Anda di halaman 1dari 7

Model Pengembangan Bahan Ajar

Bahan Ajar Maket Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi


Dengan Strategi Contextual Teaching and Learning.

Dini wahyu mulyasari

16140016

A. Landasan teori
Bahan ajar harus dikembangkan sesuai dengan kaidah-kaidah pengembangan
bahan ajar. Rambu-rambu yang harus dipatuhi dalam penyusunan bahan ajar, menurut
Chomsin S.W. dan Jasmadi ada beberapa cara yaitu :
1. Bahan ajar harus disesuaikan dengan peserta didik yang sedang mengikuti
proses pembelajaran.
2. Bahan ajar diharapkan mampu mengubah tingkah laku peserta didik.
3. Bahan ajar dikembangkan harus sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik diri.
4. Mengetahui program belajar-mengajar yang akan dilangsungkan.
5. Di dalam bahan ajar telah mencakup tujuan kagiatan pembelajaran yang
spesifik.
6. Guna mendukung ketercapaian tujuan, bahan ajar harus memuat materi
pembelajaran secara rinci, baik untuk kegiatan dan latihan.
7. Terdapat evaluasi sebagai umpan balik dan alat untuk mengukur tingkat
keberhasilan peserta didik.

Dari teori yang telah dijelaskan diatas maka dalam pembuatan bahan ajar bagu
siswa yang akan dibuat harus memenuhi syarat – syarat tujuh syarat yang telah
disebutkan diatas, sehingga bahan ajar yang dibuat tidak keluar dari kurikulum yang
akan dipelajari oleh siswa, selain itu tujuh syarat dalam pembuatan bahan ajar diatas
ditujukan untuk membantu siswa agar lebih mudah dalam memahami pelajaran, dengan
bahan ajar yang memenuhi syarat siswa lebih mudah menangkap inti dari pembelajaran
yang disampaikan oleh guru.

Yang pertama ialah bahan ajar harus disesuaikan sengan proses pembelajaran,
maksudnya ialah bahan ajar yang digunakan harus selaras dengan proses pembelajaran
yang akan diterapkan dikelas sehingga bahan ajar sendiri sesuai dengan fungsi bahan
ajar yaitu memudahkan siswa dalam mengikuti dan memahami inti pembelajaran. yang
kedua, ialah diharapkan mampu untuk mengubah tingkah perilaku siswa, bahan ajar
juga diharapkan mampu untuk mengubah perilaku siswa, disini bahan ajar yang
menarik sangat berperan penting dalam mengubah perilaku siswa dari yang semula
belum mengerti menjadi seorang yang mengerti. Yang ketiga, bahan ajar juga harus
sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik dari peserta didik karena jika tidak maka
fungsi bahan ajar sendiri tidak akan berjalan dengan lancar, yang mengakibatkan
seorang siswa tidak mampu memahami pelajaran yang disampaikan, yang keempat,
dalam bahan ajar juga harus dicantumkan program belajar mengajar yang akan
dilaksanakan selama proses pembelajaran. yang kelima, tujuan bahan ajar juga harus
tercantum didalam bahan ajar karena tujuan akan memudahkan proses berjalannya
sebuah pembelajaran, serta pembelajaran yang berlangsung tidak akan keluar dari
tujuan pembelajaran. yang keenam, untuk memenuhi tujuan pembelajaran materi yang
disediakan harus rinci dan jelas, sehingga memudahkan tercapainya sebuah tujuan
pembelajaran. yang ketujuh, evaluasi yang akan mengukur kemampuan siswa yang
telah dicapai selama proses pembelajaran, selain itu juga untuk mengetahui berhasil dan
tidaknya bahan ajar yang digunakan selama proses pembelajaran.

Selain tujuh syarat yang harus dipenuhi dalam bahan ajar, ada beberapa syarat
juga yang harus dipenuhi dalam mengembangkan bahan ajar sendiri, ada beberapa ahli
yang mengungkapkan teori dalam mengembangkan bahan ajar sendiri, disini saya
mengambil teori model pengembangan bahan ajar dari Borg & Gall yang juga
menggariskan sepuluh langkah, yaitu:

1. Pengumpulan informasi awal.


2. Perencanaan.
3. Pengembangan format produk awal.
4. Uji coba awal.
5. Revisi produk.
6. Uji coba lapangan.
7. Revisi produk.
8. Uji lapangan revisi produk akhir.
9. Desiminasi.
10. Implementasi.
Maksud dari sepuluh langkah dalam proses pengembangan bahan ajar yang
diungkapkan oleh Borg dan Gall, sebagai berikut : pengumpulan informasi awal,
maksud dari mengumpulkan informasi diatas yaitu mengumpulkan informasi siswa,
seperti karakteristik siswa, kebutuhan, tujuan dari pembelajaran siswa dan
mengumpulkan informasi tentang bahan ajar, seperti syarat – syarat yang harus
dipenuhi dalam bahan ajar, bahan ajar apa yang sesuai dengan kebutuhan serta tujuan
dari pembelajaran. perencanaan, setelah mengumpulkan informasi terkait
pengembangan bahan ajar yang dilakukan guru melakukan perencanaan mengenai
bahan ajar apa yang akan digunakan apakah berbentuk cetak ataupun noncetak, bahan
ajar yang direncankan harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. pengembangan
format produk awal, setelah melakukan perencanaan guru mencoba untuk
mengembangkan bahan ajar yang telah direncanakan sebelumnya, yang disesuaikan
dengan syarat – syarat bahan ajar. Uji coba awal, setelah bahan ajar dikembangkan,
bahan ajar tersebut harus diuji coba, tujuannya adalah untuk mengetahui apa saja yang
perlu dibenahi dari bahan ajar yang dikembangkan oleh seorang guru. Revisi produk,
setelah mengetahui apa saja kekurangan dari bahan ajar yang kita buat, maka kita dapat
melakukan revisi dari bahan ajar tersebut, agar bahan ajar yang kita buat lebih baik dan
sempurna. Uji coba lapangan, bahan ajar yang telah direvisi sebelumnya, diuji cobakan
lagi kepada siswa agar dapat mengetahui apakah bahan ajar tersebut telah berhasil
membantu siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Revisi produk, setelah
melakukan uji coba lapangan dan mengetahui dampak dari bahan ajar yang kita berikan,
kita dapat melakukan revisi kembali kepada bahan ajar kita, guna menyempurnakan
bahan ajar yang kita buat. Uji lapangan revisi produk akhir, setelah direvisi dua kali
sebelumnya, bahan ajar masih di uji lagi, untuk menilai kesempurnaan bahan ajar
tersebut. Desiminasi, adalah proses melakukan perubahan akhir pada bahan ajar
tersebut. Dan yang terakhir implementasi, menerapkan bahan ajar yang telah dibuat
kepada siswa.

Selain itu bentuk bahan ajar juga dapat dibedakan menjadi bebrapa jenis, seperti
yang dikatakan oleh Prastowo yang membagi bentuk bahan ajar menjadi empat macam,
yaitu :

1. Bahan ajar cetak (printed), yaitu sejumlah bahan yang disiapkan dalam
kertas, yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau
penyampaian informasi. Contoh: handout, buku, modul, lembar kerja siswa,
brosur, leaflet, wall chart, foto/gambar, model, atau maket.
2. Bahan ajar dengar (audio) atau program audio, yaitu: semua sistem yang
menggunakan sinyal radio secara langsung, yang dapat dimainkan atau
didengar oleh seseorang atau sekelompok orang. Contoh: kaset, radio,
piringan hitam, dan compact diskaudio.
3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual), yaitu: segala sesuatu yang
memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak
secara sekuensial. Contoh: video, compact disk, dan film.
4. Bahan ajar interaktif (interactive teaching materials), yaitu: kombinasi dari
dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi, dan video) yang
oleh penggunanya dimanipulasi atau diberi perlakuan untuk mengendalikan
suatu perintah dan atau perilaku alami dari presentasi. Contoh: compact disk
interaktif.
B. Model Pembelajaran.
Dari beberapa jenis bentuk pengembangan bahan ajar yang telah disebutkan
diatas maka, disini saya memilih untuk menggunakan bahan ajar yang berbentuk cetak,
yang berwujud maket, maket disini dapat diwujudkan dalam beberapa bentuk antara
lain miniatur suatu benda ataupun mading 3D, sehingga siswa yang melihat lebih
tertarik. Alasan saya memilih bentuk tersebut karena bahan ajar cetak lebih nyata dari
serta dapat secara langsung dilihat serta dipakai selama proses pembelajaran, hal ini
memudahkan siswa untuk mengankap inti dari pembelajaran, seperti yang telah
dijelaskan oleh seorang ahli psikologi perkembangan anak yang mengungkapkan
bahwa rentan usia anak sekolah dasar berada pada fase operasional kongkrit, pada taraf
ini operasional kongkret itu “internalized”, artinya dalam menghadapi suatu masalah
siswa harus dihadapkan dengan dunia nyata, sehingga siswa dapat langsung mencoba
dan menemukan masalah yang dihadapi.
Pada bahan ajar yang berbentuk maket yang dapat diimplementasikan melalui
mading 3D atau dengan miniatur suatu benda, maket ini juga bersifat fleksibel karena
dapat disesuaikan dengan tingkatan – tingkatan kelas para siswa,baik siswa yang berada
dikelas kecil maupaun siswa yang berada dikelas besar, selain itu banyak model yang
dapat diterapkan dari bahan ajar maket tersebut, disini saya memilih menggunkan
model pembelajaran pemrosesan informasi, model ini berdasarkan teori belajar kognitif
(Piaget) dan berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi yang dapat
memperbaikikemampuannnya. Pemrosesan informasi sendiri merujuk pada cara
mengumpulkan atau menerima stimulasi dari lingkungan, mengorganisasi data,
memecahkan masalah, menemukan konsep dan menggunakan simbol verbal dan visual.
Teori yang dipelopori oleh Robert Gagne ini sangat cocok dengan bahan ajar yang telah
dipilih, dengan menggunakan strategi pembelajaran Contextual Teaching and Learning,
strategi ini adalah dengan menghubungkan proses pembelajaran dengan dunia nyata.
Pada kali ini bahan bahasan kita adalah tentang berbicara kreatif, dengan
menggunkan bahan ajar maket, dan menggunkan model pemrosesan informasi dengan
strategi contextual teaching and learning, dapat diterapkan di kelas kecil dan kelas
besar, seperti pada kelas kecil guru dapat memberikan miniatur benda – benda
sederahana yang ada disekitar mereka. Pada proses pembelajaran di kelas satu yang
lebih difokuskan untuk melatih dan mengikatkan kemampuan siswa dalam mengolah
kata – kata serta perbanyak kosakata, karena itu siswa dapat diminta untuk
mendiskripsikan dan menyeritakan maket yang telah disediakan oleh guru, proses ini
dapat dilakukan secara individu didepan kelas, ataupun dapat dilakukan didepan
kelompok. Untuk kelas dua, yang lebih difokuskan kepada pengembangan kemampuan
berbicara yang telah diasah dikelas satu, siswa dapat diminta untuk bertanya, bercerita,
dan mendiskripsikan maket yang telah dibuat oleh guru, bahan ajar maket ini juga dapat
dikembangkan menjadi yang lebih rumit dari sebelumnya, pada kali ini lebih baik jika
kegiatan berbicara dilakukan secara kelompok, siswa diminta untuk mendiskripsikan,
menceritakan dan menanya tentang maket yang telah dibicarakan oleh teman satu
kelompok, sehingga mereka dapat bertukan informasi. Dikelas tiga, siswa diharapkan
mampu untuk menanggapi sebuah masalah, pada kali ini setelah siswa melihat maket
yang telah disediakan oleh guru, siswa diminta untuk menanggapi apa yang mereka
lihat, maket yang ditampilkan juga lebih kompleks dari yang terdahulu, hal ini
bertujuan untuk lebih memancing daya kreatifitas dan meninggkatkan kemampuan
berbicara siswa, dalam kegiatan ini sangat baik bila diterapkan dengan menggunakan
permainan tebak – tebakan, dengan guru menunjuk siswa secara acak dan meminta
mereka untuk menanggapi isi maket yang telah dilihatnya didepan kelas.
Selain untuk kelas bawah, maket juga sangat efektif diterapkan dikelas atas.
Seperti pada kelas empat, siswa dituntut mampu untuk mendiskripsikan suatu tempat
atau denah suatu tempat dan petunjuk penggunaan suatu alat, disini peran maket sangat
besar, karena saat siswa diminta untuk menjelaskan denah dan deskripsi suatu tempat
dna penggunaan alat siswa dapat menunjukkan secara langsung kepada teman –
temannya tentang denah atau prosedur penggunaan suatu alat. Untuk kelas lima, tujuan
dari kemampuan berbicara ditingkatan kelas ini adalah siswa mampu berwawancara,
menanggapi sesuatu, ataupun bermain drama, sehingga dari maket yang disediakan
siswa diminta untuk mewawancarai teman ataupun orang disekitar sekolah tentang
maket yang disediakan oleh guru, siswa juga dapat dibagi menajadi beberapa kelompok
dan diminta untuk membuat drama dari maket yang telah disediakan. Pada kelas enam,
tujuan dari berbicara kreatif ini ialah, siswa mampu berpidato untuk menyampaikan
gagasan, berpuisi, dan melaporkan isi sebuah buku, dari sini maket yang telah
disediakan oleh guru dapat diambil sebagai bahan tema pidato dan juga tema puisi para
siswa, dan mengungkapkan hasil karya mereka diepan kelas.
C. Kesimpulan.
Bahan ajar merupakan suatu yang penting dalam proses pembelajaran untuk
mempermudah siswa dalam memahami pelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai, dalam penyusunan bahan ajar juga diperlukan beberapa syarat dan
langkah – langkah agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Selain itu ada beberapa
bentuk dari bahan ajar sendiri, cetak, audio, pandang dengar, interaktif.
Dan dari beberapa disini saya memilih bahan ajar cetak yang berbentuk maket
dan dapat diimplementasikan dalam bentuk mading 3D ataupun minatur suatu benda.
Diatas saya juga memberikan gambaran model serta strategi selama proses
pembelajaran terutamanya didalam materi mengenai kemampuan berbicara.
Dan dari beberapa cara yang telah saya paparkan diatas, dapat disimpulkan
bahwa bahan ajar berebantuk maket sangat efektif untuk melatih kemampuan berbicara
siswa, selain itu maket juga sangat fleksibel dan dapat disediakan sesuai dengan
tingkatan kelas masing – masing siswa, dengan menggunakan model dan strategi
pembelajaran yang bervariasi pula.
D. Daftar Pustaka.
Academia edu “ model pembelajaran menurut teori,”
https://www.academia.edu/23956457/MODEL_PEMBELAJARAN_BERDASA
RKAN_TEORI diakses pada tanggal 19 November 2017.
Eprints UNY, “Pengembangan Bahan ajar,”
http://eprints.uny.ac.id/33241/2/3.%20BAB%20II.pdf diakses pada tanggal 18
November 2017.
Program studi pendidikan bahasa dan sastra bahasa Indonesia FKIP Universitas
Galuh,“standar kompetensi dan kompetensi dasar bahasa Indonesia untuk sekolah
dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)”.
http://diksatrasiafkipunigal.blogspot.co.id/2009/03/sk-dan-kd-bahasa-indonesia-
sd.html diakses pada tanggal 17 November 2017.
8tunas8’s Blog, “TEORI BELAJAR MENGAJAR MENURUT JEROME S.
BRUNER,” https://8tunas8.wordpress.com/teori-belajar-mengajar-menurut-
jerome-s-bruner/ diakses pada tanggal 19 november 2017.

Anda mungkin juga menyukai