Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota Banjarmasin (Kota Seribu Sungai) merupakan Ibukota Provinsi
Kalimantan Selatan, serta kota terbesar dan terpadat di Kalimantan. Kota ini juga
termasuk salah satu kota besar di Indonesia dan kota terpadat di luar Pulau Jawa.
Banjarmasin yang dijuluki Kota Seribu Sungai ini memiliki wilayah seluas
98,46km² yang wilayahnya merupakan delta atau kepulauan yang terdiri dari
sekitar 25 buah pulau kecil (delta) yang dipisahkan oleh sungai-sungai
diantaranya pulau Tatas, pulau Kelayan, pulau Rantauan Keliling, pulau Insan dan
lain-lain. Berdasarkan data BPS Kota Banjarmasin tahun 2017 Banjarmasin
memiliki penduduk sebanyak 692.793 jiwa dengan kepadatan 7036 jiwa per
km². Wilayah metropolitan Banjarmasin yaitu Banjar Bakula  memiliki penduduk
sekitar 1,9 juta jiwa.
Kota Banjarmasin terletak pada 3°15′ sampai 3°22′ Lintang Selatan dan
114°32′ Bujur Timur. Kota Banjarmasin berlokasi daerah kuala sungai Martapura
yang bermuara pada sisi timur Sungai Barito. Tanah aluvial yang didominasi
struktur lempung adalah merupakan jenis tanah yang mendominasi wilayah Kota
Banjarmasin. Sedangkan batuan dasar yang terbentuk pada cekungan wilayah
berasal dari batuan metaforf yang bagian permukaan ditutupi oleh kerikil, pasir
dan lempung yang mengendap pada lingkungan sungai dan rawa.
Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Banjarmasin pada tahun 2000-2010
adalah sebesar 1,72 persen pertahun. Angka ini jauh diatas LPP nasional pertahun
yang sebesar 1,47 persen (BPS Kota Banjarmasin). Laju pertumbuhan penduduk
terlepas dari angka kelahiran disebabkan kegiatan migrasi dan urbanisasi yang
tinggi. Kemudahan sistem di bidang informasi, komunikasi, dan transportasi
mendorong pergerakan masyarakat untuk melakukan perpindahan ke wilayah
perkotaan, namun sering kali urbanisasi yang terjadi secara alami hasilnya tidak
merata dan menimbulkan kesenjangan (Soetomo, 2009).
Kota Banjarmasin yang memiliki luas hanya 0,6 persen dari luas seluruh
Provinsi Kalimantan Selatan dengan jumlah kepadatan penduduk yang tinggi
tentu memiliki berbagai pertimbangan dalam membuat sebuah perencanaan
wilayahnya. Perencanaan wilayah pada kota yang berbasis sungai ini tentu juga
memperhatikan aspek komposisi penduduk yang dimilikinya. Oleh sebab itu, pada
kesempatan ini penulis akan mengkaji mengenai kondisi dan karakteristik
kependudukan di Kota Banjarmasin serta kaitannya dengan perencanaan
pembangunan wilayah yang dimiliki oleh kota ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat disimpulkan beberapa


rumusan masalah, yaitu:

a. Bagaimana karakteristik kependudukan Kota Banjarmasin?


b. Bagaimana perencanaan pembangunan wilayah Kota Banjarmasin berdasarkan
analisis karakteristik kependudukannya?
c. Bagaimana kesesuaian antara perencanaan wilayah Kota Banjarmasin dengan
karakteristik kependudukannya?

1.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam pembuatan makalah ini
adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui karakteristik kependudukan Kota Banjarmasin.


b. Mengetahui perencanaan pembangunan wilayah di Kota Banjarmasin.
c. Mengetahui kesesuaian antara perencanaan wilayah Kota Banjarmasin dengan
karakteristik kependudukannya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komposisi Penduduk

Penduduk adalah semua orang yang menempati suatu wilayah hokum


tertentu dan waktu tertentu, sehingga kita mengenal istilah penduduk tetap
(penduduk yang berada dalam suatu wilayah dalam waktu lama) dan penduduk
tidak tetap (penduduk yang berada dalam suatu wilayah untuk sementara waktu).
Sedangkan Warga Negara Indonesia adalah semua orang yang tinggal di wilayah
negara Republik Indonesia, baik penduduk asli maupun keturunan asing yang
telah disyahkan oleh undang-undang sebagai warga negara Indonesia. Oleh karena
itu masih sering ditemukan istlah WNI pribumi(penduduk asli Indonesia), WNI
keturunan (misalnya keturunan Tiong Hoa, Belanda, Amerika dan sebagainya),
dan WNA.

Tingkat pertumbuhan penduduk suatu wilayah dapat disebabkan karena


adanya ketersediaan sarana – sarana sosial ekonomi terutama sarana pendidikan
sebagai sarana peningkatan kecerdasan masyarakat, sarana kesehatan untuk
peningkatan derajat kesehatan masyarakat maupun sarana ekonomi yang
berfungsi untuk pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Untuk mengetahui
bagaimana kondisi masyarakat di suatu wilayah, dibutuhkan cara perhitungan
untuk mengetahui masyarakat tersebut:

a. Sex Rasio

(ΣLaki-laki/ΣPerempuan)*100

b. Struktur Pendidikan : Kualitas SDM

(ΣLulus SLTA+/ΣPenduduk)

c. Struktur Matapencaharian : Struktur Ekonomi

(Σ RT Non Pertanian/Σ RT)*100

d. Struktur Ras/Agama : Heterogenitas, Integrasi Sosial/Budaya


(Σ Islam/Σ Penduduk) atau (Σ Pendatang/Σ Penduduk)

2.2 Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk adalah suatu keadaan yang dikatakan semakin padat


bila jumlah manusia pada suatu batas ruang tertentu semakin banyak
dibandingkan dengan luas ruangannya (Sarwono, 1992). Kepadatan penduduk
adalah perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah yang dihuni
(Mantra,2007).
Kepadatan penduduk merupakan indikator dari pada tekanan penduduk di
suatu daerah. Kepadatan di suatu daerah dibandingkan dengan luas tanah yang
ditempati dinyatakan dengan banyaknya penduduk per kilometer persegi.
Kepadatan penduduk dapat dihitung dengan menggunakan rumus:Jumlah
penduduk yang digunakan sebagai pembilang dapat berupa jumlah seluruh
penduduk di wilayah tersebut, atau bagian-bagian penduduk tertentu seperti:
penduduk daerah perdesaan atau penduduk yang bekerja di sektor pertanian,
sedangkan sebagai penyebut dapat berupa luas seluruh wilayah, luas daerah
pertanian, atau luas daerah perdesaan. Kepadatan penduduk di suatu wilayah
dapat dibagi menjadi empat bagian:

1). Kepadatan penduduk kasar (crude density of population) atau sering pula
disebut dengan kepadatan penduduk aritmatika. Kepadatan Penduduk Kasar
(Crude Population Density), yaitu menunjukkan banyaknya jumlah penduduk
untuk setiap kilometer persegi luas wilayah

2). Kepadatan penduduk fisiologis (physiological density). Kepadatan Fisiologis


(Physiological Density), yang menyatakan banyaknya penduduk untuk setiap
kilometer persegi wilayah lahan yang ditanami (cultivable land)

3). Kepadatan penduduk agraris (agricultural density). Kepadatan Agraris


(Agriculture Density), menunjukkan banyaknya penduduk petani untuk setiap
kilometer persegi wilayah cultivable land

4). Kepadatan penduduk ekonomi (economical density of population). Kepadatan


penduduk ekonomis adalah perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas
lahan berdasarakan kapasitas produksinya.Ledakan penduduk yang cepat
menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan masyarakat terutama dalam bidang
sosial ekonomi masyarakat. Adapun dampakdari ledakan penduduk adalah
(Christiani, Tedjo, & Martono, 2014) :
a. Semakin terbatasnya sumber-sumber kebutuhan pokok (pangan, sandang,
papan, yang layak). Akibatnya sumber-sumber kebutuhan pokok tersebut tidak
lagi sebanding dengan bertambahnya jumlah penduduk.
b. Tidak tercukupinya fasilitas sosial dan kesehatan yang ada (sekolah,
rumah sakit, tempat rekreasi) serta berbagai fasilitas pendukung kehidupan lain.
c. Tidak tercukupinya lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja yang ada,
akibatnya terjadilah peningkatan jumlah pengangguran dan berdampak pada
menurunnya kualitas sosial (banyak tunawisma, pengemis, kriminalitas meningkat
dan lain-lain). Berdasarkan pendapat para ahli tentang kepadatan penduduk maka
dapat disimpulkan bahwa kepadatan penduduk merupakan suatu keadaan di mana
semakin padat jumlah manusia pada suatu wilayah yang dihuni. Dalam hal ini
luaswilayah tidak dapat mencukupi kebutuhan penduduk akan ruang di suatu
pemukiman. Kepadatan penduduk yang tidak terkendali mengakibatkan dampak
buruk terhadap lingkungan seperti semakin terbatasnya sumber daya pokok, tidak
tercukupinya fasilitas sosial dan kesehatan, dan tidak tercukupinya lapangan
pekerjaan bagi tenaga kerja yang ada.

2.3 Dinamika Penduduk

Dinamika penduduk adalah perubahan jumlah penduduk dari waktu ke


waktu. Pertumbuhan penduduk adalah dinamika penduduk yang menunjukkan
jumlah penduduk terus meningkat.Dinamika penduduk di pengaruhi oleh tiga
faktor yaitu:
1. Kelahiran atau natalitas
Angka kelahiran atau natalitas adalah bilangan yang menunjukkan jumlah
kelahiran hidup dari tiap 1.000 penduduk per tahun. Atau jumlah kelahiran yang
terjadi pada suatu daerah tertentu dan tahun tertentu per 1000 penduduk.
Rumus: jumlah bayi lahir hidup / jumlah penduduk dalam tahun tersebut x 1.000
Kriteria angka kelahiran per tahun:

a. tinggi, angka natalitas >30


b. sedang, angka natalitas 20 – 30
c. rendah, angka natalitas <20.
2. Kematian atau mortalitas
Angka kematian atau mortalitas adalah bilangan yang menunjukkan jumlah
kematian dari tiap 1.000 penduduk per tahun. Atau jumlah kematian yang terjadi
pada suatu daerah tertentu dan tahun tertentu per 1000 penduduk.
Rumus: jumlah kematian / jumlah penduduk dalam tahun tersebut x 1.000
Kriteria angka kematian per tahun:
a. tinggi, angka mortalitas >18
b. sedang, angka mortalitas 14 – 18
c. rendah, angka mortalitas <14.
3. Migrasi atau perpindahan
- Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain.
- Macam migrasi: emigrasi, imigrasi, urbanisasi, remigrasi, transmigrasi

2.4 Proyeksi Penduduk

Menurut Sutarsih (1981) proyeksi adalah perhitungan yang mneunjukkan


keadaan kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan migrasi penduduk di
masa yang akan datang. Proyeksi penduduk adalah perhitungan jumlah penduduk
(menurut komposisi umur dan jenis kelamin) di masa yang akan dating
berdasarkan asumsi arah perkembangan fertilitas, mortalitas, dan migrasi. Data
penduduk Indonesia yang dapat dipakai dan dipercaya untuk keperluan proyeksi
adalah berasal dari sensus penduduk (SP) yang diselenggarakan pada tahun yang
berakhir “0” dan survei antar sensus (SUPAS) pada tahun yang berakhir “S”.
Penyusunan proyeksi dapat digunakan dengan beberapa metode, antara
lain adalah sebagai berikut:

a) Metode Komponen
Merupakan metode proyeksi terhadap komponen-komponen demografi,
misalnya kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan migrasi penduduk.
Pn = P0 (1 + r)n

Keterangan :

Pn adalah jumlah penduduk pada tahun n ditanyakan


P0 adalah jumlah penduduk pada tahun 0 atau tahun dasar diketahui
n adalah jumlah tahun antara 0-n
r adalah tingkat pertumbuhan penduduk per tahun dalam %
b) Metode Matematik

Proyeksi penduduk dengan metode matematik umumnya meneggunakan


model pertumbuhan eksponensia, geometrik, dan linear, atau penduduk tanpa
pertumbuhan. Apabila pertumbuhan penduduk mnegikuti model pertumbuhan
eksponensial, proyeksinya adalah :

P (t,me) = P0 e r n
Untuk pertumbuhan geometrik, proyeksinya adalah
P (t,mg) = P0 (1 + r) n
Jika pertumbuhan penduduknya linear, proyeksinya adalah
P (t,m1) = P0 (1+ r n)
dimana :
Pt adalah proyeksi penduduk pada tahun ke t
P0 adalah penduduk pada tahun dasar proyeksi
r adalah angka pertumbuhan penduduk
n adalah jangka waktu proyeksi dalam tahun
c) Model geometrik
Pada model ini pertumbuhan penduduk yang menggunakan dasar bunga majemuk.
Angka pertumbuhan penduduk dianggap sama untuk setiap tahun, Rumusnya:
Pn = P0 (1+ r)n
Keterangan:
Pn adalah penduduk pada tahun n
P0 adalah penduduk pada tahun awal
n adalah waktu dalam tahun (period proyeksi)
r adalah angka pertambahan penduduk (%)
d) Model eksponensial
Pada model ini pertumbuhan penduduk secara terus menerus setiap hari dengan
angka pertumbuhan konstan. Rumusnya:
Pn = P0 x e rn
Keterangan:
Pn adalah penduduk pada tahun n
P0 adalah penduduk pada tahun awal
n adalah waktu dalam tahun (period proyeksi)
r adalah angka pertambahan penduduk (%)
e adalah bilangan pokok sistem logaritma natural = 2, 7182818
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Kependudukan Kota Banjarmasin


A. Komposisi Penduduk
Kota Banjarmasin yang merupakan Ibukota dari Provinsi Kalimantan
Selatan pada tahun 2017 memiliki jumlah penduduk sebanyak 692.793 jiwa yang
tersebar pada 5 kecamatan , yaitu Kecamatan Banjarmasin Barat, Banjarmasin
Timur, Banjarmasin Utara, Banjarmasin Selatan, dan Banjarmasin Tengah.

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan Tahun 2017

Kecamatan Jenis Kelamin Rasio Jenis


Laki-laki Perempuan Jumlah
Kelamin
Banjarmasin 81.723 80.051 161.773 102,09
Selatan
Banjarmasin 61.472 61.664 123.135 99,69
Timur
Banjarmasin 76.998 74.603 151.600 103,21
Barat
Banjarmasin 47.240 48.385 95.625 97,63
Tengah
Banjarmasin 79.977 80.682 160.659 99,13
Utara
Jumlah/Total 347.408 345.385 692.793 100,59
Sumber: BPS Kota Banjarmasin
Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat bahwa Rasio jenis kelamin di Kota
Banjarmasin pada tahun 2017 sebesar 100,59. Hal ini menggambarkan bahwa
jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan penduduk
perempuan walaupun selisihnya cenderung kecil, namun secara umum
perbandingan tersebut dapat dikatakan seimbang. Seimbangnya antara jumlah
penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan akan menjadi sebuah
keuntungan bagi Kota Banjarmasin. Keseimbangan tersebut akan membuat kota
ini memiliki sejumlah potensi untuk semakin meningkatkan kesejahteraannya dan
disisi lain, Kota Banjarmasin akan semakin terhindar dari permasalahan-
permasalahan kependudukan.
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2017

Kelompok Laki-Laki/ Perempuan/ Jumlah/ Rasio %


Umur/ JK/

Age Group Male Female Total Sex Ratio

           
-1 -2 -3 -4 -5 -6
0-4 33784 33784 65 597 106,20 9,47
5-9 32411 31075 63 485 104,30 9,16
10-14 28791 27476 56 267 104,79 8,12
15-19 28258 29036 57 294 97,32 8,27
20-24 30912 31288 62 200 98,80 8,98
25-29 30006 28570 58 575 105,03 8,45
30-34 28874 28609 57 483 100,93 8,30
35-39 27603 28336 55 939 97,41 8,07
40-44 26810 26916 53 726 99,61 7,75
45-49 23354 23774 47 128 98,23 6,80
50-54 19590 19395 38 985 101,00 5,63
55-59 16179 15444 31 623 104,76 4,56
60-64 9530 9127 18 657 104,41 2,69
65-69 6019 6220 12 239 96,77 1,77
70-74 2963 3952 6 916 74,98 1,00
75+ 2324 4354 6 678 53,37 0,96
           
Jumlah/Tota 347408 345385 692 793 100,59 100,00
l
Sumber:BPS Kota Banjarmasin
Gambar 3.1 Piramida Penduduk Kota Banjarmasin Tahun 2017

Sumber: BPS Kota Banjarmasin

Berdasarkan tabel dan piramida penduduk dapat diketahui bahwa sebagian


besar penduduk Kota Banjarmasin berada pada usia produktif, yaitu kelompok
umur 15-64 tahun sebesar 69,52 persen. Rasio ketergantungannya sebesar 44,25
persen. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap 100 orang yang berusia produktif
(15-64 tahun) mempunyai tanggungan sebanyak 43-44 orang yang belum
produktif dan dianggap tidak produktif lagi.Hal ini akan memberikan sebuah
keuntungan bagi kota ini apabila dapat memanfaatkan potensi tersebut dengan
baik. Namun, disisi lain besarnya jumlah penduduk usia produktif akan menjadi
sebuah ancaman dan bencana apabila tidak diimbangi dengan peningkatan
kualitas dan kuantitas dalam berbagai aspek.

Tabel 3.3 Persentase Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Iijazah Tertinggi yang
dimiliki di Kota Banjarmasin Tahun 2017
Berdasarkan data pada tabel tersebut maka dapat diketahui bahwa penduduk
Kota Banjarmasin secara umum memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dengan
struktur pendidikan yang terbilang baik. Hal ini tercermin dari jumlah penduduk
yang telah berhasil menamatkan jenjang SLTA/SMA memiliki persentase
tertinggi, yakni sebesar 29,38%. Perhitungan pada indikator struktur pendidikan
menunjukkan nilai sebesar 0,2937991579.Struktur pendidikan akan
menggambarkan bagaimana kualitas SDM yang dimiliki oleh suatu wilayah.
Ketika struktur pendidikan baik maka kualitas SDM yang dimiliki juga akan
semakin baik. Kualitas SDM yang baik akan memudahkan suatu wilayah dalam
melakukan pembangunan.
Diagram 3.1 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan
Jenis Kelamin Tahun 2014

Sumber: BPS Kota Banjarmasin

Pada tahun 2014 jumlah penduduk yang bekerja pada sektor perdagangan
memiliki persentase tertinggi, yakni sebesar 42,15 persen. Sektor jasa berada pada
urutan kedua dengan persentase sebesar 25,8 persen dan sektor pertanian
merupakan sector mata pencaharian dengan persentase yang kecil yakni sebesar
1,33 persen. Berdasarkan persentase tersebut maka dapat diketahui bagaimana
struktur mata pencaharian penduduk Kota Banjarmasin. Hasil perhitungan dari
struktur mata pencaharian menunjukkan bahwa dari 100 RT petani terdapat 1885
RT non pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa struktur mata pencaharian atau
struktur ekonomi Kota Banjarmasin bukan berasal dari sektor agraris namun
berasal dari sektor jasa. Sector jasa yang mendominasi juga disebabkan karena
Banjarmasin merupakan daerah yang berfungsi sebagai gerbang ekonomi di Pulau
Kalimantan, khususnya Provinsi Kalimantan Selatan. Oleh karena itu, sektor mata
pencaharian penduduk didominasi oleh sekctor jasa, perdagangan dan juga
industri.
Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Menurut Agama Perkecamatan Tahun 2017

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui bahwa struktur agama di


Kota Banjarmasin didominasi oleh penduduk beragama Islam, yakni sebesar 94
persen dengan jumlah sebanyak 797.579 penduduk. Persentase dan jumlah
tertinggi selanjutnya ditunjukkan oleh agama protestan yakni sebesar 2,1 persen
(14.994 jiwa). Berdasarkan tabet tersebut maka dapat pula diketahui bahwa Kota
Banjarmasin merupakan sebuah kota yang heterogen, hal ini dapat terlihat dari
perbedaan agama, pekerjaan, maupun ras/suku bangsa yang dimiliki oleh
penduduknya. Adanya heterogenitas ini dapat menjadi sebuah hal yang dapat
memicu adanya peningkatan terhadap integritas dan rasa persatuan serta kesatuan
terhadap bangsa. Namun, disisi lain juga dapat menjadi pemecah apabila tidak
ditumbuhkannya sifat toleransi dalam kehidupan bermasyarakat.

B. Kepadatan Penduduk

Kota Banjarmasin merupakan wilayah terpadat se-Provinsi Kalimantan


Selatan dengan angka kepadatan sebesar 7.036 jiwa/km2 . Jumlah penduduk yang
mencapai 692.793 jiwa dengan luas wilayah hanya sebesar 98,46 km2 atau sebesar
0,26% dari luas Provinsi Kalimantan Selatan menjadikan kota ini memiliki
tingkat kepadatan yang tinggi. Selain itu, kemudahan terhadap akses pelayanan-
pelayanan umum dan juga letak kota yang strategis dalam sector perekonomian
juga menjadi sebab tingginya angka kepadatan penduduk di kota ini. Angka
kepadatan penduduk yang tinggi akan mendatangkan dampak negatif, seperti
turunnya kualitas lingkungan, terganggunya stabilitas keamanan, terganggunya
kenyamanan, dan lain sebagainya.

Angka kepadatan lingkungan permukiman di Kota Banjarmasin juga


menunjukkan nilai yang tinggi, yakni sebesar 22.869 jiwa/km2 . Ini artinya dalam
1 km2 lahan permukiman dihuni oleh 22.869 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa
Kota Banjarmasin masih memiliki keterbatasan terhadap ketersediaan lahan
permukiman. Hal ini tidak dapat dibiarkan secara terus menerus lantaran ketika
jumlah penduduk semakin meningkat namun ketersediaan lahan permukiman
tidak bertambah atau bahkan semakin berkurang maka dapat memicu kepada
semakin meningkatnya slum area di kota ini dan hal ini tentunya juga memiliki
dampak dan keterkaitan terhadap kualitas lingkungan.

Angka kepadatan agraris di Kota Banjarmasin menunjukkan nilai sebesar 7


jiwa/ km2. Hal ini menandakan bahwa tingkat kepadatan penduduk agraris di
kota ini sangat rendah. Hal ini disebabkan karena jumlah penduduk yang bekerja
di sector agraris memang sangat minim. Namun, disisi lain angka kepadatan
penduduk agraris yang minim ini juga disebabkan karena jenis tanah di wilayah
Kota Banjarmasin yang kurang sesuai jika digunakan untuk wilayah pertanian
lantaran jenis tanahnya yang merupakan tanah gambut dengan dominasi
berupadaerah rawa-rawa.

C. Dinamika Penduduk
Dinamika penduduk menunjukkan perubahan penduduk yang terjadi dari
waktu ke waktu. Dinamika penduduk dapat diketahui salah satunya dari angka
laju pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan penduduk selama 10 tahun
terakhir (2007-2017) di Kota Banjarmasin berdasarkan perhitungan dengan
menggunakan metode geometrik dan metode eksponensial menunjukan nilai
sebesar 0,014. Ini artinya selama 10 tahun terakhir laju pertumbuhan penduduk
pada wilayah Kota Banjarmasin pertahunnya adalah sebesar 1,4 persen.
Sedangkan, data yang diperoleh dari BPS menunjukkan bahwa laju pertumbuhan
penduduk adalah sebesar 1,26 persen. Angka laju pertumbuhan yang tinggi ini
memiliki sisi positif dan negatif bagi Kota Banjarmasin. Disisi lain, laju
pertumbuhan yang tingi salah satunya juga merupakan bagian dari bonus
demografi. Bonus demografi memang digadang-gadang akan menjadi berkah bagi
Kota Banjarmasin. Namun, disisi lain bonus demografi juga akan menjadi sebuah
bencana apabila tidak dihadapi dengan persiapan yang matang dari berbagai
aspek. Agar bonus demografi bias menjadi sebuah potensi maka perlu adanya
kesiapan baik dari segi SDM maupun segi sumber daya yang lainnya. Semua hal
itu tentunya harus dipersiapkan dan direncanakan dengan perencanaan yang bak.

Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Kota Banjarmasin Tahun 1990-2008


D. Proyeksi Penduduk
Proyeksi penduduk akan menggambarkan bagaimana jumlah dan struktur
penduduk di masa depan. Perhitungan pada proyeksi penduduk didasarkan pada
komponen laju pertumbuhan penduduk yang meliputi kelahiran, kematian, dan
migrasi. Proyeksi penduduk Kota Banjarmasin pada 10 tahun kedepan (2027)
menunjukkan nilai dikisaran 780 ribu jiwa. Perhitungan proyeksi dilakukan
dengan menggunakan tiga metode, yaitu metode geometric, metode eksponensial
dan metode aritmatik. Metode geometric menunjukkan nilai proyeksi sebesar
785.204 jiwa. Metode eksponensial menunjukkan nilai proyeksi sebesar 785.822
jiwa. Sedangkan, metode aritmatik menunjukkan nilai proyeksi sebesar 780.084
jiwa. Berdasarkan nilai dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa
jumlah penduduk Kota Banjarmasin akan mengalami peningkatan yang cukup
signifikan dalam kurun waktu 10 tahun. Hal ini tentunya harus dipersiapkan sejak
dini. Persiapan dilakukan dalam berbagai aspek, baik aspek social maupun
ekonomi agar ketika jumlah penduduk benar-benar mengalami jumlah
peningkatan sesuai dengan perhitungan proyeksi yang dilakukan ada kesiapan
untuk menghadapi hal tersebut. Selain itu, persiapan juga dilakukan dalam rangka
untuk meningkatkan kesejahteraan di Kota Banjarmasin.

3.2 Perencanaan Pengembangan Wilayah Kota Banjarmasin

Kota Banjarmasin yang memiliki letak strategis dan memiliki


beranekaragam potensi dikembangkan sebagai wilayah pusat atau central dari
Provinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin yang dikenal sebagai kota sungai
merupakan pintu gerbang ekonomi Kalimantan. Hal ini menjadikan Kota
Banjarmasin sebagai pusat dari perdagangan dan jasa di Pulau Kalimantan. Kota
Banjarmasin terbagi atas 5 kecamatan dan setiap kecamatan memiliki keunggulan
masing-masing. Kecamatan Banjarmasin Selatan merupakan kawasan yang
dikembangkan sebagai zona pertanian dan perekonomian terpadu. Kecamatan
Banjarmasin Tengah difokuskan sebagai kawasan pendidikan dan destinasi
wisata. Kecamatan Banjarmasin Utara merupakan zona pemukiman. Kecamatan
Banjarmasin Timur diperuntukkan sebagai kawasan pengembangan perekonomian
pertanian, dan Kecamatan Banjarmasin Barat sebagai kawasan zona perdagangann
dan industri.
Kondisi dan karakteristik kependudukan yang dimiliki oleh Kota
Banjarmasin juga menjadi faktor yang menjadikan kota ini dikembangkan
sebagai kota jasa dan industry. Struktur penduduk yang didominasi oleh sector
non agraris, seperti jasa, industry dan perdagangan serta banyaknya penduduk
usia produktif menjadi salah satu hal yang menandakan bahwa kota ini memang
cocok dikembangkan sebagai jantung atau inti dari wilayah Provinsi Kalimantan
Selatan. Jika dikaitkan dengan teori perencanaan wilayah maka perencanaan yang
terdapat di kota ini memang lebih mengarah kepada Central Place Theory.
Kemudahan aksesibilitas, tersedianya berbagai sarana dan prasarana serta letak
kota yang strategis menjadikan kota ini sebagai central place yang dimiliki oleh
Provinsi Kalimantan Selatan.
Berdasarkan perhitungan dan analisis kependudukan yang telah dilakukan
maka dapat terlihat bahwa kondisi kependudukan Kota Banjarmasin secara garis
besar telah memberikan sumbangan yang positif terhadap proses pembangunan
yang dijalankan. Sumbangan yang positif ini tentunya akan memberikan dampak
yang positif pula terhadap tingkat kesejahteraan penduduk nantinya. Pasalnya,
ketika pembangunan suatu wilayah telah berhasil dilaksanakan maka
kesejahteraan penduduk menjadi hasil utama yang akan didapatkan.

3.3 Kesesuaian Perencanaan Wilayah dengan Karakteristik Kependudukan

Berdasarkan analisis kependudukan yang telah dilakukan pada berbagai


aspek, seperti komposisi penduduk, kepadatan penduduk, dinamika penduduk,
serta proyeksi penduduk maka dapat diketahui bahwa Kota Banjarmasin memiliki
kesesuaian jika dikembangkan sebagai kota jasa dan industri. Banjarmasin akan
menjadi sebuah kota yang berbasis jasa dan industry dengan penerapan
perencanaan berdasarkan pada teori dari Walter Christaller. Teori tempat sentral
oleh Walter Christaller sangat sesuai diterapkan di Kota Banjarmasin.
Banjarmasin sebagai kota yang menjadi inti dan jantung utama perekonomian
bagi Provinsi Kalimantan Selatan merupakan tempat pusat yang menyediakan
berbagai layanan kepada daerah disekitarnya. Letaknya yang strategis dan
memiliki daya tarik dari berbagai bidang menjadi poin utama yang menjadikan
kota ini sebagai central atau pusat dari berbagai kegiatan, terutama yang
menyangkut aspek perekonomian. Namun, tak hanya dari aspek letaknya saja,
Kota Banjarmasin dijadikan sebagai central dari Provinsi Kalimantan Selatan juga
dikarenakan kondisi atau karakteristik penduduknya yang sangat cocok dan sesuai
jika dikembangkan sebagai daerah central atau pusat dari berbagai kegiatan yang
ada pada suatu wilayah.

Gambar 3.2 Piramida Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin; 2013 dan 2017
Jika dilihat dari komposisi penduduk berdasarkan piramida tersebut, dapat
diketahui bahwa selama kurun waktu 5 tahun tidak terjadi perubahan yang
signifikan pada jumlah penduduk secara keseluruhan. Pada tahun 2013 jumlah
penduduk usia non produktif (0-14 tahun) lebih banyak dibandingkan pada tahun
2017. Namun, untuk usia non produktif (+75) pada tahun 2017 menunjukkan
jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan tahun 2013. Penduduk usia
produktif selama kurun waktu 5 tahun juga mengalami peningkatan. Banyaknya
jumlah penduduk usia produktif yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun tentu harus diimbangi dengan tersedianya lapangan pekerjaan yang
memadai. Jika tidak diimbangi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan yang
memadai maka hal ini bisa menjadi bencana bagi Kota Banjarmasin. Pasalnya,
jumlah penduduk usia produktif yang tinggi tidak selalu mendatangkan berkah
bagi suatu daerah dikarenakan hal tersebut juga dapat menjadi salah satu faktor
yang membuat tingginya angka kemiskinan. Ketika penduduk produktif tidak
memiliki SDM yang baik atau tidak tersedia lapangan pekerjaan yang memadai
pada suatu wilayah maka tentu akan menyebabkan angka atau tingkat
pengangguran semakin meningkat dan berdampak pula pada meningkatnya angka
kemiskinan. Angka kemiskinan yang semakin meningkat tentunya menjadi
penghambat dan penghalang dalam melaksanakan sebuah perencanaan
pembangunan.

Kota Banjarmasin yang memiliki heterogenitas pada agama,suku


bangsa,ras, dan budaya dapat hidup damai secara berdampingan. Hal ini dapat
terwujud lantaran adanya toleransi antar penduduknya. Heterogenitas yang
dimiliki oleh kota ini tak hanya dari hal-hal tersebut, namun juga dari mata
pencaharian penduduknya. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian dari
sektor non pertanian, seperti jasa, industry dan perdagangan. Hal ini
mencerminkan bahwa struktur perekonomian di kota ini bersifat non agraris.

Jika dilihat dari angka laju pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk,


serta proyeksi penduduk maka dapat terlihat bahwa Kota Banjarmasin terus
mengalami peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya dengan laju
pertumbuhan diatas 1,2 persen. Peningkatan jumlah penduduk ini nyatanya tidak
diimbangi dengan ketersediaan lahan, khususnya lahan pemukiman yang
memadai. Berdasarkan hasil perhitungan, bahkan 1 km2 luas lahan pemukiman
ditempati oleh 22.869 jiwa. Hal ini tentunya akan berdampak secara negatif jika
dibiarkan secara terus menerus. Kenyamanan penduduk akan terganggu. Tak
hanya kenyamanan penduduk namun kualitas lingkungan tentunya juga akan
terkena dampaknya. Ketika terjadi keterbatasan lahan permukiman maka
penduduk bisa saja mendirikan pemukiman di sembarang tempat. Akibatnya
munculah pemukiman-pemukiman kumuh seperti slum area. Permasalahan-
permasalahan seperti inilah yang perlu dijadikan pertimbangan dalam menyusun
sebuah perencanaan. Kondisi kependudukan yang terjadi saat ini selain dijadikan
sebagai bahan penyusunan sebuah perencanaan juga perlu dijadikan sebagai bahan
evaluasi dari perencanaan pembangunan wilayah yang telah dijalankan
sebelumnya. Dalam hal ini Kota Banjarmasin memang belum bisa dikatakan
memiliki perencanaan wilayah yang baik secara seutuhnya, namun jika dilihat
secara keseluruhan perencanaan wilayah yang ada di kota ini sudah bisa dibilang
cukup berhasil. Hal ini salah satunya tercermin dari angka ketergantungan
penduduk yang semakin menurun setiap tahunnya dan tingkat atau kualitas
pendidikan penduduk yang semakin baik, dibuktikan dengan persentase penduduk
yang telah menamatkan SLTA sebanyak 29 persen.

Perencanaan wilayah di Kota Banjarmasin yang menjadikan kota ini


sebagai pusat atau central di Provinsi Kalimantan Selatan tentu merupakan sebuah
hal yang tepat. Karakteristik penduduk yang sesuai dengan konsep perencanaan
ini membuat Kota Banjarmasin akan semakin terbangun dan semakin sejahtera
ketika sebuah perencanaan ini dapat berhasil untuk dilaksanakan.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kota Banjarmasin merupakan sebuah kota dengan luas wilayah sebesar


98,46 km2 . Kota Banjarmasin yang merupakan ibukota dari Provinsi Kalimantan
Selatan pada tahun 2017 memiliki jumlah penduduk sebesar 692.793 jiwa dengan
kepadatan sebesar 7.036 jiwa/ km2. Komposisi, kepadatan, laju pertumbuhan, dan
proyeksi penduduk yang dimiliki oleh kota ini menjadi salah satu pertimbangan
dalam menentukan arah pembangunan yang dilakukan. . Struktur penduduk yang
didominasi oleh sector non agraris, seperti jasa, industry dan perdagangan serta
banyaknya penduduk usia produktif menjadi salah satu hal yang menandakan
bahwa kota ini cocok dikembangkan sebagai jantung atau inti dari wilayah
Provinsi Kalimantan Selatan. Jika dikaitkan dengan teori perencanaan wilayah
maka perencanaan yang terdapat di kota ini memang lebih mengarah kepada
Central Place Theory. Kemudahan aksesibilitas, tersedianya berbagai sarana dan
prasarana serta letak kota yang strategis menjadikan kota ini sebagai central place
yang dimiliki oleh Provinsi Kalimantan Selatan.

Berdasarkan perhitungan dan analisis kependudukan yang telah dilakukan


maka dapat terlihat bahwa kondisi kependudukan Kota Banjarmasin secara garis
besar telah memberikan sumbangan yang positif terhadap proses pembangunan
yang dijalankan. Sumbangan yang positif ini tentunya akan memberikan dampak
yang positif pula terhadap tingkat kesejahteraan penduduk nantinya. Pasalnya,
ketika pembangunan suatu wilayah telah berhasil dilaksanakan maka
kesejahteraan penduduk menjadi hasil utama yang akan didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kota Banjarmasin. 2018. Statistik Kota Banjarmasin.


Banjarmasin: Badan Pusat Statistik Kota Banjarmasin.
Badan Pusat Statistik Kota Banjarmasin. 2018. Banjarmasin dalam Angka.
Banjarmasin: Badan Pusat Statistik Kota Banjarmasin.
Bagoes Mantra, Ida.2003.Demografi Umum.Yogyakarta.Pustaka Pelajar
Christiani, C. Tedjo,P. dan Martono,B. (2014). Analisis Dampak Kepadatan
Penduduk Terhadap Kualitas Hidup Masyarakat Provinsi Jawa
Tengah. Serat Acitya Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang.102-114
Pemerintah Kota Banjarmasin. 2012. City Visioning Profil Banjarmasin.
Banjarmasin: UN-Habitat Indonesia Office.
Sarwono, SarlitoW. 1992. Psikologi Lingkungan. Jakarta: Gramedia
Soetomo, 2012. Keswadayaan Masyarakat Manifestasi Kapasitas Masyarakat
Untuk
Berkembang Secara Mandiri. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Sutarsih, 1981. dkk. 1981. Dasar-Dasar Demografi (Proyeksi Penduduk). Jakarta
: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Website:
http://banjarmasinkota.go.id/ (diakses Senin 25 Maret 2019)
http://renlitbang.banjarmasinkota.go.id/ (diakses Senin 25 Maret 2019)
https://banjarmasinkota.bps.go.id/ (diakses Senin 25 Maret 2019)
https://www.atrbpn.go.id/ (diakses Rabu 27 Maret 2019)

Anda mungkin juga menyukai