Anda di halaman 1dari 9

ANALISA KEPADATAN PENDUDUK

KELOMPOK II :

1. DYAH KUSUMANINGRUM
2. ENDAH SAFITRI
3. ERWIN TUNJUNGSARI
4. FITRIA ERY SRI BUDIHARTI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AJARAN 2011/201
ANALISA KEPADATAN
PENDUDUK

Metode Analisis Jumlah Penduduk (Proyeksi)

Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Prosentase rata-rata laju pertumbuhan penduduk adalah prioritas pertambahan penduduk


rata-rata tiap tahun. Pertumbuhan penduduk wilayah perencanaan dihasilkan oleh berubahnya
jumlah secara alamiah yaitu kelahiran dan kematian serta perubahan jumlah penduduk akibat
migrasi (penduduk datang dan pergi).
Dalam memperkirakan jumlah penduduk wilayah perencanaan selama 10 tahun yang akan
datang akan digunakan komparasi terhadap 3 metode proyeksi penduduk, yaitu:

A. Metode Bunga Berganda

Dalam metode ini diperkirakan jumlah didasarkan atas adanya tingkat pertambahan
penduduk pada tahun sebelumnya yang relatif berganda dengan sendirinya. Perhitungan
proyeksi penduduk menurut metode bunga berganda dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :
Pt : Jumlah penduduk di daerah yang diselidiki pada tahun t.
Pt + U : Jumlah Penduduk di daerah yang diselidiki pada tahun t+U
R : Tingkat (prosentase) pertambahan penduduk rata-rata setiap tahun ( diperoleh dari data
masa lalu)
B. Metode Kurva Polinomial

Asumsi dalam metode ini adalah kecenderungan dalam laju pertumbuhan penduduk dianggap
tetap atau dengan kata lain hubungan masa lampau digunakan untuk memperkirakan
perkembangan yang akan datang.

Rumus Kurva Polinomial adalah sebagai berikut :

Dimana :
Pt : Jumlah penduduk pada tahun dasar.
Pt – Q : Jumlah penduduk pada tahun (t – Q)
Q : Selang waktu pada tahun dasar ke tahun (t – Q)

Dimana :
b nq -1 = b/ Q-1

b : Rata-rata pertambahan jumlah penduduk tiap tahun


bn : Tambahan penduduk n tahun

C. Metode Regresi Linear

Metode ini merupakan penghalusan metode polinomial, karena akan memberikan


penyimpangan minimum atas data masa lampau dengan rumus:

Dimana :
Pt : Jumlah penduduk daerah yang diselidiki pada tahun t.
X : Nilai yang diambil dari variabel bebas
a,b : Konstanta
Nilai a dan b dapat dicari dengan metode selisih kuadrat minimum yaitu :

Keterangan :
N : Jumlah tahun data pengamatan
Sehingga untuk kepentingan proyeksi rumus matematis regresi linier atau ektrapolasi,
menjadi :

Kepadatan dan Penyebaran Penduduk

Pada dasarnya kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk dibagi luas daerahnya,
sedangkan kepadatan bruto (gross density) adalah jumlah penduduk didalam suatu daerah
dibagi luas daerah tersebut lepas dari pada peruntukan tanah tersebut.
Kepadatan penduduk : Jumlah penduduk (jiwa)/luas wilayah (Ha)
Kepadatan penduduk tinggi : >1000 jiwa/Ha
Kepadatan penduduk menengah : 500 jiwa/Ha - 1000 jiwa Ha
Kepadatan penduduk rendah : <100 Jiwa / Ha
Selain analisis kependudukan juga terdapat analisis kegiatan ekonomi yang mencakup
intensitas kegiatan sektor perdagangan pada wilayah perencanaan.

Kepadatan penduduk dihitung dengan membagi jumlah penduduk dengan luas area
dimana mereka tinggal.

Beberapa pengamat masyarakat percaya bahwa konsep kapasitas muat juga berlaku pada
penduduk bumi, yakni bahwa penduduk yang tak terkontrol dapat menyebabkan Katastrofi
Malthus. Beberapa menyangkal pendapat ini. Grafik berikut menunjukkan kenaikan logistik
penduduk. Negara-negara kecil biasanya memiliki kepadatan penduduk tertinggi, di
antaranya: Monako, Singapura, Vatikan, dan Malta. Di antara negara besar yang memiliki
kepadatan penduduk tinggi adalah Jepang dan Bangladesh.

Distribusi usia dan jenis kelamin penduduk dalam negara atau wilayah tertentu dapat
digambarkan dengan suatu piramida penduduk. Grafik ini berbentuk segitiga, dimana jumlah
penduduk pada sumbu X, sedang kelompok usia (cohort) pada sumbu Y. Penduduk lak-laki
ditunjukkan pada bagian kiri sumbu vertikal, sedang penduduk perempuan di bagian kanan.
Piramida penduduk menggambarkan perkembangan penduduk dalam kurun waktu tertentu.
Negara atau daerah dengan angka kematian bayi yang rendah dan memiliki usia harapan
hidup tinggi, bentuk piramida penduduknya hampir menyerupai kotak, karena mayoritas
penduduknya hidup hingga usia tua. Sebaliknya yang memiliki angka kematian bayi tinggi
dan usia harapan hidup rendah, piramida penduduknya berbentuk menyerupai genta (lebar di
tengah), yang menggambarkan tingginya angka kematian bayi dan tingginya risiko kematian.

Visi Hadapi Ledakan Penduduk

. Pada umumnya kita merasa ngeri bila mendengar ledakan penduduk. Jumlah penduduk
kian bertambah dari tahun ketahun. Terbayang bagaimana pusingnya suatu negara yang
menghadapi ledakan penduduk. Negara itu harus memikirkan bagaimana mencukupi pangan
dan juga papan serta lapangan kerja bagi penduduknya yang terus bertambah. Belum lagi
kebutuhan akan pendidikan dan aspek-aspek sosial lainnya yang harus dipenuhi sebagai
kewajiban negara terhadap rakyatnya.
Masalahnya adalah bagaimana memunculkan visi yang tepat menghadapi ledakan penduduk
pada masa mendatang? Apakah cukup hanya dengan mengurangi laju pertumbuhan penduduk
dengan menggalakkan Keluarga Berencana (KB)

Pertumbuhan Penduduk

Pada tahun 1994 PBB mensponsori konperensi kependudukan di Kairo untuk membahas
masalah over-populasi dan mengusulkan sejumlah langkah untuk mengontrolnya. Juga
ditawarkan beberapa pendekatan untuk mengontrol fertilitas, seperti memperkenalkan
penggunaan alat kontrasepsi, termasuk juga seruan pentingnya meningkatkan peran wanita
dalam rangka membatasi kelahiran.
Pada tahun 2010 United Nations Population Fund (UNPF) mengemukakan data bahwa
jumlah penduduk dunia telah mencapai 6,8 milyar orang dan akan naik dua kali lipat dalam
empat dekade mendatang, bila pertumbuhan penduduk tidak dikendalikan. Khusus untuk
wilayah Asia-Pasifik, dalam 10 tahun mendatang di China akan terdapat lebih dari 600 juta
orang yang berusia di atas 60 tahun, 500 juta orang India yang berusia dibawah 29 tahun. Ini
menunjukkan bahwa dalam 10 tahun ke depan akan terdapat 600 juta manusia usia lanjut di
China, sementara pada kurun yang sama akan semakin banyak di India penduduk yang
berusia produktif.

Fakta menunjukkan bahwa tidak setiap negara gentar terhadap pertambahan penduduk.
Negara-negara seperti China, India dan Brasil, meskipun juga berusaha mengurangi laju
populasinya di satu pihak, tapi di lain pihak mereka juga memanfaatkan pertambahan
penduduk yang besar dengan mengimbanginya melalui peningkatan kemampuan teknologi
dalam kerangka pembangunan ekonomi besar-besaran. Pertambahan penduduk tidak hanya
menjadi beban, tapi merupakan potensi yang justru dikembangkan untuk memicu kemajuan
pembangunan negara-negara itu sendiri. Juga beberapa negara Eropa, Kanada dan Australia
sedikit banyak masih prihatin dengan pertumbuhan penduduknya yang lambat, tapi mereka
juga kurang menyukai imigran asing memasuki negara mereka.

DiIndonesia
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia per-Agustus 2011 adalah
237. 641.326 jiwa. Indonesia tetap menduduki status sebagai negara paling banyak
penduduknya di dunia setelah RRC, India dan AS. Pertambahan penduduk Indonesia setiap
satu dekade adalah 30 juta jiwa atau tiga juta pertahun.
Sebagaimana diketahui penyebaran penduduk di Indonesia tidak merata. Jawa masih menjadi
pulau terpadat, disusul Bali. Bila Provinsi DKI sebagai daerah terpadat dengan penduduk
14.440 orang/km2, maka semakin ke timur Indonesia kepadatan penduduk semakin
berkurang, yakni Provinsi Papua Barat dan Papua sebanyak 8-9 orang per-km2. Sementara
itu, dari berbagai sumber jumlah penduduk yang miskin atau hampir miskin adalah sekitar
100 juta orang, itu termasuk yang miskin absolut sekitar 31 jiwa. Dengan demikian tugas
negara adalah bagaimana menghilangkan kemiskinan atas 100 juta orang penduduk.
Negara bukannya tidak sadar akan ledakan penduduk yang terus menghantui Indonesia pada
masa mendatang. Pada zaman orde baru dibentuk Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN). Laju pertambahan penduduk sedikit banyak dapat ditekan.
Namun pada masa reformasi lembaga itu tak aktif lagi, dan tugas-tugasnya ditimpakan ke
daerah. Ternyata pemerintah-pemerintah daerah tidak atau kurang aktif memfungsikan
kegiatan kependudukan dan keluarga berencana. Dengan demikian bisa dibayangkan dalam
masa reformasi ini laju pertambahan jumlah penduduk lebih tinggi dibandingkan masa orba
dulu. Memang dari berbagai ucapan para pejabat negara terkait masih ada keinginan
pemerintah untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Tapi apa daya, tidak ada
langkah-langkah kongkrit. Demikian juga dengan program pemindahan penduduk
(transmigrasi), terutama dari Jawa ke luar Jawa, ternyata tidak merupakan program prioritas.
Kasus terlantarnya transmigran di Kutai (Kaltim) baru-baru ini menunjukkan betapa
amburadulnya pelaksanaan transmigrasi oleh pemerintah sekarang. Jatah tanah garapan para
transmigran di luar Jawa semakin terdesak oleh gencarnya perluasan area perkebunan,
terutama kelapa sawit dan juga pertambangan, termasuk pertambangan batubara.

Visi

Yang kita inginkan sekarang adalah penyegaran visi pemerintah dalam menghadapi
pertumbuhan penduduk yang pesat dan juga bagaimana menanggulangi penduduk-penduduk
baru yang terlanjur lahir.

Masalah kependudukan bila diperlakukan secara sambil lalu akan menjadi bom waktu dan
malahan menjadi bencana nasional pada masa mendatang. Masalah kependudukan
dihubungkan langsung dengan pembangunan tidak pernah tampak ditangani secara serius
sejak Indonesia merdeka. Pada tahun 1950-an penduduk Indonesia sudah berkembang dengan
pesat. Namun waktu itu belum tersentuh serius oleh para pemimpin negara dan
terbengkalaikan, karena pada kurun itu negara masih disibukkan oleh berbagai masalah
keamanan seperti pemberontakan di beberapa daerah dan juga pertentangan ideologi yang
berhulu dan bermuara di sidang-sidang konstituante. Masa 20 tahun setelah proklamasi
kemerdekaan menjadi sia-sia karena pembangunan yang dapat dirasakan rakyat banyak
secara langsung tidak terwujud.
Pemerintah masa reformasi sekarang - sekali lagi - perlu memaparkan visi yang lebih segar
dalam memandang masalah kependudukan dengan berbagai aspeknya ini. Kalau KB antara
lain bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan salah satu programnya
membatasi lonjakan penduduk, maka visi itu harus tergambar berupa misi dan program-
program nasional yang lebih kongkrit. Lalu bagaimana menanggulangi anak-anak yang
terlanjur lahir, karena sesukses apapun KB, toh pertambahan penduduk akan terus
berlangsung. Dengan demikian visi kependudukan pemerintah harus dikaitkan dengan
masalah-masalah lain yang berkaitan dengan peningkatan kualitas penduduk dan juga
penyebarannya. Pendidikan ketrampilan, transmigrasi, bagaimanapun terbatasnya anggaran,
harus tetap dilanjutkan. Ada baiknya kita mengambil pelajaran dari negara-negara lain yang
juga pesat pertumbuhan penduduknya, seperti China, India dan Brasil. Bila kita memandang
sukses gerakan KB hanya karena berhasil mengerem laju pertumbuhan penduduk, maka hal
itu merupakan pandangan yang keliru, karena tidak melingkupi visi untuk jangka panjang.
Bila kita memandang pulau Jawa misalnya, tentu tidak akan mudah untuk memindahkan
sebagian penduduknya ke luar Jawa. Maka yang perlu ditekankan adalah meningkatkan
kemampuan penduduk Jawa untuk bekerja dalam bidang-bidang industri, bisnis dan jasa.
Pertanian tidak mungkin lagi dapat di ekstensifkan.
Artikel Terkait:

Dasar Ilmu Planologi

 Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pada Kawasan Perkotaan


 ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS
 Indek Istilah PWK - UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
 Pengertian Umum tentang Perencanaan Kota
 Perumahan dan Permukiman
 Beberapa Standar Tentang Jalan

Metoda Analisis Data

 Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pada Kawasan Perkotaan

Anda mungkin juga menyukai