PERTANIAN
Dosen Pengampu :
Vitta Yaumul Hikmawati, M.Pd.
Di Susun Oleh :
Diding Suhendi
NPM:18.24.1.0002
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Pada tahun 1926, J. B Summer membuktikan urease ( enzim dari biji kara
pedang dapat dikristalkan seperti senyawa organik lainnya) bahwa enzim
mempunyai struktur kompleks dan dapat dipelajari (Ahira, 2013).
3
umumnya pestisida bekerja dengan jalan menghambat enzim yang bekerja pada
hama atau organisme tertentu.
Dalam hal ini biokimia berperan dalam meneliti mekanisme kerja pestisida
tersebut sehingga dapat meningkatkan selektivitasnya dan dengan demikian dapat
dicegah dampak negatif terhadap lingkungan hidup yang dapat ditimbulkannya.
Jadi biokimia juga merupakan komponeri penting dalam pengetahuan tentang
lingkungan hidup.
Peningkatan kualitas produk dalam bidang pertanian dan peternakan telah
dapat diwujudkan dengan menerapkan hasil-hasil penelitian dalam bidang
genetika..
Ilmu biokimia mempunyai posisi yang kuat dalam bidang pertanian yaitu :
1) Dapat meningkatkan kualitas tumbuhan
2) Memahami dan melakukan penanganan suatu penyakit secara efektif.
CAHAYA MATAHARI
6 CO2 + 6 H2O KLOROFIL C6H12O6 + 6O2
4
Beberapa faktor yang menentukan kecepatan fotosintesis:
1. Cahaya
2. Konsentrasi karbondioksida
3. Suhu
4. Kadar air
6. Tahap pertumbuhan
5
b. Katabolisme
Katabolisme merupakan reaksi pemecahan atau penguraian senyawa
kompleks (organik) menjadi senyawa yang lebih sederhana (anorganik). Dalam
reaksi penguraian tersebut dapat dihasilkan energi yang berasal dari terlepasnya
ikatan-ikatan senyawa kimia yang mengalami penguraian. Tetapi energi yang
dihasilkan itu tidak dapat langsung digunakan oleh sel, melainkan harus diubah
dalam bentuk senyawa Adenosin Trifosfat (ATP) yang mengandung energi tinggi.
Tujuan utama reaksi katabolisme adalah untuk membebaskan energi yang
terkandung di dalam senyawa sumber, yaitu Adenosin Trifosfat (ATP). Reaksi
penguraian energi pada katabolisme, secara umum dikenal dengan proses
respirasi.
Hasil Proses Respirasi merupakan proses pembebasan energi kimia dalam
tubuh organisme melalui reaksi oksidasi (penambahan oksigen) pada molekul
organik. Dari peristiwa tersebut akan dihasilkan energi dalam bentuk Adenosin
Trifosfat (ATP) dan CO2 serta H2O (sebagai hasil sisa).
C6H12O6 + 6O2 —> 6CO2 + 6H2O + 38 ATP
Jika molekul yang digunakan sebagai substrat untuk dioksidasi adalah gula
yaitu glukosa, maka prosesnya terdiri atas tiga tahap, yaitu glikolisis,
dekarboksilasi oksidatif (siklus Krebs) dan fosforilasi oksidatif (transpor
elektron).
1. Tumbuhan C3
Tanaman C3 lebih adaptif pada kondisi kandungan CO2 atmosfer tinggi.
Sebagian besar tanaman pertanian, seperti gandum, kentang, kedelai, kacang-
kacangan, dan kapas merupakan tanaman dari kelompok C3.
6
Pada tanaman C3, enzim yang menyatukan CO2 dengan RuBP (RuBP
merupakan substrat untuk pembentukan karbohidrat dalam proses fotosintesis)
dalam proses awal assimilasi, juga dapat mengikat O2 pada saat yang bersamaan
untuk proses fotorespirasi ( fotorespirasi adalah respirasi,proses pembongkaran
karbohidrat untuk menghasilkan energi dan hasil samping, yang terjadi pada siang
hari) . Jika konsentrasi CO2 di atmosfir ditingkatkan, hasil dari kompetisi antara
CO2 dan O2 akan lebih menguntungkan CO2, sehingga fotorespirasi terhambat
dan assimilasi akan bertambah besar.
2. Tumbuhan C4
Tumbuhan C4 lebih adaptif di daerah panas. Pada tanaman C4, CO2
diikat oleh PEP (enzympengikat CO2 pada tanaman C4) yang tidak dapat
mengikat O2 sehingga tidak terjadi kompetisi antara CO2 dan O2. Lokasi
terjadinya assosiasi awal ini adalah di sel-sel mesofil (sekelompok sel-sel yang
mempunyai klorofil yang terletak di bawah sel-sel epidermis daun). CO2 yang
sudah terikat oleh PEP kemudian ditransfer ke sel-sel “bundle sheath”
(sekelompok sel-sel di sekitar xylem dan phloem) dimana kemudian pengikatan
dengan RuBP terjadi. Karena tingginya konsentasi CO2 pada sel-sel bundle
sheath ini, maka O2 tidak mendapat kesempatan untuk bereaksi dengan RuBP,
sehingga fotorespirasi sangat kecil and G sangat rendah, PEP mempunyai daya
ikat yang tinggi terhadap CO2, sehingga reaksi fotosintesis terhadap CO2 di
bawah 100 m mol m-2 s-1 sangat tinggi. , laju assimilasi tanaman C4 hanya
bertambah sedikit dengan meningkatnya CO2. Sehingga, dengan meningkatnya
CO2 di atmosfir, tanaman C3 akan lebih beruntung dari tanaman C4 dalam hal
pemanfaatan CO2 yang berlebihan. Contoh tanaman C4 adalah jagung, sorgum
dan tebu.
3. Tumbuhan CAM
Tumbuhan CAM lebih adaptif di daerah panas dan kering. Crassulacean
acid metabolism ( CAM), tanaman ini mengambil CO2 pada malam hari, dan
mengunakannya untuk fotosistensis pada siang harinya. Meski tidak mengularkan
oksigen dimalam hari, namun dengan memakan CO2 yang beredar, tanaman ini
7
sudah membantu kita semua menghirup udara bersih, lebih sehat, menyejukkan
dan menyegarkan bumi, tempat tinggal dan ruangan. Jadi, cocok buat taruh di
ruang tidur misalnya. Sayang, hanya sekitar 5% tanaman jenis ini. Tumbuhan
CAM yang dapat mudah ditemukan adalah nanas, kaktus, dan bunga lili
8
5) Biokimia Dalam Mekanisme Resistensi OPT
Resistensi merupakan rintangan tunggal paling besar dalam keberhasilan
pengendalian serangga, secara kimia dan bersifat diwariskan (diturunkan).
Seringnya kontak antara serangga dengan insektisida yang digunakan untuk
pengendaliannya dapat mengakibatkan terjadinya resistensi fisiologis ini. Secara
biokimia proses terjadinya resistensi melalui tiga mekanisme dasar yang berperan
antara lain :
1. Penurunan penetrasi insektisida pada tempat aktif (saraf dan AChE),
2. Peningkatan metabolisme insektisida dengan enzim esterase, mixed
function oxidase, hidrolase, dan glutathione-s-transferase
3. Perubahan sensitivitas tempat sasaran dalam tubuh serangga, berupa
insensitivitas saraf dan insensitivitas enzim asetilkholin esterase.
9
3. Adakalanya dapat bersatu ke dalam kromosom bakteri
4. Dapat melakukan replikasi sendiri secara otonom
5. Dapat pula berpindah atau dapat dipindahkan dari spesies ke spesies lain
Beberapa contoh dari plasmid adalah :
a) Faktor R (Gen Resisten)
Bakteri Gram negatif umumunya memiliki fili pada struktur tubuhnya. Fili
merupakan rambut pendek dan keras di sekililing bada sel bakteri Fili terdiri dari
subunit-subunit protein. Terdapat dua jenis fili :
1. Fili yang memegang peranan dalam adhesi kuman dengan tubuh hospes
2. Fili seks, yaitu fili yang berfungsi dalam konjugasi 2 sel bakteri.Fili seks
inilah yang berperan dalam konjugasi terhadap bakteri lain dan
memberikan gen resisten pada suatu antibiotik.
10
antibiotik tersebut. Resistensi non-genetik umumnya terjadi karena perubahan
pada pertahanan tubuh bakteri itu sendiri atau perubahan struktur bakteri sehingga
tidak sesuai lagi sebagai target antibiotik (Kurnia, 2012).
11
BAB III
PENUTUP
Biokimia merupakan ilmu yang mempelaajari tentang reaksi-reaksi atau
interaksi molekul yang terjadi dalam sel hidup. Sejarah kebangkitan biokimia
diawali dengan penemuan pertama molekul enzim, diastase, pada tahun 1833 oleh
Anselme Payen hingga dibuktikannya urease oleh J. B Summer pada tahun 1926
bahwa enzim mempunyai struktur kompleks dan dapat dipelajari.
Biokimia sangat berperan dalam pelestarian lingkungan maupun
peningkatan hasil pertanian. Dalam hal ini biokimia berperan dalam meneliti
mekanisme kerja pestisida sehingga dapat meningkatkan selektivitasnya. Dengan
demikian, dapat dicegah dampak negatif terhadap lingkungan hidup yang dapat
ditimbulkannya.
Pada tumbuhan terjadi metabolisme yaitu proses anabolisme dan
katabolisme. Anabolisme contohnya fotosintesis, di mana glukosa terbentuk dari
reaksi antara CO2 dan H2O dengan bantuan klorofil dan cahaya matahari.
Sedangkan katabolisme contohnya respirasi, di mana terjadi proses penguraian
glukosa menjadi CO2 dan H2O.
Meskipun biokimia yang pada hakekatnya merupakan spesialisasi dari
kimia organik, namun dalam perkembangannya terdapat perbedaannya yang tajam
dalam penekanannya yaitu sebagai brikut :
1. Biokimia organic
2. Biokimia terutama menekankan pada proses metabolisme primer
3. Biosintesa
Resistensi merupakan rintangan tunggal paling besar dalam keberhasilan
pengendalian serangga, secara kimia dan bersifat diwariskan (diturunkan).
Seringnya kontak antara serangga dengan insektisida yang digunakan untuk
pengendaliannya dapat mengakibatkan terjadinya resistensi fisiologis ini. Secara
biokimia proses terjadinya resistensi melalui tiga mekanisme dasar yang berperan
antara lain :
a. Penurunan penetrasi insektisida pada tempat aktif (saraf dan AChE),
Peningkatan metabolisme insektisida dengan enzim esterase, mixed function
oxidase, hidrolase, dan glutathione-s-transferase
12
b. Perubahan sensitivitas tempat sasaran dalam tubuh serangga, berupa
insensitivitas saraf dan insensitivitas enzim asetilkholin esterase.
13
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Ernawati Sinaga, Ms., Apt. 2018. Biokimia Dasar. Tomang-Jakarta
Barat: PT. ISFI Penerbitan.
Murray et al. 2006. Biokimia Harper. Jakarta: EGC.
Lehninger AH. 1995. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Toha AHA. 2001. Biokimia: Metabolisme dan Biomolekul. Bandung: Alfabeta
14