Anda di halaman 1dari 16

KESESUAIAN WILAYAH

DAN PENERAPAN
AGROSILVOPASTURA
Agribisnis B
Kelompok 7
disusun oleh

Ria Nurtiasih 23020320140064


Tasya Sherin Sabela 23020320140145
Fauzan Makarim Wirasakti 23020320140121
Fikadhita Karunia Puteri 23020320140138
Nuzulul Cahya Diva 23020320140123
Figo Ahmad Putra Jaragi 23020320140114

latar belakang
Alih-guna lahan hutan menjadi lahan pertanian disadari menimbulkan
banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan
flora dan fauna, banjir, kekeringan dan bahkan perubahan
lingkungan global, dalam hal itu, sistem agrosilvopastura yang
dilakukan secara terencana dapat mengoptimalkan fungsi produksi
serta jasa lingkungan kepada msyarakat. Pengelolaan ini akan
menguntungkan petani, karena mendapatkan hasil yang
berkesinambungan dari produk kehutanan, pertanian, maupun
peternakan. Pola agrosilvopastura sendiri pada dasarnya dapat
menjadi pilihan yang strategis agar dapat meningkatkan ketahanan,
keamanan, dan kualitas pangan, serta meningkatkan pendapatan
petani. Pengelolaan ini akan menguntungkan petani dengan tingkat
kesehjateraan yang cukup tinggi, karena mendapatkan hasil yang
berkesinambungan berupa produk kehutanan, pertanian, maupun
peternakan
rumusan masalah
1.Apa yang dimaksud dengan agrosilvopastura dan bagaimana
polanya?
2.Bagaimana penerapan agrosilvopastura pada sistem
pertanian terintegrasi?
3.Bagaimana pengelolaan dengan penerapan agrosilvopastura?
4.Bagaimana kesesuaian wilayah dalam penerapan
agrosilvopastura?
.

Tujuan ?
1.Mengidentifikasi pengertian agrosilvopastura dan
polanya
2.Mengidentifikasi penerapan agrosilvopastura pada
sistem pertanian terintegrasi
3.Mengidentifikasi pengelolaan dengan penerapan
agrosilvopastura
4.Mengidentifikasi kesesuaian wilayah dalam
penerapan agrosilvopastura
1. Agrosilvopastura dan Polanya
Agrosilvopastura yang dimaksud merupakan pengkombinasian komponen tanaman tahunan berkayu
dengan tanaman pertanian (semusim) dan sekaligus peternakan pada satu lahan yang sama.
Pengkombinasian dari sistem agrosilvopastura dilakukan secara terencana untuk mengoptimalkan
fungsi dari produksi serta jasa lingkungan khususnya komponen tanaman tahunan berkayu kepada
masyarakat (De Foresta and Michon, 1996). Pengombinasian dalam agrosilvopastura dilakukan secara
terencana untuk mengoptimalkan fungsi produksi dan jasa (khususnya komponen berkayu/kehutanan)
kepada manusia/masyarakat (to serve people). Tidak tertutup kemungkinan bahwa kombinasi juga
didukung oleh permudaan alam dan satwa liar. Interaksi komponen agroforestri secara alami mudah
diidentifikasi. Interaksi paling sederhana sebagai contoh adalah peranan tegakan sebagai penyedia
pakan satwa liar (misal buah-buahan untuk berbagai jenis burung), dan sebaliknya misalnya fungsi
satwa liar dapat membantu proses penyerbukan atau regenerasi tegakan, serta sumber protein
hewani bagi petani.Pola dalam penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian didominasi oleh tanaman
pangan dan tanaman tahunan berkayu yang berasal dari hutan.
tanaman & ternak Agrosilvipastura

Tanaman hutan yang ditanam pada lahan agrosilvopastura


antara lain : pohon leguminosa, turi, angsana, mahahoni.
Tanaman pangan pada lahan agrosilvopastura, terdiri tanaman
semusim yang tahan terhadap kekeringan. Tanaman yang
dibudidayakan antara lain : padi gogo, palawija, dan penyubur
tanah, contohnya orok-orok.Pada lahan yang sama dipelihara
juga ternak sapi dan kuda yang pemiliknya para petani itu
sendiri sehingga mereka memanfaatkan lahan pertanian untuk
dijadikan tempat pemeliharaan ternak-ternaknya.
Penerapan Sistem agrosilvopastura Pada
Sistem Pertanian Terintegrasi
Sistem agrosilvopastura sendiri pada dasarnya adalah sistem pertanian
terpadu yang dapat menjadi pilihan strategi yang perlu dilakukan untuk
meningkatkan ketahanan, keamanan, kualitas pangan dan meningkatkan
pendapatan petani. Pengembangan agrosilvopastura dapat menciptakan
integrasi antara pertanian, kehutanan, dan peternakan. Contoh integrasi
yang terjadi adalah apabila dalam suatu kawasan ditanam jagung, maka
ketika jagung tersebut panen, hasil sisa tanaman merupakan limbah yang
harus dibuang oleh petani, demikian halnya apabila di kawasaan tersebut
tersedia ternak ruminansia, limbah tersebut akan menjadi makanan bagi
hewan ruminansia tersebut. Hubungan timbal balik akan terjadi ketika
ternak mengeluarkan kotoran yang digunakan untuk pupuk bagi tanaman
yang ditanam di kawasan tersebut.
Penerapan Sistem agrosilvopastura Pada
Sistem Pertanian Terintegrasi
Dalam sistem agrosilvopastura, dapat dilakukan peningkatan pemanfaatan sumberdaya
lahan dengan menanami tanaman pakan ternak dan tanaman kehutanan pada areal
lahan kosong disekitar lahan sawah sehingga dapat memberikan nilai tambahan bagi
usaha ternak yang dikelolanya. Pemanfaatan limbah kotoran sapi dapat dilakukan
dengan mengubahnya menjadi sumber energi atau yang biasa dikenal dengan biogas.
tahapan pengelolaan agrosilvopastura umumnya hampir sama dengan pengelolaan lahan
pertanian lainnya yakni dimulai
1) Persiapan lahan
2) Pengadaan bibit dan penanaman
3) Pemeliharaan
4) Pemanenan dan
6) Pasca panen.
faktor pendukung dan
penghambat
Faktor pendukung antara lain adanya penerapan pola agrosilvopastura,
kearifan lokal yang masih diterapkan, masyarakat sangat tergantung pada
hasil agrosilvopastura, adanya sistem kerja secara kelompok, adanya
pendampingan, keberagaman jenis tanaman, hasil yang diminati oleh konsumen
serta keberagaman jenis ternak. Faktor penghambat dalam pengelolaan
agrosilvopastura antara lain keterbatasan teknologi pengelolaan
agrosilvopastura, minimnya pengetahuan masyarakat tentang agroforestri,
belum maksimalnya proses pendampingan, pemanfaatan lahan yang belum
maksimal, hama dan penyakit, rantai pemasaran yang pendek serta produk
lokal yang kalah bersaing.
kesesuaian wilayah dalam
penerapanagrosilvopastura

Pola agrosilvopastura dapat dilaksanakan pada tanah pekarangan ,


kebun , dan tegalan bahkan pada areal bekas tambang dengan
kondisi tanah yang marjinal . Contoh praktek agrosilvopastura yang
luas diketahui adalah berbagai bentuk kebun pekarangan (home-
gardens), kebun hutan (forest-gardens), ataupun kebun desa (village-
forest-gardens), seperti sistem Parak di Maninjau (Sumatera Barat)
atau Lembo dan Tembawang di Kalimantan, dan berbagai bentuk
kebun pekarangan serta sistem Talun di Jawa ( S enoaji , 2012 ).
Dampak Agrisilvipastura

. memperluas wilayah tutupan lahan sehingga dapat memperkecil


laju erosi tanah ; penciptaan lingkungan agroklimat ( iklim mikro )
yang lebih memungkinkan untuk introduksi komoditas baru yang
bernilai ekonomi tinggi disamping pengayaan keanekaragaman
hayati , dapat menciptakan keseimbangan ekosistem yang
menghindarkan adanya ledakan hama seperti belalang dan
mensuplai bahan organik yang dapat menjamin kesuburan alami
tanah . Secara ekonomis pengembangan agrosilvopastura akan
meningkatkan pendapatan petani karena menyediakan lebih
banyak produk yang bisa dihasilkan yang berasal dari unsur
kehutanan , pertanian dan peternakannya .
KESIMPULAN

Salah satu model agroforestri yang paling komplekadalah agrosilvopastura,


yang merupakan perpaduan dariunsur kehutanan, pertanian dan peternakan.
Sehinggadiharapkan dapat mendekati ekologi hutan yang merupakanbentuk
tutupan lahan terbaik. Kelebihan penerapan polaagrosilvopastura yaitu
pemanfaatan lahan lebih maksimal dan meningkatkan pendapatan petani;
sedangkan kekuranganpenerapan pola agrosilvopastura yaitu membutuhkan
lebihbanyak tenaga kerja dan sulit dalam penanaman juga pemeliharannya.
Semoga modul ini bermanfaat bagi pihakyang berkepentingan dalam
pengembangan sistemagroforestri khususnya pola agrosilvopastur .
Penerapan Agrosilvipastura
Sumber Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
Fardiansyah, D., Kusuma, A. B., dan Pathiassana, M. T. (2022). Kajian Penerapan Model Agrosilvopastura Dalam
Peningkatan Kesejahteraan Dan Pendapatan Kelompok Tani Hutan Sorowua. J. TAMBORA, 6(2) : 66-77.
Gusti, M. M., Ratag, S. P., dan Pangemanan, E. F. (2021). Ciri–ciri pola agrosilvopastura: studi kasus di desa
sumarayar kecamatan langowan timur. In COCOS (Vol. 8, No. 8).
Ma'ruf, A. (2017). Agrosilvopastura sebagai sistem pertanian terencana menuju pertanian berkelanjutan. Bernas: J.
Penelitian Pertanian, 13(1) : 81-90.
Ali, A., Maruapey, A., dan Soekamto, M. H. 2021. Usaha Tani Padi Sawah Berbasis Agrosilvopastura Di Kampung
Walal Distrik Salawati Kabupaten Sorong. Abdimas: Papua Journal of Community Service, 3(1), 29-33.
Mantja, K., Jaya, A. M., dan BDR, M. F. 2017. Pengembangan Usaha Tani Terintegrasi (Agrosilvopastura) di Desa
Benteng Gajah. Jurnal Dinamika Pengabdian (JDP), 2(2), 113-123.
Tuhalauruw, A., Sahureka, M., dan Seipalla, B. B. 2021. Pengelolaan Agrosilvopastura di Dusun Namaa Negeri Pelauw
Pulau Haruku Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal Hutan Pulau-Pulau Kecil, 5(2), 128-138.
Thank You
Let's take care of our Earth.

Anda mungkin juga menyukai