Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PROJECT

MENEJEMEN KESUBURAN TANAH

Uji Efektivitas Pupuk Anorganik NPK 13-6-27-4 Merk FERTICOMP pada


Kedelai (Glycine max)

Disusun Oleh

Nama : Suryanta Junjungan Tua Sitio


NIM : 195040200111187
Kelas :G
Asisten : Danu Dwi Putra

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedelai merupakan salah satu tanaman yang memiliki peran penting dalam
memenuhi kebutuhan pangan. Kedelai penting karena merupakan salah satu
sumber protein nabati yang memiliki harga yang relatif murah apabila
dibandingkan dengan sumber protein lainnya seperti daging, susu, dan ikan. Biji
kedelai memilki kandungan protein kurang lebih sebesar 35%, karbohidrat 35%,
dan lemak 15%. Kedelai juga mengandung mineral seperti kalsium, fosfor, besi,
vitamin A dan B (Rohmah dan Saputro, 2016). Kedelai (Glycine max L. Merrill)
merupakan jenis tanaman kacang-kacangan dari famili leguminoceae yang
dijadikan sebagai bahan makanan tambahan karena memiliki kandungan protein
tinggi. Kacang kedelai biasa digunakan sebagai bahan olahan pembuatan tempe,
tahu dan kecap.

Kebutuhan akan kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun linear dengan
peningkatan jumlah penduduk, sementara produksi yang dicapai belum mampu
mengimbangi kebutuhan tersebut. Pada tahun 2004 misalnya, kebutuhan kedelai
di Indonesia diperkirakan mencapai 1.951.100 ton sedangkan produksi pada tahun
yang sama hanya 672.439 ton yang menunjukkan defisit 1.278.661 ton (34,46%)
(Anti, 2019). Salah satu penyebab dari rendahnya produksi tanaman tersebut yaitu
pemberian dosis pupuk yang tidak berimbang dan penggunaan pupuk yang tidak
sesuai. Unsur hara N diperlukan tanaman kedelai pada awal pertumbuhan untuk
pertumbuhan bintil akar. Untuk itu, tanaman kedelai memerlukan hara N, P, dan
K dalam jumlah banyak untuk mencapai produktivitas yang optimal. Selain itu,
pemberian pupuk kimia harus diimbangi dengan pemberian pupuk organik. Pupuk
kimia berperan menyediakan nutrisi dalam jumlah yang besar bagi tanaman,
sedangkan bahan organik cenderung berperan menjaga fungsi tanah agar unsur
hara dalam tanah mudah dimanfaatkan oleh tanaman untuk menyerap unsur hara
yang disediakan oleh pupuk kimia (Ratnasari et al., 2015). Berdasarkan uraian di
atas, pengaruh pupuk anorganik dalam pertumbuhan dan produktivitas tanaman
kedelai menjadi latar belakang dalam pelaksanaan praktikum mandiri.
1.2 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya project penanaman tanaman kedelai dalam
memenuhi tugas akhir praktikum Manajemen Kesuburan Tanah yaitu untuk
menguji efektifitas pemberian pupuk anorganik NPK 13-6-27-4 Ferticomp
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.
BAB II. METODE
2.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum Manajemen Kesuburan Tanah secara mandiri
berlangsung dari bulan Oktober hingga bulan Desember 2021. Kegiatan
penanaman berlangsung di rumah praktikan yang berada di Kota Batam, Provinsi
Kepulauan Riau yang berada pada ketinggian 3 meter di atas permukaan laut.
Selama tahun 2019, Badan Pusat Statistik kota Batam mencatat suhu udara rata-
rata di Kota Batam 26oC-28oC. Suhu maksimum tercatat di angka 34,20 oC dan
suhu minimum 23oC. Rata-rata kelembaban udara Kota Batam berkisar antara
82% - 85%. Curah hujan di Kota Batam pada tahun 2019 paling tinggi tercatat
berada pada 367,80 mm pada bulan Desember (BPS, 2019).

2.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan selama praktikum budidaya mandiri
berlangsung yaitu meliputi 4 polybag yang dapat menampung tanah sebanyak 5
kg, sekop, kapas, air, pupuk anorganik (pupuk tunggal, pupuk NPK, pupuk
Ferticomp 13-6-27-4), timbangan digital, benih kedelai dan tanah.

2.3 Pelaksanaan Penelitian


Prosedur praktikum atau cara kerja yang dilakukan selama praktikum dan
sangat dibutuhkan untuk menghasilkan suatu hasil praktikum atau penelitian yang
optimal. Cara kerja yang dilakukan selama praktikum Manajemen Kesuburan
Tanah pada tanaman kedelai (Glycine max) melalui berbagai tahapan kerja mulai
dari penanaman, pemupukan, perawatan tanaman, pengamatan tanaman, dan
panen serta pengamatan hasil panen.

a. Penanaman
Penaman kedelai dilakukan dengan menanam benih kedelai ke
dalam 4 polybag yang sudah diberi lubang dengan perlakuan yang
berbeda beda. Benih kedelai ditanam sebanyak 1 benih perlubang
tanam.
b. Pemupukan
Pada sampel G0 tidak dilakukan pemupukan atau control. Pada
perlakuan G1 tanaman dipupuk dengan pupuk tunggal, pupuk ini
diaplikasikan dengan cara dibenamkan ke dalam tanah. Pada perlakuan
G2 tanaman dipupuk dengan pupuk NPK pembanding, pupuk ini
diaplikasikan dengan cara membenamkan ke dalam tanah. Pada
perlakuan G3 tanaman dipupuk dengan pupuk Ferticomp 13-6-27-4
dengan dosis 50% dengan cara dibenamkan di dalam tanah. Pada
perlakuan G4 tanaman dipupuk dengan pupuk Ferticomp 13-6-27-4
dengan dosis 75% dengan cara dibenamkan di dalam tanah. Pada
perlakuan G5 tanaman dipupuk dengan pupuk Ferticomp 13-6-27-4
dengan dosis 100% dengan cara dibenamkan di dalam tanah. Pada
perlakuan G6 tanaman dipupuk dengan pupuk Ferticomp 13-6-27-4
dengan dosis 125% dengan cara dibenamkan di dalam tanah. Pada
perlakuan G7 tanaman dipupuk dengan pupuk Ferticomp 13-6-27-4
dengan dosis 150% dengan cara dibenamkan di dalam tanah.
c. Perawatan Tanaman
1) Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari sejak awal dilakukan penanaman
sekali sehari pada sore hari. Penyiraman dilakukan pada sore hari
agar air tidak terlalu banyak menguap.
2) Penyiangan
Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut
gulma yang tumbuh di sekitar tanaman kedelai. Penyiangan
bertujuan untuk mengurangi kompetisi antara tanaman kedelai dan
gulma. Penyulaman dilakukan saat terdapat benih yang tidak
tumbuh atau tanaman telah layu (kering) seutuhnya.
3) Penyulaman
Penyulaman untuk benih yang tidak tumbuh dilakukan pada 2 mst
dan 3 mst, sedangkan untuk tanaman yang telah layu (kering)
seutuhnya setelah 3 mst, tidak dilakukan penyulaman.
d. Pengamatan Tanaman
1) Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman diamati dengan cara mengukur tinggi sampel
tanaman dengan menggunakan peteran atau penggaris, dari
permukaan tanah hingga titik tumbuh.
2) Jumlah Daun
Daun tanaman kedelai merupakan daun majemuk trifoliate dimana
setiap tiga helai daun dihitung sebagai satu daun. Perhitungan
jumlah daun dilakukan pada saat daun sudah membuka sempurna.
3) Jumlah Polong
Polong kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7-10 hari setelah
munculnya bunga pertama. Jumlah polong dilakukan perhitungan
pada masing-masing sampel tanaman kedelai.
4) Bobot Polong
Bobot polong Kedelai diukur dari bobot per 100 biji kering.
Digolongkan berbiji kecil bila bobot 100 bijinya antara 6-10 gram,
berbiji sedang bila bobot 100 bijinya 13 gram, dan bila lebih dari
13 gram termasuk berbiji besar.
e. Panen dan Pengamatan Hasil Panen
Pemanenan tanaman kedelai dapat dilakukan dengan mencabut
tanaman kedelai secara langsung. Tanaman kedelai dicabut dengan
hati-hati dan secara perlahan. Pengamatan hasil panen pada tanaman
kedelai dilakukan setelah mencabut tanaman kedelai kemudian dijemur
dibawah terik sinar matahari selama kurang lebih 3-7 hari. Kemudian
pemisahan biji kedelai dari kulit kedelai selanjutnya biji kedelai yang
sudah terpisah dijemur kembali sampai kadar airnya turun.
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pertumbuhan Tanaman
3.1.1 Tinggi Tanaman Kedelai
Berikut adalah tabel data hasil pengamatan tinggi tanaman kedelai.
Pengamatan dilakukan pada 1 mst hingga 8 mst dengan perlakuan berbagai dosis
pupuk:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Kedelai.
Rata-
Tinggi Tanaman (cm)
rata
Kode Perlakuan
3 5 7 9
MST MST MST MST
G0 Kontrol 11.8 27,1 36.8 44,6 24.3
G1 Pupuk Tunggal 13.06 29.3 40.8 41,8 27.7
Pupuk Majemuk
G2 NPK 12.7 29.4 37.1 47.1 31.5
Pembanding
50% dosis Ferticomp
G3 12.3 27.8 37.1 47.1 31.07
13-6-27-4
75 % dosis Ferticomp
G4 12.3 30.1 40.9 48.8 33.02
13-6-27-4
100 % dosis
G5 Ferticomp 13.1 30.3 44.1 51 34.6
13-6-27-4
125 % dosis
G6 Ferticomp 12.5 27.8 39.9 47.4 31.9
13-6-27-4
150 % dosis
12.8 30.3 40.4 44.3 31.9
G7 Ferticomp
Berdasarkan data hasi pengamata tinggi tanaman kedelai pada tabel 1,
diketahui bahwa rata-rata tinggi tanaman tertinggi ada pada perlakuan pupuk
Ferticomp 13-6-27-4 dengan dosis 125% sebesar 31,9 cm. Rata-rata tinggi
tanaman terkecil ada para perlakuan kontrol sebesar 24,3 cm. Selain itu, diketahui
bahwa rata-rata tinggi tanaman kedelai pada perlakuan pupuk tuggal dan pupuk
majemuk masing-masing sebesar 27,7 cm dan 31,5 cm.
3.1.2 Jumlah Daun
Berikut adalah tabel data hasil pengamatan jumlah daun tanaman kedelai.
Pengamatan dilakukan pada 1 mst hingga 8 mst dengan perlakuan berbagai dosis
pupuk:

Tabel 2. Hasil Pengamatan Jumlah Daun

Jumlah daun Tanaman (cm)


Kode Perlakuan
3 MST 5 MST 7 MST 9 MST
G0 Kontrol 3 12,2 17,9 18,0
G1 Pupuk tunggal 3.3 14,1 19,2 20
Pupuk majemuk NPK
G2 3.3 16,1 21,0 19,0
pembanding
50% dosis Ferticomp
G3 3 14,2 21,2 21,1
13-6-27-4
75% dosis Ferticomp
G4 3.1 16,2 21,2 19,1
13-6-27-4
100% dosis Ferticomp
G5 3 16,8 21,2 22,2
13-6-27-4
125% dosis Ferticomp
G6 3 14,9 20,0 19,7
13-6-27-4
150% dosis Ferticomp
G7 3.2 15,6 22,9 19,2
13-6-27-4
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah daun tanaman
kedelai paling tinggi adalah perlakuan G5 yaitu perlakuan 100% dosis Ferticomp
16-6-27-4 yakni mencapai 22 helai pada 9 MST. Sedangkan yang paling rendah
adalah perlakuan G0 yaitu kontrol hanya 18 helai pada 9 MST.

3.1.3 Jumlah Polong


Berikut adalah tabel data hasil pengamatan jumlah polong tanaman
kedelai. Pengamatan jumlah polong dilakikan dengan mengamati tanaman kedelai
pada perlakuan berbagai dosis pupuk.
Tabel 3. Hasil Pengamatan Jumlah Polong
Jumlah polong
Kode Perlakuan
7 MST 9 MST
G0 Kontrol 18 36
G1 Pupuk tunggal 25 47
G2 Pupuk majemuk NPK pembanding 26 43
G3 50% dosis Ferticomp 13-6-27-4 27 44
G4 75% dosis Ferticomp 13-6-27-4 25 44
G5 100% dosis Ferticomp 13-6-27-4 25 52
G6 125% dosis Ferticomp 13-6-27-4 27 49
G7 150% dosis Ferticomp 13-6-27-4 29 52
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah polong tanaman
kedelai paling tinggi adalah perlakuan G5 dan G7 dengan masing-masing
perlakuan 100% dan 150% dosis Ferticomp 16-6-27-4 yakni mencapai 52 pada 9
MST. Sedangkan yang paling rendah adalah perlakuan G0 yaitu kontrol hanya 36
pada 9 MST.

3.2 Produksi Tanaman


3.2.1 Jumlah polong, bobot biji (Total berat biji disetiap tanaman), dan berat
kering biomass per tanaman
Produksi tanaman kedelai didapatkan melalui pengamatan jumlah polong,
bobot biji, dan berat kering biomass. Berikut ini adalah jumlah polong, bobot biji,
dan berat kering biomass tanaman kedelai.

Tabel 4. Jumlah Polong, Bobot Biji, dan Berat Kering Biomass


Produksi per tanaman
Kode Perlakuan Jumlah Bobot biji Berat kering
polong (g) Biomass (g)
G0 Kontrol 40 32,9 55,7
G1 Pupuk tunggal 47 38,8 62,4
Pupuk NPK
G2 47 40,2 54,5
pembanding
50% dosis Ferticomp
G3 47 37,2 61,8
13-6-27-4
75% dosis Ferticomp
G4 50 40,8 59,1
13-6-27-4
100% dosis Ferticomp
G5 51 44,6 64,3
13-6-27-4
125% dosis Ferticomp
G6 49 41,3 56,6
13-6-27-4
150% dosis Ferticomp
G7 54 45,9 65,8
13-6-27-4
Berdasarkan hasil pengamatan jumlah polong, bobot biji, dan berat kering
biomass pada tabel 4 diatas, maka dapat diketahui bahwa jumlah polong tanaman
kedelai paling tinggi adalah perlakuan G7 yaitu perlakuan 150% dosis Ferticomp
13-6-27-4 yakni mencapai 54. Sedangkan yang paling rendah adalah perlakuan
G0 yaitu kontrol hanya 40 pada. Pada parameter bobot biji tertinggi juga ada pada
perlakuan G7 yaitu perlakuan 150% dosis Ferticomp 13-6-27-4 yakni mencapai
45,9 dan terendah ada pada perlakuan G0 yaitu kontrol hanya 32,9 gram. Dan
pada parameter berat kering, hasil tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan G7 yaitu
perlakuan 150% dosis Ferticomp 13-6-27-4 sebesar 65,8 gram dan terendah ada
perlakuan G2 yaitu pupuk NPK pembanding sebesar 54,5 gram.

3.2.2 Berat Butir Kedelai


Produksi tanaman kedelai dapat diketahui dengan mengamati berat 100
butir (gram) dan berat kering biji per hektar (ton). Berikut ini adalah berat 100
butir (gram) dan berat kering biji per hetktar (ton) tanaman kedelai.

Tabel 5. Berat 100 Butir Kedelai


Kod
Perlakuan Berat 100 butir BK biji per hektar
e
g ton
G0 Kontrol 22,08 1,74
G1 Pupuk tunggal 21,9 2,06
G2 Pupuk NPK pembanding 22,05 2,14
G3 50% dosis Ferticomp 13-6-27-4 22,12 2,01
G4 75% dosis Ferticomp 13-6-27-4 22,48 2,16
G5 100% dosis Ferticomp 13-6-27-4 22,10 2,14
G6 125% dosis Ferticomp 13-6-27-4 22,04 2,16
G7 150% dosis Ferticomp 13-6-27-4 22,19 2,07
Berdasarkan hasil pengamatan berta 100 butir kedelai pada tabel 5 di atas,
maka dapat diketahui bahwa berat 100 butir kedelai paling tinggi adalah perlakuan
G4 yaitu perlakuan 75% dosis Ferticomp 13-6-27-4 yakni mencapai 22,48 gram.
Sedangkan yang paling rendah adalah perlakuan G1 yaitu pupuk tunggal hanya
21,9 gram. Pada parameter berat kering biji per hektar tertinggi juga ada pada
perlakuan G4 dan G6 yaitu perlakuan 755 dan 125% dosis Ferticomp 13-6-27-4
yakni mencapai 2,16 ton dan terendah ada pada perlakuan G0 yaitu kontrol hanya
1,74 ton.

3.3 Pembahasan
Pertumbuhan suatu tanaman tergantung pada jumlah unsur hara yang
tersedia pada tanah sehingga pemberian unsur hara yang seimbang dan
kelengkapan unsur hara makro dan mikro sangat dibutuhkan oleh tanaman baik
untuk pertumbuhan dan produksi tanaman tersebut. Unsur hara N, P, K sangat
diperlukan oleh tanaman khususnya tanaman kedelai. Pada perlakuan pupuk
ferticomp 13-6-27-4 dan pupuk majemuk NPK diketahui memiliki nilai tinggi
tanaman yang cukup tinggi dibandingan dengan perlakuan kontrol dan pupuk
tunggal karena semakin banyak pemberian unsur hara N, P, K yang diberikan
akan memberikan pertumbuhan yang baik, hal tersebut didukung oleh pernyataan
Ridwan et al. (2017) bahwa semakin meningkatnya dosis pupuk majemuk NPK
yang diaplikasikan maka produksi kedelai mampu semakin meningkat pula.
Selain itu, menurut Marlina et al. (2015) yaitu perbedaan tinggi tanaman
dipengaruhi oleh ketersediaan unsur nitrogen, unsur nitrogen yang ada di pupuk
NPK organik bermanfaat bagi pembentukan klorofil yang sangat penting untuk
proses fotosintesis sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanama

Berdasarkan pertumbuhan jumlah daun, didapatkan bahwa jumlah daun


dan jumlah polong terbanyak ada pada perlakuan G5 yaitu perlakuan 100% dosis
Ferticomp 16-6-27-4 masing-masing dapat mencapai 22 helai daun dan 52
polong. Menurut Manasikana et al. (2019) tanaman akan tumbuh dengan cepat
apabila memiliki ketersediaan N yang cukup. Nitrogen berperan dalam sintesis
protein dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari molekul klorofil. Maka
dari itu dengan adanya jumlah N yang cukup akan memberikan pertumbuhan
vegetatif yang baik dalam hal ini yaitu pertumbuhan atau perkembangan jumlah
daun. Selain itu, menurut Puspitasari dan Elfarisna (2017) yaitu perkembangan
jumlah polong dipengaruhi oleh unsur K yang berasal dari pemberian pupuk
ferticomp. Menurut, unusr hara Kalium meningkatkan jumlah polong per
tanaman, persentase polong isi, dan bobot 100 butir. Oleh karenaitu, Pemberian
pupuk anorganik akan memberikan dampak positif apabila unsur N, P dan K yang
tersedia dalam jumlah yang mencukupi sehingga dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman, terutama pada fase generatif (Hapsoh et al., 2019). TO BE
CONTIUED
BAB IV. PENUTUP
4.2 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa penambahan pupuk anorganik tidak selalu memberikan hasil yang positif
terhadap hasil pertumbuhan tanaman kedelai maupun panen. Pemberian pupuk
anorganik ferticomp 13-6-27-4 harus disesuaikan dengan kebutuhan tanaman atau
dengan dosis yang tepat. Pemberian dosis pupuk anorganik yang tidak sesuai
dengan kebutuhan tanaman akan menghambat pertumbuhan tanaman.

4.2 Saran
Pupuk anorganik yang digunakan mampu meningkatkan produktivitas
tanah dalam waktu singkat, tetapi akan mengakibatkan kerusakan pada struktur
tanah (tanah menjadi keras) dan menurunkan produktivitas tanaman yang
dihasilkan. Oleh karena itu sebaiknya penggunaan pupuk anorganik dibarengi
dengan pemberian pupuk organik sehingga tanah tidak mengalami penurunan
kesuburan.
DAFTAR PUSTAKA
Anti, Wa Ode. 2019. “Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine Max L.
Merrill) Pada Berbagai Dosis Bokashi Kotoran Ayam.” Agrikan: Jurnal
Agribisnis Perikanan 12(2):326–30.

Hapsoh, Wardati, and Hairunisa. 2019. “Pengaruh Pemberian Kompos Dan Pupuk
NPK Terhadap Produktivitas Kedelai (Glycine Max (L.) Merril).” Jurnal
Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy) 47(2):149–55.

Manasikana, Arina, Lianah, and Kusrinah. 2019. “Pengaruh Dosis Rhizobium


Serta Macam Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine
Max) Varietas Anjasmoro.” Al-Hayat: Journal of Biology and Applied
Biology 2(1):133–43.

Marlina, Eni, Edison Anom, and Sri Yoseva. 2015. “Pengaruh Pemberian Pupuk
NPK Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine Maz
(L.) Merril).” JOM Faperta 2(1):1–13.

Puspitasari, Amelinda, and Elfarisna. 2017. “Respon Pertumbuhan Dan Produksi


Kedelai Varietas Grobogan Dengan Penambahan Pupuk Organik Cair Dan
Pengurangan Dosis Pupuk Anorganik.” Prosiding Seminar Nasional FP
UMJ 204–12.

Ratnasari, Dewi, Mbue Kata Bangun, and Revandy Iskandar M. Damanik. 2015.
“Respons Dua Varietas Kedelai (Glycine Max (L.) Merrill.) Pada Pemberian
Pupuk Hayati Dan NPK Majemuk.” Jurnal Online Agroekoteknologi
3(1):276–82.

Ridwan, Nurul Annisa, Kuswanta F. Hidayat, Kushendarti, and Sunyoto. 2017.


“Pengaruh Dosis Pupuk Majemuk NPK Dan Pupuk Pelengkap Plan Catalyst
Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine Max (L.) Merill).”
Jurnal Agrotek Tropika 5(1):1–6.

Rohmah, Eka Afiyanti, and Bagus Saputro. 2016. “Analisis Pertumbuhan


Tanaman Kedelai (Glycine Max L.) Varietas Grobogan Pada Kondisi
Cekaman Genangan.” Jurnal Sains Dan Seni ITS 5(2):29–33.

Anda mungkin juga menyukai