Disusun Oleh
Kebutuhan akan kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun linear dengan
peningkatan jumlah penduduk, sementara produksi yang dicapai belum mampu
mengimbangi kebutuhan tersebut. Pada tahun 2004 misalnya, kebutuhan kedelai
di Indonesia diperkirakan mencapai 1.951.100 ton sedangkan produksi pada tahun
yang sama hanya 672.439 ton yang menunjukkan defisit 1.278.661 ton (34,46%)
(Anti, 2019). Salah satu penyebab dari rendahnya produksi tanaman tersebut yaitu
pemberian dosis pupuk yang tidak berimbang dan penggunaan pupuk yang tidak
sesuai. Unsur hara N diperlukan tanaman kedelai pada awal pertumbuhan untuk
pertumbuhan bintil akar. Untuk itu, tanaman kedelai memerlukan hara N, P, dan
K dalam jumlah banyak untuk mencapai produktivitas yang optimal. Selain itu,
pemberian pupuk kimia harus diimbangi dengan pemberian pupuk organik. Pupuk
kimia berperan menyediakan nutrisi dalam jumlah yang besar bagi tanaman,
sedangkan bahan organik cenderung berperan menjaga fungsi tanah agar unsur
hara dalam tanah mudah dimanfaatkan oleh tanaman untuk menyerap unsur hara
yang disediakan oleh pupuk kimia (Ratnasari et al., 2015). Berdasarkan uraian di
atas, pengaruh pupuk anorganik dalam pertumbuhan dan produktivitas tanaman
kedelai menjadi latar belakang dalam pelaksanaan praktikum mandiri.
1.2 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya project penanaman tanaman kedelai dalam
memenuhi tugas akhir praktikum Manajemen Kesuburan Tanah yaitu untuk
menguji efektifitas pemberian pupuk anorganik NPK 13-6-27-4 Ferticomp
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.
BAB II. METODE
2.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum Manajemen Kesuburan Tanah secara mandiri
berlangsung dari bulan Oktober hingga bulan Desember 2021. Kegiatan
penanaman berlangsung di rumah praktikan yang berada di Kota Batam, Provinsi
Kepulauan Riau yang berada pada ketinggian 3 meter di atas permukaan laut.
Selama tahun 2019, Badan Pusat Statistik kota Batam mencatat suhu udara rata-
rata di Kota Batam 26oC-28oC. Suhu maksimum tercatat di angka 34,20 oC dan
suhu minimum 23oC. Rata-rata kelembaban udara Kota Batam berkisar antara
82% - 85%. Curah hujan di Kota Batam pada tahun 2019 paling tinggi tercatat
berada pada 367,80 mm pada bulan Desember (BPS, 2019).
a. Penanaman
Penaman kedelai dilakukan dengan menanam benih kedelai ke
dalam 4 polybag yang sudah diberi lubang dengan perlakuan yang
berbeda beda. Benih kedelai ditanam sebanyak 1 benih perlubang
tanam.
b. Pemupukan
Pada sampel G0 tidak dilakukan pemupukan atau control. Pada
perlakuan G1 tanaman dipupuk dengan pupuk tunggal, pupuk ini
diaplikasikan dengan cara dibenamkan ke dalam tanah. Pada perlakuan
G2 tanaman dipupuk dengan pupuk NPK pembanding, pupuk ini
diaplikasikan dengan cara membenamkan ke dalam tanah. Pada
perlakuan G3 tanaman dipupuk dengan pupuk Ferticomp 13-6-27-4
dengan dosis 50% dengan cara dibenamkan di dalam tanah. Pada
perlakuan G4 tanaman dipupuk dengan pupuk Ferticomp 13-6-27-4
dengan dosis 75% dengan cara dibenamkan di dalam tanah. Pada
perlakuan G5 tanaman dipupuk dengan pupuk Ferticomp 13-6-27-4
dengan dosis 100% dengan cara dibenamkan di dalam tanah. Pada
perlakuan G6 tanaman dipupuk dengan pupuk Ferticomp 13-6-27-4
dengan dosis 125% dengan cara dibenamkan di dalam tanah. Pada
perlakuan G7 tanaman dipupuk dengan pupuk Ferticomp 13-6-27-4
dengan dosis 150% dengan cara dibenamkan di dalam tanah.
c. Perawatan Tanaman
1) Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari sejak awal dilakukan penanaman
sekali sehari pada sore hari. Penyiraman dilakukan pada sore hari
agar air tidak terlalu banyak menguap.
2) Penyiangan
Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut
gulma yang tumbuh di sekitar tanaman kedelai. Penyiangan
bertujuan untuk mengurangi kompetisi antara tanaman kedelai dan
gulma. Penyulaman dilakukan saat terdapat benih yang tidak
tumbuh atau tanaman telah layu (kering) seutuhnya.
3) Penyulaman
Penyulaman untuk benih yang tidak tumbuh dilakukan pada 2 mst
dan 3 mst, sedangkan untuk tanaman yang telah layu (kering)
seutuhnya setelah 3 mst, tidak dilakukan penyulaman.
d. Pengamatan Tanaman
1) Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman diamati dengan cara mengukur tinggi sampel
tanaman dengan menggunakan peteran atau penggaris, dari
permukaan tanah hingga titik tumbuh.
2) Jumlah Daun
Daun tanaman kedelai merupakan daun majemuk trifoliate dimana
setiap tiga helai daun dihitung sebagai satu daun. Perhitungan
jumlah daun dilakukan pada saat daun sudah membuka sempurna.
3) Jumlah Polong
Polong kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7-10 hari setelah
munculnya bunga pertama. Jumlah polong dilakukan perhitungan
pada masing-masing sampel tanaman kedelai.
4) Bobot Polong
Bobot polong Kedelai diukur dari bobot per 100 biji kering.
Digolongkan berbiji kecil bila bobot 100 bijinya antara 6-10 gram,
berbiji sedang bila bobot 100 bijinya 13 gram, dan bila lebih dari
13 gram termasuk berbiji besar.
e. Panen dan Pengamatan Hasil Panen
Pemanenan tanaman kedelai dapat dilakukan dengan mencabut
tanaman kedelai secara langsung. Tanaman kedelai dicabut dengan
hati-hati dan secara perlahan. Pengamatan hasil panen pada tanaman
kedelai dilakukan setelah mencabut tanaman kedelai kemudian dijemur
dibawah terik sinar matahari selama kurang lebih 3-7 hari. Kemudian
pemisahan biji kedelai dari kulit kedelai selanjutnya biji kedelai yang
sudah terpisah dijemur kembali sampai kadar airnya turun.
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pertumbuhan Tanaman
3.1.1 Tinggi Tanaman Kedelai
Berikut adalah tabel data hasil pengamatan tinggi tanaman kedelai.
Pengamatan dilakukan pada 1 mst hingga 8 mst dengan perlakuan berbagai dosis
pupuk:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Kedelai.
Rata-
Tinggi Tanaman (cm)
rata
Kode Perlakuan
3 5 7 9
MST MST MST MST
G0 Kontrol 11.8 27,1 36.8 44,6 24.3
G1 Pupuk Tunggal 13.06 29.3 40.8 41,8 27.7
Pupuk Majemuk
G2 NPK 12.7 29.4 37.1 47.1 31.5
Pembanding
50% dosis Ferticomp
G3 12.3 27.8 37.1 47.1 31.07
13-6-27-4
75 % dosis Ferticomp
G4 12.3 30.1 40.9 48.8 33.02
13-6-27-4
100 % dosis
G5 Ferticomp 13.1 30.3 44.1 51 34.6
13-6-27-4
125 % dosis
G6 Ferticomp 12.5 27.8 39.9 47.4 31.9
13-6-27-4
150 % dosis
12.8 30.3 40.4 44.3 31.9
G7 Ferticomp
Berdasarkan data hasi pengamata tinggi tanaman kedelai pada tabel 1,
diketahui bahwa rata-rata tinggi tanaman tertinggi ada pada perlakuan pupuk
Ferticomp 13-6-27-4 dengan dosis 125% sebesar 31,9 cm. Rata-rata tinggi
tanaman terkecil ada para perlakuan kontrol sebesar 24,3 cm. Selain itu, diketahui
bahwa rata-rata tinggi tanaman kedelai pada perlakuan pupuk tuggal dan pupuk
majemuk masing-masing sebesar 27,7 cm dan 31,5 cm.
3.1.2 Jumlah Daun
Berikut adalah tabel data hasil pengamatan jumlah daun tanaman kedelai.
Pengamatan dilakukan pada 1 mst hingga 8 mst dengan perlakuan berbagai dosis
pupuk:
3.3 Pembahasan
Pertumbuhan suatu tanaman tergantung pada jumlah unsur hara yang
tersedia pada tanah sehingga pemberian unsur hara yang seimbang dan
kelengkapan unsur hara makro dan mikro sangat dibutuhkan oleh tanaman baik
untuk pertumbuhan dan produksi tanaman tersebut. Unsur hara N, P, K sangat
diperlukan oleh tanaman khususnya tanaman kedelai. Pada perlakuan pupuk
ferticomp 13-6-27-4 dan pupuk majemuk NPK diketahui memiliki nilai tinggi
tanaman yang cukup tinggi dibandingan dengan perlakuan kontrol dan pupuk
tunggal karena semakin banyak pemberian unsur hara N, P, K yang diberikan
akan memberikan pertumbuhan yang baik, hal tersebut didukung oleh pernyataan
Ridwan et al. (2017) bahwa semakin meningkatnya dosis pupuk majemuk NPK
yang diaplikasikan maka produksi kedelai mampu semakin meningkat pula.
Selain itu, menurut Marlina et al. (2015) yaitu perbedaan tinggi tanaman
dipengaruhi oleh ketersediaan unsur nitrogen, unsur nitrogen yang ada di pupuk
NPK organik bermanfaat bagi pembentukan klorofil yang sangat penting untuk
proses fotosintesis sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanama
4.2 Saran
Pupuk anorganik yang digunakan mampu meningkatkan produktivitas
tanah dalam waktu singkat, tetapi akan mengakibatkan kerusakan pada struktur
tanah (tanah menjadi keras) dan menurunkan produktivitas tanaman yang
dihasilkan. Oleh karena itu sebaiknya penggunaan pupuk anorganik dibarengi
dengan pemberian pupuk organik sehingga tanah tidak mengalami penurunan
kesuburan.
DAFTAR PUSTAKA
Anti, Wa Ode. 2019. “Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine Max L.
Merrill) Pada Berbagai Dosis Bokashi Kotoran Ayam.” Agrikan: Jurnal
Agribisnis Perikanan 12(2):326–30.
Hapsoh, Wardati, and Hairunisa. 2019. “Pengaruh Pemberian Kompos Dan Pupuk
NPK Terhadap Produktivitas Kedelai (Glycine Max (L.) Merril).” Jurnal
Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy) 47(2):149–55.
Marlina, Eni, Edison Anom, and Sri Yoseva. 2015. “Pengaruh Pemberian Pupuk
NPK Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine Maz
(L.) Merril).” JOM Faperta 2(1):1–13.
Ratnasari, Dewi, Mbue Kata Bangun, and Revandy Iskandar M. Damanik. 2015.
“Respons Dua Varietas Kedelai (Glycine Max (L.) Merrill.) Pada Pemberian
Pupuk Hayati Dan NPK Majemuk.” Jurnal Online Agroekoteknologi
3(1):276–82.