Disusun Oleh :
Kelompok 2
Rizkyansyah Arya Mahendra 195040200111106
Hernando Aldiansyah 195040200111128
Chornelius Glori Yulio 195040200111133
Muhammad Rakha Aditya Simangunsong 195040200111166
Gari Anantya Nugroho 195040201111021
Melda Vivin Anjela 195040201111027
Andi Muhtadin Dwi Putra Ikbal 195040201111064
Lailatul Mu`afida 195040201111088
Nur Sofa Riana 195040201111097
Mega Ayu Chantika 195040201111099
Kelas : H
Penyakit cacar daun teh yang disebabkan oleh Exobasidium vexans terkenal
sebagai penyebab utama kerugian produksi teh. Menurut Gulati et al. (1993)
bahwa penyakit cacar teh juga dapat merusak kualitas teh, karena dapat
menurunkan kandungan theaflavine, thearubigine, kafein, dan jumlah fenol.
Exobasidium vexans memproduksi banyak basidiospora dan dapat dengan mudah
terpencar secara luas. Pada tahap ini, basidiospora memiliki potensi untuk tercuci
oleh curah hujan. Ketika permukaan daun atau ranting muda dipenuhi oleh
basidiospora dan kondisi lingkungan mendukung, basidiospora akan berkecambah
dan melakukan penetrasi ke dalam epidermis daun (Fauziyah et al., 2018).
1. Karakteristik Gejala
Penyakit cacar daun pada komoditas teh dapat menyerang bagian
tanaman yaitu daun, tunas dan ranting-ranting yang masih muda. Pada
tanaman yang terserang tampak adanya bintik-bintik yang awalnya
berukuran kecil yang nantinya akan membesar hingga berukuran 10-15
mm. Kemudian pada bagian bawah daun yang terserang tampak pada
permukaannya lapisan selaput yang berwarna putih, terdiri dari spora-
spora (basidiospora) yang berjuta-juta jumlahnya. Pada keadaan telah
masak (tua), spora-spora tersebut akan terlepas serta akan hinggap pada
daun ataupun pada bagian ranting lain. Dalam waktu kurang lebih dari
lima hari setelah menghasilkan spora, jamur tersebut mati. Sehingga
bagian daun ataupun ranting yang terserang akan menjadi mengering
hingga mati. Setelah beberapa hari, bekas-bekas serangan tersebut akan
lapuk dan menimbulkan lubang-lubang pada daun. Pada serangan yang
hebat menyebabkan daun perdu teh menjadi gugur serta menjadikan
kuantitas ataupun kualitas produksi pada teh menurun. Serangan penyakit
ini akan menjadi parah jika keadaan kebun teh tersebut mendukung, yaitu
dengan cuaca yang sangat lembab karena penyakit tersebut sangat
berbahaya pada musim hujan (Wulandari, 2006).
Dapat dilihat dari Gambar 1, bahwa pada daun yang terserang
penyakit cacar daun yang disebabkan oleh Jamur E. vexans awalnya daun
tersebut akan tampak sehat atau tidak menunjukkan gejala infeksi.
Kemudian pada bagian (B) menunjukkan gejala yaitu berupa bercak terang
dengan bintik-bintik kecil tembus cahaya dan lebarnya. Kemudian setelah
itu diikuti dengan gejala yang tampak seperti pada bagian (C) yaitu
terdapat bercak terang dikelilingi cincin hijau tua, yang ukurannya bisa
mencapai 1-2 mm dan masih rata. Pada bagian bercak terang tersebut
dikelilingi cincin hijau tua yang berukuran 3-6 mm, ketika sudah
melengkung ke permukaan bawah daun merupakan tipe gejala tersebut
termasuk pada bagian (D). setelah itu memasuki gejala bercak berspora
yaitu bagian (E) yang dimana bercak tersebut akan meluas, melengkung
atau cembung ke bawah serta membentuk cacar. Selanjutnya memasuki
pada bagian (F) yaitu tampak bercak sudah coklat serta kering atau
berlubang (Wulandari, 2006).
Agrios, G.N. 2004. Plant Pathology 3 rd ed. Academic Press, New York.
Chaliha, C., E. Kalita, and P. Verma. 2019. Optimizing In vitro Culture
Conditions for the Biotrophic Fungi Exobasidium vexans Through
Response Surface Methodology. Indian Journal of Microbiology Vol 60 :
167–174 https://doi.org/10.1007/s12088-019-00846-6
Charti Moralita. 2016. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Prenada Media.
Jakarta
Chalkley, D. 2010. Blister blight of tea - Exobasidium vexans. Systematic
Mycology and Microbiology Laboratory, ARS, USDA. Website:
https://nt.ars-grin.gov/. Retrieved in December 21, 2020
Dini Jamia Rayati. 2011. Berbagai Cara Pengendalian Nonkimiawi:
Efektivitasnya Terhadap Penyakit Cacar (Exobasidium vexans Massee)
pada Tanaman Teh. Jurnal Penelitian Teh dan Kina. 14(2): 47-58
Dishutbun. 2020. PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT TANAMAN TEH
(Camelia sinensis L). Balai Sertifikasi Pengawasan Mutu Benih dan
Proteksi Tanaman Kehutanan dan Perkebunan (BSPMBPTKP). Dinas
Kehutanan dan Perkebunan.
Eden, T . 1976. Tea. Longman Group Ltd, London.
Gulati, A., S.D. Ravindranath, G. Satyanarayana, & D.N. Chakraborty. 1993.
Effect of Blister Blight on Infusion Quality in Orthodox Tea. Indian
Phytopathology. 46: 155−159.
Norma, Fauziyah., Bambang Hadisutrisno, & Achmadi Priyatmojo. 2018. Waktu
Pemencaran dan Pengaruh Jenis Air terhadap Perkecambahan
Basidiospora Exobasidium vexans, Penyebab Penyakit Cacar Daun Teh.
Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, 22:66–71.
Rayati, Dini Jamia. 2010. Daya Antagonistik Jamur Filosfer Teh Terhadap
Exobasidium vexans Massee, Jamur Penyebab Penyakit Cacar pada
Tanaman Teh. Jurnal Penelitian Teh dan Kina. 13(1-2): 29-36
Semangun, H. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sen, Surjit & Rai, Manjula & Das, Diptosh & Chandra, Swarnendu & Acharya,
Krishnendu. (2020). Blister blight a threatened problem in tea industry:
A review. 10.1016/j.jksus.2020.09.008.
Wulandari, Ardiana Freni. 2006. INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI
PENYAKIT-PENYAKIT PADA BEBERAPA KLON TEH (Camellia
sinensis L.) DI PT RUMPUN SARI KEMUNING. Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret.