Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Prosedur pengembangan bahan ajar menurut beberapa model pengembangan bahan ajar

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR


Dosen Pengajar : Dios Sarkity, S,Pd., M,Pd.

Disusun oleh :

Kelompok VI/19A

1. Adinda Olivia 190384205059


2. Amelia Kenhapsari 190384205048
3. Putri Azura 190384205026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Prosedur pengembangan
bahan ajar menurut beberapa model pengembangan bahan ajar” ini tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dios Sarkity, S,Pd., M,Pd. selaku dosen
mata kuliah Pengembangan Bahan Ajar FKIP UMRAH yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan pembaca. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membagi
pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki keterbatasan baik dari
segi materi maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik serta saran dari
semua pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembacanya umumnya.

Tanjungpinang, 18 April 2022

Tim Penyusun

2|PENGEMBANGAN BAHAN AJAR


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2

DAFTAR ISI............................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 4

A. Latar Belakang .............................................................................................. 4


B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
C. Tujuan ........................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 6

A. Model pengembangan bahan ajar Gagne and Briggs .................................. 6


B. Model pengembangan bahan ajar Dick and Carrey ...................................... 8
C. Model pengembangan bahan ajar ASSURE ................................................ 10
D. Model pengembangan bahan ajar Hannafin dan Pack ................................. 15

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 18

A. Kesimpulan .................................................................................................. 18
B. Saran ............................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 19

3|PENGEMBANGAN BAHAN AJAR


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Desain pembelajaran adalah praktik penyusunan media teknologi komunikasi dan
isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan
peserta didik. Model-model desain rencana pembelajaran adalah model PPSI, model
Banathy, model Kemp, model Gerlach & Elly, model Dick & Carrey, model ASSURE,
model ADDIE, model Hanafin and Peck, dan model waterfall. Dalam model PPSI
pengajaran dipandang sebagai suatu sistem. Sub-sistem dari pengajaran, diantaranya
tujuan pembelajaran, bahan pelajaran, kegiatan pembelajaran, alat-alat dan sumber
pembelajaran dan evaluasi. Model kemp berorientasi pada perancangan pembelajaran
yang menyeluruh. Sehingga guru sekolah dasar dan sekolah menengah, dosen perguruan
tinggi, pelatih di bidang industri, serta ahli media yang akan bekerja sebagai perancang
pembelajaran.
Desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli.
Secara umum, model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam model
berorientasi kelas, model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model
prosedural dan model melingkar.
Model berorientasi produk adalah model desain pembelajaran untuk
menghasilkan suatu produk biasanya media pembelajaran misalnya, video pembelajaran,
multimedia pembelajaran atau modul. Contoh modelnya adalah model Hannafin and
Peck. Model berorientasi system yaitu model desain pembelajaran untuk menghasilkan
suatu system pembelajaran yang cakupannya luas seperti desain sistem suatu pelatihan
kurikulum sekolah.
Adanya variasi model yang ada ini sebenarnya dapat menguntungkan kita.
Beberapa keuntungan itu antara lain adalah kita dapat memilih dan menerapkan salah
satu model desain pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik yang kita hadapi
dilapangan selain itu juga, kita dapat mengembangkan dan membuat model turunan dari
model-model yang telah ada. Selain itu kita juga dapat meneliti dan mengembangkan
desain yang telah ada untuk dicoba dan diperbaiki.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana prosedur model pengembangan bahan ajar Gagne and Briggs ?
2. Bagaimana prosedur model pengembangan bahan ajar Dick and Carrey ?
3. Bagaimana prosedur model pengembangan bahan ajar ASSURE ?
4. Bagaimana prosedur model pengembangan bahan ajar Hannafin dan Pack ?

C. TUJUAN
1. Bagaimana prosedur model pengembangan bahan ajar Gagne and Briggs ?
2. Bagaimana prosedur model pengembangan bahan ajar Dick and Carrey ?

4|PENGEMBANGAN BAHAN AJAR


3. Bagaimana prosedur model pengembangan bahan ajar ASSURE ?
4. Bagaimana prosedur model pengembangan bahan ajar Hannafin dan Pack ?

5|PENGEMBANGAN BAHAN AJAR


BAB II
PEMBAHASAN

A. Model pengembagan Gagne dan briggns


Model perencanaan pembelajaran menurut gagne dan briggs Desain pembelajaran
dengan sembilan langkah pengajaran Gagne Desain pengajaran sebagai suatu proses
merupakan sistematika pengembangan spesifikasi pengajaranmerupakan sistematika
pengembangan spesifikasi pengajaran yang menggunakan teori yang belajar mengajar
guna menjamin mutu pengajaran. Desain pengajaran mencakup keseluruhan proses
analisis kebutuhan dan tujuan pembelajaran dan pengembangan sistem penyajian dalam
mencapai tujuan. Salah satu prinsip desain pembelajaran telah menjadi standar model
desain pembelajaran adalah sembilan langkah yang pertama kali dikemukakan oleh
Gagne tahunyang pertama kali dikemukakan oleh Gagne tahun 1965.
Adapun sembilan langkah yang dimaksud adalah:

1. Mendapatkan perhatian (Gain attention):


Langkah ini menyediakan stimulus untuk menarik perhatian dan melibatkan
belajar serta memotivasi. Langkah ini dimulai dengan mengemukakan
masalah,dimulai dengan mengemukakan masalah, menyajikan situasi baru,
menggunakan multimedia,menyajikan situasi baru, menggunakan multimedia,
mengajukan pertanyaan.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (inform about the goal and objektif)

6|PENGEMBANGAN BAHAN AJAR


Langkah ini menjelaskan apa yang akan dapat dilakukan dan bagaimana pelajar dapat
menggunakan pengetahuan mereka yang akan dipelajari sebagai hasil dapat
pembelajraran.
3. Stimulus untuk menghasilkan pengetahuan sebelumnya(simulate recal of prior
knowledge)
Langkah ini mengingatkan kembali pebelajar atas pengetahuan sebelumnya untuk
mengetahui apa yang belum mereka ketahui baik berupa fakta, aturan, prosedur atau
ketrampilan. Langkah ini juga akan mengambarkan bagaimana pengetahuan saling
ketrampilan. Sebaiknya langkah ini dilakukan dengan kerangka yang membantu
pembelajaran dan ingatan.
4. Menyajikan materi yang dipelajari (present the material to be learned)
Langkah ini menyediakan dan menampilkan isi pembelajaran yang baru dalam
bentuk teks, grafis, bagan, dan gambar.bentuk teks, grafis, bagan, dan gambar.
5. Menyediakan bantuan pembelajaran(provide learning guidance)
Langkah ini mengorganisasikan pembelajaran dengan meletakkannya ke dalam
konteks, perlu diketahui bahwa presentase isi berbeda dari petunjuk atau
instruksikonteks, perlu diketahui bahwa presentase isi berbeda dari petunjuk atau
instruksi tentang bagaimana belajar.
6. Memancing kegiatan pebelajar (elicit performance)
Pada langkah ini pembelajar perlu mendemonstrasikan pengetahuan, ketrampilan
atau perilaku yang baru diketahui.
7. Berikan tanggapan balik (provide feedback)
Pada langkah ini pembelajar perlu diberitahu tentang performance belajarnya dan
menunjukkan hal-hal yang dilakukan dengan benar, tingkah laku pebelajar
dianalisis, atau menunjukkan solusi atas kesulitan atau masalah.dianalisis, atau
menunjukkan solusi atas kesulitan atau masalah.
8. Mengukur performan (assess performance)
Langkah ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kemajuan performans
pembelajaran secara umum.
9. Meningkatkan retensi atau transfer (enhance retention and transfer)

7|PENGEMBANGAN BAHAN AJAR


Tahap terakhir ini memberikan kesempatan kepada pebelajar mengkonsolidasi
pembelajarnya. Tahap ini juga di perlukan menginformasikan situasi-situasi masalah
yang serupa, menyediakan latihan-latihan tambahan, dan mengupayakan agar mereka
dapat mengungkapkan kembali atau mengemukakan hasil pembelajaran.
B. Model pengembangan Dick and Carrey
Model yang dikembangkan didasarkan pada penggunaan pendekatan sistem terhadap
komponen-komponen dasar desain pembelajaran yang meliputi analisis desain
pengembangan, implementasi dan evaluasi. Adapun komponen dan sekaligus merupakan
langkah-langkah utama dari model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick,
Carey & Carey (2009) adalah:

1. Identifikasi tujuan pembelajaran khusus


Langkah pertama yang dilakukan dalam menerapkan model pembelajaran ini, adalah
menentukuan kemampuan atau kompetensi yang perlu dimiliki peserta didik setelah
menempuh program pembelajaran. Hal ini kompetensi yang harus dimiliki peserta
didik adalah pemahaman tentang materi perkuliahan.
2. Analisis instruksional
Setelah melakukan identifikasi tujuan pembelajaran, langkah selanjutnya adalah
melakukan analisis instruksional yaitu sebuah prosedur yang digunakan untuk
menentukan ketrampilan dan pengetahuan yang relevan dan diperlukan oleh
peserta didik untuk mencapai kompetensi. Antara lain pengetahuan, ketrampilan
dan sikap yang perlu dimiliki peserta didik setelah mengikuti pembelajaran..
3. Analisis peserta didik dan konteks
Selanjutnya analisis terhadap karakteristik peserta didik yang akan belajar dan
konteks pembelajaran. Analisis konteks meliputi kondisi-kondisi terkait dengan

8|PENGEMBANGAN BAHAN AJAR


ketrampilan yang dipelajari peserta didik dan situasi tugas yang dihadapi peserta
didik untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang dipelajari, sedang
analisis karakteristik peserta didik adalah kemampuan aktual yang dimiliki peserta
didik.
4. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus
Dengan dasar analisis instruksional tersebut, maka dirumuskan tujuan pembelajaran
khusus yang akan menjadi harapan/gambaran dari perilaku peserta didik setelah
menerima pelajaran. Dalam pengembanganya tujuan pembelajaran khusus/indikator
ini adalah perubahan perilaku pengetahuan mengenai materi perkuliahan.
5. Mengembangkan alat penilaian
Alat penilaian ini menjadi salah satu feedback dalam pembelajaran untuk
mengetahui ketercapain tujuan dan kompetensi khusus yang telah dirumuskanya.
Dalam pengembangnya alat evaluasi ini adalah performance peserta didik setelah
menerima pelajaran. Apakah tingkat pemahaman peserta didik meningkat atau
tidak.
6. Mengembangkan strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran yang dipilih adalah strategi pembelajaran yang dapat
dijadikan jembatan/media transformasi apakah mendukung ketercapaian
kompetensi yang telah dirumuskan.
7. Pengembangan bahan ajar Dalam langkah ini, pengembangan bahan ajar disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran/kompetensi yang telah dirumuskan, serta disesuaikan
dengan strategi pembelajaran yang digunakan.
8. Merancang evaluasi formatif
Setelah draft rancangan tentang program pembelajaran selesai dikembangkan, maka
evaluasi formatif ini berfungsi sebagai alat untuk mengumpulkan data kekuatan dan
kelemahan program pembelajaran yang telah dirancang. Model ini dikembangkan
dengan menguji cobakan pada kelas kelompok kecil misalnya 2 atau 3 peserta didik
atau 10 orang peserta didik dalam diskusi terbatas.
9. Melakukan revisi terhadap program pembelajaran
Langkah ini dilakukan setelah mendapatkan masukan dari evaluasi formatif
terhadap draf program. Pada langkah ini, tidak hanya mengevaluasi terhadap draf

9|PENGEMBANGAN BAHAN AJAR


program saja, akan tetapi pada semua sistem pembelajaran mulai dari analisis
instruksional sampai evaluasi formatif.
10. Melakukan evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif merupakan evaluasi puncak terhadap program pembelajaran yang
telah dirancang, setelah program tersebut dilakukan evaluasi formatif dan dilakukan
revisi-revisi terhadap produk, maka evaluasi sumatif dilakukan.

C. Model pengembangan ASSURE


Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi
untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi kelas.
Menurut Smaldino et al (2008) perencanaan pembelajaran model ASSURE meliputi 6
tahapan sebagai berikut:

1. Analyze Learners
Tahap pertama adalah menganalisis siswa. Pembelajaran biasanya kita lakukan
kepada sekelompok siswa yang mempunyai karakteristik tertentu. Ada 2
karakteristik yang sebaiknya diperhatikan pada diri siswa, yaitu:
a. Karakteristik UmumKarakteristik umum meliputi usia, tingkat perkembangan,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, etnis, kebudayaan, dan faktor sosial
ekonomi.
b. Spesifikasi Kemampuan Awal (karakteristik khusus)
Berkenaan dengan pengetahuan dan kemampuan yang sudah dimiliki siswa
sebelumnya. Informasi ini dapat kita peroleh dengan memberikan entry test/entry
behavior kepada siswa sebelum kita melaksanakan pembelajaran.
Langkah pertama dalam proses ini adalah bahwa guru harus menganalisis atribut
peserta didiknya. Harus ada fokus pada analisis karakteristik peserta didik yang
terkait dengan hasil belajar yang diinginkan. Walaupun kondisi dan informasi terkait
peserta didik ini sangat beragam namun ada beberapa hal pokok yang penting yang
biasanya relatif sama. Informasi yang dikumpulkan ini akan membantu pengembang

10 | P E N G E M B A N G A N B A H A N A J A R
dalam membuat keputusan yang terkait dengan langkah-langkah berikutnya dalam
proses pengembangan ini. Misalnya ketika kita menentukan karakter peserta didik, itu
berarti sangat terkait dengan memilih strategi dan sumber daya khusus untuk
membantu proses pembelajaran.
Walaupun analisis peserta didik ini bisa sangat beragam tergantung kebutuhan
pengembang dan situasi yang dihadapinya namun ada beberapa hal pokok dalam
Analisis peserta didik yang dilakukan yaitu:
 General chararacteristics yaitu atribut umum peserta didik Anda, seperti usia,
kemampuan akademik, jenis kelamin, minat, dll.
 Specific entry competencies yang merupakan Kompetensi sebelumnya
 Learning styles yaitu Gaya belajar, seperti pendengaran, visual, dan sentuhan
Jadi, selain ketiga hal ini bisa ditambahkan analisis lain yang terkait dengan
kebutuhan yang dihadapi. Untuk fokus pada kebutuhan spesifik peserta didik, ada
aiknya kita terlebih dahulu mengetahui apa saja kebutuhan itu. Kita bisa melakukan
survei, membuat focus group discussion, wawancara, dan bila perlu menganalisis
pembelajaran yang telah berlangsung di masa lalu untuk mengeksplorasi sifat dan
tingkat pengalaman audiens. Kita juga bisa melakukan observasi tentang indikasi
gaya belajar mereka, seperti media pembelajaran mana yang menarik bagi mereka,
bagaimana mereka seperti media pembelajaran mana yang menarik bagi mereka,
bagaimana mereka menyerap informasi atau menggunakan instrumen pengukuran
yang lebih formal.

2. State Standards and Objectives


Tahap kedua adalah merumuskan standar dan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai. Standar diambil dari kompetensi inti dan kompetensi dasar yang sudah
ditetapkan. Setelah melakukan analisis atribut peserta didik, guru atau pengembang
harus menyatakan standar dan tujuan pengembangan media pembelajaran yang
dilakukan. Pernyataan ini terdiri dari spesifikasi tentang kompetensi apa yang harus
dicapai oleh peserta didik sebagai hasil dari melakukan proses pembelajaran
menggunakan media pembelajaran tersebut. Agar lebih konkret tentang hal-hal ini,
pernyataan ini akan fokus pada apa yang akan diketahui atau diperoleh peserta didik
dari proses pembelajaran.
Pernyataan tujuan ini dapat digunakan dalam menilai keberhasilan peserta didik,
mungkin juga untuk proses penilaian. Kita juga dapat menggunakannya untuk
memberi tahu peserta didik apa yang akan mereka capai setelah pembelajaran ini.
Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
- Gunakan format ABCD
Audience (Peserta didik) – Untuk siapa tujuan itu dimaksudkan?
Behavior (Perilaku) – Apa perilaku atau kinerja yang harus ditunjukkan?

11 | P E N G E M B A N G A N B A H A N A J A R
Conditions (Kondisi) – Bagaimana kondisi di mana perilaku atau kinerja akan
diamati?
Degree (Tingkat) – Sampai tingkat mana pengetahuan atau keterampilan akan
dikuasai?
- Mengklasifikasikan Tujuan
- Perbedaan Individu
Pernyataan tujuan harus dirumuskan dengan kata kerja yang menunjukkan tujuan
pembelajaran. Panduan bermanfaat untuk kata kerja yang tepat untuk digunakan
dapat meggunakan konsep kemampuan kognitif Taksonomi Bloom edisi revisi. Yang
perlu diperhatikan adalah bahwa penilaian hanya dapat didasarkan pada perilaku
peserta didik kita. Mereka mungkin mengetahui banyak materi yang telah
disampaikan, tetapi mungkin tidak dapat menunjukkannya dalam sebuah tes.
Selain dari tujuan dan sasaran di seluruh organisasi yang telah dibuat, kita juga
harus mengembangkan sasaran yang spesifik untuk peserta didik. Perilaku belajar apa
yang perlu mereka perlihatkan? Pengetahuan apa yang perlu mereka ketahui pada
akhir pembelajaran? Apakah ada tugas khusus yang mereka butuhkan untuk dikuasai
atau keahlian yang harus mereka bangun? Kita juga harus memiliki cara untuk
menguji pengetahuan mereka dan menentukan apakah mereka benar-benar telah
memenuhi tujuan dan sasaran yang telah kita tetapkan.

3. Select Strategies, Technology, Media, And Materials


Tahap ketiga adalah memilih strategi, teknologi, media dan bahan pembelajaran
yang sesuai. Strategi pembelajaran harus dipilih apakah yang berpusat pada siswa
atau berpusat pada guru sekaligus menentukan metode yang akan digunakan.
Ketika melihat apa tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan dengan baik,
maka penting untuk memilih strategi, teknologi, materi, dan media pembelajaran
yang dianggap akan memberikan hasil yang diinginkan. Pertama, kita harus mencari
tahu metode penyampaian apa yang terbaik untuk pembelajaran. Misalnya, berapa
proporsi pemeblajaran yang berpusat pada guru dan berapa proporsi yang berpusat
pada peserta didik?. Yang pertama adalah strategi pembelajaran sinkron seperti
ceramah, demonstrasi, atau video naratif disertai diskusi. Yang kedua adalah strategi
seperti diskusi kelompok atau kerja kelompok kooperatif.
Strategi yang berpusat pada peserta didik tentunya disepakati lebih efektif. Belajar
menjadi lebih menarik ketika ada lebih banyak partisipasi peserta didik di kelas. Pada
akhirnya, pembelajarlah yang harus menguasai materi, bukan guru. Namun, akan ada
sejumlah informasi penting dan teknik yang harus diberikan dan ditunjukkan oleh
guru. Belajar yang terbaik adalah ketika guru hanya mengarahkan peserta didik untuk
menemukan jawaban yang benar untuk masalah itu sendiri. Guru yang efektif
hanyalah fasilitator untuk proses pembelajaran.

12 | P E N G E M B A N G A N B A H A N A J A R
Setelah kita memilih strategi pengajaran, maka inilah saatnya untuk mencari tahu
teknologi, media, dan bahan mana yang paling mendukung metode pembelajaran
yang gunakan. Teknologi ini sangat terbuka luas, mulai dari alat sederhana seperti
kapur dan papan tulis hingga yang lebih canggih seperti media interaktif, simulasi
sampai pengalaman virtual.
Salah satu kesalahan strategi pembelajaran yang paling umum adalah
menggunakan teknologi hanya demi teknologi, daripada menemukan alat yang ideal
untuk audiens tertentu dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Idealnya, kita harus
memilih alat yang sudah akrab dengan peserta didik daripada yang mungkin sulit
dikuasai. Misalnya, jika kita sedang mengembangkan tugas kolaborasi kelompok
online yang menggunakan platform manajemen proyek, kita harus yakin bahwa

4. Utilize Technology, Media and Materials


Tahap keempat adalah menggunakan teknologi, media dan material. Pada tahap
ini melibatkan perencanaan dan peran kita sebagai guru dalam menggunakan
teknologi, media dan materi. Untuk melakukan tahap ini ikuti proses “5P”, yaitu:
a. Mengkaji Bahan Ajar (Preview the Materials)
Ini berarti bahwa penting untuk merencanakan sebelumnya bagaimana kita
akan menggunakannya. Jadi kita sebaiknya mencoba terlebih dahulu kinerja
produk yang kita kembangkan di kalangan terbatas sebelum benar-benar
menggunakannya. Pastikan bahwa seluruh fiturnya berjalan dengan lancar dan
mulus.
b. Menyiapkan Bahan Ajar (Prepare the Materials)
(Menyiapkan Teknologi, Media, dan Materi).Kita harus mengumpulkan
semua hal yang kita butuhkan untuk menjalankan seluruh proses pembelajaran
dengan baik sesuai dengan harapan. Setiap fitur-fitur yang disediakan harus
lengkap dan bekerja dengan baik. Materi yang digunakan juga sudah tersedia
dengan lengkap. Bila ada prasyarat lain yang dibutuhkan juga harus tersedia
dengan baik, misalnya jaringan internet, listrik, dan sebagainya.
c. Menyiapkan Lingkungan Belajar (Prepare Environment)
Ada beberapa persiapan minimal yang diperlukan untuk mengatur
lingkungan belajar. Hal-hal sederhana seperti memastikan bahwa kita memiliki
cukup meja, penerangan ruangan, suhu, tingkat kebisingan, dan hal-hal lain yang
terkait.
Pertama, kita perlu memberi tahu peserta didik tentang apa tujuan
pembelajaran dengan jelas. Ini akan membantu peserta didik membuat gambaran
tentang apa yang perlu mereka serap. Selanjutnya, penting untuk memberi tahu
peserta didik bagaimana mereka akan dinilai. Kita juga perlu memberi tahu
mereka apa saja tugas yang akan kita berikan dan bagaimana sistem penilaiannya.

13 | P E N G E M B A N G A N B A H A N A J A R
Juga, Anda harus menjelaskan kepada siswa apa manfaat dari mempelajari materi
tersebut.
d. Menyiapkan Peserta Didik (Prepare the Learner)
Pertama, kita perlu memberi tahu peserta didik tentang apa tujuan
pembelajaran dengan jelas. Ini akan membantu peserta didik membuat gambaran
tentang apa yang perlu mereka serap. Selanjutnya, penting untuk memberi tahu
peserta didik bagaimana mereka akan dinilai. Kita juga perlu memberi tahu
mereka apa saja tugas yang akan kita berikan dan bagaimana sistem penilaiannya.
Juga, Anda harus menjelaskan kepada siswa apa manfaat dari mempelajari materi
tersebut.
e. Menentukan Pengalaman Belajar (Provide the Learning Experience)
Selanjutnya adalah benar-benar melaksanakan pembelajaran. Di sinilah
semua perencanaan dilaksanakan.

5. Require Learner Participation


Tahap kelima adalah mengaktifkan partisipasi siswa. Belajar tidak cukup hanya
mengetahui, tetapi harus bisa merasakan dan melaksanakan serta mengevaluasi hal-
hal yang dipelajari sebagai hasil belajar. Contoh upaya untuk mengaktifkan
partisipasi siswa yaitu pembentukan kelompok-kelompok belajar dan
memberikan kegiatan dalam suatu pembelajaran, serta penggunaan media yang
menarik.
Langkah ini sebenarnya termasuk dalam langkah sebelumnya, yaitu
mengharuskan kita untuk membuat rencana tentang bagaimana pembelajaran akan
secara aktif melibatkan peserta didik dalam setiap materi yang diajarkan. Hal ini perlu
perlu dibedakan baik di tingkat kelas maupun di tingkat individu. Langkah yang
paling mendasar yang dapat diambil adalah partisipasi siswa dalam diskusi kelas.
Pendekatan yang lebih canggih akan mengharuskan siswa menyiapkan pertanyaan
dan komentar di rumah untuk dibawa ke kelas. Kita dapat mencoba bahkan
membiarkan setiap siswa untuk memimpin diskusi dengan gaya seminar atau sesuai
dengan kebutuhan mereka.
Bila dalam pengebangan media pembelajaran, perlu direncanakan dengan tepat
bagaimana mereka akan berpartisipasi dalam proses pembelajaran secara umum.
Bagaimana mereka akan mempelajari informasi dan teknik yang termasuk dalam
materi pelajaran? Rencana ini harus lebih spesifik daripada hanya mengatakan bahwa
mereka akan mendengarkan dan menyerap materi. Seperti halnya dengan semua
strategi pembelajaran, penting untuk membuat peserta didik terlibat dan memastikan
mereka semua bersemangat menjalankan setiap prosesnya. Mintalah tanggapan
mereka sehingga kita dapat mencari tahu apa yang bekerja secara efektif dan apa
yang mungkin perlu dimodifikasi untuk memperbaikinya. Libatkan mereka, sehingga

14 | P E N G E M B A N G A N B A H A N A J A R
mereka merasa seolah-olah mereka adalah bagian penting dari proses pembelajaran
yang lebih besar.

6. Evaluate and Revise


Tahap keenam adalah mengevaluasi dan merevisi perencanaan pembelajaran serta
pelaksanaannya. Evaluasi dan revisi dilakukan untuk melihat seberapa jauh teknologi,
media dan materi yang kita pilih/gunakan dapat mencapai tujuan yang telah kita
tetapkan sebelumnya. Dari hasil evaluasi akan diperoleh kesimpulan apakah
teknologi, media dan materi yang kita pilih sudah baik, atau harus diperbaiki
lagi.peserta didik benar-benar dapat menggunakan platform online ketika saatnya
untuk bekerja dengan rekan-rekan mereka. Yang harus diingat adalah bahwa guru
adalah unsur penting dalam memberikan materi. Alat yang canggih berguna, tetapi
pada akhirnya bermuara pada seseorang yang tahu lebih banyak dari apa yang ada di
buku teks.
Langkah terakhir dalam evaluasi Anda harus fokus pada umpan balik dari siswa.
Apakah pengalaman mereka positif secara keseluruhan? Apakah kinerja produk yang
dibanangun efektif atau tidak? Kita harus ingat bahwa kita masih harus harus
beradaptasi dengan perubahan kebutuhan peserta didik setiap saat. Kita harus
beradaptasi dengan teknologi yang terus berkembang, sehingga kita dapat
menawarkan kepada peserta didik di masa depan tentang sumber daya terbaik yang
kita miliki.

D. Model pengembangan Hannafin dan Peck


Model Hanafin dan Peck merupakan salah satu dari banyak model desain
pembelajaran yang berorietasi produk. Model berorientasi produk adalah model desain
pembelajaran utuk menghasilkan suatu produk, biasanya media pembelajaran (Afandi
dan Badarudin, 2011:22). Menurut Hanafin dan Peck (Afandi dan Badarudin, 2011:26)
model desain pembelajaran terdiri dari tiga fase yaitu Need Assessment (Fase Analisis
Keperluan), Design (Fase Desain), dan Develop/Implement (Fase Pengembangan dan
Implementasi). Dalam model ini disetiap fase akan dilakukan penilaian dan pengulangan.
Model Hannafin dan Peck adalah model desain pembelajaran yang terdiri dari
pada tiga fase (Hannafin& Peck, 1988). Dalam model ini, penilaian dan pengulangan
perlu dijalankan dalam setiap fase. Model ini lebih berorientasi produk. Berikut tahapan
dari model Hannafin dan Peck yaitu:

15 | P E N G E M B A N G A N B A H A N A J A R
1. Fase pertama
Analisis kebutuhan dilakukan dengan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan
dalam mengembangkan suatu media pembelajaran. Termasuk di dalamnya tujuan dan
objektif media pembelajaran yang dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang
diperlukan oleh kelompok sasaran, peralatan dan keperluan media pembelajaran.Fase
ini diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dalam mengembangkan
suatu media pembelajaran termasuklah di dalamnya tujuan dan objektif media
pembelajaran yang dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh
kelompok sasaran, peralatan dan keperluan media pembelajaran. Setelah semua
keperluan diidentifikasi Hannafin dan Peck menekankan untuk menjalankan
penilaian terhadap hasil itu sebelum meneruskan pembangunan ke fase desain.
2. Fase kedua
Fase ini yaitu fase desain, informasi dari fase analisis dipindahkan ke dalam
bentuk dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan media pembelajaran. Fase
desain bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendokumenkan kaidah yang paling
baik untuk mencapai tujuan pembuatan media tersebut. Salah satu dokumen yang
dihasilkan dalam fase ini adalah dokumen story board yang mengikuti urutan
aktifitas pembelajaran berdasarkan keperluan pelajaran dan objektif
media pembelajaran seperti yang diperoleh dalam fase analisis keperluan.
Model Hannafin dan Peck (1988) menekankan proses penilaian dan pengulangan
harus mengikutsertakan proses-proses pengujian dan penilaian media pembelajaran
yang melibatkan ketiga fase secara berkesinambungan. Lebih lanjut Hannafin dan
Peck (1988) menyebutkan dua jenis penilaian yaitu penilaian formatif dan penilaian
sumatif. Penilaian formatif ialah penilaian yang dilakukan sepanjang proses
pengembangan media sedangkan penilaian sumatif dilakukan setelah media telah
selesai dikembangkan.
3. Fase ketiga
Fase pengembangan dan implementasi, terdiri dari penghasilan diagram alur,
pengujian, serta penilaian formatif dan penilaian sumatif. Dokumen story board akan
dijadikan landasan bagi pembuatan diagram alir yang dapat membantu proses
pembuatan media pembelajaran. Untuk menilai kelancaran media yang dihasilkan
seperti kesinambungan link, penilaian dan pengujian dilaksanakan pada fase ini.
Model Hannafin dan Peck (1988) menekankan proses penilaian dan pengulangan

16 | P E N G E M B A N G A N B A H A N A J A R
harus mengikut sertakan proses-proses pengujian dan penilaian media pembelajaran
yang melibatkan ketiga fase secara berkesinambungan.

17 | P E N G E M B A N G A N B A H A N A J A R
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para
ahli. Secara umum, model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam model
berorientasi kelas, model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model
prosedural dan model melingkar.
Model berorientasi kelas biasanya ditujukan untuk mendesain pembelajaran level
mikro (kelas) yang hanya dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih. Contohnya
adalah model ASSURE. Model berorientasi produk adalah model desain pembelajaran
untuk menghasilkann suatu produk, biasanya media pembelajaran, misalnya video
pembelajaran, multimedia pembelajaran, atau modul. Contoh modelnya adalah model
hannafin and peck. Selain itu ada pula yang biasa kita sebut sebagai model prosedural
dan model melingkar. Contoh dari model prosedural adalah model Dick and Carrey
sementara contoh model melingkar adalah model Kemp.
Adanya variasi model yang ada ini sebenarnya juga dapat menguntungkan kita,
beberapa keuntungan itu antara lain adalah kita dapat memilih dan menerapkan salah satu
model desain pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik yang kita hadapi di
lapangan, selain itu juga, kita dapat mengembangkan dan membuat model turunan dari
model-model yang telah ada, ataupun kita juga dapat meneliti dan mengembangkan
desain yang telah ada untuk dicobakan dan diperbaiki.

B. SARAN
Kami tentunya masih menyadari jika makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Kami akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.

18 | P E N G E M B A N G A N B A H A N A J A R
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Muhammad dan Badarudin. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta


Hannafin, M,J. & Peck, K.L. 1998. The Desaign, Development, and Evaluation Of Intructional
Sofware. New York: MC Millan Publishing Company
Hamzah, Uno. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara
Pribadi, Benny A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: PT.Dian Rakyat
Smaldino, Sharon. 2005. Intructional Tecnology and Media for Leraning. New Jersey: Pearson
Merril Prentice Hall

19 | P E N G E M B A N G A N B A H A N A J A R

Anda mungkin juga menyukai