Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“TEKNOLOGI PENGOLAHAN TANAMAN INDUSTRI PALA”

OLEH :

AISHWARA MEGHA DEWI

4519032010

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BOSOWA

MAKASSAR

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah

memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.

Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah

yang berjudul “TEKNOLOGI PENGOLAHAN TANAMAN INDUSTRI PALA”

dengan tepat waktu.

Semoga makalah ini dapat menambah ilmu untuk para pembaca.

Meski penulis telah menyusun makalah ini dengan maksimal, tidak

menutup kemungkinan masih banyak kekurangan. Penulis menyadari

makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan

saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan

makalah ini. Penulis juga

Makassar, Maret 2021

Penulis

DAFTAR ISI

Hal.

i
KATA PENGANTAR.....................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1 Latar belakang................................................................................1

1.2 Tujuan.............................................................................................4

1.3 Manfaat...........................................................................................4

BAB II KAJIAN PUSTAKA .........................................................................5

2.1 Tanaman Pala.................................................................................5

2.2 Manfaat dan bentuk dari Tanaman Pala........................................6

2.3 Standar mutu Tanaman Pala .........................................................9

2.4 Gambaran ekspor dan prospeknya .............................................10

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN........................................................12

3.1 Kesimpulan...................................................................................12

3.2 Saran.............................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................14

LAMPIRAN................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tanaman pala (Myristica fragrans houtt) adalah tanaman asli

Indonesia yang berasal dari pulau Banda. Tanaman ini merupakan

tanaman keras yang dapat berumur panjang hingga lebih dari 100

tahun. Tanaman pala tumbuh dengan baik di daerah tropis, selain di

Indonesia terdapat pula di Amerika, Asia dan Afrika. Pala termasuk

famili Myristicaceae yang terdiri atas 15 genus (marga) dan 250

species (jenis). Dari 15 marga tersebut 5 marga di antaranya berada

di daerah tropis Amerika, 6 marga di tropis Afrika dan 4 marga di

tropis Asia (Rismunandar 1990). Tanaman pala merupakan

tumbuhan berbatang sedang dengan tinggi mencapai 18 m, memiliki

daun berbentuk bulat telur atau lonjong yang selalu hijau sepanjang

tahun. Pohon pala dapat tumbuh di daerah tropis pada ketinggian di

bawah 700 m dari permukaan laut, beriklim lembab dan panas, curah

hujan 2.000-3.500 mm tanpa mengalami periode musim kering

secara nyata. Daerah penghasil utama pala di Indonesia adalah

Kepulauan Maluku, Sulawesi Utara, Sumatra Barat, Nanggroe Aceh

Darusalam, Jawa Barat dan Papua.

1
Pala dikenal sebagai tanaman rempah yang memiliki nilai

ekonomis dan multiguna karena setiap bagian tanaman dapat

dimanfaatkan dalam berbagai industri. Biji, fuli dan minyak pala

merupakan komoditas ekspor dan digunakan dalam industri

makanan dan minuman. Minyak yang berasal dari biji, fuli dan daun

banyak digunakan untuk industri obat-obatan, parfum dan kosmetik.

Buah pala berbentuk bulat berkulit kuning jika sudah tua, berdaging

putih. Bijinya berkulit tipis agak keras berwarna hitam kecokelatan

yang dibungkus fuli berwarna merah padam. Isi bijinya putih, bila

dikeringkan menjadi kecokelatan gelap dengan aroma khas. Buah

pala terdiri atas daging buah (77,8%), fuli (4 %), tempurung (5,1%)

dan biji (13,1%) (Rismunandar, 1990). Secara komersial biji pala dan

fuli (mace) merupakan bagian terpenting dari buah pala dan dapat

dibuat menjadi berbagai produk antara lain minyak atsiri dan

oleoresin. Produk lain yang mungkin dibuat dari biji pala adalah

mentega pala yaitu trimiristin yang dapat digunakan untuk minyak

makan dan industri kosmetik (Somaatmaja, 1984). Daging buah pala

dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi manisan, asinan, dodol,

selai, anggur dan sari buah (sirup) pala.

Pala merupakan salah satu komoditas ekspor yang penting

karena Indonesia merupakan negara pengekspor biji dan fuli pala

terbesar yaitu memasok sekitar 60% kebutuhan pala dunia. Selain

sebagai komoditas ekspor, kebutuhan dalam negeri juga cukup

2
tinggi. Produksi pala Indonesia sekitar 19,9 ribu ton per tahun. Luas

areal tanaman pala semakin meningkat dari tahun ke tahun dan

pada tahun 2005 mencapai 68.691 ha.

3
1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Tanaman Pala.

2. Untuk mengetahui apa saja Manfaat dan bentuk dari Tanaman

Pala.

3. Untuk mengetahu Standar Mutu Tanaman Pala.

4. Untuk mengetahui Gambaran Ekspor dan Prospek dari

Tanaman Pala.

1.3 Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk lebih mengenal

tentang tanaman Industri Pala dan untuk menambah pengetahuan

bahwa Tanaman Pala memiliki banyak kegunaan dan manfaat, tetapi

hanya sedikit orang yang mengetahuinya.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Pala

Tanaman ini berasal dari pulau Banda dan sekarang sudah


menyebar ke daerah-daerah lain Indonesia, bahkan sampai di
Grenada, Amerika Tengah dan lain-lain. Jenis ini sampai sekarang
masih merupakan jenis yang unggul utama di Indonesia, tumbuh
baik di daerah pegunungan dengan ketinggian kurang dari 700 meter
dari permukaan laut. Jenis ini membentuk pohon yang tingginya lebih
dari 18 meter dan berdiameter 30-45 cm.

Buah untuk keperluan rempah biasa dipetik pada umur 9 bulan


sejak mulai persarian bunga. Buahnya berbentuk peer, lebar,
ujungnya meruncing, kulitnya licin, berdaging dan cukup banyak
mengandung air. Jika sudah masak petik warnanya kuning pucat dan
membelah dua, kemudian jatuh. Biji pala tunggal, berkeping dua,
dilidungi oleh tempurung, walaupun tidak tebal tapi cukup keras.
Bentuk biji bulat telur hingga lonjong, mempunyai tempurung
berwarna coklat tua dan licin permukaannya bila sudah cukup tua
dan kering. Namun bila buah masih muda atau setengah tua, setelah
dikeringkan warnanya menjadi coklat muda di bagian bawah dan
coklat tua di bagian atasnya dengan permukaan yang keriput dan
beraluran.

Biji dan fuli yang berasal dari buah yang cukup tua
dimanfaatkan sebagai rempah, sedangkan yang berasal dari buah
yang muda dimanfaatkan sebagai bahan baku minyak pala karena
kandungan minyak atsirinya yang jauh lebih tinggi daripada biji yang
berasal dari buah yang tua. Pada buah muda (umur 4–5 bulan) kadar

5
minyak atsiri berkisar antara 8–17% atau rata-rata 12%
(Rismunandar, 1990).

Tempurung biji diselubungi oleh selubung biji yang berbentuk


jala, merah terang warnanya. Selubung biji atau aril ini disebut fuli
atau bunga pala. Fuli dari buah pala yang belum matang petik
warnanya kuning pucat, bila dikeringkan akan menjadi coklat muda.
Fuli dari buah yang matang petik berwarna merah cerah, bila
dikeringkan akan menjadi merah coklat, namun dalam penyimpanan
yang lama dapat berubah menjadi kuning tua hingga kuning jerami.
Seluruh bagian dari buah pala yang terdiri dari daging, fuli dan bijinya
dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, Diantara produk pala,
yang paling dikenal di pasaran dunia adalah fuli dan biji digunakan
sebagai rempah dan minyak pala yang biasa digunakan untuk obat-
obatan.

2.2 Manfaat dan bentuk dari Tanaman Pala

Gambar 1.1 Bentuk tanaman pala

Dari seluruh bagian tanaman pala yang mepunyai nilai

ekonomis adalah buahnya yang terdiri dari empat bagian yaitu

6
daging buah, fuli, tempurung dan biji. Daging buah pala cukup tebal

dan beratnya lebih dari 70% dari berat buah, berwarna putih

kekuning-kuningan, berisi cairan bergetah yang encer, rasanya sepet

dan mempunyai sifat astringensia. Oleh karena itu jika buah masih

mentah, daging buah pala tidak bisa dikonsumsi langsung tetapi

dapat diolah menjadi berbagai produk pangan.

Setiap 100 g daging buah pala mengandung air sekitar 10 g,

protein 7 g, lemak 33 g, minyak yang menguap (minyak atsiri)

dengan komponen utama monoterpen hidrokarbon (61 - 88% seperti

alpha pinene, beta pinene, sabinene), asam monoterpenes (5 -

15%), aromatik eter (2-18% seperti myristicin, elemicin, safrole).

Komposisi kimia buah pala dari Banda dapat dilihat pada Tabel 2.

Minyak pala dan fuli digunakan sebagai penambah flavor pada

produk-produk berbasis daging, pikel, saus, dan sup, serta untuk

menetralkan bau yang tidak menyenangkan dari rebusan kubis

(Lewis dalam Librianto, 2004). Pada industri parfum, minyak pala

digunakan sebagai bahan pencampur minyak wangi dan penyegar

ruangan. Sebagai obat, biji pala bersifat karminatif (peluruh angin),

stomakik, stimulan, spasmolitik dan antiemetik (anti mual) (Weil,

1966). Minyak pala juga digunakan dalam industri obat-obatan

sebagai obat sakit perut, diare dan bronchitis. Sedangkan menurut

Chevallier, (2001) pala berguna untuk mengurangi flatulensi,

meningkatkan daya cerna, mengobati diare dan mual. Selain itu juga

7
untuk desentri, maag, menghentikan muntah, mulas, perut kembung

serta obat rematik. Senyawa aromatic

myristicin, elimicin, dan safrole sebesar 2-18% yang terdapat pada

biji dan bunga pala bersifat merangsang halusinasi. Memakan

maksimum 5 gram bubuk atau minyak pala mengakibatkan

keracunan yang ditandai dengan muntah, kepala pusing dan mulut

kering (Weiss,1997; Rudglev, 1998; Fras dan Binghamton, 1969;

Samiran, 2006), menurut Jukic et al. (2006), komponen myristisin

dan elimisin mempunyai efek intoksikasi. Di beberapa negara Eropa,

biji pala digunakan dalam dosis kecil sebagai bumbu masakan

daging dan sup. Fulinya lebih disukai digunakan dalam penyedap

masakan, acar, dan kecap. Menurut Rismunandar (1990), minyak

atsiri dalam daging buah pala mengandung komponen myristicin dan

monoterpen. Komponen myristicin dalam daging buah pala dapat

menimbulkan rasa kantuk.

Minyak pala sebagai bahan penyedap pada produk makanan

dianjurkan memakai dosis sekitar 0,08%, karena dalam dosis yang

lebih tinggi dapat menyebabkan keracunan. Minyak ini memiliki

kemampuan lain, yaitu dapat mematikan serangga (insektisidal),

antijamur (fungisidal), dan antibakteri. Selain itu evalusi terhadap

karakteristik antioksidan dari biji pala telah diteliti oleh Jukic et al

(2006) dengan pembanding BHT, asam askorbat dan α-tokoferol.

8
Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri biji pala

mempunyai sifat antioksidan yang kuat. Aktivitas antioksidan

tersebut disebabkan sinergisme di antara komponen-komponen

minyak atsiri tersebut.

Akhir-akhir ini ada perkembangan baru pemanfaatan minyak

atsiri pala, yaitu sebagai bahan baku dalam aromaterapi. Dilaporkan

bahwa komponen utama pala dan fuli yaitu myristicin, elemicin dan

iso elemicin dalam aromaterapi bersifat menghilangkan stress. Di

Jepang, beberapa perusahaan menyemprotkan aroma minyak pala

melalui sistem sirkulasi udara untuk meningkatkan kualitas udara

dan lingkungan. Untuk tujuan yang sama akhir-akhir ini banyak

dijumpai penggunaannya dalam bentuk lain yaitu dalam bentuk

potpourri, lilin beraroma, atomizer dan produk-produk pewangi

lainnya. Di Amerika Serikat pemasaran produkproduk pewangi dari

pala tersebut mencapai nilai 500 juta USD

2.3 Standar Mutu Tanaman Pala

Biji pala mutu baik mengandung minimum 25% ekstrak eter


tidak mudah menguap, maksimum 10% serat kasar dan maksimum
5% kadar abu. Sedangkan untuk fuli disyaratkan maksimum 0,5%
kadar abu tidak larut dalam asam dan kandungan eter tidak mudah
menguap berkisar antara 20 – 30% (Lewis dalam Librianto, 2004).

9
Standar mutu diperlukan untuk meningkatkan mutu biji dan fuli pala
dalam dunia perdagangan. Standar fuli menurut SNI 01-0007-1993
terdiri atas lima jenis yaitu:

- Mutu whole I (mutu utuh I): utuh dan pecahan besar, sampai
sekitar 1/3 dari utuh, warna kuning atau kuning kemerahan sampai
merah. Kontaminasi jamur maksimum 5% (bobot/bobot)

- Mutu whole II (mutu utuh II): utuh dan pecahan besar, sampai
kira-kira 1/3 dari utuh, berwarna gelap/buram. Kontaminasi jamur
maksimum 5%

- Mutu gruis/broken I (mutu pecah I): pecah-pecah dengan ukuran


sampai minimum 1/12 dari yang utuh, berwarna kuning, kuning atau
kuning kemerah-merahan sampai merah, kontaminasi maksimum 5
%

- Mutu gruis/broken II (mutu pecah II): pecah-pecah dengan


ukuran sampai minimum 1/12 dari yang utuh, berwarna buram atau
kuning dan atau kemerah-merahan.

- Black mace (fuli hitam): yang tidak termasuk whole (utuh), gruis
(pecah) yang berwarna gelap hampir hitam

2.4 Gambaran Ekspor dan Prospeknya

Indonesia merupakan negara pengekspor biji pala dan fuli


terbesar di pasaran dunia (sekitar 60%), dan sisanya dipenuhi dari
negara lainnya seperti Grenada, India, Srilangka dan Papua New
Guinea. Permintaan ekspor terhadap produk dari pala yang terbesar
adalah biji pala kering (nutmeg in shell dan nutmeg shelled), fuli
(mace) dan minyak pala (essential oil of nutmegs). Permintaan
terhadap fuli, biji dan minyak pala relatif stabil pada periode antara

10
tahun 1996-2001. Khususnya permintaan biji pala tanpa tempurung
terus mengalami peningkatan. Volume dan nilai ekspor biji pala dari
2001 sampai 2004 cenderung meningkat. Produksi biji pala untuk
ekspor sebagian besar berasal dari petani. Data ekspor biji pala
tahun 1998 adalah sebesar 5.197.590 kg yang dipasok dari
perkebunan sebanyak 2.023.347 kg atau sekitar 39%, sisanya 61%
dipasok dari petani. Rata-rata produksi pala dunia diperkirakan
berkisar antara 10.000 – 20.000 ton per tahun, dengan permintaan
tahunan berkisar antara 9.000 ton. Sedangkan produksi fuli berkisar
antara 1.500 – 2.000 ton. Produk dari pala (biji, fuli dan minyak pala)
telah diekspor ke lebih dari 30 negara. Adapun negara-negara
pengimpor utama produk pala antara lain adalah Singapura,
Belanda, Hongkong, Jepang, Belgia, Malaysia, Amerika Serikat,
Perancis, India, Italia, Jerman, dan Thailand. Ekspor biji pala
gelondongan ke Singapura pada tahun 2003 mencapai 1.083 ton
senilai 3,939,000 USD. Sedangkan untuk minyak pala terutama
diekspor ke USA, Spanyol, Singapura dan Inggris. Di antara
produkproduk pala yang diekspor pada tahun 2004, ekspor dalam
bentuk biji pala kupas paling tinggi dibanding bentuk lainnya yang
mencapai 8.057 ton, selanjutnya berturut-turut adalah fuli, gelondong
dan minyak pala, dengan volume masing-masing 3.270 ton, 2912 ton
dan 955 ton. Volume ekspor minyak pala cukup besar yaitu
mencapai 11,165,000 USD, sedangkan untuk biji pala mencapai
20,672,000 USD. Pala mempunyai prospek yang baik karena selalu
dan akan selalu dibutuhkan secara kontinyu baik dalam industri
makanan, minuman, obat-obatan dan lain-lain. Sampai saat ini,
kebutuhan dalam negeri untuk pala juga cukup tinggi

11
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Tanaman ini berasal dari pulau Banda dan sekarang sudah


menyebar ke daerah-daerah lain Indonesia, bahkan sampai di
Grenada, Amerika Tengah dan lain-lain. Jenis ini sampai sekarang
masih merupakan jenis yang unggul utama di Indonesia, tumbuh
baik di daerah pegunungan dengan ketinggian kurang dari 700 meter
dari permukaan laut. Jenis ini membentuk pohon yang tingginya lebih
dari 18 meter dan berdiameter 30-45 cm.

Dari seluruh bagian tanaman pala yang mepunyai nilai


ekonomis adalah buahnya yang terdiri dari empat bagian yaitu
daging buah, fuli, tempurung dan biji. Daging buah pala cukup tebal
dan beratnya lebih dari 70% dari berat buah, berwarna putih
kekuning-kuningan, berisi cairan bergetah yang encer, rasanya sepet
dan mempunyai sifat astringensia. Oleh karena itu jika buah masih
mentah, daging buah pala tidak bisa dikonsumsi langsung tetapi

12
dapat diolah menjadi berbagai produk pangan. Setiap 100 g daging
buah pala mengandung air sekitar 10 g, protein 7 g, lemak 33 g,
minyak yang menguap (minyak atsiri) dengan komponen utama
monoterpen hidrokarbon (61 - 88% seperti alpha pinene, beta
pinene, sabinene), asam monoterpenes (5 - 15%), aromatik eter (2-
18% seperti myristicin, elemicin, safrole). Komposisi kimia buah pala
dari Banda dapat dilihat pada Tabel 2. Minyak pala dan fuli
digunakan sebagai penambah flavor pada produk-produk berbasis
daging, pikel, saus, dan sup, serta untuk menetralkan bau yang tidak
menyenangkan dari rebusan kubis (Lewis dalam Librianto, 2004).
Pada industri parfum, minyak pala digunakan sebagai bahan
pencampur minyak wangi dan penyegar ruangan. Sebagai obat, biji
pala bersifat karminatif (peluruh angin), stomakik, stimulan,
spasmolitik dan antiemetik (anti mual).

3.2 Saran

Demikian makalah yang dapat kami sajikan. Kritik dan saran

sangat kami harapkan demi perbaikan selanjutnya. Semoga makalah

ini dapat menambah khasanah pengetahuan bagi semua.

3.1

13
DAFTAR PUSTAKA

Weil, A.T., 1966. The use of Nutmeg as a Psychotropic Agent. Buletin on

Narcotica, Issue 4-002.

Weiss, E.A. 1997. Essential Oil Crops Chapter 7: Myristicaceae.

Somaatmadja, D. 1984. Penelitian dan Pengembangan Pala dan Fuli.


Komunikasi No. 215. BBIHP. Bogor. 12 hal

Rismunandar, 1990. Budidaya dan Tataniaga pala. PT. Penebar


Swadaya. Jakarta. Cetakan kedua.

Rudglev, R. (1998). Nutmeg. The Encyclopedia of Psychoactive


Substances. http://www.moodfoods.com/nutmeg/index.html

Samiran, 2006. Cara alami mengundang kantuk. Majalah Intisari. Edisi


No.517 ; XLIII. http://www.intisari-online.com

Fras, I. and M.D. Binghamton 1969. Hallucinogenic Effects of Nutmeg in


Adolescent. New York State Journal of Medicine, 69; 468-465.

14
LAMPIRAN

Tanaman Pohon Pala

15

Anda mungkin juga menyukai