PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam pembuatan makalah ini
adalah sebagai berikut:
TINJAUAN PUSTAKA
a. Sex Rasio
(ΣLaki-laki/ΣPerempuan)*100
(ΣLulus SLTA+/ΣPenduduk)
1). Kepadatan penduduk kasar (crude density of population) atau sering pula
disebut dengan kepadatan penduduk aritmatika. Kepadatan Penduduk Kasar
(Crude Population Density), yaitu menunjukkan banyaknya jumlah penduduk
untuk setiap kilometer persegi luas wilayah
a) Metode Komponen
Merupakan metode proyeksi terhadap komponen-komponen demografi,
misalnya kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan migrasi penduduk.
Pn = P0 (1 + r)n
Keterangan :
P (t,me) = P0 e r n
Untuk pertumbuhan geometrik, proyeksinya adalah
P (t,mg) = P0 (1 + r) n
Jika pertumbuhan penduduknya linear, proyeksinya adalah
P (t,m1) = P0 (1+ r n)
dimana :
Pt adalah proyeksi penduduk pada tahun ke t
P0 adalah penduduk pada tahun dasar proyeksi
r adalah angka pertumbuhan penduduk
n adalah jangka waktu proyeksi dalam tahun
c) Model geometrik
Pada model ini pertumbuhan penduduk yang menggunakan dasar bunga majemuk.
Angka pertumbuhan penduduk dianggap sama untuk setiap tahun, Rumusnya:
Pn = P0 (1+ r)n
Keterangan:
Pn adalah penduduk pada tahun n
P0 adalah penduduk pada tahun awal
n adalah waktu dalam tahun (period proyeksi)
r adalah angka pertambahan penduduk (%)
d) Model eksponensial
Pada model ini pertumbuhan penduduk secara terus menerus setiap hari dengan
angka pertumbuhan konstan. Rumusnya:
Pn = P0 x e rn
Keterangan:
Pn adalah penduduk pada tahun n
P0 adalah penduduk pada tahun awal
n adalah waktu dalam tahun (period proyeksi)
r adalah angka pertambahan penduduk (%)
e adalah bilangan pokok sistem logaritma natural = 2, 7182818
BAB III
PEMBAHASAN
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan Tahun 2017
-1 -2 -3 -4 -5 -6
0-4 33784 33784 65 597 106,20 9,47
5-9 32411 31075 63 485 104,30 9,16
10-14 28791 27476 56 267 104,79 8,12
15-19 28258 29036 57 294 97,32 8,27
20-24 30912 31288 62 200 98,80 8,98
25-29 30006 28570 58 575 105,03 8,45
30-34 28874 28609 57 483 100,93 8,30
35-39 27603 28336 55 939 97,41 8,07
40-44 26810 26916 53 726 99,61 7,75
45-49 23354 23774 47 128 98,23 6,80
50-54 19590 19395 38 985 101,00 5,63
55-59 16179 15444 31 623 104,76 4,56
60-64 9530 9127 18 657 104,41 2,69
65-69 6019 6220 12 239 96,77 1,77
70-74 2963 3952 6 916 74,98 1,00
75+ 2324 4354 6 678 53,37 0,96
Jumlah/Tota 347408 345385 692 793 100,59 100,00
l
Sumber:BPS Kota Banjarmasin
Gambar 3.1 Piramida Penduduk Kota Banjarmasin Tahun 2017
Tabel 3.3 Persentase Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Iijazah Tertinggi yang
dimiliki di Kota Banjarmasin Tahun 2017
Berdasarkan data pada tabel tersebut maka dapat diketahui bahwa penduduk
Kota Banjarmasin secara umum memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dengan
struktur pendidikan yang terbilang baik. Hal ini tercermin dari jumlah penduduk
yang telah berhasil menamatkan jenjang SLTA/SMA memiliki persentase
tertinggi, yakni sebesar 29,38%. Perhitungan pada indikator struktur pendidikan
menunjukkan nilai sebesar 0,2937991579.Struktur pendidikan akan
menggambarkan bagaimana kualitas SDM yang dimiliki oleh suatu wilayah.
Ketika struktur pendidikan baik maka kualitas SDM yang dimiliki juga akan
semakin baik. Kualitas SDM yang baik akan memudahkan suatu wilayah dalam
melakukan pembangunan.
Diagram 3.1 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan
Jenis Kelamin Tahun 2014
Pada tahun 2014 jumlah penduduk yang bekerja pada sektor perdagangan
memiliki persentase tertinggi, yakni sebesar 42,15 persen. Sektor jasa berada pada
urutan kedua dengan persentase sebesar 25,8 persen dan sektor pertanian
merupakan sector mata pencaharian dengan persentase yang kecil yakni sebesar
1,33 persen. Berdasarkan persentase tersebut maka dapat diketahui bagaimana
struktur mata pencaharian penduduk Kota Banjarmasin. Hasil perhitungan dari
struktur mata pencaharian menunjukkan bahwa dari 100 RT petani terdapat 1885
RT non pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa struktur mata pencaharian atau
struktur ekonomi Kota Banjarmasin bukan berasal dari sektor agraris namun
berasal dari sektor jasa. Sector jasa yang mendominasi juga disebabkan karena
Banjarmasin merupakan daerah yang berfungsi sebagai gerbang ekonomi di Pulau
Kalimantan, khususnya Provinsi Kalimantan Selatan. Oleh karena itu, sektor mata
pencaharian penduduk didominasi oleh sekctor jasa, perdagangan dan juga
industri.
Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Menurut Agama Perkecamatan Tahun 2017
B. Kepadatan Penduduk
C. Dinamika Penduduk
Dinamika penduduk menunjukkan perubahan penduduk yang terjadi dari
waktu ke waktu. Dinamika penduduk dapat diketahui salah satunya dari angka
laju pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan penduduk selama 10 tahun
terakhir (2007-2017) di Kota Banjarmasin berdasarkan perhitungan dengan
menggunakan metode geometrik dan metode eksponensial menunjukan nilai
sebesar 0,014. Ini artinya selama 10 tahun terakhir laju pertumbuhan penduduk
pada wilayah Kota Banjarmasin pertahunnya adalah sebesar 1,4 persen.
Sedangkan, data yang diperoleh dari BPS menunjukkan bahwa laju pertumbuhan
penduduk adalah sebesar 1,26 persen. Angka laju pertumbuhan yang tinggi ini
memiliki sisi positif dan negatif bagi Kota Banjarmasin. Disisi lain, laju
pertumbuhan yang tingi salah satunya juga merupakan bagian dari bonus
demografi. Bonus demografi memang digadang-gadang akan menjadi berkah bagi
Kota Banjarmasin. Namun, disisi lain bonus demografi juga akan menjadi sebuah
bencana apabila tidak dihadapi dengan persiapan yang matang dari berbagai
aspek. Agar bonus demografi bias menjadi sebuah potensi maka perlu adanya
kesiapan baik dari segi SDM maupun segi sumber daya yang lainnya. Semua hal
itu tentunya harus dipersiapkan dan direncanakan dengan perencanaan yang bak.
Gambar 3.2 Piramida Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin; 2013 dan 2017
Jika dilihat dari komposisi penduduk berdasarkan piramida tersebut, dapat
diketahui bahwa selama kurun waktu 5 tahun tidak terjadi perubahan yang
signifikan pada jumlah penduduk secara keseluruhan. Pada tahun 2013 jumlah
penduduk usia non produktif (0-14 tahun) lebih banyak dibandingkan pada tahun
2017. Namun, untuk usia non produktif (+75) pada tahun 2017 menunjukkan
jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan tahun 2013. Penduduk usia
produktif selama kurun waktu 5 tahun juga mengalami peningkatan. Banyaknya
jumlah penduduk usia produktif yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun tentu harus diimbangi dengan tersedianya lapangan pekerjaan yang
memadai. Jika tidak diimbangi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan yang
memadai maka hal ini bisa menjadi bencana bagi Kota Banjarmasin. Pasalnya,
jumlah penduduk usia produktif yang tinggi tidak selalu mendatangkan berkah
bagi suatu daerah dikarenakan hal tersebut juga dapat menjadi salah satu faktor
yang membuat tingginya angka kemiskinan. Ketika penduduk produktif tidak
memiliki SDM yang baik atau tidak tersedia lapangan pekerjaan yang memadai
pada suatu wilayah maka tentu akan menyebabkan angka atau tingkat
pengangguran semakin meningkat dan berdampak pula pada meningkatnya angka
kemiskinan. Angka kemiskinan yang semakin meningkat tentunya menjadi
penghambat dan penghalang dalam melaksanakan sebuah perencanaan
pembangunan.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan