Prosedur pengembangan bahan ajar menurut beberapa model pengembangan bahan ajar
Disusun oleh :
Kelompok VI/19A
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Prosedur pengembangan
bahan ajar menurut beberapa model pengembangan bahan ajar” ini tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dios Sarkity, S,Pd., M,Pd. selaku dosen
mata kuliah Pengembangan Bahan Ajar FKIP UMRAH yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan pembaca. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membagi
pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki keterbatasan baik dari
segi materi maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik serta saran dari
semua pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembacanya umumnya.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI............................................................................................................ 3
A. Kesimpulan .................................................................................................. 18
B. Saran ............................................................................................................ 18
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana prosedur model pengembangan bahan ajar Gagne and Briggs ?
2. Bagaimana prosedur model pengembangan bahan ajar Dick and Carrey ?
3. Bagaimana prosedur model pengembangan bahan ajar ASSURE ?
4. Bagaimana prosedur model pengembangan bahan ajar Hannafin dan Pack ?
C. TUJUAN
1. Bagaimana prosedur model pengembangan bahan ajar Gagne and Briggs ?
2. Bagaimana prosedur model pengembangan bahan ajar Dick and Carrey ?
1. Analyze Learners
Tahap pertama adalah menganalisis siswa. Pembelajaran biasanya kita lakukan
kepada sekelompok siswa yang mempunyai karakteristik tertentu. Ada 2
karakteristik yang sebaiknya diperhatikan pada diri siswa, yaitu:
a. Karakteristik UmumKarakteristik umum meliputi usia, tingkat perkembangan,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, etnis, kebudayaan, dan faktor sosial
ekonomi.
b. Spesifikasi Kemampuan Awal (karakteristik khusus)
Berkenaan dengan pengetahuan dan kemampuan yang sudah dimiliki siswa
sebelumnya. Informasi ini dapat kita peroleh dengan memberikan entry test/entry
behavior kepada siswa sebelum kita melaksanakan pembelajaran.
Langkah pertama dalam proses ini adalah bahwa guru harus menganalisis atribut
peserta didiknya. Harus ada fokus pada analisis karakteristik peserta didik yang
terkait dengan hasil belajar yang diinginkan. Walaupun kondisi dan informasi terkait
peserta didik ini sangat beragam namun ada beberapa hal pokok yang penting yang
biasanya relatif sama. Informasi yang dikumpulkan ini akan membantu pengembang
10 | P E N G E M B A N G A N B A H A N A J A R
dalam membuat keputusan yang terkait dengan langkah-langkah berikutnya dalam
proses pengembangan ini. Misalnya ketika kita menentukan karakter peserta didik, itu
berarti sangat terkait dengan memilih strategi dan sumber daya khusus untuk
membantu proses pembelajaran.
Walaupun analisis peserta didik ini bisa sangat beragam tergantung kebutuhan
pengembang dan situasi yang dihadapinya namun ada beberapa hal pokok dalam
Analisis peserta didik yang dilakukan yaitu:
General chararacteristics yaitu atribut umum peserta didik Anda, seperti usia,
kemampuan akademik, jenis kelamin, minat, dll.
Specific entry competencies yang merupakan Kompetensi sebelumnya
Learning styles yaitu Gaya belajar, seperti pendengaran, visual, dan sentuhan
Jadi, selain ketiga hal ini bisa ditambahkan analisis lain yang terkait dengan
kebutuhan yang dihadapi. Untuk fokus pada kebutuhan spesifik peserta didik, ada
aiknya kita terlebih dahulu mengetahui apa saja kebutuhan itu. Kita bisa melakukan
survei, membuat focus group discussion, wawancara, dan bila perlu menganalisis
pembelajaran yang telah berlangsung di masa lalu untuk mengeksplorasi sifat dan
tingkat pengalaman audiens. Kita juga bisa melakukan observasi tentang indikasi
gaya belajar mereka, seperti media pembelajaran mana yang menarik bagi mereka,
bagaimana mereka seperti media pembelajaran mana yang menarik bagi mereka,
bagaimana mereka menyerap informasi atau menggunakan instrumen pengukuran
yang lebih formal.
11 | P E N G E M B A N G A N B A H A N A J A R
Conditions (Kondisi) – Bagaimana kondisi di mana perilaku atau kinerja akan
diamati?
Degree (Tingkat) – Sampai tingkat mana pengetahuan atau keterampilan akan
dikuasai?
- Mengklasifikasikan Tujuan
- Perbedaan Individu
Pernyataan tujuan harus dirumuskan dengan kata kerja yang menunjukkan tujuan
pembelajaran. Panduan bermanfaat untuk kata kerja yang tepat untuk digunakan
dapat meggunakan konsep kemampuan kognitif Taksonomi Bloom edisi revisi. Yang
perlu diperhatikan adalah bahwa penilaian hanya dapat didasarkan pada perilaku
peserta didik kita. Mereka mungkin mengetahui banyak materi yang telah
disampaikan, tetapi mungkin tidak dapat menunjukkannya dalam sebuah tes.
Selain dari tujuan dan sasaran di seluruh organisasi yang telah dibuat, kita juga
harus mengembangkan sasaran yang spesifik untuk peserta didik. Perilaku belajar apa
yang perlu mereka perlihatkan? Pengetahuan apa yang perlu mereka ketahui pada
akhir pembelajaran? Apakah ada tugas khusus yang mereka butuhkan untuk dikuasai
atau keahlian yang harus mereka bangun? Kita juga harus memiliki cara untuk
menguji pengetahuan mereka dan menentukan apakah mereka benar-benar telah
memenuhi tujuan dan sasaran yang telah kita tetapkan.
12 | P E N G E M B A N G A N B A H A N A J A R
Setelah kita memilih strategi pengajaran, maka inilah saatnya untuk mencari tahu
teknologi, media, dan bahan mana yang paling mendukung metode pembelajaran
yang gunakan. Teknologi ini sangat terbuka luas, mulai dari alat sederhana seperti
kapur dan papan tulis hingga yang lebih canggih seperti media interaktif, simulasi
sampai pengalaman virtual.
Salah satu kesalahan strategi pembelajaran yang paling umum adalah
menggunakan teknologi hanya demi teknologi, daripada menemukan alat yang ideal
untuk audiens tertentu dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Idealnya, kita harus
memilih alat yang sudah akrab dengan peserta didik daripada yang mungkin sulit
dikuasai. Misalnya, jika kita sedang mengembangkan tugas kolaborasi kelompok
online yang menggunakan platform manajemen proyek, kita harus yakin bahwa
13 | P E N G E M B A N G A N B A H A N A J A R
Juga, Anda harus menjelaskan kepada siswa apa manfaat dari mempelajari materi
tersebut.
d. Menyiapkan Peserta Didik (Prepare the Learner)
Pertama, kita perlu memberi tahu peserta didik tentang apa tujuan
pembelajaran dengan jelas. Ini akan membantu peserta didik membuat gambaran
tentang apa yang perlu mereka serap. Selanjutnya, penting untuk memberi tahu
peserta didik bagaimana mereka akan dinilai. Kita juga perlu memberi tahu
mereka apa saja tugas yang akan kita berikan dan bagaimana sistem penilaiannya.
Juga, Anda harus menjelaskan kepada siswa apa manfaat dari mempelajari materi
tersebut.
e. Menentukan Pengalaman Belajar (Provide the Learning Experience)
Selanjutnya adalah benar-benar melaksanakan pembelajaran. Di sinilah
semua perencanaan dilaksanakan.
14 | P E N G E M B A N G A N B A H A N A J A R
mereka merasa seolah-olah mereka adalah bagian penting dari proses pembelajaran
yang lebih besar.
15 | P E N G E M B A N G A N B A H A N A J A R
1. Fase pertama
Analisis kebutuhan dilakukan dengan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan
dalam mengembangkan suatu media pembelajaran. Termasuk di dalamnya tujuan dan
objektif media pembelajaran yang dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang
diperlukan oleh kelompok sasaran, peralatan dan keperluan media pembelajaran.Fase
ini diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dalam mengembangkan
suatu media pembelajaran termasuklah di dalamnya tujuan dan objektif media
pembelajaran yang dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh
kelompok sasaran, peralatan dan keperluan media pembelajaran. Setelah semua
keperluan diidentifikasi Hannafin dan Peck menekankan untuk menjalankan
penilaian terhadap hasil itu sebelum meneruskan pembangunan ke fase desain.
2. Fase kedua
Fase ini yaitu fase desain, informasi dari fase analisis dipindahkan ke dalam
bentuk dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan media pembelajaran. Fase
desain bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendokumenkan kaidah yang paling
baik untuk mencapai tujuan pembuatan media tersebut. Salah satu dokumen yang
dihasilkan dalam fase ini adalah dokumen story board yang mengikuti urutan
aktifitas pembelajaran berdasarkan keperluan pelajaran dan objektif
media pembelajaran seperti yang diperoleh dalam fase analisis keperluan.
Model Hannafin dan Peck (1988) menekankan proses penilaian dan pengulangan
harus mengikutsertakan proses-proses pengujian dan penilaian media pembelajaran
yang melibatkan ketiga fase secara berkesinambungan. Lebih lanjut Hannafin dan
Peck (1988) menyebutkan dua jenis penilaian yaitu penilaian formatif dan penilaian
sumatif. Penilaian formatif ialah penilaian yang dilakukan sepanjang proses
pengembangan media sedangkan penilaian sumatif dilakukan setelah media telah
selesai dikembangkan.
3. Fase ketiga
Fase pengembangan dan implementasi, terdiri dari penghasilan diagram alur,
pengujian, serta penilaian formatif dan penilaian sumatif. Dokumen story board akan
dijadikan landasan bagi pembuatan diagram alir yang dapat membantu proses
pembuatan media pembelajaran. Untuk menilai kelancaran media yang dihasilkan
seperti kesinambungan link, penilaian dan pengujian dilaksanakan pada fase ini.
Model Hannafin dan Peck (1988) menekankan proses penilaian dan pengulangan
16 | P E N G E M B A N G A N B A H A N A J A R
harus mengikut sertakan proses-proses pengujian dan penilaian media pembelajaran
yang melibatkan ketiga fase secara berkesinambungan.
17 | P E N G E M B A N G A N B A H A N A J A R
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para
ahli. Secara umum, model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam model
berorientasi kelas, model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model
prosedural dan model melingkar.
Model berorientasi kelas biasanya ditujukan untuk mendesain pembelajaran level
mikro (kelas) yang hanya dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih. Contohnya
adalah model ASSURE. Model berorientasi produk adalah model desain pembelajaran
untuk menghasilkann suatu produk, biasanya media pembelajaran, misalnya video
pembelajaran, multimedia pembelajaran, atau modul. Contoh modelnya adalah model
hannafin and peck. Selain itu ada pula yang biasa kita sebut sebagai model prosedural
dan model melingkar. Contoh dari model prosedural adalah model Dick and Carrey
sementara contoh model melingkar adalah model Kemp.
Adanya variasi model yang ada ini sebenarnya juga dapat menguntungkan kita,
beberapa keuntungan itu antara lain adalah kita dapat memilih dan menerapkan salah satu
model desain pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik yang kita hadapi di
lapangan, selain itu juga, kita dapat mengembangkan dan membuat model turunan dari
model-model yang telah ada, ataupun kita juga dapat meneliti dan mengembangkan
desain yang telah ada untuk dicobakan dan diperbaiki.
B. SARAN
Kami tentunya masih menyadari jika makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Kami akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.
18 | P E N G E M B A N G A N B A H A N A J A R
DAFTAR PUSTAKA
19 | P E N G E M B A N G A N B A H A N A J A R