DYNAMICSYSTEMSANALYSISPROVISIONPOLICYFOR
SOYBEANINDUSTRY(Glysine maxL.Merrill)
Alamat Korespondensi :
Darni Lamusu
Program Studi Sistem-sistem Pertanian
Program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin
Makassar, 90425
HP : 081245140506
E – mail :ebeengana@yahoo.co.id
Abstrak
Permasalahan ketersediaan kedelai secara regional merupakan suatu permasalahan sistem yang cukup kompleks
dengan melibatkan berbagai komponen dan variabel yang saling berinteraksi, kemudian sistem pengembangan
kedelai adalah untuk memenuhi kebutuhan bahan baku untuk industri maupun untuk konsumsi masyarakat. Tujuan
Penelitian ini adalah Menganalisis ketersediaan kedelai sebagai bahan baku industri, pasca panen kedelai pada masa
mendatang,membuat simulasi terhadap skenario perencanaan penyediaan dan memberikan alternatif kebijakan
perencanaan agribisnis dan pengembangan industri kedelai di Kabupaten Banggai. Metode yang digunakan adalah
pemodelan pendekatan sistem dinamik dilanjutkan dengan simulasi berdasarkan skenario yang telah ditetapkan dan
kemudian menggunakan alat bantu diagram simpal kausal (loops) menghasilkan perilaku sistem dinamis. Di analisis
menggunakan Powersim versi 2.5 for windows.Hasil simulasi model yang dikembangkan menunjukkan jika tidak
terjadi perubahan kebijakan maka kebutuhan atau persediaan tidak mencukupi, yaitu dari awal simulasi tahun 2013.
Skenario untuk mengatasi masalah ketersediaannya antara lain : 1). Kebijakan penambahan luas areal tanam
15%/tahun mampu memenuhi kebutuhan kedelai 14 tahun kemudian, 2). kebijakan peningkatan produktivitas rata-
rata kedelai melalui intensifikasi sebesar 1,9 ton/ha tidak memenuhi kebutuhan kedelai, 3). Kebijakan perluasan
lahan disertai peningkatan produktivitas rata-rata kedelai masing-masing sebesar 10% dan 1,7 ton/ha mampu
memenuhi kebutuhan kedelai dalam waktu ke depan.Pengembangan skenario dilakukan terhadap perubahan tingkat
konsumsi kedelai sebesar 0,008 ton/tahun dan kebutuhan kedelai rata-rata industri 1 ton/unit/tahun.solusinya
peningkatan luas areal tanam 10 % dan peningkatan produktivitas sebesar 1,9 ton/ha. Solusi ini paling efektif dan
juga akan mampu memenuhi kebutuhan kedelai untuk 14 tahun kedepan. Berdasarkan hasil simulasi kehilangan
nilai hasil panen kedelai yaitu pada tahun 2026 nilai losses sebesar 52,10 ton dengan harga sebesar Rp.
9.055.246,41, maka nilai kehilangan mencapai RP. 471.776.733,41. Kemudian nilai pasca panen yang menekan laju
losses sebesar 57.344.000,36 pada tahun 2026, menjadi Rp. 414.432.733,06.
Abstract
Problemssoyregionalavailabilityis an issuethat isquitea complexsysteminvolving variouscomponentsandvariables
thatinteract with each other, thenthe systemof soybeandevelopmentistomeet the needs ofraw materialsforindustry
andforpublic consumption.The purposeof thisstudyisanalyzethe availability ofsoybeansasrawmaterials, post
harvestsoybeansin the future, create a simulationof thescenarioplanningand theprovision
ofalternativepoliciesprovideagribusinessplanninganddevelopment ofsoybeanindustryinBanggai. The method usedis
adynamic systemmodelingapproachfollowed by asimulationbased onpredefinedscenariosandthenusinga
causalloopdiagramtools(loops) generatesa dynamicsystembehavior. Powersimanalyzed usingversion 2.5for
windows. The simulation resultsshow themodel developedin the absence ofpolicy changes, the need
orinsufficientinventory, whichfrom the beginning ofthe simulationin 2013. Scenariosto addressavailabilityissues,
among others: 1). Policiesadditionalacreage planted15% /yearto meet the needsof soybean14yearslater,2). policy of
increasingthe averagesoybeanproductivitythroughintensificationof 1.9tons/hadoes notmeet the needs ofsoybean,3).
Policyexpansionwithan averageincrease inproductivity ofsoybeanrespectively10% haand1.7ton/ha ofsoybeansto
meet the needsinthe foreseeable future. Scenario development done to change the level of soy consumption was
0,008 tons / year and the needs of the industry average soybean 1 ton / unit / year. The solution isan increase
inacreage planted10%andincrease inproductivityof 1.9ton/ha. Themosteffectivesolutionandalsobeable tomeet the
needs ofsoybeansfor14years. Based onthe simulation resultssoya cropslosevalue, namely thevalue oflossesin
2026amounted to52.10tonsat a priceof Rp. 9,055,246.41, then thevalue oflossreachingRP. 471,776,733.41. Thenthe
value ofpost-harvestlosseswhichreduce the rateof57,344,000.36in2026,to Rp. 414,432,733.06.
HASIL
Validasi
Tabel 1 perhitungan uji MAPE (Mean Absolute Percentage Error) yang dilakukan
terhadap data jumlah penduduk Kabupaten Banggai tahun 2007-2012 diperoleh nilai sebesar 3
%.Ini berarti bahwa terdapat penyimpangan sebesar 3 % antara hasil simulasi dengan data aktual.
Berdasarkan kriteria ketepatan model nilai MAPE tersebut adalah lebih kecil dari 5%. Sehingga
bisa disimpulkan model sengat tepat dan model dapat diterima.Tabel 2 adalah hasil validasi
model luas panen kedelai dengan uji MAPE adalah sebesar 1,2%. Nilai tersebut lebih kecil dari
5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa model tepat dan dapat diterima.Berdasarkan hasil
simulasi, produktivitas kedelai pada tahun 2012 menunjukkan nilai sebesar 15,7 ku/ha.
Sedangkan data aktual produktivitas kedelai pada tahun 2012 adalah 162 ku/ha.Tabel 3
memperlihatkan perhitungan dengan uji MAPE terhadap data produktivitas kedelai tahun 2007-
2012 diperoleh nilai sebesar 2,27 %. Nilai tersebut lebih kecil dari 5%, sehingga dapat
disimpulkan bahwa model tepat dan dapat diterima.Kemudian pada Tabel 4 Hasil validasi model
Produksi kedelai dengan uji MAPE adalah sebesar 3,87%. Nilai tersebut lebih kecil dari 5%,
sehingga dapat disimpulkan bahwa model tepat dan dapat diterima.
Skenario Tanpa Perubahan Kebijakan
Skenario tanpa perubahan kebijakan, skenario ini rata-rata kebutuhan kedelai dalam bentuk
segar maupun dalam bentuk olahan adalah 0,007 ton/kapita/tahun. Berdasarkan rata-rata
konsumsi kedelai tersebut, yang kemudian diasumsikan tetap selama tahun 2013-
2026.Kebutuhan kedelai industri dianalisis berdasarkan kebutuhan rata-rata industri tempe,
industri tahu dan industri susu/tape yang berada di Kabupaten Banggai. Pada asumsi untuk alih
fungsi lahan kedelai baik untuk kebutuhan tanaman lain maupun keperluan non pertanian secara
tetap sebesar 3 % per tahun.Berdasarkan hasil simulasi tersebut terlihat kecenderungan
menurunnya produksi kedelai.Sementara itu kebutuhan kedelai untuk industri dan kebutuhan
rumah tangga terus mengalami peningkatan. Produksi kedelai tersebut tidak dapat memenuhi
kebutuhan kedelai secara keseluruhan, yaitu dimulai sejak tahun 2013 sampai tahun 2026 terus
mengalami kekurangan yang sangat besar. Ini berarti produksi kedelai di Kabupaten Banggai
akan perlu ditingkatkan secara signifikan dengan memaksimalkan semua input produksi.
Skenario kebijakan dengan Perluasan Areal Tanam
Skenario kedua yaitu kebijakan peningkatan pendayagunaan sumber daya lahan untuk
memperluas areal tanam secara kontinyu sebesar 15 % per tahun.Upaya perluasan areal tanam
tersebut masih dapat mengingat masih terdapat jumlah lahan yang potensi untuk tanaman kedelai
seluas 362.011 ha.Luas lahan tersebut merupakan lahan tegalan dan lahan yang belum dikelolah
secara kontinyu. Pada simulasi ini, Peningkatan luas areal tanam sebesar 15 % per tahun
mengakibatkan penyediaan kedelai meningkat sehingga dapat memenuhi stok kebutuhan industri
dan kebutuhan konsumsi pada tahun 2016 ke depan. Tetapi mengalami keterlambatan surplus
kedelai yaitu pada tahun 2016, yang akan mempengaruhi kebutuhan kedelai pada masa kini.
Skenario upaya peningkatan produktivitas (Intensifikasi)
Peningkatan produktivitas dengan menanam varietas unggul dapat dilakukan dengan
memperhatikan kesesuaian lahan, pola tanam pada suatu daerah dan disesuaikan dengan
kebutuhan permintaan industri.Berdasarkan hasil simulasi perubahan produksi melalui upaya
peningkatan produktivitas rata-rata 1,9 ton/ha kedelai tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan.
Skenario Kebijakan Pendayagunaan Lahan dan Peningkatan Produktivitas
Skenario kebijakan pendayagunaan lahan (perluasan areal tanam) yang digunakan sebesar
5 % per tahun dan upaya intnesifikasi yang dapat menghasilkan produktivitas rata-rata sebesar
1,7 ton/ha. Dengan adanya perluasan lahan tanam sebesar 5 % dan peningkatan prodkutivitas
rata-rata 1,7 ton/ha ini akan mampu memenuhi kebutuhan kedelai dalam beberapa tahun ke
depan.
Skenario dengan pengaruh kebutuhan konsumsi dan industri
Pada model yang dirancang ini diasumsikan kebutuhan rata-rata kedelai untuk konsumsi
meningkat menjadi 0,008 ton/kapita/tahun dan industri meningkat 1 ton/unit/tahun, maka
kebutuhan kedelai keseluruhan akan meningkat pula. Untuk mengatasi peningkatan tersebut
maka diperlukan skenario kebijakan penambahan luas areal tanam sebesar 10% per tahun dan
peningkatan produktivitas 1,9 ton/ha per tahun.
Simulasi Pascapanen
Berdasarkan hasil simulasi, losses kedelai pada tahun pada tahun 2013 sebesar 10,21 ton
dengan harga 7.000.000,00 rupiah dengan total nilai kehilangan yang disebabkan yaitu sebesar
Rp. 71.481.920,79. Kemudian pada tahun selanjutnya tingkat losses dan harga akan naik terus,
sehingga semakin besar kehilangan nilai yaitu pada tahun 2026 nilai losses sebesar 52,10 ton
dengan harga sebesar Rp. 9.055.246,41 maka nilai kehilangan mencapai Rp.
471.776.733,41.Kemudian hasil nilai pascapanen yang menekan laju losses sebesar
57.344.000,36 pada tahun 2026. Dari nilai losses sebesar Rp. 471.776.733,41 menjadi Rp.
414.432.733,06. Dengan demikian maka pengaruh penganan pascapanen sangat rendah yang
tidak dapat menekan laju dari losses.
PEMBAHASAN
Dari penelitisn ini tampak bahwa penggunaan varietas unggul sangat berpontensi untuk
meningkatkan produktivitas dan produksi kedelai. Rendahnya produksi kedelai di Kabupaten
Banggai antara lain disebabkan masih rendahnya produktivitas di tingkat petani rata-rata hanya
mencapai 14,00-15,00 ku/ha. Hal ini karena belum diterapkan teknologi spesifik lokasi, dan
penggunaan varietas unggul yang baik, serta penggunaan bibit yang sudah berulang kali
ditanam.Selain itu petani juga belum mempunyai kemampuan untuk mempertahankan mutu
kedelai dengan keterampilan dalam menangkar benih.Benih kedelai yang digunakan petani
kalaupun asalnya merupakan benih unggul namun seringkali sudah merupakan hasil pertanaman
berulang-ulang dari hasil panen sebelumnya atau merupakan benih yang diperoleh dari sesama
teman dengan tukar-menukar benih dan terkadang juga hasil pembelian di pasar namun tidak
jelas jenisnya.Sehingga perlu dilakukan upaya untuk perbaikan penggunaan benih unggul kedelai
di tingkat petani.
Varietas unggul sebagai salah satu teknologi yang dihasilkan oleh lembaga penelitian
perlu disebarluaskan karena penciptaan varietas unggul baru yang mempunyai karakter
produktivitas tinggi dan toleran terhadap kondisi lingkungan biotik dan abiotik sangat diperlukan
dalam rangka peningkatan produksi kedelai.Sebelum varietas unggul tersebut sampai di tingkat
petani, maka diperlukan berbagai tahap seperti pengujian di lingkup institusi penelitian dan
pengembangan.Sehingganya jaringan penelitian dan pengkajian perlu diperkuat dan diperluas
(Litbang Pertanian, 2007).Kemudian perbanyakan benih disertai pengawasan dan sertifikasi oleh
institusi berwenang. Setelah itu diperbanyak oleh penangkar sebelum dipasarkan. Dengan
demikian diperlukan adanya umpan balik dari petani dan institusi di daerah ke sumber teknologi
tersebut untuk lebih meningkatkan mutu hasil suatu teknologi.
Petani kedelai di Kabupaten Banggai memiliki pola tanam rotasi tanaman atau sistem
bertanam gilir, yaitu dua atau lebih tanaman ditumbuhkan secara berurutan (bergiliran) pada
lahan yang sama. Rotasi tanaman yang sepadan sangat efektif dalam pengendalian hama,
penyakit, dan gulma, sekaligus memberikan keuntungan dalam pengelolaan struktur, kesuburan
dan erosi tanah. Dengan pola tanam ada beberapa hal yang bisa dimaksimalkan penanamannya
yaitu: Lahan tegalan pada bulan juni sampai September, bisa dimanfaatkan tanam kedelai
kembali karena musim penghujan masih berlangsung sesuai dengan kondisi curah hujan
dikabupaten Banggai. Menjadi pola tanam kedelai-palawija-kedelai. Pada lahan sawah bisa
dimaksimalkan dengan sistem tanam tumpangsari yang dimana dengan cara budidaya demikian
dapat diambil keuntungan berupa penambahan pendapatan dan penghasilan, sekaligus dapat
menkonservasi kesuburan tanah.
Pemupukan yang dilakukan umumnya masih kurang tepat, dimana pupuk belum
digunakan secara rasional sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kemampuan tanah
menyediakan unsur hara. Pemupukan belum didasarkan atas hasil uji tanah, sehingga akan
memberikan dampak yang kurang menguntungkan terhadap sifat tanah dan lingkungan secara
keseluruhan. Uji tanah telah berhasil dengan baik dalam membantu membina status ketersediaan
hara dalam tanah, interpretasi dan evaluasi hasil analisis, serta penyusunan rekomendasi pupuk,
sedangkan analisis tanaman dapat melengkapi uji tanah (Sirappa, 2002).Penerapan pemupukan
berimbang dapat menggunakan pupuk tunggal ataupun pupuk majemuk, dimana masing-masing
memiliki kekurangan. Agar pupuk yang diberikan ke dalam tanah lebih efektif dan efisien
digunakan tanaman maka cara, waktu dan jumlah pupuk yang diberikan harus sesuai dengan
kebutuhan tanaman.
Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah untuk menyedia unsur hara dalam
keadaan seimbang untuk pertumbuhan tanaman, baik itu unsur makro ataupun unsur mikro.
Untuk pertumbuhan yang baik kedelai membutuhkan unsur hara N, P, K, Ca, Mg, S, B0, El, C0,
Fe, M0, dan Zn ; unsur N, P, K dibutuhkan lebih banyak dibanding unsur lain. Dari ke 3 unsur
tersebut kedelai membutuhkan N jauh lebih banyak dengan perbandingan N;P;K = 10;1;3
(Adisarwanto, 2005 : Alihamsyah dan Arriza, 2004 : Jumberi dan Alihamsyah, 2004) dalam
Mulyatri dkk (2012).
Perluasan areal tanam secara keseluruhan di Kabupaten Banggai dapat dilakukan
dengan perluasan 15 % pertahun dari total luas lahan yang berpotensial. Karena kebutuhan
kedelai Kabupaten Banggai sangat tinggi yaitu hampir 2 kali jumlah produksi kedelai dalam
setiap tahun (berdasarkan hasil simulasi dan survey).Usaha perluasan lahan kedelai dapat
dilakukan dengan memanfaatkan lahan kering atau tegalan yang potensi pengembangan
kedelai.Tanaman kedelai mempunyai daya adaptasi yang luas terhadap berbagai jenis
tanah.Berdasarkan kesesuaian jenis tanah untuk pertanian, maka tanaman kedelai cocok ditanam
pada jenis tanah Aluvial, Regosol, Grumosol, Latosol dan Andosol.Hal yang penting
diperhatikan dalam pemilihan lahan pertanaman kedelai adalah tataair (drainase) dan tataudara
(aerase) tanah yang baik, bebas dari kandungan atau wabah Nematoda, dan keasaman (pH)
tanah.Tanah ini rata-rata mempunyai sifat fisik dan kimia yang sedang.Pertanaman kedelai pada
jenis tanah ini tidak banyak menghadapi kendala. Dengan teknik budidaya yang baik yaitu
menggunakan varietas unggul, pengolahan tanah minimum, pemberian kapur bila pH tanah
dibawah 5,5, berikan pukan 5-10 ton (tergantung jenis tanah), pemupukan 50 kg urea, 50 kg SP-
36, 50 Kg KCl, penyiangan 2 x dan pengendalian dengan PHT, kedelai dapat berproduksi 2-0 –
2,5 ton biji kering/ha (Rukmana dkk, 1996 dalam Mulyatri dkk, 2012 ).
Elizabeth (2007), menyatakan bahwa beberapa kelembagaan pendukung keberhasilan
agribisnis kedelai, seperti: kelompok tani, lembaga tenaga kerja, kelembagaan penyedia input,
kelembagaan output, dan kelembagaan permodalan. Pengembangan kelembagaan untuk
menghasilkan pencapaian kesinambungan dan keberlanjutan daya dukung SDA (marginal
sustainability yield) dan berbagai usaha untuk menopang dan menunjang aktivitas kehidupan,
merupakan bagian penting pembangunan pertanian dan perdesaan.Masalah kelembagaan usaha
tani kedelai ini dapat dilihat dari saluran pemasaran kedelai yang terlalu panjang, dan kebijakan
harga yang tidak mendukung petani, mengakibatkan keuntungan yang diperoleh petani sangat
sedikit.Tidaklah mengherankan bahwa banyak petani memilih untuk mengalih fungsikan lahan
kedelai mereka ke komoditi tanaman lainnya.Menurut Nasrul (2012) dalam Rante (2013),
lemahnya daya saing petani kedelai lokal disebabkan oleh masih rendahnya nilai tawar petani,
sistem informasi dan kelembagaan kelompok tani. Kemudian Akhmad (2007) dalam Rante
(2013), menjelaskan untuk menaikkan daya tawar petani kedelai adalah dengan; (1) Konsolidasi
petani dalam satu wadah untuk menyatukan gerak ekonomi dalam setiap rantai pertanian, dari
pra produksi sampai pemasaran, (2) Kolektifikasi produksi, yaitu perencanaan produksi secara
kolektif untuk menentukan pola, jenis, kuantitas dan siklus produksi secara kolektif, dan (3)
Kolektifikasi dalam pemasaran produk kedelai. Hal ini dilakukan untuk mencapai efisiensi biaya
pemasaran dengan skala kuantitas yang besar, dan menaikkan posisi tawar produsen dalam
perdagangan produk kedelai. Dengan kata lain, pengembangan kedelai lokal tidak dapat berjalan
optimal tanpa adanya pemberdayaan komunitas petani kedelai dalam kelembagaan usaha tani
yang ada. Upaya pemerintah memecahkan problem kelembagaan usaha tani kedelai dan
alternatif strategi yang dapat dilakukan.Koperasi yang terbentuk tersebut diharapkan dapat
berperan dalam memfasilitasi kepentingan petani dengan pihak indutri hulu dan hilir,
mewujudkan kemitraan usahanya dalam meningkatkan posisi tawar dengan lembaga bisnis
lainnya, saling berkomunikasi untuk mendapatkan informasi teknologi baru, sarana produksi,
pembiayaan dan pemasaran serta lain-lainnya.Kemudian terciptanya kelompok tani yang kuat
akan berdampak pula pada kemampuan membina kemitraan antara petani/kelompok tani dengan
industri pengolahan kedelai yang saling menguntungkan.
Ind_Tahu Ind_Susu_Tpe
Lj_pertbhan_ind_Tahu
Lj_tutup_ind_Tahu Lj_pertbhan_ind_Susu_Tpe
Lj_tutup_ind_Susu_Tpe
Frks_tutup_ind_Tahu
Frks_pertbhan_ind_Tahu
Kbthn_Kedelai_Susu_Tpe
Kbthn_Kedelai_Tahu Lj_kbthn_Susu_Tpe
Lj_kbthn_Tahu
Kbthn_Kedelai_Indstr
Rata2_kbthn_Kedelai_Tahu
Rata2_kbthn_Kedelai_Susu_Tpe
Ind_Tempe Rate_Pertumbuhan
Lj_tutup_ind_Tempe
Lj_pertbhan_ind_Tempe
Frks_tutup_ind_Tempe Penduduk_Kab_Banggai
Lj_Pertumbuhan
Frks_pertbhan_ind_Tempe Kbthn_Kedelai_Tempe
Nilai_Mutu_kedelai Tingkat_Konsumsi
Lj_Kbthn_Tempe Penyediaan_Kedelai
Kebthn_Kedelai_Konsu
Rata2_Kbthn_Kedelai_Tempe F_Penentuan_Wkt_Panen
Peng_Nilai_Biji Produktivitas_kedelai
F_Penentuan_Panen Lj_Produktivitas
Harga_Pasca_Panen Produksi_Kedelai
Produksi_Kedelai_2
Nilai_kedelai Biji_Kedelai
Fkr_Produktivitas
Nilai_Pascapanen L_Panen
Sisa_Nilai_losses Produksi_Kedelai_1
Pengemasan_Biji Penga_Teknik_Panen Produktivitas_1
Nilai_kedelai_Hilang F_Teknik_Panen
L_Tanam
F_Pengemasan_Biji Wkt_delay L_Panen
Har_Kedelai Loses_KedelaiPemanenan_Kedelai
Kenaikan_H_kedelaiPenyimpanan
L_Tanam
Perontokan Lj_ekstensifikasi Lj_Konvers
Pembersihan F_Pemanenan Fkr_konversi
Pengeringan Pengngkutan
F_Kedelai
F_Penyimpanan
Pengnkutn_Brnksn Fkrt_ekstensifikasi Gap
Potensi_Lahan
F_Pengerigan Pengnktn_Kedelai Prsn_konversi
F_Pembersihan_Biji Persamaan_eksten
F_Perontokan F_Pngngktn_Brngksn
F_Pengnktn_Kedelai