
cukup murah dan peralatan yang sedikit. Landfarming juga
dikenal sebagai teknologi yang lebih ramah lingkungan
dibandingkan teknologi remediasi lainnya. Selain itu
teknologi landfarming bisa diintergrasikan dengan teknik
remediasi lainnya seperti biaugmentasi, biostimulasi
ataupun composting untuk meningkatkan hasil
bioremediasi secara umum.
Landfarming dikembangkan dengan
mempertimbangkan beberapa faktor untuk remediasi tanah
berkelanjutan seperti biaya, kebutuhan ruang, waktu,
permintaan energi, penggunaan bahan. Dalam kebanyakan
kasus, landfarming dikategorikan sebagai teknik
bioremediasi eks situ, sementara dalam beberapa kasus,
dianggap seperti teknik bioremediasi in situ. Hal ini

15 | B I O T E K N O L O G I
tergantung dimana dilakukannya treatmen. Kedalaman
polutan menjadi kunci penting apakah landfarming dapat

dilakukan secara eks situ atau in situ. Kesuksesan

landfarming tergantung kepada kondisi spesifik seperti


seperti drainase tanah yang baik, biodegradabilitas polutan
oleh mikroorganisme yang ada dan keberadaan
mikroorganisme yang melimpah. Selain itu kondisi tempat
yang tertutup seperti rumah kaca diperlukan untuk
meminimalkan erosi tanah dan limpasan air hujan serta
mengontrol emisi udara. Kondisi lingkungan yang sesuai
termasuk nilai pH, ketersediaan nutrisi, dan kadar air juga
menjadi faktor penting untuk kesuksesan landfarming.

C. Bioaugmentasi
Bioaugmentasi adalah teknik bioremdiasi yang
menambahakan mikroba (bakteri, fungi ataupun alga) pada situs
tercemar yang berfungsi sebagai pembersih kontaminan yang ada
di daerah tersebut. Pendekatan bioaugmentasi digunakan jika
populasi mikroba indigenous pendegradasi polutan dilingkungan
tersebut rendah, polutan tersebar cukup banyak dan merupakan
senyawa komplek sehingga mikroba indigenous tak mampu
mendegradasi secara sempurna dan ketika kecepatan biodegradasi
merupakan kunci kesuskesan, dan biaugmentasi dapat
mempersingkat proses bioremediasi.

Teknik bioaugmentasi disarankan bisa dikerjakan secara


efektif ketika kondisi lingkungan terkontrol dengan baik, tetapi
tidak ada jaminan jika metode ini digunakan skala lapangan.
Prinsip bioaugmentasi adalah penambahan bakteri tertentu pada
suatu tempat tercemar yang berfungsi sebagai pembersih
kontaminan yang ada di daerah tersebut. Cara ini yang paling
sering digunakan dalam menghilangkan kontaminasi di suatu

16 | B I O T E K N O L O G I
tempat. Namun ada beberapa hambatan yang ditemui ketika cara
ini digunakan. Sangat sulit untuk mengontrol kondisi situs yang
tercemar agar mikroorganisme dapat berkembang dengan optimal.

1.4 Agen Mikroorganisme Bioremediasi

Air laut merupakan kompoen yang berinteraksi dengan lingkungan


darat, dimana pembuangan limbah bermuara ke laut hingga ke daratan.
Salah satu bahan pencemar yang paling berbahaya bagi kesehatan
manusia adalah logam berat timbal (Pb). Salah satu proses pengolahan
limbah untuk mengurangi pencemaran oleh masalah logam berat
adalah dengan melakukan bioremediasi. Menurut US EPA (United
States Environmental Protection Agency), agen bioremediasi
didefinisikan sebagai kultur mikroorganisme, enzim atau stimulan
berupa nutrien yang dapat meningkatkan laju biodegradasi.
Penggunaan mikroorganisme dinilai lebih efektif karena kapasitas
degradasi kontaminan yang tinggi menjadi senyawatidak berbahaya
atau kurang berbahaya. Oleh karena itu, potensi bakteri laut untuk
aplikasi bioremediasi telah banyak digali dalam upaya mengatasi
pencemaran di lingkungan perairan laut. Kemampuan bakteri ini dapat
digunakan dalam menghadapi degradasi hidrokarbon, dan degradasi
plastik.

A. Degradasi Hidrokarbon
Mikroorganisme memiliki peranan penting dalam
mendegradasi senyawa hidrokarbon secara sempurna. Telah
banyak diketahui mengenai mikroorganisme terutama bakteri
yang dapat mendegradasi hidrokarbon minyak bumi.
Kemampuan bakteri dalam mendegradasi minyak melibatkan
kerja dari enzim alkana hidroksilase yang dikode oleh gen
alkB. Hidrokarbon merupakan senyawa dominan yang
terkandung di dalam minyak. Tumpahan minyak dari kapal
tangker maupun kebocoran minyak akibat penggunaan bahan

17 | B I O T E K N O L O G I
bakar minyak dapat menyebabkan terjadinya pencemaran
hidrokarbon di lingkungan perairan. Minyak bumi sebagai
sumber utama senyawa hidrokarbon merupakan senyawa yang
relatif recalcitrant sehingga tidak mudah didegradasi dalam
waktu yang singkat.
Mikroorganisme memiliki peranan penting dalam
mendegradasi senyawa hidrokarbon secara sempurna.
Penemaran hidrokarbon minyak bumi di lingkungan dapat
diatasi dengan berbagai cara. Salah satunya dengan
menggunakan mikroorganisme yaitu bakteri. Beberapa spesies
bakteri tertentu dapat mendegradasi hidrokarbon yang
mencemari lingkungan. Degradasi dengan bakteri merupakan
cara yang paling baik untuk mengatasi pencemaran
hidrokarbon karena tidak memiliki efek merusak lingkungan.
Bakteri pendegradasi dapat menurunkan, memecahkan serta
menguraikan rangkaian-rangkaian kompleks yang ada pada zat
lain sehingga menjadi lebih sederhana.
Mikrobia yang pada umumnya berkembang di lingkungan
terkontaminasi hidrokarbon sebagian besar adalah bakteri dan
kapang. Bakteri merupakan golongan yang lebih dominan dan
memiliki peran yang sangat menonjol dalam menguraikan atau
mendegradasi limbah, hal ini karena bakteri mempunyai
kisaran pH yang bervariatif dan dapat pula tumbuh pada unsur
nitrogen rendah sehingga berbeda dengan mikrobia lain yang
hidup dengan faktor pembatas tertentu. Bakteri yang mampu
mendegradasi senyawa yang terdapat di dalam hidrokarbon
minyak bumi disebut bakteri hidrokarbonoklastik. Bakteri ini
mampu mendegradasi senyawa hidrokarbon dengan
memanfaatkan senyawa tersebut sebagai sumber karbon dan
energi yang diperlukan bagi pertumbuhannya.
Contoh mikroorganisme yang memiliki peran dalam
mendegradai senyawa hidrokarbon ialah Bacillus aminovorans.

18 | B I O T E K N O L O G I
Bacillus cereus, Pseudomonas alcaligens dan Alcaligenes
faecalis dan bakteri indigenous. Efektivitas bioremediasi
hidrokarbon di laut dan menggunakan bakteri sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dan jumlah bakteri.
Penanggulangan limbah minyak bumi dengan cara biologis ini
cukup efektif, efisien, ekonomis, dan lebih ramah lingkungan.

B. Degradasi Plastik
Salah satu polimer kompleks yang memiliki umur
degradasi yang sangat lama adalah plastik. Hal tersebut
dikarenakan plastik memiliki rantai yang panjang serta
berulang sehingga dapat menyebabkan masalah lingkungan
yang serius. Kehadiran sampah plastik di lingkungan menjadi
suatu permasalahan besar yang mempunyai dampak sangat
luas, diantaranya kesehatan manusia, ekonomi, pariwisata dan
estetika pantai. Selain itu, plastik bersifat persisten, sering kali
mengandung bahan kimia yang berpotensi toksik (racun) dan
karsinogenik, karena dikonsumsi oleh organisme maka akan
mempengaruhi kehidupan organisme perairan. Selain itu,
sampah plastik dipastikan mengotori lautan, meracuni biota-
biota laut, dapat juga merusak terumbu karang yang akan
memberi dampak kerusakan bagi keseimbangan ekosistem laut.
Proses degradasi sampah laut yang berupa plastik
membutuhkan waktu yang lama agar plastik dapat terdegredasi
menjadi mikroplastik. Mikroplastik merupakan jenis sampah
plastik yang berukuran lebih kecil dari 5 mm (< 5 mm) dan
dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu mikroplastik primer dan
sekunder. Mikroplastik primer adalah hasil produksi plastik
yang dibuat dalam bentuk mikro, seperti microbeads pada
produk perawatan kulit yang masuk ke dalam saluran air.
Mikroplastik sekunder merupakan pecahan, bagian, atau hasil
fragmentasi dari plastik yang lebih besar. Usaha yang

19 | B I O T E K N O L O G I
dilakukan untuk mengurangi limbah plastik dengan cara
mendaur ulang limbah tersebut sangat belum optimal, sehingga
dibutuhkan alternatif lain untuk mengurangi limbah dengan
upaya kegiatan biodegradasi yang menggunakan
mikroorganisme seperti bakteri. Adapun mikroorganisme yang
dapat mendegradasi plastik diantaranya ada Bacillus
megaterium, Pseudomonas sp., Azotobacter, Ralstonia
eutropha, Halomonas sp., dan lain-lain.

1.5 Peranan Mikroorganisme pada Bioremediasi

Bioremediasi merupakan proses pembersihan lingkungan yang


telah terkontaminasi oleh polutan kimia dengan menggunakan
organisme hidup untuk mendegradasi materi yang berbahaya untuk
mengurangi kadar toksiknya. Secara ilmiah Bioremediasi berasal dari
kata bio dan remediasi. Bio berarti kehidupan, sedangkan remediasi
berarti tindakan atau proses penyembuhan. Sehingga bioremediasi
adalah teknologi yang mampu memecahkan berbagai masalah
lingkungan termasuk tumpahan minyak dilaut dengan bantuan
mikroorganisme. Secara umum teknik bioremediasi terbagi dua in situ
(on-site), dapat dilakukan langsung di lokasi tanah tercemar dan ex situ
(off-site). Salah satu tujuan bioremediasi yaitu mengubah polutan
menjadi metabolit yang tidak berbahaya atau memecah polutan
menjadi karbon dioksida dan air sehingga bisa terurai dan dapat
mengurangi cemaran.

Bakteri dapat dimanfaatkan untuk mengatasi pencemaran yang


terjadi di laut yang disebabkan oleh tumpahan minyak, cemaran logam
berat, pestisida dan berbagai polutan organik lainnya. Dalam proses
bioremediasi, reaksi – reaksi biologis yang utama ialah reaksi
metabolisme sel. senyawa polutan yang berbahaya dapat didegradasi
oleh mikroorganisme baik didalam atau di luar sel dan reaksinya
adalah reaksi redoks. Walaupun banyak mikroba yang dapat

20 | B I O T E K N O L O G I
menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup seperti hewan,
tumbuhan dan manusi naun kontribusi mikroba terhadap kelangsungan
hidup di permukaan bumi terbilang besar. Contoh sederhanaya, tanpa
mikroba maka tidakakan tercipta antibiotik dan vaksin. Tanpa peran
mikroba juga tidakan ada olahan makanan hasil fermentasi seperti
tempe, kecap, terasi, yoghurt dan yang lain – lain. Di lingkungan,
mikroorganisme memiliki fungsi atau peranan yang cukup beragam
dimulai dari penghasil oksigen, berperan dalam siklus biogeokimia,
membantu tanaman dala penyerapan unsur hara, sampai pada
degradasi dan remediasi.

Selain berperan dalam degradasi hidrokarbon dan mikroplastik,


terdapat mikroorganisme yang dapat berperan dalam bioremedasi
logam. Bagi mikroba kadar logam yang terlalu tinggi di lingkungan
dapat menurunkan atau menghambat pertumbuhan mikroba. Interaksi
mikroba dengan logam berat dapat menyebabkan perubahan proses
fisiologi yang sangat drastis dan dapat membunuh mikroorganisme.
Kemampuan bakteri dalam menyerap atau menurunkan kandungan
logam berat dari lingkungan baik tanah maupun perairan juga.
Beberapa bakteri seperti Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter
calcoacetcus, Arthrobacter sp., Streptomyces viridans dan lain – lain
dapat menghasilkan senyaa biosurfatan/bioemulsi yang dapat
menyerap berbagai jenis logam berat seperti Cd, Cr, Pb, Cu, dan Zn
dari tanah yang telah terkontaminasi oleh logam..

Mikroorganisme yang berperan dalam bioremdiasi dapat meliputi


bakteri, jamur dan protoza. Mikroorganime tersebut dpat bertahan pada
kondisi nyaman, ekstrem, pana, dingin bahkan pada lingungan yang
berkonsentrasi garam tinggi. Beberapa jenis mikroorganisme lain yang
sangat berperan dalam bioremediasi adalah Pseudomonas sp dan
Bacilllus sp. Bakteri Bacillus subtilis dapat dikembangkan menjadi
mikroorganisme yang mempunyai kemampuan dalam memobilisasi
logam berat pada limbah industri dan bakteri Pseudomonas yang dapat

21 | B I O T E K N O L O G I
digunakan dalam bioremediasi limbah minyak. Untuk optimalisasi
proses bioremediasi membutuhkan hal – hal sebagai berikut :

- Ada dan tersedianya mikroorganisme yang berperan dalam


proses bioremedasi untuk menghasilkan enzim yang dapat
mendegradasi atau mendetoksifikasi bahan beracun yang
diolah.
- Sumber energi dan akseptor elektron karena
mikroorganisme memperoleh energi dari reaksi – reaksi
yang berlangsung.
- Faktor lingkungan seperti tipe tanah, kelembapan yang
cuku, pH, dan suhu yang sesuai.
- Tercukupinya oksigen dan nutrisi yang cukup untuk
pertumbuhan mikroorganisme.

22 | B I O T E K N O L O G I
2. Bioteknologi Kelautan

2.1 Ruang Lingkup Bioteknologi Kelautan

Bioteknologi kelautan adalah teknik penggunaan biota laut atau


bagian dari biota laut (seperti sel atau enzim) untuk membuat atau
memodifikasi produk, memperbaiki kualitas genetik atau fenotip
tumbuhan dan hewan, dan mengembangkan (merekayasa) organisme
untuk keperluan tertentu, termasuk perbaikan lingkungan. Secara garis
besar industri bioteknologi kelautan meliputi 3 kelompok industri,
yaitu:

a) Ekstraksi (pengambilan) senyawa aktif (bioactive substances)


atau bahan alami (natural products) dari biota laut sebagai
bahan dasar (raw materials) untuk industri makanan dan
minuman, farmasi, kosmetik, cat, perekat, film, kertas, dan
berbagai industri lainnya.
b) Rekayasa genetik (genetic engineering) terhadap spesies
tumbuhan atau hewan untuk menghasilkan jenis tumbuhan atau
hewan baru yang memiliki karakteristik genotip maupun
fenotip yang jauh lebih baik (unggul) ketimbang spesies yang
aslinya.
c) Genetik dari mikroorganisme (bakteri), sehingga mampu
melumat (menetralkan) bahan pencemar (pollutants)
yang mencemari suatu lingkungan perairan atau daratan
(seperti tumpahan minyak/oil spills), sehingga lingkungan
tersebut menjadi bersih, tidak lagi tercemar. Teknik
pembersihan pencermaran lingkungan semacam ini lazim
dinamakan sebagai bioremediasi (bioremediation).

2.2 Komponen Bioteknologi Kelautan

Di dalam bioteknologi dilakukan rekayasa organisme atau


komponen organisme untuk menghasilkan barang dan jasa yang

23 | B I O T E K N O L O G I
penting dan menguntungkan bagi kehidupan manusia. Menurut
Nurcahyo (2011:9), bioteknologi tidak lain adalah suatu proses yang
unsur-unsurnya sebagai berikut:
a) Input yaitu bahan kasar (raw material) yang akan diolah seperti;
beras, anggur, susu dsb.
b) Proses yaitu mekanisme pengolahan yang meliputi; proses
penguraian atau penyusunan oleh agen hayati.
c) Output yaitu produk baik berupa barang dan/atau jasa, seperti;
alkohol, enzim, antibiotika, hormon, pengolahan limbah.

Gambar Skema Proses Bioteknologi

2.3 Contoh dan Mekanisme Bioteknologi Kelautan

A. Mikroorganisme dalam Bioremediasi Limbah Minyak Pada


kilang Montara Laut Timor
Kasus meledaknya kilang Montara di Laut Timor, Nusa
Tenggara Timur yang meledak sejak 21 agustus 2009 tumpah
dan mencemari laut Timor mencapai sekitar 107 juta liter atau
sekitar 1,8 juta barel minyak mentah. Hal ini menyebabkan
kerugian bagi masyarakat sekitar laut Timor. Untuk
menanggulangi masalah ini, digunakan metoe bioremediasi
Bioremediasi adalah penggunaan mikroorganisme untuk
mengurangi polutan di lingkungan. Bioremediasi menjadi salah
satu pilihan untuk mengembalikan kondisi lingkungan yang
terkontaminasi limbah hidokarbon minyak bumi. Bioremediasi
meminimalisasi kontaminan, yaitu mengubah senyawa kimia
berbahaya menjadi kurang berbahaya seperti karbondioksida
atau beberapa gas lain, senyawa organik, air dan materi yang
dibutuhkan oleh mikroba pendegradasi. Bioremediasi dilakukan

24 | B I O T E K N O L O G I
melalui dua metode yaitu biostimulasi dan bioaugmentasi.
Biostimulasi adalah proses yang dilakukan melalui penambahan
zat gizi tertentu yang dibutuhkan oleh mikroorganisme atau
menstimulasi kondisi lingkungan sedemikian rupa agar
mikroorganisme tumbuh dan beraktivitas lebih baik, di mana
pertumbuhan pengurai hidrokarbon asli lingkungan tersebut
dirangsang dengan cara menambahkan nutrien dan/atau
mengubah habitat. Bioaugmentasi yaitu penambahan atau
introduksi satu jenis atau lebih mikroorganisme baik yang alami
maupun yang sudah mengalami perbaikan sifat, di mana
mikroorganisme pengurai ditambahkan untuk melengkapi
populasi mikroba yang telah ada.
Pengolahan limbah minyak secara alami dengan cara
mengembangbiakan mikroba jenis tertentu yang dapat
meningkatkan biodegradasi minyak. Mikroba menghasilkan
biosurfactant yang digunakan untuk mengatasi berbagai
pencemaran lingkungan yang disebabkan karena pencemaran
hidrokarbon. Biosurfactant inilah yang dipakai untuk
biodegradasi minyak.
Metode bioaugmentasi sangat efisien untuk digunakan
dalam menanggulangi limbah minyak dalam skala besar seperti
pada kasus meledaknya kilang montara di laut Timor, karena
dalam metode bioaugmentasi ini mikroba yang dikulturkan
diisolasi secara khusus, pada umumnya dari lingkungan yang
sama dan di tumbuhkan dalam jumlah yang besar dalam suatu
reaktor. Mikroba tersebut mampu mendegradasi komponen –
komponen dalam hidrokarbon menjadi CO2 dan air. Mikroba
tersebut akan bertahan hidup dengan mengkonsumsi
hidrokarbon sampai polutan tersebut tersubstansi.
Selama mikroba dapat mencapai kontaminan, tersedia
oksigen serta suhu dan pH yang sesuai, maka proses remediasi
akan berlangsung dengan sempurna. Bakteri dianggap sebagai

25 | B I O T E K N O L O G I
salah satu mikroorganisme yang bertanggung jawab terhadap
degradasi hidrokarbon di lingkungan dan bakteri
hidrokarbonoklastik bersifat kosmopolitan, dapat ditemukan di
berbagai jenis lingkungan. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi keoptimalan bioremediasi ini sendiri:
- Kehadiran mikroorganisme dengan kemampuan untuk
mendegradasi senyawa target.
- Kondisi lingkungan yang sesuai untuk reaksi terkatalis
enzim dengan kelembaban dan pH yang mendukung.
- Nutrien. Mikroorganisme memerlukan nutrisi sebagai
sumber karbon, energi dan keseimbangan metabolisme.

Adapun Kelebihan dari bioremediasi diantaranya sebagai


berikut:
- Meminimalisasi terinfeksinya pekerja lapangan
- Perlindungan kesehatan masyarakat yang berjangka
panjang
- Proses pelaksanaan dapat dilakukan langsung di daerah
tersebut dengan lahan yang sempit sekalipun
- Menghilangkan zat-zat berbahaya
- Menggunakan proses yang bersifat alami dan lebih ramah
lingkungan
- Mengubah polutan bukan hanya memindahkannya
- Proses degradasi dapat dilaksanakan dalam jangka waktu
yang cepat
- Relatif lebih ramah lingkungan

Biaya teknologi Bioremediasi di Indonesia berada didalam


kisaran 20-200 USD per meter kubik bahan yang akan diolah
(tergantung dari jumlah dan konsentrasi limbah awal serta
metoda aplikasi), jauh lebih murah dari harga yang harus

26 | B I O T E K N O L O G I
dikeluarkan dengan teknologi lain seperti incinerasi dan soil
washing (150-600 USD).

27 | B I O T E K N O L O G I
2.4 Proses Hibridasi Ikan

Proses hibrid dilakukan dalam bak pemijahan. Ikan nila yang


dihibrid adalah strain Chitralada dengan Aureus dan nila merah albino
dengan nila putih. Pakan yang diberikan terhadap induk yang
dipijahkan adalah pellet dengan kandungan protein 28% dengan dosis
3%/bobot biomas/hari. Pemanenan larva hasil pemijahan dilakukan
setiap 10‐15 hari sekali. Larva yang diperoleh diseleksi (grading)
untuk mendapatkan ukuran yang relatif seragam.

- Pendederan I
Pendederan I dilakukan dalam ukuran 2x2x1 m dengan
padat tebar 500 ekor/m2. Lama pemeliharaan dalam pendederan I
adalah 30 hari. Dosis pemberian pakan dalam pendederan I
dengan dosis 20%/ bobot biomas/hari.
- Pendederan II dan III
Wadah yang digunakan adalah hapa hitam berukuran 2x2x1
m. Menebarkan benih dengan kepadatan 125 ekor/m3.
Pemeliharaan benih di P II dan P III masingmasing selama 60 hari.
Dosis pemberian pakan adalah 10%/bobot biomas/hari untuk 30
hari pertama dan 5%/bobot biomas/hari untuk 30 hari kedua
dengan frekuensi tiga kali/hari.
- Pembesaran
Wadah yang digunakan adalah keramba jaring apung. Padat
tebar untuk kegiatan pembesaran dengan kepadatan 50 ekor/m3.
Pemberian pakan selama pembesaran menggunakan dosis 3‐4
%/bobot biomas/hari. Frekuensi pemberian pakan adalah tiga
kali/hari dan mendata parameter kelangsungan hidup (%), FCR dan
laju pertumbuhan.

2.5 Industri Farmasi dan Kosmetika

Sebagai bagian dari proses metabolismenya, banyak biota


(organisme) laut mengeluarkan berbagai senyawa bioaktif (bioactive

28 | B I O T E K N O L O G I
compounds) yang membantu mereka dari beragam serangan penyakit,
hama, dan pemangsa (predator) untuk bertahan hidup. Atas rahmat
Allah swt, banyak senyawa bioaktif itu yang juga memiliki
karakteristik (properties) yang bermanfaat bagi umat manusia.
Bermacam ragam senyawa bioaktif (natural products) yang diekstraksi
(screened) dari berbagai biota laut, memiliki sifat-sifat antibiotik, anti-
tumor, anti-virus, anti-parasit, anti-inflamasi dan mengandung
senyawa pestisida, imunitas, pertumbuhan, dan penyembuh luka.
Sejak pertengahan 1980-an, semua sifat senyawa bioaktif dari berbagai
biota laut ini telah dimanfaatkan industri farmasi dunia untuk
memproduksi berbagai macam obat-obatan dan kosmetika, yang
nilainya mencapai 60 miliar dolar AS setiap tahunnya.
Sejauh ini, baru sekitar 1% dari seluruh biota laut yang
potensial mengandung senyawa bioaktif telah diekstraksi. Oleh
karenanya, peluang pengembangan industri farmasi dan kosmetika
berbasis bioteknologi kelautan masih sangat luar biasa besarnya.
Berikut in adalah uraian singkat mengenai aplikasi bioteknologi
kelautan dalam industri farmasi dan kosmetika
a) Senyawa anti-neoplastik
Senyawa cyclic despipeptides (didemnins) yang
berhasil diisolasi dari jenis tunikata (Trididemnum solidum)
dari Karibia menunjukkan berbagai sifat anti-virus dan anti-
neoplastik (antineoplastic agents), yang dapat mengobati
penyakit leukemia. Sementara itu, senyawa bryostatins
yang diekstraksi dari jenis bryozoa (Bugula nertina) dari
Samudera Pasifik bisa digunakan untuk mengobati penyakit
tumor dan leukemia. Jenis lain dari senyawa bryostatins
juga berhasil diisolasi dari ascidian (Aplidium
californicum). Dan, senyawa glycoprotein berhasil
diekstraksi dari jenis abalone (Haliotis discushanni) yang
juga bisa megobati tumor.

29 | B I O T E K N O L O G I
b) Antibiotik
Beragam jenis bakteri (mikroba) dan organisme
makro laut adalah sumber senyawa antibiotik yang sangat
kaya. Salah satu spesies sea whip (hewan karang),
Pterogorgia guadalupensis, mengandung suatu senyawa
bioaktif yang sangat efektif untuk membunuh bakteri
Staphylococcus dan Mycobacterium. Berbagai jenis
sponges, seperti Ircinia variabilis, menghasilkan antibiotik
yang dinamakan varibilin yang ampuh membunuh
Staphylococcus. Jenis sponge lainnya, Acanthella spp.,
menghasilkan berbagai jenis antibiotik yang secara kolektif
disebut kalihinols.
Ada sekitar 11 jenis kalihinols, yang masing-masing
mempunyai dua atau tiga fungsi isocyano, alkohol tersier,
tetrahydropyranyl, dan chlorine. Semua senyawa itu dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis,
Staphylococcus, dan Candida albicans. Banyak algae
mikro (phytoplankton) laut juga mengandung senyawa
bioaktif yang mempunyai sifat anti-bakteri.

c) Senyawa anti-inflamasi
Banyak biota laut yang menghasilkan senyawa anti-
mikroba juga memproduksi senyawa siklis yang bersifat
anti-inflamasi. Contohnya, satu jenis sponge dari Lautan
Pasifik, Luffariella variabilis, menghasilkan antibiotic yang
disebut monoalide yang dapat menghambat atau membunuh
baik Streptomyces maupun Staphylococcus. Senyawa ini
juga sangat ampuh sebagai anti-inflamasi dan analgesic.
Jenis sea whip lainnya, Pseudopterogorgia
elisabethae, menghasilkan senyawa antibiotik dan anti-
inflamasi. Pada akhir 1980-an, ditemukan bahwa hewan
karang octocoral dari perairan laut Palau mengandung

30 | B I O T E K N O L O G I
senyawa briarein yang ampuh sebagai obat anti-inflamasi
dan anti-virus. Algae hijau-biru seprti Rivularia firma,
mengandung senyawa brominated cyclic yang ampuh
sebagai anti-inflamasi. Tunikata serta berbagai biota laut
lainnya juga mengandung senyawa didemnins dan
tunicholorins yang mempunyai sifat-sifat anti-virus, anti-
fungi, anti-bakteri, atau anti-inflamasi.

31 | B I O T E K N O L O G I
3. Bioetika

3.1 Pengertian Etika

Etika mengidentifikasikan sekumpulan nilsai untuk tindakan kita,


khususnya terhadap orang lain. Secara sederhana, etika dapat dianggap
sebagai petunjuk untuk memisahkan yang salah dan yang benar, yang
baik dan yang buruk. Bidang etika terutama yang berikaitan dengan
implikas-implikasi penelitian biologis dan bioteknologi, khususnya
berkaitan dengan pengobatan, disebut bioetika. Beberapa pertanyaan
penting untuk setiap orang untuk dipetimbangkan, khususnya di
bidang bioteknologi dimana penemuanpenemuan dan aplikasinya
dapat memiliki dampak yang luas pada kesehatan manusia dan
lingkungan.

Penggunaan bioteknologi sebagaimana ilmu pengetahuan lainnya


kadang bersifat ambigu, yakni di satu sisi dapat bermanfaat untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia, tetapi di sisi lain dapat
dimanipulasi untuk tujuan destruktif. Dalam penerapan bioteknologi,
kita harus dapat mengantisipasi dampak bahaya dari teknologi maupun
bioteknologi. Dalam mengembangkan bioteknologi, etika bioteknologi
harus mendapat perhatian yang utama. Bagaimanapun juga,
perkembangan dalam bioteknologi tidak terlepas dari tanggung jawab
manusia sebagai perilaku sekaligus makhluk etis. Maka refleksi etis
terhadap apa yang sedang dilakukan manusia menjadi sangat
diperlukan. Manusia hendaknya dapat merefleksikan prinsip-
prinsipnya sendiri dalam aktivitasnya termasuk dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Bioetika, merupakan tuntutan etis yang
berciri menampung segala pemikiran tentang kehidupan, yang
bersumber pada akal, budi, filsafat, agama, tradisi, tanpa harus terikat
dengan agama tertentu

Menurut van potter (1970) dalam Darmanto (2009), bioetika


adalah suatu disiplin yang menggabungkan pengetahuan biologi
dengan pengetahuan mengenai sistem nilai manusia, yang akan

32 | B I O T E K N O L O G I
menjadi jembatan antara ilmu pengetahuan dan kemanusiaan,
membantu menyelamatkan kemanusiaan, dan mempertahankan dan
memperbaiki dunia beradab. Sedangkan menurut hoenderich oxford
(1995), bioetika adalah kajian mengenai pengaruh moral dan social
dari teknik-teknik yang dihasilkan oleh kemajuan ilmu-ilmu hayati.
Terdapat tiga etika dalam bioetika, yaitu :

- Etika sebagai nilai-nilai dan asas-asas moral yang dipakai


seseorang atau suatu kelompok sebagai pegangan bagi tingkah
laku
- Etika sebagai kumpulan asas dan nilai yang berkenaan dengan
moralitas (apa yang dianggap baik atau buruk). Contohnya:
kode etik kedokteran, kode etik rumah sakit.
- Etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia
dari sudut normadan nilai-nilai moral.

1.

3.2 Pendekatan-Pendekatan Terhadap Pembuatan Keputusan Etis Pada


Bioteknologi

Hipocrates dapat dianggap sebagai tokoh bioetik yang pertama.


Beliau menekankan pada pasien lebih daripada penyakit di dalam
praktik pengobatan, memandang nilai individu dan kesucian kehidupan
manusia menjadi hal yang paling penting. Selama bertahun-tahun, para
dokter telah menetapkan aturan untuk mengikuti keyakinan pokok dari
sumpah hipocrates “jangan membunuh, untuk membantu, atau paling
tidak, tidak membahayakan” di dalam tugas mereka kepada pasien dan
profesi mereka.

Pemikiran dan metode teknis untuk mendekati masalah-masalah


bioteknologi dapat dibagi menjadi dua sudut pandang. Pertama
pendekatan utilitarian menurut filosof skotlandia jeremy bentham dan
john stuart mill yaitu pendekatan yang menyatakan bawha sesuatu

33 | B I O T E K N O L O G I
adalah baik jika ia berguna, dan bahwa suatu tindakan adalah bermoral
jika ia memaksimalkan kesenangan di antara manusia. Pendekatan
kedua adalah pendekatan deontologi menurut filosof jerman immanuel
kant. Pendekatan ini memfokuskan pada perintah tertentu, atau prinsip-
prinsip yang absolut, yang kita harus mengikutinya di luar keharusan.
Pendekatan ini sering dikaitkan dengan keagamaan.

3.3 Aturan pemerintah tentang etika bioteknologi

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, dapat kita ketahui bahwa


etika diperlukan untuk menentukan arah perkembangan bioteknologi,
serta penerapannya secara teknis, sehingga tujuan yang menyimpang
dan destruktif bagi kemanusiaan dapat dihindarkan. Yang penting pula
perlu diterapkan aturan resmi pemerintah dalam pelaksanaan dan
penerapan bioteknologi, sehingga ada mekanisme pengawasan yang
intensif terhadap bahaya potensial yang mungkin timbul akibat
kemajuan bioteknologi. Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah
indonesia juga telah menetapkan undang-undang terkait dengan etika
dalam bioteknologi.

- Undang-undang no. 7 tahun 1996 tentang pangan pasal 13


yang mengantisipasi produk pangan yang dihasilkan melalui
rekayasa genetika.
- Peraturan pemerintah no. 29 tahun 2000 tentang perlindungan
varietas tanaman
- Keputusan bersama menristek, menkes, dan mentan tahun
2004 tentang pembentukan komisi bioetika nasional.

3.4 Etika Dalam Bioteknologi Bidang Rekayasa Genetika Pada Tanaman


Transgenik

Banyak pertanyaan yang timbul ketika rekayasa genetika


digunakan pada keseluruhan organisme dibandingkan sel tunggal.

34 | B I O T E K N O L O G I
Salah satu manfaat dari adanya rekayasa genetika dan juga yang
menyebabkan kontroversi terbesar adalah adanya produksi dari
organisme yang secara genetic dimodifikasi (gm organism), terutama
hasil panen tanaman gm. Tujuan dari diciptakannya tanaman
transgenic adalah untuk mendapat tanaman yang tahan terhadap
pestisida, penyakit, iklim yang buruk, dan produksi panen yang lebih
baik.
Contoh yang dapat kita kemukakan di sini adalah adanya tanaman
transgenik roundup-ready soybean yang tahan terhadap herbisida.
Contoh lain adalah tanaman jagung bt yang dimodifikasi untuk
memproduksi racun dari bakteri bacillus thuringiensis sehingga
dengan kemampuan memproduksi racun itu tanaman tersebut dapat
membunuh larva corn borer yang sedianya sangat merusak bagi
tanaman jagung. Tanaman-tanaman transgenik tersebut berinteraksi
dengan ekosistem dan interaksi tersebut harus kita perhatikan.
Efek yang dapat ditimbulkan oleh tanaman transgenic terhadap
lingkungan juga harus diperhatikan, yaitu kemungkinan terjadinya
penyerbukan silang tanaman transgenic dengan tanaman lain,
sehingga gen penghasil racun dimiliki oleh tanaman yang baru dan
membunuh lebih banyak serangga. Terkait dengan sifatnya yang
beracun bagi serangga, hal lain yang harus diperhatikan dengan
adanya tanaman transgenic adalah apakah tanaman tersebut berbahaya
bagi hewan dan manusia. Di samping perhatian pada aspek
lingkungan dan kesehatan, juga ada aspek social dan ekonomi.
Adanya kemampuan memodifikasi tumbuhan yang lebih baik dengan
biaya yang lebih rendah akan mengubah industri agrikultur dengan
drastis.
3.5 Etika Dalam Bioteknologi Bidang Kloning

Klon embrio dihasilkan dengan mentransfer embrio ke uterus,


dianjutkan proses implantasi dan penyempurnaan tubuh dengan resiko
dan faktor keamanan dalam perkembangan dan pertumbuhan, baik
sebelum maupun sesudah kelahiran. Tingkat keberhasilan hidup saat

35 | B I O T E K N O L O G I
lahir dan ketahanan hidup organisme hasil kloning rendah dan tengah
diperdebatkan apakah hasil kloning manusia secara nyata dapat hidup
secar sehat dan normal. Pertanyaan masyarakat tentang peneitian
kelahiran kloning manusia juga harus dipikirkan. Sebagai contoh, jika
suatu pasangan memutuskan untuk mendapatkan anak dengan teknik
kloning, dengan menggunakan sel donor dari istri, klonnya secara
genetik tidak akan menjadi anak perempuan melainkan menjadi
saudar dari istri, seperti saudara kembar yang lahirnya terlambat, dan
bukan keluarga dari suami. Pemikiran secara etis tentang hubungan
keluarga dari hasil klon berisi tentang bagaimana dengan adanya
ketiadaan hubungan keluarga dengan orang tua mungkin akan
mengubah hubungan keluarga.

Bagi pihak yang pro akan adanya kloning, kloning dianggap


menguntungkan karena bagi manusia yang ingin punya keturunan,
tapi karena satu dan lain hal tidak bisa mendapat anak dengan cara
yang biasa. Memungut anak adalah satu solusi, tapi anak itu secara
biologis adalah anak orang lain. Dengan kloning, bisa dipastikan sang
anak secara biologis berasal dari ayah atau ibunya, yaitu orang yang
menyumbangkan sel dna-nya. Alasan kedua adalah dengan kloning
merupakan suatu cara sempurna untuk mendapatkan anak, sebab
mereka tidak harus menikahi seorang lain dari lawan jenis. Alasan
ketiga adalah merupakan suatu anugrah besar bagi masyarakat bila
diciptakan kloning diri sendiri jika diri mereka begitu cerdas dan
hebat.

36 | B I O T E K N O L O G I
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bioremediasi merupakan pengembangan dari bidang bioteknologi


lingkungan dengan memanfaatkan proses biologi untuk mengendalikan
lingkungan yang telah tercemar. Bioremediasi dilakukan dengan
memanfaatkan keberadaan mikroorganisme yang telah dipilih untuk
ditumbuhkan pada polutan tertentu sebagai upaya untuk menurunkan
kadar polutan tersebut. Misalnya, ada saat proses bioremediasi
berlangsung, maka enzim-enzim yang telah diproduksi oleh
mikroorganisme memodifikasi struktur polutan beracun di laut menjadi
tidak kompleks sehingga menjadi metabolit yang tidak beracun dan
berbahaya.
Bioremediasi dilakukan untuk menanggulangi pencemaran laut
akibat tumpahan minyak (hidrokarbon) dan pencemaran laut akibat limbah
plastik dan mikroplastik. Beberapa mikroorganismeyang diketahui dapat
mendegradasi plastik atau membantu dalam proses degradasi adalah
mikroorganismejenis bakteridan fungi. Bakteri merupakan salah satu
mikroorganisme yang diketahui dapat membantu dalam proses
degradasi limbah plastic dengan memanfaatkan enzim polimerase yang
dimilikinya. Beberapa mikroorganisme yang telah diketahui mampu
mendegradasi limbah plastik antara lain adalah bakteri Pseudomonas
sp., Staphylococcus sp, Streptomyces sp., dan Bacillus sp.
Selain itu, efektivitas bioremediasi hidrokarbon di laut dan
menggunakan bakteri sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan
dan jumlah bakteri. Contoh mikroorganisme yang memiliki peran dalam
mendegradai senyawa hidrokarbon ialah Bacillus aminovorans. Bacillus
cereus, Pseudomonas alcaligens dan Alcaligenes faecalis dan bakteri
indigenous. Teknologi bioremediasi sudah sering digunakan untuk
menangani pencemara lingkungan, menangani timbunan sludge bahkan

37 | B I O T E K N O L O G I
sisa proses industri – industri. Diharapkan teknologi bioremediasi juga
dapat diaplikasikan terhadap limbah industri yang mengandung limbah
B3.
Ruang lingkup dari Bioteknologi kelautan terdiri dari tiga
kelompok industri yang meliputi Ekstraksi (pengambilan) senyawa aktif
(bioactive substances), Rekayasa genetik (genetic engineering), dan
Genetik dari mikroorganisme (bakteri). Komponen dari bioteknologi
kelautan ini meliputi beberapa hal diantaranya adalah input, proses, dan
output. Macam bioteknologi di bidang kelautan antara lain adalah
Mikroorganisme dalam Bioremediasi Limbah Minyak Pada kilang
Montara Laut Timor, Proses Hibridasi Ikan, Industri Farmasi dan
Kosmetika, Penanggulangan tumpahan minyak mentah dengan
bioremidiasi bakteri Micro Morr-E3360, dan Bioprospeksi Spons, Karang
Lunak Dan Ascidian Sebagai Antitumor.

B. Saran

Tim penulis menyadari bila makalah yang dituis ini jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar
kedepannya makalah yang dibuat jauh lebih baik lagi.

38 | B I O T E K N O L O G I
Review Jurnal

A. Judul Artikel : Plastic Degradation by Thermopilic Bacillus sp. BCBT21


Isolated from Composting Agricultural Residual in Vietnam
B. Penulis : Thi Cam Ha Dang, et. al
C. Jurnal : Advanced In Natural Sciences : Nanoscience and Nanotechnology
D. Volume/ Tahun : 9/ 2018
E. Hasil Review : Train baru diklasifikasikan dalam genus Bacillus oleh sifat
morfologi dan urutan gen pengkode RNA 16Sr parsial dan dinamai
Bacillus sp. yaitu BCBT21. Strain ini dapat menghasilkan enzim
hidrolase ekstraseluler termasuk lipase. Awalnya, Strain bakteri
BCBT21 diisolasi dari fase termofilik pengomposan limbah
pertanian di Vietnam. Banyak mikroba termofilik telah
menunjukkan potensi tinggi untuk degradasi plastik karena
kemampuannya untuk tumbuh di kondisi yang berbeda dan
menghasilkan banyak oksidasi dan enzim hidrolase.

Studi yang dilakukan oleh Thi Cam Ha Dang bertujuan untuk


mengembangkan metode ramah lingkungan dengan mengeksplorasi
potensi bakteri termofilik yang diisolasi dari residu pengomposan
pertanian dan enzimnya untuk degradasi plastik biodegradable dan
oxo-biodegradable. Perawatan biodegradasi dilakukan dengan 1
gram kantong plastik. Hasil treatment (perlakuan) yang diapatkan
ialah bahwa Strain bakteri BCBT21 diisolasi dari fase termofilik
limbah pertanian mampu tumbuh dengan baik pada suhu 37, 55, dan
65 °C. BCBT21 dapat memecah rantai polimer dalam plastik HL
lebih efisien daripada di VHL namun BCBT21 tidak efisien dalam
memecah polimer kantong plastik berbahan VN1. Secara khusus,
semua kantong plastik yang diuji mengandung nano-aditif yang
dapat meningkatkan proses degradasi kantong plastik Hasilnya
adalah bukti bahwa kantong plastik HL terdegradasi oleh Bacillus

39 | B I O T E K N O L O G I
sp.
F. Kesimpulan : Strain bakteri dan jamur diisolasi dari sumber yang berbeda
menunjukkan kapasitas degradasi plastik yang tinggi oleh
kombinasi enzim oksidoreduktase dan hidrolase dengan perlakuan
yang sama.
Dengan demikian, efek yang dihasilkan dari Bacillus sp. yaitu
BCBT21 pada kantong plastik VHL lebih baik daripada kantong
plastik VN1. Rantai polimer dalam kantong plastik VHL dapat
dipecah oleh Bacillus sp.

Terdapat struktur kimia didalam plastik berjenis HL dan VHL yaitu


heterosiklus sehingga mudah untuk dipecah oleh BCBT21 dan pada
plastik jenis VN1 mengandung struktur kimia yang bersifat
heterosiklus furan sehingga sulit dideteksi oleh Bacillus sp. dan
susah untuk di degradasi/ dipecah.

40 | B I O T E K N O L O G I
DAFTAR PUSTAKA

Bhaktinagara, R. A., Suprihadi, A., & Raharjo, B. (2015). Biodegradasi senyawa


hidrokarbon oleh strain Bacillus cereus (VIC) pada kondisi salinitas yang
berbeda. Jurnal Biologi, 4(3), 62–71.

Bhojwani, S. & Radzan, M. 1983. Germplasm storage. S Bhojwani, MK


Radzan, authors. Plant Tissue Culture: Theory and Practice. Elsevier.
Amsterdam 373-385.
Dang, T. C. H., Nguyen, D. T., Thai, H., Nguyen, T. C., Hien Tran, T. T., Le, V.
H., … Nguyen, Q. T. (2018). Plastic degradation by thermophilic Bacillus
sp. BCBT21 isolated from composting agricultural residual in Vietnam.
Advances in Natural Sciences: Nanoscience and Nanotechnology, 9(1).
https://doi.org/10.1088/2043-6254/aaabaf

Islami, annisa nur. (2013). Biodegradasi Plastik Oleh Mikroorganisme. Journal of


Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Miller, R. R. (1996). Prepared For: Technology Overview Report Air Sparging


Ground-Water Remediation Technologies Analysis Center.

Risdiyanto, Irianto, A., & Sastranegara, M. H. (2021). Biodegradasi petroleum


menggunakan bakteri indigenous dari perairan muara sungai Donan Cilacap.
Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah, 16(13), 119–130.

Setiady D. Etika Moral dan Bioetika. Jember: Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Jember; 2015. p. 2.4.

Vianti, R. O., Melki, Rozirwan, & Purwiyanto, A. I. S. (2020). Purifikasi dan Uji
Degradasi Bakteri Mikroplastik dari Perairan Muara Sungai Musi , Sumatera
Selatan. Maspari Journal, 12(2), 29–36.

Williams JR. Panduan Etika Media. 1st ed. dr. Sagiran, editor. Yogyakarta : Pusat
Studi Kedokteran Islam Fakultas Kedokteran Universitas
MuhammadiyahYogyakarta; 2004. 94 p.3.

41 | B I O T E K N O L O G I
42 | B I O T E K N O L O G I

Anda mungkin juga menyukai