Anda di halaman 1dari 6

CONTOH POLICY LED DI KOTA BANJARMASIN

Gambaran Umum Kota Banjarmasin


Secara geografis, Kota Banjarmasin terletak pada posisi antara 3°15ˈLS-
3°22ˈLS dan 114°52ˈBT-114°98ˈBT. Kota Banjarmasin terletak sekitar 50 km dari
muara Sungai Barito dan dibelah oleh Sungai Martapura. Secara topografis, Kota
Banjarmasin didominasi oleh daerah yang datar dan berawa-rawa dengan kemiringan
tanah 0%-2% serta berada pada ketinggian rata-rata 0,16 mdpl. Adapun batas wilayah
administratif Kota Banjarmasin adalah sebagai berikut: sebelah Utara dengan
Kabupaten Barito Kuala, sebelah Selatan dengan Kabupaten Banjar, Barat dengan
Kabupaten Barito Kuala dan Timur dengan Kabupaten Banjar. Kota ini memiliki luas
wilayah yang mencapai ±9700 Ha atau setara dengan 98,46 km2. Kota Banjarmasin
dibagi kedalam 5 wilayah kecamatan dan 52 kelurahan, dengan pembagian wilayah
administratif kecamatan yaitu Banjarmasin Utara, Banjarmasin Selatan, Banjarmasin
Tengah, Banjarmasin Barat, dan Banjarmasin Timur.

Gambar 2.1 Peta Kota Banjarmasin


Sumber: Google Maps
Penerapan Policy Led di Kota Banjarmasin

Kota Banjarmasin yang merupakan Ibukota dari Provinsi Kalimantan Selatan


mengembangkan sebuah visi yang dikenal dengan “Pintu Gerbang Ekonomi
Kalimantan:Kota Sungai, Perdagangan dan Jasa”. Visi kota ini merupakan cita-cita
Kota Banjarmasin yang memberi daya dukung terhadap lingkungan, budaya,
ekonomi dan sumber penghidupan local. Ketika melaksanakan visi tersebut Kota
Banjarmasin berharap mampu menjadi kota yang memiliki masyarakat yang sehat,
budaya local yang kuat, aktivitas ekonomi yang baik, ruang public yang indah dan
nyaman serta daya dukung infrastruktur yang memadai. Dalam rangka mempertegas
jati diri Kota Banjarmasin sebagai kota sungai dan mengoptimalkan fungsi sungai
untuk kehidupan maka pembangunan kota berbasis sungai menjadi sebuah prioritas
pada kota ini. Selain itu, dalam rangka mempercepat Kota Banjarmasin sebagai kota
cerdas maka Pemerintah Kota mulai mengoptimalkan pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi dalam pengelolaan kota. Salah satu kebijakan yang dibuat
oleh Pemerintah Kota Banjarmasin untuk mempercepat pengembangan wilayah
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi di kota ini adalah dengan
melalui program “Smart City”.

Smart City merupakan konsep kota cerdas yang dirancang guna membantu
berbagai hal kegiatan masyarakat. Terutama dalam upaya mengelola sumber daya
alam dan manusia yang ada dengan efisien, serta memberikan kemudahan mengakses
informasi kepada masyarakat. Pada Smart City, berbagai macam data dan informasi
yang berada di setiap sudut kota dapat dikumpulkan melalui sensor yang terpasang di
setiap sudut kota, dianalisis dengan aplikasi cerdas, selanjutnya disajikan sesuai
dengan kebutuhan pengguna melalui aplikasi yang dapat diakses oleh berbagai jenis
gadget. Melalui gadget, secara interaktif pengguna juga dapat menjadi sumber data,
mereka mengirim informasi ke pusat data untuk dikonsumsi oleh pengguna yang lain.
Pilihan mengenai acuan dimensi smart city yang lebih detail merujuk pada hasil
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Jawa Timur yang dipublikasikan
Bank Indonesia yang menyebutkan ada enam dimensi smart city. (1) Smart
Goverment (pemerintahan cerdas); diimplementasikan dengan sistem pengelolaan
keuangan daerah secara digital, layanan pemerintah berbasis elektronik, sistem
informasi keuangan daerah secara online, melalui penyelenggaraan pemerintahan
yang good governance. (2) Smart Economy (ekonomi cerdas); khususnya perihal
perbandingan linear (lurus) antara inovasi dan peluang usaha, penerapannya melalui
pemberdayaan berbagai komunitas usaha terutama usaha mikro, kecil, dan menengah
(UMKM); (3) Smart Mobility (mobilitas cerdas); pengelolaan infrastruktur kota yang
dikembangkan di masa depan merupakan sebuah sistem pengelolaan terpadu untuk
menjamin keberpihakan pada kepentingan publik, seperti intelligent transportation
system; (4) Smart People (orang/masyarakat cerdas); pembangunan senantiasa
membutuhkan modal, baik modal ekonomi, modal manusia maupun modal sosial; (5)
Smart Living (hidup cerdas); misalnya pelayanan kesehatan miskin secara terpadu
online, ambulans desa, pengembangan potensi wisata, serta program pelayanan
pendidikan terpadu; (6) Smart Environment (lingkungan cerdas); misalnya dirintis
melalui pembangunan infrastruktur hijau, ruang terbuka hijau, pembangkit listrik
bertenaga.

Smart City yang diluncurkan pada 28 Februari 2018 merupakan sebuah


program dimana seluruh kelurahan, kecamatan, dan SKPD (Satuan Kerja Perangkat
Daerah) lainnya di Banjarmasin menjadi terpantau secara online. Tak hanya itu
fasilitas umum seperti RTH juga dipasang CCTV salah satunya RTH Kamboja,
taman nol kilometer, dan taman bekantan. Selain itu pemko juga meluncurkan
aplikasi pelayanan ayokebanjarmasin. Aplikasi ini diluncurkan dalam rangka
mempermudah kepentingan para wisatawan dalam menikmati layanan-layanan
pariwisata di Kota Banjarmasin. Salah satu bagian dari smart city tersebut adalah
berupa aplikasi yang terkoneksi dengan go klotok, e-lapor, peta tempat kuliner dan
objek wisata.serta berbelanja online di Banjarmasin_mall. Adanya aplikasi ini akan
membuat wisatawan semakin menikmati keindahan serta kemudahan berpariwisata
pada kota ini dengan begitu aspek pariwisata pada Kota Banjarmasin akan semakin
maju dan berdampak pada naiknya perekonomian di kota ini.
Beberapa program lainnya yang juga ikut diluncurkan dalam rangka
pelaksanaan program smart city di Kota Banjarmasin ini adalah mulai dari e-
pembayaran, e-perizinan, e-lapor, hingga e-tandatangan. Semua program-program
tersebut dapat membuat masyarakat semakin mudah dalam mengakses pelayanan.
Misalnya saja ketika ingin melakukan pengurusan terhadap surat-menyurat di
kelurahan, maka tidak perlu datang lagi ke kantornya, tetapi sudah bisa dilakukan
melalui daring, bahkan untuk proses pembuatannya.

Kelebihan

Kelebihan yang dimiliki oleh pelaksanaan program Smart City di Kota


Banjarmasin adalah sebagai berikut:

 Masyarakat dapat dengan mudah memperoleh akses pelayanan yang dibutuhkan


 Meningkatkan kemampuan SDM masyarakat
 Meningkatkan pendapatan daerah
 Meningkatkan produktivitas daerah
 Meningkatkan daya saing ekonomi daerah

Kelemahan

Kelemahan dari pelaksanaan program Smart City di Kota Banjarmasin adalah


sebagai berikut:

 Anggaran yang diperlukan tinggi


 Masyarakat yang belum siap melaksanakan program
 Implementasi dan pengintegrasiaan program yang belum berjalan secara optimal

Sumber:

Astnan. 2017. Smart City Impian Kita. Diakses pada Jum’at 26 April 2019 Pukul
05.15 WIB (http://banjarmasin.tribunnews.com/)
Rohayanti, Isti. 2018. Smart City Semakin Gencar Dilaksanakan di Kota
Banjarmasin.. Diakses pada Jum’at 26 April 2019 Pukul 05.25 WIB
(http://banjarmasin.tribunnews.com/)

Sukarli. 2018. Baru 11 Aplikasi Terintegrasi Banjarmasin Smart City. Diakses Pada
Jum’at 26 April 2019 Pukul 05.00 WIB (https://kalsel.antaranews.com)

Pemerintah Kota Banjarmasin. 2012. City Visioning Profil Banjarmasin.


Banjarmasin: UN-Habitat Indonesia Office.

Website

https://peraturan.bpk.go.id/. Diakses pada Jum’at 26 April 2019 Pukul 05.10 WIB

https://jdih.banjarmasinkota.go.id. Diakses pada Jum’at 26 April 2019 Pukul 06.10


WIB.

https://banjarmasinkota.bps.go.id/. Diakses pada Jum’at 26 April 2019 Pukul 06.20


WIB.

https://banjarmasinkota.go.id/. Diakses pada Jum’at 26 April 2019 Pukul 06.25 WIB.

Anda mungkin juga menyukai