Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR BUDIDAYA TANAMAN


Media Tanam dan Bahan Tanam

Nama
Nim
Kelompok
Asisten

: Fikriyah Nuril Fiddin


: 125040201111018
: F1
: Isa Apri Adi

Program Studi Agroekoteknologi


Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya
Malang
2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk memulai suatu budidaya tanaman diperlukan adanya bahan tanam dan media
tanam. Bahan tanam adalah bagian dari tanaman yang digunakan untuk memulai suatu
budidaya pertanian . Bahan tanam dapat berupa bibit atau benih. Benih adalah biji yang telah
medapatkan perlakuan dan merupakan hasil dari penggabungan dua gamet. Perbanyakan
melalui benih biasa disebut dengan perbanyakan generatif. Bahan tanam yang lain adalah
bibit yang merupakan suatu tanaman muda. Jika ingin mendapatkan hasil produksi yang
optimal, maka diperlukan pemilihan bibit atau benih yang unggul dan sesuai dengan media
tanam dan kebutuhan tanman tersebut.
Hal lain yang harus diperhatikan dalam memulai suatu budidaya tanaman adalah media
tanam. Media tanam merupakan tempat suatu tamanan ditumbuhkan. Media tanam sangat
berperan karena fungsinya yang menyediakan nutrisi bagi tanaman, tempat berkembangnya
perakaran, tempat tersedianya air serta penompang tanaman agar tumbuh tegak. Media tanam
dapat berupa media tanam organik seperti cocopeat, arang sekam, batang pakis, kompos dll.
Dapat pula berupa media tanam anorganik, seperti gel/hidrogel, pasir, kerikil, pecahan batu
bata, spons, dll. Semua dari macam bahan tanan harus disesuaikan dengan kebutuhan tanaman
yang akan ditanam. Jika ingin mendapatkan hasil produksi yang optimal harus dipilih media
tanam dan bahan tanamnya yang sesuai dan saling melengkapi, karena media tanam dan
bahan tanam tidak dapat dipisahkan.
Untuk itu pembahasan lebih lanjut tentang media tanam dan bahan tanam perlu dibahas
dalam laporan ini.

1.2 Tujuan
Mengetahui pengertian media tanam
Mengetahui pengertian bahan tanam
Mengetahui macam-macam media tanam non tanah dan sifatnya
Mengetahui fungsi media tanam
Mengetahui pengertian perkecambahan
Memahami proses pemecahan dormansi secara alami dan kimia
Mengetahui macam-macam tipe perkecambahan
Mengetahui pengertian perbanyakan vegetatif dan generatif
Mengetahui macam-macam perkembangbiakan vegetatif
Mengetahui kelebihan dan kekurangan perbanyakan vegetatif dan generatif
Mengetahui faktor yang mempengaruhi keberhasilan perbanyakan vegetatif

1.3 Manfaat
Mahasiswa mampu memahami segala sesuatu tentang media tanam dan bahan
tanam
Mahasiswa mampu memahami segala sesuatu tentang perkecambahan
Mahasiswa mampu memahami segala sesuatu tentang perkembang biakan
vegetatif dan generatif

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Media Tanam

Media Tanam Adalah tempat untuk hidup/tumbuh bagi tanaman misalnya tanah, arang sekam
dll.
(Zulkarnain,2009)
Media tanam merupakan tempat tanaman hidup, media tanam harus dapat menjaga
kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan
unsur hara.
(Redaksi Ps, 2007)

2.2 Pengertian Bahan Tanam

Bahan Tanam Adalah bahan yang digunakan untuk memulai kehidupan baru dari
suatu tanaan tertentu, bahan tanam dapat berupa benih, bibit dan biji.
(Danoesastro,1984)
Bahan tanam adalah dari pohon yang digunakan untuk memperbanyak tanaman, baik
untuk perbanyakan vegetatif maupun perbanyakan generatif. Bahan tanam harus
berasal dari pohon induk yang sehat dan telah diketahui silsilahnya, mudah
dikembangkan produktivitas tinggi, berbatang kekar tumbuh normal serta memiliki
perakaean kuat dan rimbum.
(Redaksi Agromedia, 2010)

2.3 Macam-macam Media Non-Tanah dan Sifatnya


1.

2.

Media Tanam Organik


Arang
Arang bisa berasal dari kayu atau batok kelapa. Media tanam ini sangat
cocok digunakan untuk tanaman anggrek di daerah dengan kelembapan
tinggi. Hal itu dikarenakan arang kurang mampu mengikat air dalam
jumlah banyak. Keunikan dari media jenis arang adalah sifatnya yang
bufer (penyangga).
Kompos
Kompos merupakan media tanam organik yang bahan dasarnya berasal
dari proses fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti jerami, sekam,
daun, rumput, dan sampah kota.
Moss
Moss yang dijadikan sebagai media tanam berasal dari akar paku-pakuan.
Media ini mempunyai banyak rongga sehingga memungkinkan akar
tanaman tumbuh dan berkembang dengan leluasa.
Cocopeat
Sabut kelapa atau coco peat merupakan bahan organik alternatif yang
dapat digunakan sebagai media tanam.
Sekam Padi
Sekam padi adalah kulit biji padi (Oryza sativa) yang sudah digiling.
Sekam padi yang biasa digunakan bisa berupa sekam bakar atau sekam
mentah (tidak dibakar). Sekam bakar dan sekam mentah memiliki tingkat
porositas yang sama.
Media Tanam Anorganik
Gel
Gel atau hidrogel adalah kristal-kristal polimer yang sering digunakan
sebagai media tanam bagi tanaman hidroponik. Penggunaan media jenis
ini sangat praktis dan efisien karena tidak perlu repot-repot untuk

mengganti dengan yang baru, menyiram, atau memupuk. Keunggulan


lain dari gel yaitu tetap cantik meskipun bersanding dengan media lain.
Pasir
Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk
menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan
sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih,
pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang tanaman.
Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit
tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media
lain. Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam
penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media
tanam.
Kerikil
Penggunaan media ini akan membantu peredaran larutan unsur hara dan
udara serta pada prinsipnya tidak menekan pertumbuhan akar. Kelebihan
kerikil sintesis dibandingkan dengan kerikil biasa adalah kemampuannya
yang cukup baik dalam menyerap air. Selain itu, sistem drainase yang
dihasilkan juga baik sehingga tetap dapat mempertahankan kelembaban
dan sirkulasi udara dalam media tanam. Namun, kerikil memiliki
kemampuan mengikat air yang relatif rendah sehingga mudah basah dan
cepat kering jika penyiraman tidak dilakukan secara rutin.
Pecahan Batubata
Semakin kecil ukurannya, kemampuan daya serap batu bata terhadap air
maupun unsur hara akan semakin balk. Selain itu, ukuran yang semakin
keeil juga akan membuat sirkulasi udara dan kelembapan di sekitar akar
tanaman berlangsung lebih baik.Hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan media tanam ini adalah kondisinya yang miskin hara. Oleh
karena itu, penggunaan media ini perlu ditambahkan dengan pupuk
kandang yang komposisi haranya disesuaikan dengan kebutuhan
tanaman.Walaupun miskin unsur hara, media pecahan batu bata tidak
mudah melapuk. Dengan demikian, pecahan batu bata cocok digunakan
sebagai media tanam di dasar pot karena memiliki kemampuan drainase
dan aerasi yang baik.
Gabus(Styrofoam)
Styrofoam merupakan bahan anorganik yang terbuat dari kopolimer
styren yang dapat dijadikan sebagai alternatif media tanam. Styrofoam
sering digunakan sebagai campuran media tanam untuk meningkatkan
porositas media tanam.
( Ngadiyanto,2010)

GEL

KERIKIL

(Anonymous, 2013)
2.4 Fungsi Media Tanam
Tempat berdiri tegak tanaman
Cukup kuat memegang tanaman agar tetap tegak (media cukup berat atau diperlukan
penyangga) Ada keseimbangan ukuran tanaman dan BD (Bulk Density = Kerapan
Massa) media.
Suplai Nutrisi/Hara
Total suplai dibatasi oleh ukuran wadah.Oleh karena itu media seharusnya memeliki
CEC yg tinggi.pH dalam keadaan optimum.
Tempat Suplai Air
Porositas yg baik akan menyediakan air dan oksigen yg cukup bagi pertumbuhan
tanaman.Aerasi yg baik akan memperlancar respirasi dan menjamin pergerakan CO2
untuk dapat keluar dari media.
(Bambang . 2010)
2.5 Pengertian Perkecambahan dan Proses Pemecahan Dormansi secara Alami dan Kimia
Perkecambahan (Ing. germination) merupakan tahap awal perkembangan suatu
tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang
semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang
menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal
sebagai kecambah.
( Li et al,2007).
Proses Pemecahan Dormansi
Benih merupakan komponen teknologi kimiawi-biologis pada setiap musim tanam
untuk komoditas tanaman pangan. Benih dari segi teknologi diartikan sebagai
organisme mini hidup yang dalam keadaan istirahat atau dorman yang tersimpan
dalam wahana tertentu yang digunakan sebagai penerus generasi.
Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup
atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung
pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi atas keadaan
fisik atau lingkungan tertentu.
Pemicu dormansi dapat bersifat mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi.
Selain itu, dormansi dapat dipandang sebagai salah satu keuntungan biologis dari benih
dalam mengadaptasikan siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan lingkungannya,
baik musim maupun variasi-variasi yang kebetulan terjadi. Bila suatu benih berada

dalam suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi lingkungan
mendukung untuk terjadinya perkecambahan, itu juga berarti benih dalam keadaan
dorman.
Sebagian besar benih menunjukkan perilaku ini. Penanaman benih secara normal
tidak menghasilkan perkecambahan atau hanya sedikit perkecambahan. Perlakuan
tertentu perlu dilakukan untuk mematahkan dormansi sehingga benih menjadi tanggap
terhadap kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan. Bagian tumbuhan yang lainnya
yang juga diketahui berperilaku dorman adalah kuncup.
Ciri-ciri benih yang mengalami dormansi ditandai oleh rendahnya/tidak adanya
proses imbibisi air, proses respirasi tertekan/terhambat, rendahnya proses mobilisasi
cadangan makanan, dam rendahnya proses metabolisme cadangan makanan.
Dormansi biji terbagi menjadi dua yaitu dormansi fisik dan fisiologis. Dormansi fisik
disebabkan oleh impermeabilitas kulit biji terhadap air, resistensi mekanis kulit biji
terhadap pertumbuhan embrio dan adanya zat penghambat. Sedangkan dormansi
fisiologi merupakan keadaan dimana embrio yang belum sempurna pertumbuhannya
atau belum matang. Maka dari itu, untuk mematahkan dormansi benih dapat dilakukan
beberapa teknik untuk pematahan yaitu dengan menggunakan air panas, perlakuan
mekanis (skarifikasi) maupun perlakuan kimia.
(Sri Lestari, 2009).
2.6 Macam- macam Tipe Perkecambahan
2.6.1. Perkecambahan Hipogeal
Perkecambahan Hipogeal adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil sehingga
menyebabkan plumula keluar dan menembus pada bijinya yang nantinya akan
muncul di atas tanah, sedangkan kotiledonnya masih tetap berada di dalam tanah.

2.6.2. Perkecambahan Epigeal


Perkecambahan Epigeal adalah pertumbuhan memanjang yang mengakibatkan
kotiledon dan plumula sampai keluar ke permukaan tanah, sehingga kotiledon
terdapat di atas tanah.

(Lestari. 2009)

2.7 Penjelasan Perbanyakan Vegetatif dan Generatif


Perbanyakan vegetatif dimana mengambil bahan tanam dari organ tubuh
tanaman induk yang merupakan hasil pertumbuhan tanaman (bagian generatif) dan
sifat dari keturunannya pasti sama dengan induknya.
(Deden.2008)
Perbanyakan generatif, mengacu pada suatu pengertian perkawinan antara 2
tanaman induk yang terpilih melalui organ bunga pada salah satu induk, kemudian
terjadi penyerbukan dan menjadi buah dengan kandungan biji di dalamnya.
( Tim Dosen, 2013)
2.8 Macam- macam Perkembangbiakan Vegetatif
2.8.1 Perbanyakan vegetative alami

2.8.2

Stolon
Batang yang menebal dan tumbuh secara horizontal sepanjang atau tumbuh di
bawah permukaan tanah dan pada intervaltertentu memunculkan tunas ke
permukaan tanah.
Corm
Pangkal batang yang membengkok dan memadat serta mengandung cadangan
makanan. Pada dasarnya cormus terdapat lubang tempat tumbuhnya akar
sedangkan di bagian atas (ujung) terdapat mata tunas.
Bulb (Umbi lapis)
Bahan tanaman yang terdiri dari suatu batang dan pipih yang pendek berbentuk
cawan dikelilingi sisik yang merupakan struktur seperti daun berdaging, sisik ini
menutupi tunas (titik tumbuh).
Tuber (Umbi batang)
Batang yang mempunyai daging tebal yang terdapat di dalam tanah yang
mengandungbeberapa mata tunas.
Rhizome
Akar rimpang yang memiliki mata tunas baru dan tiap mata tunas akan
membengkok sebagai cadangan energy.
Anakan
Hasil pembiakan vegetative induk yang berkembang sendiri yang tumbuh di dekat
tanaman induk.
(puspitta,2011)
Perbanyakan vegetative buatan
1. Tanpa perbaikan sifat
Setek (cutting)
Setek diartikan sebagai suatu perlakuan pemisahan/pemotongan beberapa
bagian tanaman, seperti daun, tunas,batang, agar bagian-bagian tanaman
tersebut membentuk ajar atau tanaman baru.
Cangkok
Cangkok adalah suatu cara perbanyakan vegetative tanaman dengan
membiarkan suatu bagian tanaman menumbuhkan akar sewaktu bagian
tersebut masih tersambung dengan tanaman induk. Suatu bagian batang
(biasanya ujung) dikerat kulitnya hingga terlihat kayu. Bagian yang terbuka
ini lalu dibungkus dengan bahan yang dapat menyimpan air dan kemudian
dibebat dengan bahan kedap air. Setelah beberapa minggu kar telah terbentuk
dan anakan dipisah dari pohon induk.

2. Dengan perbaikan sifat

Okulasi
Okulasi adalah menempelkan mata tunas tanaman lain kepada batang muda
dan dari varietas yang sama, atau antara varietas dalam spesies.
Macam okulasi, yaitu : Okulasi bentuk batang, kotak, atau persegi, okulasi
bentuk T, kulasi bentuk miring.
Grafting (sambung tunas)
Seni menyambung dua jaringan tanaman hidup sedemikian rupa sehingga
keduanya bergabung dan tumbuh serta berkembang sebagai salah stu tanaman
gabungan.
Macam grafting, yaitu : side graft, cleft graft, wdge, notch or saw-kerf graft,
bark graft, approach graft, dan top working.
(Dosen pemuliaan tanaman,2012)

2.9 Keuntungan Perbanyakan Vegetatif dan Generatif


Cara pebanyakan tanaman buah dapat di golongkan menjadi dua bagian yaitu
perbanyakan generatif dan perbanyakan vegetatif.

Perbanyakan generatif (biji)


Keuntungan :
-. Sistem perakaran lebih kuat
-. lebih mudah di perbanyak
-. jangka waktu berbuah lebih panjang
Kelemahan :
-. waktu untuk mulai berbuah lebih lama
-. sifat turunan tidak sama dengan induk
-. ada banyak jenis tanaman produksi benihnya sedikit atau benihnya sulit untuk
berkecambah

Perbanyakan Vegetatif
Keuntungan :
-. lebih cepat berbuah
-. sifat turunan sesuai dengan induk
-. dapat digabung sifat-sifat yang diinginkan
Kelemahan :
-. perakaran kurang baik
-. lebih sulit di kerjakan karena membutuhkan keahlian tertentu
-. jangka waktu berubah menjadi pendek
( Tughino,2012)

2.10 Faktor yang Mempengaruhi Perbanyakan Vegetatif


a) Faktor Ekstern:
1. Faktor Suhu / Temperatur Lingkungan
Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang,
reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman.Suhu yang baik bagi
tumbuhan adalah antara 22 derajat celcius - 37 derajat celcius. Temperatur yang
lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan
yang lambat atau berhenti.

2. Faktor Kelembaban / Kelembapan Udara


Kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan
tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan di mana tumbuhan
dapat mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang akan
berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat.
3. Faktor Cahaya Matahari
Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis
(khususnya tumbuhan hijau).Jika suatu tanaman kekurangan cahaya matahari, maka
tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu kekuning-kuningan
(etiolasi).Pada kecambah, justru sinar mentari dapat menghambat proses
pertumbuhan.
4.jamur dan bakteri (biasanya sangat peka terhadap keadaan yang lembab, bahan
tanam yang terlukai sangat rawan terhadap serangan jamur dan bakteri sehingga
menyebabkan kebusukan)
b) Faktor Intern :
1. Faktor Hormon
Hormon pada tumbuhan juga memegang peranan penting dalam proses
perkembangan dan pertumbuhan seperti hormon auksin untuk membantu
perpanjangan sel, hormon giberelin untukpemanjangan dan pembelahan sel,
hormon sitokinin untuk menggiatkan pembelahan sel dan hormon etilen untuk
mempercepat buah menjadi matang.
( Vega,2011)

BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat, Bahan dan Fungsi
1. Polibag
: sebagai tempat media tanam
2. Cangkul
: untuk menggali tanah
3. Sekop
: sebagai alat bentu mengisi polibag dengan media tanam
4. Kamera
: untuk mendokumentasikan objek pengamatan
5. Penggaris
: mengukur tinggi tanaman
6. Alat tulis
: mencatat hasil pengamatan
7. Timbangan
: mengukur kapasitas aie lapang
8. Pisau
: memotong dan melukai bahan tanam
9. Modul DBT
: sebagia acuan praktikum
10. Benih jagung
: sebagai bahan tanam
11. Bibit gladiol
: sebagai bahan tanam
12. Benih kedelai
: sebagai bahan tanam
13. Benih kacang panjang : sebagai bahan tanam
14. Daun cocor bebek
: sebagai bahan tanam
15. Batang tebu
: sebagai bahan tanam
16. Tanah
: sebagai media tanam
17. Pupuk kandang
: sebagai media tanam
18. Kompos
: sebagai media tanam
19. Cocopeat
: sebagai media tanam
20. Grajen
: sebagai media tanam
21. Arang sekam
: sebagai media tanam
22. Pacahan batubata
: sebagai media tanam
23. Kerikil
: sebagai media tanam
24. Air
: untuk menyiram tanaman.
25. Pasir
: Sebagai Media tanam

3.2 Cara Kerja


siapkan alat dan bahan

isi polibag dengan media tanam hingga 2/3 bagian polibag

tiap 1 jenis media tanam diisikan ke polibag sebanyak 6 polibag

ukur kapasitas air lapang

tanam bibit kedalam media tanam sedalam 2cm, untuk biji-bijian (jagung,kedelai,kacang
panjang) tiap luabang diisi 2 bibit.

siram dengan air

amati pertumbuhan biji setiap minggunya selama 1 bulan. Dan siram tanamn seminggu
2x selama 1 bulan.

dokumentasikan objek pengamatan

catat hasil pengamatan (tinggi dan jumlah daun)

Laporan

BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Tabel Data Hasil Pengamatan
Minggu pertama 14-03-2013
Kedelai

Media
Tanam
P. Kandang+
Tanah (1:1)
Sekam
Pasir
Cocopeat
Kompos +
tanah (1:1)
Grajen
Batu Bata
Tanah +
Pasir (1:1)
Tanah
Krikil

Kacang
Panjang
A
B
(cm)

Jagung

A
(cm)

A
(cm)

4,8

10

4,7

4,5
4,2
5,4

8,2
2,8
6,6

5,6

9,1

5,1
8,3

5,5
3,8
-

Cocor
Bebek
A
B
(cm)

Tebu
A
(cm)

6,7

5
5

2,8
2,5

8,5

8,2
7

6,5
7,5

10,8

10

8,4
-

8
-

Gladiol
A
(cm)

5
-

6,5

0,5
-

Minggu kedua 21-03-2013


Media
Tanam
P. Kandang+
Tanah (1:1)
Sekam
Pasir
Cocopeat
Kompos +
tanah (1:1)
Grajen
Batu Bata
Tanah +
Pasir (1:1)
Tanah
Krikil

Kacang
Panjang
A
B

14

36

15

32

7
14
11

10
29
18

2
-

7
15
-

1
1
-

26
17

2
-

31

21

16

9
9

1
2

20
18

1
2

12
12

2
1

33
-

12

23

20

30

7
-

28
11

15
-

29
-

Kedelai

Jagung

Cocor
Bebek
A
B

Tebu
A

Gladiol

Minggu ketiga 28-03-2013


Media Tanam
P. Kandang+
Tanah (1:1)
Sekam
Pasir
Cocopeat
Kompos +
tanah (1:1)
Grajen
Batu Bata
Tanah + Pasir
(1:1)
Tanah
Krikil

Kacang
Panjang
A
B

Cocor
Bebek
A
B

44

17

38

2
2
-

15
25
19

2
3
8

10
18
-

5
5
-

45
28

4
2

0,5

16

48

25

45

10
12

9
10

22
21

7
7

15
14

5
5

39

1,2

20

31

21

46

13
-

6
-

33
11,5

4
-

20
-

37
-

3
-

Kedelai

Jagung

14

16

7
11
9,5

Tebu

Gladiol

Minggu keempat 04-04-2013


Media Tanam
P. Kandang+
Tanah (1:1)
Sekam
Pasir
Cocopeat
Kompos +
tanah (1:1)
Grajen
Batu Bata
Tanah + Pasir
(1:1)
Tanah
Krikil

Kedelai

Jagung

27
14
20
10

24
9
11
2

50
19
30
27

7
3

22
19
20

4
13
16

52
28
36

23
20

8
11

38
37
14

Kacang
Panjang
A
B

Tebu

Cocor Bebek

33
14
32

11
6
11

59
50
34

5
3

7
4
6

48
22
20

12
8
8

51
45
0

5
4
0

0,8
1,5

7
6
4

25
30

9
11

52
40

3
4

0,5
0,3
-

A = Tinggi Tanaman (cm)


B = Jumlah Daun
Gladiol tidal mengalami pertumbuahan hingga minggu 4

Gladiol
A
-

B
-

Kapasitas Air Lapang Pada Setiap Media Tanam


Berat Kering
(Kg)

Berat Basah
(Kg)

Kapasitas Air Lapang


(Kg)

P. Kandang+ Tanah
(1:1)

3,2

3,9

0,7

Sekam

0,7

1,5

0,8

Pasir

5,3

6,2

0,9

Cocopeat

1,1

2,5

1,4

Kompos + tanah (1:1)

3,3

3,9

0,6

Grajen

1,5

2,8

1,3

Batu Bata

4,5

5,8

1,3

Tanah + Pasir (1:1)

4,5

4,7

0,2

Tanah

3,1

3,2

0,1

Krikil

4,7

5,5

0,8

Media Tanam

4.2 Grafik Parameter Pengamatan


4.2.1 Jumlah Daun

Kacang Panjang
14
12
10
8
6
4
2
0

Kacang Panjang Minggu 1


Kacang Panjang Minggu 2
Kacang Panjang Minggu 3
Kacang Panjang Minggu 4

Kedelai
30
25
20
15

Kedelai Minggu 1
Kedelai Minggu 2

10

Kedelai Minggu 3
5

Kedelai Minggu 4

Tebu
6
5
4
3
2

Tebu Minggu 1
Tebu Minggu 2
Tebu Minggu 3

1
0

Tebu Minggu 4

Jagung
9
8
7
6
5
4

Jagung Minggu 1

Jagung Minggu 2

Jagung Minggu 3

Jangung Minggu 4

4.2.2 Tinggi Tanaman

Kacang Panjang
60
50
40
30
20

Kacang Panjang Minggu 1


Kacang Panjang Minggu 2
Kacang Panjang Minggu 3

10
0

Kacang Panjang Minggu 4

Kedelai
30
25
20
15

Kedelai Minggu 1
Kedelai Minggu 2

10

Kedelai Minggu 3
Kedelai Minggu 4

5
0

Tebu
70
60
50
40
30

Tebu Minggu 1
Tebu Minggu 2

20
10
0

Tebu Minggu 3
Tebu Minggu 4

Jagung
60
50
40
30

Jagung Minggu 1
Jagung Minggu 2

20

Jagung Minggu 3
10

Jagung Minggu 4

Cocor Bebek
1.6
1.4
1.2
1
0.8

Cocor Bebek Minggu 1

0.6

Cocor Bebek Minggu 2

0.4

Cocor Bebek Minggu 3

0.2

Cocor Bebek Minggu 4

4.3 Pembahasan
4.3.1 Tipe Perkecambahan
Tipe perkecambahan pada tanaman kedelai adalah epigeal. Hal tersebut ditandai
dengan muculnya kotiledon ke permukaan tanah karena adanya pertumbuhan
memanjang. Sedangkan pada kacang panjang tipe perkecambahannya adalah hipogeal.
Hal tersebut ditandai dengan adanya pertumbuhan memanjang pada epikotil biji yang
menyababkan plumula menumbus bijinya dan keluar ke permukaan tanah, namun
kotiledonya akan tetap dibawah tanah. Tanaman jagung juga memiliki tipe
perkecambahan yang sama dengan tanaman kacang panjang yaitu percekambahan
hipogeal.
Tanaman tebu, cocor bebek dan gladiol merupakan perbanyakan tanaman
mengunakan bibit yang biasa disebut perbanyakan vegatatif. Tebu bagian tanaman yang
digunakan untuk bibit adalah batangnya, sehingga disebut stek batang. Sedangkan pada
tanaman cocor bebek bagian tanaman yang digunakan sebagai bibit adalah daunnya,
sehingga disebut stek daun. Sedangkan pada gladiol bagian tanaman yang digunakan
adalah subangnya
4.3.2 Pengaruh Berbagai Media pada Keberhasilan Bahan Tanam
a) Kedelai
Pada tanaman kedelai, setalah dilakukan pengamatan selam 4 minggu, hasilnya
adalah kedelai dapat tumbuh pada semua media tanam kecuali kerikil. Karena kedelai
dapat tumbuh pada keadaan media tanam yang tidak terlalu basah dan berdainase baik
namun tetap tersedia air, sedangkan kerikil mempunyai drainase yang baik namun
tidak dapat mengikat air dengan baik. Hal tesebut didukung oleh Waristek (2013) yang
menyatakan bahwa pada dasarnya kedelai menghendaki kondisi tanah yang tidak
terlalu basah, tetapi air tetap tersedia.
Dalam masa pertumbuhan keldelai diperlukan adanya unsur hara dan air yang
cukup namun tidak terlalu basah media tanamnya. Kedelai dapat tumbuh pada 9 media
tanam, yaitu tanah pasir, pasir, kompos, arang sekam, cocopeat, tanah, pupuk kandang
dan grajen. Karena media tanam tersebut dapat menyediakan unsur hara dan air.
Namun pada sekam pertumbuhnya kurang maksimal, karena tidak mampu mengikat
air dengan baik dan kandungan unsur haranya sedikit. Hal tersebut didukung oleh Tim
dosen (2013) dalam modul DBT yang menyatakan bahwa media arang sekam
cencerung miskin unsur hara dan tidak mudah mengikat air. Pada media tanam pasir
yang notabenya cepat kering karena mempunyai pori makro, kedelai dapat tumbuh,
karena kebutuhan unsur hara dan air yang cukup. Tanah berpasir dapat ditanami
kedelai, asal air dan hara tanaman untuk pertumbuhannya cukup (Waristek, 2013).
b) Jagung
Dari hasil pengamatan selama 4 minggu, tanaman jagung dapat tumbuh pada
semua media tanam. Karena jagung hanya membutuhkan unsur hara dan air yang
cukup untuk tumbuh dan tidak membutuhkan syarat khusus untuk tanah. Menurut
AAK (1993) jagung tidak membutuhkan persyaratan tanah yang khusus, hampir
berbagai macam tanah dapat diusahakan untuk pertanaman jagung.
Dari data dan grafik , diketahui bahwa jagung tumbuh dengan baik pada media
tanam kompos dan kandang. Karena media tanam kompos banyak terdapat kandungan
bahan organik yang dibutuhkan oleh jagung. Pada pupuk kandang juga mengandung
bayak unsur hara makro seperti N, P dan K yang sangat penting bagi pertumbuhan
tanaman jagung (Tim Dosen, 2013).

c) Kacang panjang
Dari hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa kacang panjang pada media
cocopeat dan kerikil tidak dapat tumbuh. Hal tersebut terjadi karena pada media tanam
kerikil kemampuan untuk mengikat airnya rendah, sehingga kacang tanah akan
kekurangan air. Pada media tanam cocopeat kacang panjang tidak tumbuh karena
cocopeat mengandung tannin yang menghambat proses fisiologi tanaman kacang
panjang (Tim Dosen, 2013)
Tanaman kacang panjang berhasil tumbuh pada media tanam pupuk kandang,
kompos, sekam, pasir, garjen, batu bata, tanah pasir dan tanah. Media tanam tersebut
cocok untuk tanaman kacang panjang karena dapat memenuhi kebutuahan hara dan
air. Menurut Rukmana (1995) hampir semua jenis tanah dan media tanam dapat
digunakan untuk budidaya pertanian kacang panjang, tetapi harus subur, gembur, serta
memiliki drainase dan aerasi yang baik.
d) Tebu
Dari hasil praktikum, dapat diketahui bahwa tebu yang diamati selama 4 minggu
dapat tumbuh pada media tanam pupuk kandang, kompos, cocopeat, grajen, tanah,
tanah pasir dan pasir. Pada media tanam pasir, tebu dapat tumbuh karena pasir ccock
untuk media perakaran stek batang tanaman (Tim Dosen, 2013). Selain itu, pasir
memiliki struktur tanah yang gembur, sehingga mempunyai aerasi yang baik dan
smedia perakarab yang baik. Menurut Syakir (2010) struktur tanah yang baik untuk
pertanaman tebu adalah tanah yang gembur sehingga aerasi udara dan perakaran
berkembang sempurna.
Pada media tanam pupuk kandang dan kompos, tebu dapat tumbuh dengan baik
karena keduannya mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman tersebut.
Pupuk kandang mengandung unsur hara makro, seperti N, P dan K, sedangkan
kompos mengandung bahan organik yang dapat memperbaiki sifat tanah (Tim Dosen,
2013). Pada media tanam batu bata dan kerikil, tebu tidak dapat tumbuh. Hal tersebut
terjadi karena batu bata dan kerikil miskin unsur hara, walaupun aerasi dan
draenasenya baik. Karena pada masa pertumbuhan vegatatif, tebu banyak
membutuhkan unsur hara dan air.
e) Cocor bebek
Dari hasil pengamatan selama 4 minggu, cocor bebek tumbuh saat sudah minggu
ke-3 HST. Pada saat setelah penanaman, cocor bebek mendapatkan air yang
jumlahnya terlalu banyak, karena selama 2 minggu berturut-turut setelah menanaman
terjadi hujan. Menurut Yunara (2013) cocor bebek merupakan tumbuhan berair yang
tidak suka banyak air atau kering.
Cocor bebek berhasil tumbuh pada media tanam cocopeat, grajen, batu bata, tanah
pasir dan tanah. Karena media tanam tersebut dapat menyediakan unsur hara dan air
yang cukup untuk pertumbuhan cocor bebek.
f) Gladiol
Pada pengamatan selam 4 minggu, tidak ada tanaman gladiol yang dapat tumbuh
pada berbagai jenis media tanam. Seharusnya tanaman tersebut pasti masih bisa hidup
pada media tanam tanah, namul hal tersebut tidak terjadi. Gladiol menyukai media
taman yang bayak mengadung bahan organik, memiliki daya adaptasi yang tinggi
terhadap berbagi kondisi tanah, dari tanah berpasir hingga tanah berlempung (Redaksi
Agromedia, 2010)
Faktor yang menyebabkan gladiol yang tidak tumbuh adalah masa dormansi.
suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup atau bagiannya sebagai
tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal. Gladiol
memiliki masa dormansi yang panjang. Pada saat penamanan mungkin bibit gladiol
tersebut masih dalam masa dormansi, sehingga belum ada yang tumbuh

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Media tanam adalah suatu tempat untuk membudidayakan tanaman dan tempat
tanaman hidup. Media tanam terdiri dari media tanam organik dan anorganik. Media tanam
organik adalah media tanam yang berasal dari sisa makhluk hidup, seperti kompos, sekam
padi, arang, cocopeat dll. Sedangkan media tanam anorganik adalah media tanam yang
berasal dari pelapukan batuan, seperti krikil, batu bata, steroform, dll. Media tanam yang baik
adalah media tanam yang dapat menyediakan kebutuhan tanaman seperti unsur hara dan air
yang cukup. Karena untuk tumbuh, tanaman membutuhkan unsur hara dan air yang sesuai.
Bahan tanam adalah bagian dari tumbuhan yang digunakan untuk memulai suatu
budidaya tanaman. Bahan tanam terdiri atas benih dan bibit. Benih adalah bahan tanam yang
berasal dari biji, sedangkan bibit berasal dari organ vegetatif suatu tanaman. Tipe
perkecambahan biji antara lain adalah hypogeal dan epigeal. Perabyakan vegatatif dapat
berupa grafting, stolon, okulasi, stek batang, stek daun dll. Bahan tanam yang baik adalah
bahan tanam yang berpotensi untuk berproduksi tinggi dan tahan terhadap hama.
Dari hasi praktikum, tanaman jagung tumbuh pada semua media tanam. Pada tanaman
kedelai, tumbuh pada media tanam selain kerikil. Sedangkan pada tanaman tebu tidak tumbuh
pada media tanam sekam dan kerikil. Pada tanaman kacang panjang tidak tumbuh pada media
tanam cocopeat dan krikil. Sedangkan pada tanaman cocor bebek yang tumbuh hanya pada
media tanam cocopeat, grajen, batu bata, tanah pasir dan tanah. Untuk tanaman galdiol tidak
tumbuh pada semua media tanam.

Daftar Pustaka
AAK. 1993. Jagung. Yogyakarta: Kanisius
Anonymous. 2012. Media Tanam( Online ) http://hidrogeal.bisnisant.web.id/. Diakses 12
April 2013
Bambang, Santoso. 2010. Menejemen Pembibitan dan Produksi Hortikultura.pdf
Danoesastro, Harjono. 1984. Bercocok Tanam Umum. Yogyakarta: Andi Offset
http://kangtoo.wordpress.com/macam-macam-media-tanam/ . Diakses 12 April 2013
Dosen Pemuliaan Tanaman.2012. Modul 7 Perbanyakan Vegetatif (Online )
labpemuliaantanaman.staff.ub.ac.id/files/2012/04/modul7-perbanyakan-vegetatif.pdf.
Diakses 12 April 2013
Lestari, Sri Endang & Indun kistinah. 2009. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya.
Jakarta: Esis
Li et al. 2007. Repression of AUXIN RESPONSE FACTOR10 by microRNA 160 is critical
for seed germination and post-germination stages. The Plant Journal 52:133-146.
Ngadiyanto. 2010. Macam-macam Media Tanam | Tugas Sekolah ( Online ) http://kangtoo.
wordpress .com/macam-macam-media-tanam/. Diakses 12 April 2013
Puspitta.2011. Perbanyakan Vegatatif (Online) blog.ub.ac.id /puspitta/2011/03/12
/perbanyakan-vegetatif/. Diakses 12 April 2013
Redaksi Agromedia. 2010a. Kunci Sukses Memperbanyak Tanaman. Jakarta Selatan:
Agromedia
Redaksi Agromedia. 2010b. Tips Merawat Tanaman Hias. Jakarta Selatan: Agromedia
Redaksi Ps. 2007. Media Tanam Untuk Tanaman Hias. Bogor: Penebar Swadaya
Rukmana, Rahmat. 1995. Kacang Panjang. Yogyakarat: Kanisius
Syakir, M. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Tebu. Jakarta: ESKA Media
Tim Dosen. 2013. Modul Praktikum Dasar Budidaya Tanaman. Malang: FP-UB
Tugino.2012. Perkembangbiakan Tumbuhan Secara Vegetatif ~ Media Belajar (Online)
http://mastugino.blogspot.com/2012/07/perkembangbiakan-vegetatif.html. Diakses 12
April 2013
Vega. 2011. Perbanyakan Vegetatif | veganojustice (Online) http://veganojustice.
wordpress. com /2011/07/18/perbanyakan-vegetatif/. Diakses 12 April 2013
Waristek. 2013. Budidaya Petanian Kedelai (online). http://www.warintek.ristek.go.id /
pertanian/kedelai.pdf. Diakses 17 April 2013
Yunara, Nelli. 2013. Cocor Bebek (online) http://nellilinggayunara. blogspot.com/ 2008/07/
cocor-bebek.html. Diakses 17 April 2013
Zulkarnain, Dr.H. 2009. Dasar-Dasar Hortikultura. Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai