NAMA:
Salah satu Negara di Asia yang memiliki system pertanian yang cukup
maju adalah Malaysia. System pertanian tradisional di Malaysia adalah dengan
menggunakan system ladang berpindah (Shifting Cultivation). sistem perladangan
berpindah dipraktekkan oleh 240 sampai 300 juta penduduk di daerah tropis.
Pertanian dengan menggunakan system ini dapat dipertahankan dalam jangka
waktu yang panjang jika mampu beradaptasi dan berintegrasi dengan kondisi
local, dan mendapat dukungan dari strategi subsisten lainnya. System ini masih
berkembang di Malaysia dan menjadi budaya yang tidak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat perbatasan Malaysia khususnya wilayah Sabah dan
Serawak.
Petani rumah menjadi agen utama dalam pertanian ini, mereka membuka
lahan 1-3 ha lahan dengan cara membakar dan memotong rumput untuk
dimanfaatkan sebagai ladang padi atau jagung. Proses pembukaan ladang dimulai
dengan membersihkan area ladang seperti semak-semak atau pepohonan. untuk
membersihkan area ladang yang baru dapat menggunakan berbagai alat modern
seperti cultivator Honda FJ500 yang berfungsi untuk membuang dan mencabut
rumput atau ilalang sampai keakarnya. Dengan menggunakan alat ini memiliki
efisiensi waktu dan optimalisasi pengolahan lahan dibandingkan dengan
menggunakan cara manual. Setelah pembersihan kemudian dilakukan pengolahan
tanah yang bertuuan untuk mengubah tekstur tanah dari keras menjadi gembur
dan memperbaiki kondisi tanah. Alat yang digunakan untuk mengolah tanah
antara lain yaitu Miracle Rotor, Deep Rotor, Star Rotor, dan Keep Rotor. Setelah
pengolahan tanah dilanjutkan dengan membuat bedengan dan parit yang
digunakan sebagai resapan dan temat cadangan air saat penyiraman. Ladang hasil
pembukaan ini dapat kembali menjadi hutan dalam kurun waktu 5 - 15 tahun
sehingga menimbulkan kontroversi dalam pelaksanaannya yaitu 1). luas hutan
yang dikonversi menjadi ladang semakin bertambah, 2) produktifitas dan
keberlanjutan dari ladang berpindah tidak dapat dijamin. 3). Pencemaran
lingkungan yang disebabkan oleh pembakaran lahan.( R. A. Cramb. 1993).
Sistem ladang berpindah adalah sistem yang sangat rapuh dan mudah
rusak akibat tekanan populasi yang semakin meningkat sehigga kebutuhan juga
ikut meningkat. Tekanan populasi yang meningkat memaksa petani penggarap
untuk mempersingkat masa tanamnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut petani
akan melakukan kegiatan memotong dan membakar area yang lebih besar setiap
tahunnya. Akan tetapi hal tersebut mendatangkan hasil yang baertolak belakang
dengan ekspektasi yang diinginkan dan akhirnya kegiatan tersebut menyebabkan
penurunan produktifitas dan peningkatan erosi tanah (Sarawak, 1978).
Sistem fertigasi atas tanah dikembangkan untuk wilayah yang tidak mudah
tergenang oleh air. Jenis tanaman yang ditanam dengan menggunakan sistem
fertigasi ini seperti cabai dan terong. Jarak antar baris tanaman maupun antar
tanaman tergantung pada jenis tanaman yang ditanam, misalnya seperti cabai
maka jarak antar tanaman adalah tiga feet sedangkan jarak antar baris adalah
enam feet.
Daftar Pustaka
Shobri, Nor Izana., Rasidah, Siti., dkk. 2015. Malaysia Standard Crop
Commodities in Agricultural For Suistainable Living. Procedia Sosial and
Behavioral Scinces. Faculty of Architecture, Planning and Surveying:
Universitas Teknologi Perak Malaysia.