Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MANFAAT BIOKIMIA DIBIDANG

PERTANIAN

Dosen Pengampu :
Vitta Yaumul Hikmawati, M.Pd.

Di Susun Oleh :
Diding Suhendi
NPM:18.24.1.0002

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan


Prodi Pendidikan Biologi 2019
Universitas Majalengka
Jl. K.H. Abdul Halim No. 103, Majalengka Kulon, Kecamatn Majalengka,
Kabupaten Majalengka,provinsi Jawa Barat 45418
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas harian dari mata
kuliah BIOKIMIA dengan tema “MANFAAT BIOKIMIA DIBIDANG
PERTANIAN”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada dosen pengampu saya “Ibu Vitta Yaumul Hikmawati, M.Pd. selaku dosen
mata kuliah pendidikan kewarganegaraan saya yang telah mengampu dalam
menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima
kasih. Wassalam.

Majalengka, 2 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

MAKALAH MANFAAT BIOKIMIA DIBIDANG PERTANIAN ........... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................... 1
BAB II PEMBHASAN ................................................................................ 2
2.1 Pengertian Biokimia ............................................................... 2
2.2 Sejarah Biokimia .................................................................... 2
2.3 Perkembangan Biokimia........................................................ 3
2.4 Manfaat Biokimia Khususnya Dibidang Pertanian ............ 3

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 12


DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Zaman semakin berkembang dengan pesat, teknologi semakin berkembang
begitu juga dengan ilmu pengetahuan. Ilmu biokimia saat ini sedang mengalami
perkembangan khususnya di negara Indonesia. Peranan ilmu biokimia bagi
kehidupan manusia sangat luar biasa bahkan hampir mencangkup berbagai aspek
kehidupan. Contohnya dalam bidang pangan, sekarang sudah banyak produk
pangan yang menggunakan enzim untuk mengkatalis proses pembuatan produk
tersebut. Contoh lain, berkembangnya metode rekayasa genetika dan kultur
jaringan yang dilakukan untuk meningkatkan hasil pertanian dan perkebunan dan
masih banyak lagi yang lainnya mengenai ilmu biokimia. Pengembangan aplikasi
ilmu biokimia di Indonesia dapat dipastikan semakin lama akan menambah
kemajuan teknologi di Indonesia dan dapat memanfaatkan sumber daya alam
melalui ilmu biokimia.
1.2 Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan maka beberapa
masalah yang dapat penulis rumuskan dan akan dibahas dalam laporan ini adalah:
1. Apa yang dimaksud ilmu biokimia?
2. Bagaimanakah sejarah biokimia?
3. Bagaimana perkembangan biokimia?
4. Apa manfaaat biokimia khususnya dibidang pertanian?

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini disusun dengan tujuan agar para mahasiswa khususnya lebih
mampu memahami, mengembangkan, serta mampu menerapan ilmu biokimia
dalam memecahkan permasalahan di segala bidang utamanya di bidang pertanian.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Biokimia


Biokimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang reaksi-reaksi kimia
atau interaksi molekul dalam sel hidup. Jika dikaitkan dengan bidang pertanian,
khususnya mengenai tanaman, berarti ilmu yang mempelajari tentang reaksi-
reaksi kimia atau interaksi molekul yang terjadi pada tanaman.
Biokomia adalah ilmu yang berhubungan dengan berbagai molekul di
dalam sel atau organisme hidup sekaligus dengan reaksi kimianya. Biokimiawan
mempelajari molekul dan reaksi kimia terkatalisis oleh enzim yang berlangsung
dalam semua organisme. Lihat artikel biologi molekular untukdiagram dan
deskripsi hubungan antara biokimia, biologi molekular, dan genetika. Biokimia
merupakan ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi komponen selular, seperti
protein, karbohidrat, lipid, asam nukleat, dan biomolekul lainnya. Saat ini
biokimia lebih terfokus secara khusus pada kimia reaksi termediasi enzim dan
sifat-sifat protein. Saat ini, biokimia metabolisme sel telah banyak dipelajari.
Bidang lain dalam biokimia di antaranya sandi genetik (DNA, RNA), sintesis
protein, angkutan membran sel, dan transduksi sinyal (Saputri, 2012).

2.2 Sejarah Biokimia


Kebangkitan biokimia diawali dengan penemuan pertama molekul enzim,
diastase, pada tahun 1833 oleh Anselme Payen. Kemudian pada pertenghan abad
ke 18, Karl Wilhelm Scheele meneliti susunan kimia serta mengisolasi kebutuhan
ester dan kasein dari bahan alam. Kemudian pada abad ke 19, Frederich Wohler
meneliti urea, senyawa dalam urin dapat dibuat dengan memanaskan alkali sianat
dengan garam amonium pada tahun 1828. Pada abad ini pula Edward dan Hans
Buchner meneliti tentang ekstrak dari sel ragi yang telah rusak atau mati, tetap
dapat menyebabkan terjadinya proses peragian, yang merupakan pembuka
kemungkinan dilakukannya analisis reaksi-reaksi biokimia dan proses biokimia.
Dilanjutkan pada tahun 1903, Karl Nueberg mengemukakan istilah biokimia.

2
Pada tahun 1926, J. B Summer membuktikan urease ( enzim dari biji kara
pedang dapat dikristalkan seperti senyawa organik lainnya) bahwa enzim
mempunyai struktur kompleks dan dapat dipelajari (Ahira, 2013).

2.3 Perkembangan Biokimia


Pada abad ke-17, Robert Hook mengobservasi sel menggunakan
mikroskop. Hal ini mengingatkan pemahaman atas struktur yang kompleks. Sejak
saat itu, biokimia semakin berkembang, terutama sejak pertengahan abad ke-20,
dengan ditemukannya teknik-teknik baru seperti kromatografi, difraksi sinar X,
elektroforesis, RMI (nuclear magnetic resonance, NMR), pelabelan radioisotop,
mikroskop elektron, dan simulasi dinamika molekular. Teknik-teknik ini
memungkinkan penemuan dan analisis yang lebih mendalam berbagai molekul
dan jalur metabolik sel, seperti glikolisis dan siklus Krebs. Perkembangan ilmu
baru seperti bioinformatika juga banyak membantu dalam peramalan dan
pemodelan struktur molekul raksasa (Ahira, 2013).
Saat ini, penemuan-penemuan biokimia digunakan di berbagai bidang,
mulai dari genetika hingga biologi molekular dan dari pertanian hingga
kedokteran. Penerapan biokimia yang pertama kali barangkali adalah dalam
pembuatan roti menggunakan khamir, sekitar 5000 tahun yang lalu (Ahira, 2013).

2.4 Manfaat Biokimia Khususnya Dibidang Pertanian


Beberapa manfaat biokimia khususnya dibidang petanian antra lain:
1. Peningkatan kualitas dan kuantitas produk pertanian,
2. Pengetahuan tentang reaksi-reaksi yang terjadi dalam tanaman,
3. Mengenal tumbuhan berdasarkan tipe fotosintesis,
4. Keterkaitan Biokimia dengan Ilmu Lain,
5. Pengetahuan tentang mekanisme resistensi organisme pengganggu tanaman.

1) Peningkatan kualitas dan kuantitas produk pertanian.


Pada dasarnya penerapan biokimia banyak terdapat dalam bidang
pertanian. Penggunaan pestisida di bidang pertanian telah kita kenal lama. Pada

3
umumnya pestisida bekerja dengan jalan menghambat enzim yang bekerja pada
hama atau organisme tertentu.
Dalam hal ini biokimia berperan dalam meneliti mekanisme kerja pestisida
tersebut sehingga dapat meningkatkan selektivitasnya dan dengan demikian dapat
dicegah dampak negatif terhadap lingkungan hidup yang dapat ditimbulkannya.
Jadi biokimia juga merupakan komponeri penting dalam pengetahuan tentang
lingkungan hidup.
Peningkatan kualitas produk dalam bidang pertanian dan peternakan telah
dapat diwujudkan dengan menerapkan hasil-hasil penelitian dalam bidang
genetika..
Ilmu biokimia mempunyai posisi yang kuat dalam bidang pertanian yaitu :
1) Dapat meningkatkan kualitas tumbuhan
2) Memahami dan melakukan penanganan suatu penyakit secara efektif.

2) Reaksi-reaksi yang Terjadi pada Tumbuhan


Metabolisme adalah proses-proses kimia yang terjadi di dalam tubuh
makhluk hidup/sel. Metabolisme disebut juga reaksi enzimatis, karena
metabolisme terjadi selalu menggunakan katalisator enzim.Metabolisme ada 2
macam yaitu:
a. Anabolisme, dan
b. Katabolisme
a. Anabolisme
Anabolisme adalah proses sintesis molekul kompleks dari senyawa-
senyawa kimia yang sederhana secara bertahap. Proses ini membutuhkan energi
dari luar. Energi yang digunakan dalam reaksi ini dapat berupa energi cahaya
ataupun energi kimia. Energi tersebut, selanjutnya digunakan untuk mengikat
senyawa-senyawa sederhana tersebut menjadi senyawa yang lebih kompleks. Jadi,
dalam proses ini energi yang diperlukan tersebut tidak hilang, tetapi tersimpan
dalam bentuk ikatan-ikatan kimia pada senyawa kompleks yang terbentuk.
Contoh reaksi anabolisme yaitu terjadi pada saat asimilasi

CAHAYA MATAHARI
6 CO2 + 6 H2O KLOROFIL C6H12O6 + 6O2

4
Beberapa faktor yang menentukan kecepatan fotosintesis:
1. Cahaya

Komponen-komponen cahaya yang mempengaruhi kecepatan laju


fotosintesis adalah intensitas, kualitas dan lama penyinaran. Intensitas
adalah banyaknya cahaya matahari yang diterima sedangkan kualitas
adalah panjang gelombang cahaya yang efektif untuk terjadinya
fotosintesis.

2. Konsentrasi karbondioksida

Semakin banyak karbondioksida di udara, makin banyak jumlah bahan


yang dapat digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.

3. Suhu

Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat


bekerja pada suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat
seiring dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim.

4. Kadar air

Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup,


menghambat penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju
fotosintesis.

5. Kadar fotosintat (hasil fotosintesis)

Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis


akan naik. Bila kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju
fotosintesis akan berkurang.

6. Tahap pertumbuhan

Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada


tumbuhan yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini
bisa saja dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak
energi dan makanan untuk tumbuh.

5
b. Katabolisme
Katabolisme merupakan reaksi pemecahan atau penguraian senyawa
kompleks (organik) menjadi senyawa yang lebih sederhana (anorganik). Dalam
reaksi penguraian tersebut dapat dihasilkan energi yang berasal dari terlepasnya
ikatan-ikatan senyawa kimia yang mengalami penguraian. Tetapi energi yang
dihasilkan itu tidak dapat langsung digunakan oleh sel, melainkan harus diubah
dalam bentuk senyawa Adenosin Trifosfat (ATP) yang mengandung energi tinggi.
Tujuan utama reaksi katabolisme adalah untuk membebaskan energi yang
terkandung di dalam senyawa sumber, yaitu Adenosin Trifosfat (ATP). Reaksi
penguraian energi pada katabolisme, secara umum dikenal dengan proses
respirasi.
Hasil Proses Respirasi merupakan proses pembebasan energi kimia dalam
tubuh organisme melalui reaksi oksidasi (penambahan oksigen) pada molekul
organik. Dari peristiwa tersebut akan dihasilkan energi dalam bentuk Adenosin
Trifosfat (ATP) dan CO2 serta H2O (sebagai hasil sisa).
C6H12O6 + 6O2 —> 6CO2 + 6H2O + 38 ATP
Jika molekul yang digunakan sebagai substrat untuk dioksidasi adalah gula
yaitu glukosa, maka prosesnya terdiri atas tiga tahap, yaitu glikolisis,
dekarboksilasi oksidatif (siklus Krebs) dan fosforilasi oksidatif (transpor
elektron).

3) Mengenal tumbuhan berdasarkan tipe fotosintesis


Berdasarkan tipe fotosintesisnya tumbuhan dibagi menjadi 3 tipe yaitu:
1. Tumbuhan tipe C3
2. Tumbuhan tipe C4
3. Tumbuhan tipe CAM

1. Tumbuhan C3
Tanaman C3 lebih adaptif pada kondisi kandungan CO2 atmosfer tinggi.
Sebagian besar tanaman pertanian, seperti gandum, kentang, kedelai, kacang-
kacangan, dan kapas merupakan tanaman dari kelompok C3.

6
Pada tanaman C3, enzim yang menyatukan CO2 dengan RuBP (RuBP
merupakan substrat untuk pembentukan karbohidrat dalam proses fotosintesis)
dalam proses awal assimilasi, juga dapat mengikat O2 pada saat yang bersamaan
untuk proses fotorespirasi ( fotorespirasi adalah respirasi,proses pembongkaran
karbohidrat untuk menghasilkan energi dan hasil samping, yang terjadi pada siang
hari) . Jika konsentrasi CO2 di atmosfir ditingkatkan, hasil dari kompetisi antara
CO2 dan O2 akan lebih menguntungkan CO2, sehingga fotorespirasi terhambat
dan assimilasi akan bertambah besar.

2. Tumbuhan C4
Tumbuhan C4 lebih adaptif di daerah panas. Pada tanaman C4, CO2
diikat oleh PEP (enzympengikat CO2 pada tanaman C4) yang tidak dapat
mengikat O2 sehingga tidak terjadi kompetisi antara CO2 dan O2. Lokasi
terjadinya assosiasi awal ini adalah di sel-sel mesofil (sekelompok sel-sel yang
mempunyai klorofil yang terletak di bawah sel-sel epidermis daun). CO2 yang
sudah terikat oleh PEP kemudian ditransfer ke sel-sel “bundle sheath”
(sekelompok sel-sel di sekitar xylem dan phloem) dimana kemudian pengikatan
dengan RuBP terjadi. Karena tingginya konsentasi CO2 pada sel-sel bundle
sheath ini, maka O2 tidak mendapat kesempatan untuk bereaksi dengan RuBP,
sehingga fotorespirasi sangat kecil and G sangat rendah, PEP mempunyai daya
ikat yang tinggi terhadap CO2, sehingga reaksi fotosintesis terhadap CO2 di
bawah 100 m mol m-2 s-1 sangat tinggi. , laju assimilasi tanaman C4 hanya
bertambah sedikit dengan meningkatnya CO2. Sehingga, dengan meningkatnya
CO2 di atmosfir, tanaman C3 akan lebih beruntung dari tanaman C4 dalam hal
pemanfaatan CO2 yang berlebihan. Contoh tanaman C4 adalah jagung, sorgum
dan tebu.

3. Tumbuhan CAM
Tumbuhan CAM lebih adaptif di daerah panas dan kering. Crassulacean
acid metabolism ( CAM), tanaman ini mengambil CO2 pada malam hari, dan
mengunakannya untuk fotosistensis pada siang harinya. Meski tidak mengularkan
oksigen dimalam hari, namun dengan memakan CO2 yang beredar, tanaman ini

7
sudah membantu kita semua menghirup udara bersih, lebih sehat, menyejukkan
dan menyegarkan bumi, tempat tinggal dan ruangan. Jadi, cocok buat taruh di
ruang tidur misalnya. Sayang, hanya sekitar 5% tanaman jenis ini. Tumbuhan
CAM yang dapat mudah ditemukan adalah nanas, kaktus, dan bunga lili

4) Keterkaitan Biokimia dengan Ilmu Lain


Kimia organik pertama kali dikenal dengan nama kimia zat alam, dan
biokimia satu sama lain saling jalin menjalani tanpa terlihat adanya garis
pembatasan yang tegas. Senyawa yang ternyata merupakan hasil samping
metabolisme, misalnya pencernaan, pada hakekatnya telah lama diketahui orang
dan sebenarnya adalah zat-zat organik. Senyawa organik yang dikenal sebagai
karbohidrat dalam biokimia adalah sumber energi metabolisme, selain itu juga
merupakan hasil dari proses fotosintesis yang terjadi pada tumbuhan.
Meskipun biokimia yang pada hakekatnya merupakan spesialisasi dari
kimia organik, namun dalam perkembangannya terdapat perbedaan yang tajam
dalam penekanannya yaitu sebagai brikut:
1. Kimia organik terutama mempelajari struktur, sifat-sifat, dan fisika secara
sintesisnya baik secara alami atau rekayasa dari zat-zat kimia, bahan alam
misalnya cara pembentukan dan peran biologisnya.
2. Biokimia terutama menekankan pada proses metabolisme primer, yang
terdiri dari anabolisme (Reaksi pembentukan) dan katabolisme (Reaksi
pemecahan). Metabolisme primer yaitu keseluruhan proses sintesis dan
perombakan zat-zat penyusun utama makhluk hidup seperti polisakarida,
protein, lemak dan asam nukleat, yang dilakukan oleh organisme untuk
kelangsungan hidupnya. Biokimia meliputi sebagian proses-proses kimia
organik, bukan saja pada tumbuhan, melainkan juga pada hewan dan
makhluk hidup lainnya.
3. Biosintesa terutama mempelajari pembentukan molekul alam dari molekul
lain yang rumit strukturnya yang merupakan ciri khas pada proses-proses
anabolik dalam metabolisme.

8
5) Biokimia Dalam Mekanisme Resistensi OPT
Resistensi merupakan rintangan tunggal paling besar dalam keberhasilan
pengendalian serangga, secara kimia dan bersifat diwariskan (diturunkan).
Seringnya kontak antara serangga dengan insektisida yang digunakan untuk
pengendaliannya dapat mengakibatkan terjadinya resistensi fisiologis ini. Secara
biokimia proses terjadinya resistensi melalui tiga mekanisme dasar yang berperan
antara lain :
1. Penurunan penetrasi insektisida pada tempat aktif (saraf dan AChE),
2. Peningkatan metabolisme insektisida dengan enzim esterase, mixed
function oxidase, hidrolase, dan glutathione-s-transferase
3. Perubahan sensitivitas tempat sasaran dalam tubuh serangga, berupa
insensitivitas saraf dan insensitivitas enzim asetilkholin esterase.

Tinjauan Biokimia Terhadap Penyebab Bakteri Dapat Resisten


Resistensi adalah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel
mikroorganisme oleh antibiotika Resistensi atau kepekaan sebenarnya bukanlah
sifat yang mutlak tetapi bisa juga perubahan pada penggunaan konsentrasi
antibiotika. Sifat ini merupakan mekanisme yang alamiah untuk bertahan hidup.
Sifat re sistensi bakteri terhadap antibiotika yang terdapat pada gen maka dikenal
dengan resistensi yang disebabkan non-genetik atau disebabkan genetik. Penyebab
resistensi secara umum adalah sebagai berikut :
a. Resistensi kromosal
Bakteri sferoplas yang telah kehilangan dinding selnya maka akan resisten
terhadap antibiotik yang merusak dinding sel seperti penisilin dan sefalosporin.
Ini terjadi karena bakteri telah berubah strukturnya sehingga bakteri sebagai target
antibiotik menjadi tidak cocok.
Contoh : Bakteri Streptococcus pneumoniae merubah struktur ribosomnya
sehingga tidak dicocok lagi sebagai target antibiotik eritromisin
b. Resistensi ekstrakromosomal
Resistensi ekstrakromosomal sering disebut plasmid. Plasmid adalah
molekul DNA yang bulat/ sirkuler. Ciri-ciri plasmid :
1. Kira-kira memepunyai berat 1-3% dari kromosom bakteri
2. Berada bebas dalam sitoplasma bakteri

9
3. Adakalanya dapat bersatu ke dalam kromosom bakteri
4. Dapat melakukan replikasi sendiri secara otonom
5. Dapat pula berpindah atau dapat dipindahkan dari spesies ke spesies lain
Beberapa contoh dari plasmid adalah :
a) Faktor R (Gen Resisten)

Faktor R adalah satu golongan plasmid yang membawa gen-gen resisten


terhadap satu atau lebih antibiotik. Gen dalam plasmid yang sering kali
menyebabkan resistensi obat dengan memproduksi enzim-enzim yang dapat
merusak daya kerja obat.
Contoh : Bakteri Staphylococcus aureus pada gennya mengandung faktor
R yang terdapat gen untuk replikasi mengatur sintesis protein yang mengkode
enzim enzim β-laktamase yang dapat merusak struktur β-laktam pada penisilin.
b) Faktor F (Fili Sex)

Bakteri Gram negatif umumunya memiliki fili pada struktur tubuhnya. Fili
merupakan rambut pendek dan keras di sekililing bada sel bakteri Fili terdiri dari
subunit-subunit protein. Terdapat dua jenis fili :
1. Fili yang memegang peranan dalam adhesi kuman dengan tubuh hospes
2. Fili seks, yaitu fili yang berfungsi dalam konjugasi 2 sel bakteri.Fili seks
inilah yang berperan dalam konjugasi terhadap bakteri lain dan
memberikan gen resisten pada suatu antibiotik.

Resistensi genetik yaitu suatu keadaan mikroorganisme yang semula peka


terhadap suatu antibiotik pada suatu saat dapat berubah sifat genetiknya menjadi
tidak peka atau memerlukan konsentrasi yang lebih besar. Perubahan ini karena
gen bakteri mendapatkan elemen genetik yang terbawa sifat resistensi. Yaitu
resistensi bakteri yang terjadi karena perubahan genetik meliputi kromosom
maupun ekstra kromosom. Perubahan genetik dapat ditransfer atau dipindahkan
dari satu spesies bakteri ke spesies lainnya melalui berbagai mekanisme.
Resistensi non-genetik adalah suatu keadaan bakteri pada stadium istirahat,
sehingga bakteri tidak peka terhadap antibiotik. Atau dengan kata lain, antibiotik
yang bekerja untuk membunuh bakteri pada saat aktif pembelahan maka populasi
bakteri yang tidak berada pada fase pembelahan akan relatif resisten terhadap

10
antibiotik tersebut. Resistensi non-genetik umumnya terjadi karena perubahan
pada pertahanan tubuh bakteri itu sendiri atau perubahan struktur bakteri sehingga
tidak sesuai lagi sebagai target antibiotik (Kurnia, 2012).

11
BAB III
PENUTUP
Biokimia merupakan ilmu yang mempelaajari tentang reaksi-reaksi atau
interaksi molekul yang terjadi dalam sel hidup. Sejarah kebangkitan biokimia
diawali dengan penemuan pertama molekul enzim, diastase, pada tahun 1833 oleh
Anselme Payen hingga dibuktikannya urease oleh J. B Summer pada tahun 1926
bahwa enzim mempunyai struktur kompleks dan dapat dipelajari.
Biokimia sangat berperan dalam pelestarian lingkungan maupun
peningkatan hasil pertanian. Dalam hal ini biokimia berperan dalam meneliti
mekanisme kerja pestisida sehingga dapat meningkatkan selektivitasnya. Dengan
demikian, dapat dicegah dampak negatif terhadap lingkungan hidup yang dapat
ditimbulkannya.
Pada tumbuhan terjadi metabolisme yaitu proses anabolisme dan
katabolisme. Anabolisme contohnya fotosintesis, di mana glukosa terbentuk dari
reaksi antara CO2 dan H2O dengan bantuan klorofil dan cahaya matahari.
Sedangkan katabolisme contohnya respirasi, di mana terjadi proses penguraian
glukosa menjadi CO2 dan H2O.
Meskipun biokimia yang pada hakekatnya merupakan spesialisasi dari
kimia organik, namun dalam perkembangannya terdapat perbedaannya yang tajam
dalam penekanannya yaitu sebagai brikut :
1. Biokimia organic
2. Biokimia terutama menekankan pada proses metabolisme primer
3. Biosintesa
Resistensi merupakan rintangan tunggal paling besar dalam keberhasilan
pengendalian serangga, secara kimia dan bersifat diwariskan (diturunkan).
Seringnya kontak antara serangga dengan insektisida yang digunakan untuk
pengendaliannya dapat mengakibatkan terjadinya resistensi fisiologis ini. Secara
biokimia proses terjadinya resistensi melalui tiga mekanisme dasar yang berperan
antara lain :
a. Penurunan penetrasi insektisida pada tempat aktif (saraf dan AChE),
Peningkatan metabolisme insektisida dengan enzim esterase, mixed function
oxidase, hidrolase, dan glutathione-s-transferase

12
b. Perubahan sensitivitas tempat sasaran dalam tubuh serangga, berupa
insensitivitas saraf dan insensitivitas enzim asetilkholin esterase.

13
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Ernawati Sinaga, Ms., Apt. 2018. Biokimia Dasar. Tomang-Jakarta
Barat: PT. ISFI Penerbitan.
Murray et al. 2006. Biokimia Harper. Jakarta: EGC.
Lehninger AH. 1995. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Toha AHA. 2001. Biokimia: Metabolisme dan Biomolekul. Bandung: Alfabeta

14

Anda mungkin juga menyukai