Anda di halaman 1dari 2

BAB III.

Rencana Perubahan Manajemen Lahan

Berdasarkan gambar lanskap pertanian kentang di Dusun Wonoktiri, Kecamatan


Tosari, Kabupaten Pasuruan dapat diketahui bahwa permasalahan utama pada lahan yaitu
penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan daya dukung lahan. Kelerengan yang curam
dan tutupan lahan yang tidak sempurna sangat memungkinkan terjadinya erosi yang tinggi
pada lahan tersebut. Menurut Arifin et al. (2016) kemiringan lereng yang curam dapat
menyebabkan erosi dan longsor serta degradasi lahan sehingga menyebabkan kualitas
lahan menurun, perlu dilakukan upaya konservasi yang tepat agar kondisi erosi dapat
ditekan. Perubahan manajemen lahan yang dapat direkomendasikan yaitu menjadikan lahan
tersebut sebagai lahan agroforestri untuk mengurangi aliran permukaan dan laju erosi pada
lahan tersebut. Menurut Suryani dan Dariah (2012) bahwa penggunaan sistem agroforestri
sebagai upaya konservasi pada lahan yang memiliki lereng curam dapat membantu dalam
mengatasi serta menghindari degradasi lahan yang terjadi secara berkelanjutan melalui
proses penutupan tanah oleh vegetasi-vegetasi yang melindungi permukaan tanah dari
erosi, menjadikan tanah memiliki kemampuan infiltrasi lebih tinggi, meningkatkan retensi air
hujan, dan aliran permukaan dapat ditekan. Perubahan manajemen lahan pada lanskap
pertanian kentang di Dusun Wonokitri menjadi lahan agroforestri juga perlu memperhatikan
kondisi sosial masyarakat. Usahatani kentang sudah menjadi sumber pendapatan mereka,
oleh karena itu pemilihan tanaman dalam manajemen agroekosistem yang baru yakni
dengan menggunakan sistem agroforestri perlu adanya pemilihan tanaman yang tepat.
Pemilihan tanaman dapat tetap mengaplikasikan tanaman kentang sebagai tanaman
budidaya sebagai tanaman semusim pada sistem agroforestri. Sedangkan tanaman tahunan
perlu diperbanyak pada daerah lereng bagian atas dan tanaman semusim pada lereng
bagian bawah dengan sistem tanam alley cropping bersama tanaman tahunan. Menurut
Suryani dan Dariah (2012) pelaksanaan konservasi dengan menggunakan agroforestri
harus memperhatikan jenis tanaman yang dipilih sesuai lokasi dan kondisi pertanian pada
lahan tersebut, diversifikasi tanaman dengan stabilitas biologis dan ekonomis, pengelolaan
tanah guna menjaga kualitas tanah, penggunaan input yang efisien serta ramah lingkungan,
dan memperhatikan tujuan dan cara hidup petani. Maka perlu adanya perhatian lebih terkait
pemilihan tanaman yang digunakan. Menurut Suryani dan Dariah (2012) pemilihan tanaman
harus mempertimbangkan penggunaan tanaman tahunan dengan tajuk yang tidak terlalu
lebar serta perakaran yang dalam agar tidak berkompetisi dengan tanaman semusim seperti
karet, jati, mahoni, sedangkan tanaman semusim dapat diusahakan menggunakan tanaman
yang tahan terhadap naungan dari tajuk tanaman tahunan, seperti talas atau tanaman
rempah. Pada lahan pengamatan dapat menggunakan tanaman kentang sebagai tanaman
semusim, namun penanamannya dapat diusahakan pada lereng bagian bawah dengan
penggunaan tanaman tahunan lebih sedikit. Penggunaan agroforestri seperti ini dapat
menjadi pilihan sebagai bentuk konservasi lahan dalam upaya mengurangi tingkat erosi
yang terjadi serta tetap mempehatikan aspek ekonomi masyarakat setempat dengan tetap
membudidayakan tanaman yang biasa dibudidayakan serta meningkatkan pendapatan dari
adanya diversifikasi tanaman yang ditanam sehingga hasil yang diperoleh lebih beragam.

DAPUS
Arifin, Z., I. Sutrisno, E. Korlina, dan I.R. Dewi. 2016. Kajian Budidaya Kentang Ramah
Lingkungan dengan Teknik Konservasi Tanah di Lahan Kering Berlereng. Jurnal
Hortikultura. 27(1): 55-68
Suryani, E. dan A. Dariah. 2012. Peningkatan Produktivitas Tanah Melalui Sistem
Agroforestri. Jurnal Sumberdaya Lahan. 6(2): 101—109.

Anda mungkin juga menyukai