Anda di halaman 1dari 44

L/O/G/O

SISTEM
AGROFORESTRI

Mohammad Wahyu Agang-Fakultas Pertanian


Pengertian “AGROFORESTRI”

“Pelaksanaan sistem kehutanan


dan/atau pertanian dan/atau perikanan
dan/atau peternakan secara terpadu dalam
satu hamparan lahan yang berorientasi
pada tujuan ekonomi dan ekologi”.

www.themegallery.com
www.themegallery.com
Ciri Agroforestri
(Lundgren dan Raintree, 1982)
1. Agroforestri biasanya tersusun dari dua jenis tanaman atau lebih
(tanaman dan/atau hewan).
2. Siklus sistem agroforestri selalu lebih dari satu tahun.
3. Ada interaksi antara tanaman berkayu dengan tanaman tidak
berkayu.
4. Selalu memiliki dua macam produk atau lebih (multi product).
5. Minimal mempunyai satu fungsi pelayanan jasa (service function)
6. Untuk sistem masukan rendah di daerah tropis, agroforestri
tergantung pada penggunaan dan manipulasi biomasa tanaman
terutama dengan mengoptimalkan penggunaan sisa panen.
7. Sistem agroforestri yang paling sederhanapun secara biologis
maupun ekonomis jauh lebih kompleks dibandingkan sistem
budidaya monokultur.

www.themegallery.com
Tujuan Agroforestri (Maydell, 1986)

a. Menjamin dan memperbaiki kebutuhan bahan pangan;


b. Memperbaiki penyediaan energi lokal, khususnya
produksi kayu bakar;
c. Meningkatkan, memperbaiki secara kualitatif dan
diversifikasi produksi bahan mentah kehutanan maupun
pertanian;
d. Memperbaiki kualitas hidup daerah pedesaan,
khususnya pada daerah dengan persyaratan hidup yang
sulit di mana masyarakat miskin banyak dijumpai;
e. Memelihara dan bila mungkin memperbaiki kemampuan
produksi dan jasa lingkungan setempat.

www.themegallery.com
Ruang Lingkup Agroforestri
1.Agrisilvikultur: Kombinasi antara
komponen atau kegiatan
kehutanan (pepohonan, perdu,
palem, dll.) dengan komponen
pertanian.
2.Agropastura: Kombinasi antara
komponen atau kegiatan pertanian
dengan komponen peternakan
3.Silvopastura: Kombinasi antara
komponen atau kegiatan
kehutanan dengan peternakan
4.Agrosilvopastura:Kombinasi
antara komponen atau kegiatan
pertanian dengan kehutanan dan
peternakan/hewan

www.themegallery.com
Ruang Lingkup Agroforestri
Menurut Nair (1987):
1.Silvofishery: Kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan
dengan komponen perikanan.
2.Apiculture: Budidaya lebah atau serangga yang dilakukan dalam
kegiatan atau komponen kehutanan

www.themegallery.com
Keunggulan Agroforestri
1. Produktivitas (Productivity): Dari hasil penelitian dibuktikan
bahwa produk total sistem campuran dalam agroforestri jauh lebih
tinggi dibandingkan pada monokultur.
2. Diversitas (Diversity): Adanya pengkombinasian dua komponen
atau lebih daripada sistem agroforestri menghasilkan diversitas
yang tinggi, baik menyangkut produk maupun jasa.
3. Kemandirian (Self-regulation): Diversifikasi yang tinggi dalam
agroforestri diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pokok
masyarakat, dan petani kecil dan sekaligus melepaskannya dari
ketergantungan terhadap produk produk luar.
4. Stabilitas (Stability): Praktek agroforestri yang memiliki diversitas
dan produktivitas yang optimal mampu memberikan hasil yang
seimbang sepanjang pengusahaan lahan, sehingga dapat menjamin
stabilitas (dan kesinambungan) pendapatan petani.

www.themegallery.com
www.themegallery.com
Contoh Pelaksanaan Sistem Agroforestry:

10
www.themegallery.com
www.themegallery.com
FUNGSI AGROFORESTRI DITINJAU DARI ASPEK
BIOFISIK DAN LINGKUNGAN PADA SKALA BENTANG
LAHAN

Salah satu fungsi agroforestri pada level bentang lahan (skala meso) yang
sudah terbukti diberbagai tempat adalah kemampuannya untuk menjaga dan
mempertahankan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, khususnya
terhadap kesesuaian lahan. Beberapa dampak positif sistem agroforestri pada
antara lain:
(a) memelihara sifat fisik dan kesuburan tanah,
(b) mempertahankan fungsi hidrologi kawasan,
(c) mempertahankan cadangan karbon,
(d) mengurangi emisi gas rumah kaca, dan
(e) Mempertahankan keanekaragaman hayati.
.

www.themegallery.com
a. Peranan agroforestri terhadap sifat
fisik tanah
Sistem agroforestri pada umumnya dapat mempertahankan sifat-sifat fisik
lapisan tanah atas sebagaimana pada sistem hutan. Sistem agroforestri
mampu mempertahankan sifat-sifat fisik tanah melalui:
1. Menghasilkan seresah sehingga bisa menambahkan bahan organik
tanah
2. Meningkatkan kegiatan biologi tanah dan perakaran
3. Mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan air dalam lapisan
perakaran

www.themegallery.com
b. Peranan agroforestri terhadap kondisi
hidrologi kawasan
Dampak langsung dari penebangan pepohonan dalam
jangka pendek adalah penurunan evapotranspirasi
(ET), sehingga menaikkan hasil air. Hasil air (water
yield) suatu DAS adalah jumlah air yang keluar dari
suatu kawasan tangkapan air (DAS) melalui sungai
selama satu tahun. Aliran air dalam sebuah DAS
dengan beberapa komponen siklus yang penting
digambarkan secara skematis dalam Gambar. Dalam
gambar ditunjukkan komponen aliran air yang penting
yang dapat mempengaruhi hasil air (Q). Hasil air ini
sama dengan total hujan dikurangi dengan simpanan
dan kehilangan:
Q = P – [ET – Pk – Δ S]
di mana:
Q = hasil air (dalam mm tahun-1)
P = curah hujan (dalam mm tahun-1)
ET = evapotrasnpirasi (dalam mm tahun-1) Gambar. Skema siklus air
Pk = perkolasi (dalam mm tahun-1) dalam sebuah daerah aliran
Δ S = selisih simpanan air dalam tanah (dalam mm sungai
tahun-1)
www.themegallery.com
c. Peranan agroforestri dalam mengurangi gas rumah
kaca dan mempertahankan cadangan karbon

Gambar 4. Siklus C di tingkat global yang menunjukkan cadangan C (C-stock)


yang ada di bumi (dalam Gt = 1.015 g = 109 ton) dan aliran C (dinyatakan Gt th-1)
yang berkaitan dengan adanya gangguan alam (anthropogenic).Data diambil
berdasarkan nilai rata-rata 1989-1998 (Schimel et al., 1996, dikutip dalam Ciais et
al., 2000).
www.themegallery.com
d. Fungsi agroforestri dalam mempertahankan
keanekaragaman hayati

Sistem agroforestri seringkali memiliki banyak spesies alami yang tumbuh


pada sebidang lahan yang sama, sehingga ahli agroforestri dapat
memberikan kontribusi penting dalam usaha melestarikan
keanekaragaman hayati (biodiversitas).

www.themegallery.com
d. Fungsi agroforestri dalam mempertahankan
keanekaragaman hayati

www.themegallery.com
Mengapa Keanekaragaman hayati harus dilindungi?
Beberapa argumen yang termasuk antara lain:
 Nilai saat ini
 Di masa mendatang
 Fungsi ekosistem
 Kebudayaan/spritual
 Moral

www.themegallery.com
Apakah agroforestri sama sekali tidak bermanfaat bagi pelestarian
keanekaragaman hayati ?

Bila dibandingkan dengan sistem pertanian yang intensif, maka kita


akan lebih optimistik karena Agroforestri meningkatkan
keanekaragaman hayati. Seandainya tidak ada agroforestri mungkin
telah banyak spesies yang punah! Bentang lahan yang didominasi oleh
pertanian intensif masih membutuhkan keberadaan banyak spesies
alami, terutama yang berhubungan dengan keanekaragaman hayati
dalam tanah (Hairiah et al., 2002). Selain itu, agroforestri dapat menjadi
tempat tinggal berguna misalnya polinator, predator bagi hama
pertanian. Jadi secara keseluruhan Agroforestri masih tetap bermanfaat
bila dilaksanakan pada tempat dan waktu yang tepat.

www.themegallery.com
d. Fungsi agroforestri dalam mempertahankan
keanekaragaman hayati

www.themegallery.com
ASPEK SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA AGROFORESTRI:
Mengapa agroforestri menjadi pilihan petani?
(Kelayakan, Keuntungan, Dapat diterima dan kesinambungan)
KELAYAKAN (FEASIBILITY)
STATUS EKONOMI; Penanaman pohon-pohon ditentukan oleh faktor tingkat
kekayaan (menurut ukuran lokal) dan status lahan.
LUAS LAHAN; Pemilikan lahan yang sempit cenderung mengurangi minat
budidaya pohon (Acacia mearnsii) di pedesaan Banjarnegara, Wonosobo, dan
Gunung Kidul.
KUALITAS LAHAN; Berdasarkan penelitiannya pada masyarakat petani di
Peru – Amazon, Loker (1993) menunjukkan bahwa dalam kondisi alam yang
sulit (lahan tidak subur atau miskin) petani Peru telah mengembangkan sistem
pertanian campuran yang mencakup budidaya tanaman semusim, budidaya
tanaman tahunan , dan pemeliharaan ternak sapi.
TENAGA KERJA DAN ALOKASINYA: Pengelolaan agroforestri melibatkan suatu
organisasi sosial. Pada tingkat keluarga atau rumah tangga terwujud pembagian
kerja antara laki-laki dan perempuan, orang tua dan anak-anak. Pengelolaan
agroforestri oleh suatu keluarga atau rumah tangga merupakan bagian dari
keseluruhan pengelolaan sumber daya keluarga atau rumah tangga. Ketersediaan
tenaga kerja dan pola pembagian kerja dalam keluarga atau rumah tangga
mempengaruhi pilihannya untuk mengembangkan agroforestri.
www.themegallery.com
Keuntungan (Profitability)
Apakah penerapan agroforestri lebih menguntungkan dibandingkan
sistem
penggunaan lahan yang lain? Sebelum menjawab pertanyaan ini,
perlu diingat bahwa sistem produksi agroforestri memiliki suatu
kekhasan, di antaranya:
 Menghasilkan lebih dari satu macam produk
 Pada lahan yang sama ditanam paling sedikit satu jenis tanaman
semusim dan satu jenis tanaman tahunan/pohon
 Produk-produk yang dihasilkan dapat bersifat terukur (tangible)
dan tak terukur (intangible)
 Terdapat kesenjangan waktu (time lag) antara waktu penanaman
dan pemanenan produk tanaman tahunan/pohon yang cukup
lama

www.themegallery.com
KEMUDAHAN UNTUK DITERIMA
(Acceptibility)
Sistem agroforestri dapat dengan mudah diterima dan dikembangkan kalau manfaat
sistem agroforestri itu lebih besar daripada kalau menerapkan sistem lain. Aspek ini
mencakup atas perhitungan risiko, fleksibilitas terhadap peran gender, kesesuaian
dengan budaya setempat, keselerasan dengan usaha yang lain, dsb.
• RESIKO USAHA
• IDENTITAS SOSIAL BUDAYA
• GENDER
• KESEMPATAN KERJA DI LUAR LAHAN ATAU DILUAR SEKTOR
PERTANIAN

www.themegallery.com
JAMINAN KESINAMBUNGAN
(SUSTAINABILITY)
• PENGUASAAN LAHAN: Apabila tidak ada kepastian penguasaan lahan, maka
insentif untuk menanam pohon/agroforestri menjadi sangat lemah. Investasi yang
dilakukan dalam pembukaan lahan dan penanaman pohon akan dinikmati dalam
waktu yang lebih panjang, oleh karena itu diperlukan kepastian pengusahaan
lahan dan pohon untuk memberikan jaminan kepada petani.
• PENGUASAAN ATAS POHON: Misalnya, pada masyarakat suku Dayak di
pedesaan Kalimantan Barat, siapa yang menguasai lahan sekaligus juga
menguasai jenis tumbuhan atau tanaman yang tumbuh di atasnya (Peluso dan
Padoch, 1996). Pada masyarakat suku Muyu, Irian Jaya, sagu (dan juga tanaman
jenis pohon lain) menjadi simbol hak pemilikan suatu unit lahan (Schoorl, 1970),
demikian pula di pedesaan Sukabumi, Jawa Barat (Suharjito, 2002) dan Jawa
pada umumnya.
• ASPEK HUBUNGAN SOSIAL: Hubungan sosial itu dapat berupa hubungan kerja
atau bagi hasil antara pemilik agroforestri dengan buruh tani, hubungan sewa atau
gadai antara pemilik lahan dengan penyewa atau penggadai lahan, hubungan
kontrak lahan antara pemilik lahan dengan pemilik modal yang mengkontrak lahan
untuk budidaya agroforestri.

www.themegallery.com
ASPEK SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA AGROFORESTRI:
Mengapa agroforestri menjadi pilihan petani?
(Kelayakan, Keuntungan, Dapat diterima dan Kesinambungan)

www.themegallery.com
PERANAN PENGETAHUAN EKOLOGI LOKAL DALAM
SISTEM AGROFORESTRI (Sunaryo dan Laxman Joshi, 2003)

Mengapa kita peduli pengetahuan lokal?

www.themegallery.com
PERANAN PENGETAHUAN EKOLOGI LOKAL DALAM
SISTEM AGROFORESTRI (Sunaryo dan Laxman Joshi, 2003)

1.Pergeseran paradigma pembangunan (top


down→partisipasi aktif petani; petani sebagai
objek→petani sebagai subjek; digurui (teaching)
→belajar bersama (learning)

www.themegallery.com
2. Petani Menolak Teknologi
Mengapa para petani menolak teknologi inovasi yang telah dibuktikan dan
dikembangkan secara ilmiah oleh banyak peneliti? Ada beberapa alasan yang
menurut beberapa peneliti menjadi penyebab (Fujisaka, 1993 dan Pretty,
1995), yakni:
1. Teknologi yang direkomendasikan seringkali tidak menjawab masalah yang
dihadapi petani sasaran,
2. Teknologi yang ditawarkan sulit diterapkan petani dan mungkin tidak lebih
baik dibandingkan teknologi lokal yang sudah ada,
3. Inovasi teknologi justru menciptakan masalah baru bagi petani karena
kurang sesuai dengan kondisi sosial-ekonomi-budaya setempat,
4. Penerapan teknologi membutuhkan biaya tinggi sementara imbalan yang
diperoleh kurang memadai,
5. Sistem dan strategi penyuluhan yang masih lemah sehingga tidak mampu
menyampaikan pesan dengan tepat,
6. Adanya ketidak-pedulian petani terhadap tawaran teknologi baru, seringkali
akibat pengalaman kurang baik di masa lalu
7.www.themegallery.com
Adanya ketidak-pastian dalam penguasaan sumber daya (lahan, dsb.)
Raintree (1983) telah menunjukkan lima sifat penting inovasi
teknologi yang diadopsi petani yang meliputi:
1. Keuntungan relatif yang didapatkan,
2. Kesesuaian dengan budaya setempat,
3. Kesederhanaan teknis,
4. Kemudahan dalam uji coba (biasanya petani melakukan uji
coba pada skala kecil sebelum mengadopsi secara utuh),
dan
5. Bukti nyata (untuk melihat keuntungan dari adopsi inovasi
tersebut).

www.themegallery.com
3. Inovasi oleh petani

Banyak program pembangunan dengan paket teknologi yang ditujukan


ke petani kurang berhasil. Akan tetapi juga banyak bukti yang
menunjukkan bahwa terlepas dari ditolaknya paket teknologi tersebut,
ternyata para petani juga tertarik pada bagian dari paket teknologi
tersebut. Ketertarikan tersebut akan dilanjutkan dengan uji coba dan
jika hasilnya seperti harapan mereka barulah diadopsi (Chambers,
1989; Fujisaka, 1993). Para petani seringkali memodifikasi inovasi
anjuran tersebut untuk disesuaikan dengan keperluan dan keterbatasan
mereka. Sebagai upaya untuk memecahkan permasalahan ditingkat
petani banyak ahli menganjurkan suatu penelitian dan pendekatan
pembangunan alternatif untuk memperkuat kemampuan uji coba petani
(Clarke, 1991; den Biggelaar, 1991; Anderson dan Sinclair, 1993;
Ruddell et al., 1997). Cara ini umumnya mempunyai tingkat
keberhasilan yang lebih tinggi daripada memberikan rekomendasi
dalam bentuk satuan paket teknologi.

www.themegallery.com
Pengetahuan lokal, pengetahuan indigenous
dan kearifan lokal
Apa yang dimaksud dengan pengetahuan?
“Pengetahuan merupakan kapasitas manusia untuk memahami dan
menginterpretasikan baik hasil pengamatan maupun pengalaman,
sehingga bisa digunakan untuk meramalkan ataupun sebagai dasar
pertimbangan dalam pengambilan keputusan”

Pengetahuan indigenous? pengetahuan yang digunakan oleh masyarakat


lokal untuk bertahan hidup dalam suatu lingkungan yang khusus (Warren,
1991). Johnson (1992): pengetahuan indigenous adalah sekumpulan
pengetahuan yang diciptakan oleh sekelompok masyarakat dari generasi
ke generasi yang hidup menyatu dan selaras dengan alam.

www.themegallery.com
Pengetahuan Indigenous VS Pengetahuan Lokal?
Dalam beberapa pustaka istilah pengetahuan indigenous sering
kali dirancukan dengan pengetahuan lokal. Perkembangan
terakhir menunjukkan bahwa kata indigenous dalam
pengetahuan indigenous lebih merujuk pada sifat tempat di
mana pengetahuan tersebut berkembang secara ‘in situ’, bukan
pada asli atau tidaknya aktor yang mengembangan
pengetahuan tersebut. Jika kita berpedoman pada konsep
terakhir ini, maka pengetahuan indigenous sama dengan
pengetahuan lokal.
Pengetahuan lokal yang sudah demikian menyatu dengan
sistem kepercayaan, norma dan budaya, dan diekspresikan di
dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam jangka waktu cukup
lama ada kemungkinan akan menjadi suatu ‘kearifan lokal’.

www.themegallery.com
Ciri-ciri pengetahuan ekologi lokal:
1. Bersifat kualitatif
2. Evolusioner
3. Penjelasan dengan logika ekologis – yang dikembangkan
melalui pengamatan dan uji coba (trial and error)
4. Bersifat interdisiplin dan holistik
5. Dibatasi oleh kemampuan pengamatan
6. Tingkat kecanggihannya beragam tergantung pengalaman
7. Mungkin detail tapi masih ada celah dan kadang-kadang
bertentangan.
8. Keteraturan prinsip dan konsep dasar lintas agroekosistem
yang serupa.
9. Komplemen terhadap pengetahuan ilmiah
10.Pada banyak kasus dapat dipisahkankan dari kekhususan
budaya
www.themegallery.com
Perbedaan antara pengetahuan lokal dan ilmiah

Sistem pengetahuan dalam lingkup pengelolaan sumber


daya alam, secara garis besar dapat dibedakan menjadi
dua kategori: pengetahuan ilmiah dan pengetahaun lokal
(Berkes et al., 2000). Pengetahuan ilmiah, adalah suatu
pengetahuan yang terbentuk dari hasil penyelidikan ilmiah
yang dirancang secara seksama dan sudah terbakukan.
Sebaliknya pengetahuan lokal adalah pengetahuan yang
sebagian besar diturunkan dari pengamatan petani akan
proses ekologi yang terjadi di sekitarnya dan berbagai
faktor yang mempengaruhinya berdasarkan interpretasi
logis petani. Pembentukan pengetahuan lokal sifatnya
kurang formal dibandingkan pengetahuan ilmiah.

www.themegallery.com
PENGELOLAAN & PENGEMBANGAN AGROFORESTRY
1. ARAH PENGEMBANGAN AGROFORESTRI

Petani agroforestri senantiasa menghadapi


berbagai hambatan dan tantangan dalam
menjalankan sistem usaha taninya

Hambatan dari dalam: kesuburan Hambatan dari luar:


tanah dan ketersediaan tenaga fluktuasi harga produk
kerja dan modal. (harga yang rendah).

Inovasi teknologi agar agroforestri


bisa menjadi salah satu prioritas
pilihan petani

Pengembangan agroforestri, menurut Raintree (1983) meliputi tiga aspek,


yaitu (a) meningkatkan produktivitas sistem agroforestri, (b) mengusahakan
keberlanjutan sistem agroforestri yang sudah ada dan (c) penyebarluasan
sistem agroforestri sebagai alternatif atau pilihan dalam penggunaan lahan
yang memberikan tawaran lebih baik dalam berbagai aspek (adoptability).
www.themegallery.com
a) PRODUKTIVITAS
Tidak langsung: jasa lingkungan bagi masyarakat luas
Produk sistem (konservasi tanah dan air, memelihara kesuburan tanah,
agroforestri pemeliharaan iklim mikro, pagar hidup, dsb.
Langsung menambah penghasilan petani (makanan,
pakan ternak, bahan bakar, serat)
Peningkatan
produktivitas sistem
agroforestri

Menerapkan perbaikan cara-cara Keuntungan (ekonomi)


1 pengelolaan sehingga hasilnya bisa jangka pendek SEBAGAI
melebihi yang diperoleh dari praktek PENENTU
sebelumnya

Peningkatan dan/atau diversifikasi hasil dari komponen bermanfaat dan menurunkan


jumlah masukan atau biaya produksi. Contoh upaya penurunan masukan dan biaya produksi
2 yang dapat diterapkan dalam sistem agroforestri:
 Penggunaan pupuk nitrogen dapat dikurangi dengan pemberian pupuk hijau dari tanaman
pengikat nitrogen
 Sistem agroforestri berbasis pohon ternyata memerlukan jumlah tenaga kerja yang lebih
rendah dan tersebar lebih merata per satuan produk dibandingkan sistem perkebunan
monokultur.
www.themegallery.com
b) KEBERLANJUTAN

 Sasaran keberlanjutan sistem agroforestri tidak bisa terlepas dari


pertimbangan produktivitas maupun kemudahan untuk diadopsi
dan diterapkan.
 Sistem agroforestri yang berorientasi pada konservasi sumber
daya alam dan produktivitas jangka panjang ternyata juga
merupakan salah satu daya tarik bagi petani.
 Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan petani pada saat
mereka merencanakan untuk menerapkan upaya konservasi,
misalnya kepastian status lahan DAN pendapatan dalam jangka
pendek.
 Ada pendapat yang menyarankan agar petani diberi insentif
untuk mendorong supaya mereka mau menerapkannya.
Seringkali insentif ini diwujudkan dalam bentuk subsidi bagi
petani (khususnya di negara maju). Di negara berkembang,
insentif tersebut diberikan dalam bentuk bantuan teknologi
seperti teknik-teknik konservasi lahan.

www.themegallery.com
c) KEMUDAHAN UNTUK DIADOPSI

Kegagalan penyebarluasan praktek agroforestri di kalangan petani


seringkali disebabkan oleh kesalahan strategi, bukan karena
keunggulan komparatif sistem itu sendiri
PENDAPAT petani sangat konservatif dan ketidak-berhasilan penyuluh
sebenarnya kurang tepat

Sebuah pendekatan yang lebih konstruktif yang bisa dilakukan


adalah dengan memikirkan permasalahan dalam penyusunan
rancangan dan memasukkan pertimbangan kemudahan untuk
diadopsi sedini mungkin (sejak tahap rancangan).

Hal ini tidak berarti bahwa kedua alasan di atas tidak benar, melainkan lebih
ditekankan kepada proses penyuluhan dan adopsinya yang sangat kompleks.
Peluang untuk berhasil akan lebih besar apabila proses itu dimulai dengan dasar
teknologi yang dapat diadopsi. Salah satu cara terbaik adalah dengan melibatkan
secara aktif pemakai (user) teknologi tersebut (petani agroforestri) dalam proses
pengembangan teknologi sejak dari tahap penyusunan rancangan, percobaan,
evaluasi dan perbaikan rancangan inovasi teknologi.
www.themegallery.com
2. SASARAN PENGEMBANGAN AGROFORESTRI

www.themegallery.com
2. SASARAN PENGEMBANGAN AGROFORESTRI

SASARAN UTAMA DARI SETIAP USAHA PERTANIAN TERMASUK


AGROFORESTRI ADALAH PRODUKSI YANG BERKELANJUTAN
(SUSTAINABLE) YANG DICIRIKAN OLEH STABILITAS PRODUKSI DALAM
JANGKA PANJANG.

Beberapa indikator terselenggaranya sistem pertanian yang berkelanjutan adalah


(Van der Heide et al., 1992; Tomich et al., 1998):
(a) Dapat dipertahankannya sumber daya alam sebagai penunjang produksi
tanaman dalam jangka panjang,
(b) Penggunaan tenaga kerja yang cukup rendah,
(c) Tidak adanya kelaparan tanah,
(d) Tetap terjaganya kondisi lingkungan tanah dan air,
(e) Rendahnya emisi gas rumah kaca
(f) Terjaganya keanekaragaman hayati.
Tidak adanya kelaparan tanah pada sistem tersebut, dapat diartikan sebagai
cukupnya kandungan bahan organik tanah, terpeliharanya kesetimbangan
unsur hara, terpeliharanya struktur dan kondisi biologi tanah serta adanya
perlindungan tanaman terhadap gulma, hama dan penyakit.
www.themegallery.com
3. DIAGNOSA SISTEM AGROFORESTRI: METODE D&D (DIAGNOSIS & DESIGN)

Dalam agroforestri telah dikembangkan cara pendekatan yang


sangat spesifik untuk menganalisis dan mengenali permasalahan
praktek-praktek agroforestri.

Metode ini berkembang dari metodologi “farming system research and


development” (FSR/D) yang sudah lebih dulu berkembang (Shanner et al.,
1982). Diagnosa dilakukan dengan memandang sistem secara lebih luas dan
terbuka. Untuk memahami permasalahan yang ada pada skala plot (mikro),
orang juga harus memperhatikan sistem yang lebih tinggi, misalnya sistem
usaha tani dan bahkan sistem penggunaan lahan.

Pengembangan pendekatan FSR/D untuk sistem agroforestri menghasilkan


metode yang dikenal dengan D&D (Diagnotic and Design Approach). D&D adalah
suatu metodologi yang digunakan untuk mengungkap permasalahan penggunaan
lahan serta untuk menyusun rancangan pemecahannya dalam sistem agroforestri
(Raintree, 1990).

www.themegallery.com
Ciri-ciri D&D yang ditonjolkan oleh pengembangnya adalah:
 Keluwesan (fleksibel): D&D dapat disesuaikan untuk beraneka kebutuhan
dan pada berbagai kondisi sumber daya yang dipunyai oleh pengguna
(landusers).
 Kecepatan: D&D memungkinkan untuk menerapkan pemahaman cepat
(rapid appraisal) pada tahap perencanaan yang diikuti oleh analisis yang
mendalam (in-depth analysis) pada tahap implementasi.
 Pengulangan (repetisi): D&D merupakan proses pembelajaran yang tidak
berujung (open-ended). Penyempurnaan rancangan bisa dilakukan sejak
dari awal sampai tidak lagi diperlukan adanya revisi.

METODE D&D TERDIRI DARI LIMA LANGKAH DASAR, YAITU:


1. PRE-DIAGNOSA,
2. DIAGNOSA,
3. RANCANGAN DAN EVALUASI,
4. PERENCANAAN
5. IMPLEMENTASI.

www.themegallery.com
Tahapan D&D untuk Agroforestri (Raintree, 1987)

Tahap 1 Pre Diagnosis


1. Definisi sistem dan deskripsi lokasi (sistem apa yang menjadi sasaran ?)
Uraian secara jelas kombinasi dari sumber daya, teknologi dan tujuan dari
pengelola (land-user)
2. Bagaimana kerja sistem ini? (bagaimana organisasinya, bagaimana masing-
masing komponen berfungsi untuk mencapai sasaran?):
 Tujuan dan strategi produksi
 Susunan komponen sistem

Tahap 2 Diagnosis
Bagaimana kinerja sistem ini? (apa saja masalahnya, hambatan dan keterbatasan,
akar permasalahan dan kemungkinan intervensi) : Permasalahan sehubungan
dengan tujuan (rendahnya produksi, permasalahan keberlanjutan)

www.themegallery.com
Tahap 3 Rancangan dan Evaluasi
Bagaimana memperbaiki kinerja sistem? (apa saja yang diperlukan
untuk meningkatkan kinerja sistem ini?): Spesifikasi pemecahan
masalah atau deskripsi kinerja setelah ada intervensi

Tahap 4 Perencanaan
Apa yang harus dilakukan untuk mengembangkan dan
menyebarluaskan sistem yang sudah disempurnakan? Kebutuhan
penelitian dan pengembangan serta penyuluhan

Tahap 5 penerapan (implementasi)


Bagaimana menyesuaikan dengan informasi yang baru? : Umpan-
balik dari stasiun penelitian, percobaan on-farm dan studi khusus

www.themegallery.com

Anda mungkin juga menyukai