ABSTRAK
PENDAHULUAN
Produksi pangan merupakan salah satu faktor penting dari ketahanan pangan. Upaya
untuk mencapai swasembada beras terus dilakukan agar kebutuhan masyarakat dapat
terpenuhi tanpa harus impor. Dalam upaya peningkatan produksi beras nasional, Indonesia
memiliki beberapa permasalahan. Salah satunya adalah rendahnya penggunaan teknologi
pasca panen yang mengakibatkan tingginya tingkat kehilangan saat panen hingga mencapai
angka 10%. Perubahan iklim global juga merupakan tantangan serius bagi ketahanan pangan
karena dapat mempengaruhi produksi pertanian akibat dari kenaikan suhu dan kurangnya
pasokan air. Perubahan iklim telah menyebabkan bergesernya musim dan perubahan curah
hujan di Indonesia (Syaukat, 2011). Tantangan berikutnya adalah kerusakan infrastruktur
jaringan irigasi yang terakumulasi hingga mencapai lebih dari 50% pada tahun 2010 sehingga
menyebabkan fungsi irigasi menjadi tidak optimal.
Dengan berbagai persoalan yang mengancam ketahanan pangan beras di atas,
pemenuhan kebutuhan pangan di masa yang akan datang akan semakin sulit. Penguatan rantai
pasok produksi beras dapat menjadi solusi untuk ketahanan pangan. Untuk menguatkan rantai
pasok produksi beras diperlukan berbagai upaya dan kebijakan strategis. Pengambilan
keputusan untuk menentukan strategi dan kebijakan yang sesuai memerlukan kajian yang
mendalam dengan mempertimbangkan kondisi saat ini. Salah satu cara untuk menentukan
ISBN: 978-602-70604-2-5
C-22-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
keputusan terbaik dapat dilakukan dengan pendekatan sistem. Sistem rantai pasok merupakan
sistem yang dinamis dan kompleks (Eldabi & Keramati, 2011) dan bersifat non-linear karena
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sulit diprediksi dan terus berubah terhadap waktu.
Dengan karakteristik tersebut sistem rantai pasok sangat sulit dimodelkan secara analitik
(Eldabi & Keramati, 2011). Pendekatan sistem dinamik dapat mewadahi kebutuhan model
sistem rantai pasok produksi beras. Beberapa penelitian sebelumnya seperti Mulyono (2013),
Iswari (2012) dan (Swastika & dkk, 2007) mengusulkan beberapa skenario kebijakan untuk
meningkatkan ketersediaan beras. Penelitian ini akan mengembangkan model rantai pasok
produksi beras dengan mempertimbangkan ketersediaan air dan peran irigasi sesuai dengan
kondisi pada saat ini.
METODE
Simulasi sistem dinamik merupakan simulasi kontinyu yang dikembangkan oleh Jay
Forrester pada tahun 1960-an, berfokus pada struktur dan perilaku sistem yang terdiri antar
variabel dan loop feedback (umpan balik). Hubungan dan interaksi antar variabel dinyatakan
dalam diagram kausatik.
Pengembangan model sistem dinamik dilakukan dalam beberapa tahapan antara lain:
1. Identifikasi masalah
2. Menentukan tujuan pemodelan
3. Menentukan variabel yang berpengaruh terhadap sistem
4. Menyusun variabel ke dalam diagram kausatik
5. Membuat model awal
6. Validasi model
Validasi sistem dapat dilakukan dengan dua cara pengujian yaitu validasi model
dengan statistik uji perbandingan rata-rata atau mean comparison (E1) dan validasi
model dengan uji perbandingan variasi amplitudo atau % error variance (E2), dimana
model dianggap valid bila E1 ≤ 5% dan E2 ≤ 30%.
7. Analisa hasil simulasi
8. Pembuatan skenario
Kelebihan dari pemodelan simulasi sistem dinamik adalah kemudahan untuk mengatur
skenario simulasi sesuai dengan yang diinginkan.
unggul, sistem tanam jajar legowo dan teknologi pasca panen. Pengolahan padi menjadi beras
akan mengalami penyusutan yang dipengaruhi oleh tingkat rendemen (Ihsan, 2012) dan
pengolahan pasca panen. Keterkaitan antar variabel tersebut terlihat pada Gambar 1.
++ +
cropping system +
jajar legowo + land productivity milled rice
+ + - + + production
temperature
Seed/Feed and
Loss
rainfall quality seeds +
-
+ rice production
+ pest and disease +
+ +
+ attack
rendemen
rice processing
technology after harvest
+ handling
Jumlah kebutuhan beras dipengaruhi oleh jumlah total penduduk Indonesia dan
konsumsi beras per kapita. Kebutuhan beras yang tinggi menyebabkan harga beras cenderung
naik. Harga beras dipengaruhi oleh fluktuasi supply dan demand, dimana harga cenderung
naik ketika kebutuhan meningkat dan cenderung turun ketika pasokan melimpah. Harga beras
berpengaruh terhadap kebutuhan karena jika harga melonjak daya beli masyarakat akan turun.
Keterkaitan antar variabel tersebut terlihat pada Gambar 2.
+ death rate
birth rate +
-
+population
+
+ demand +
supply - rice comsumption
per capita
- +
rice price
Gambar 2. Causal Loop Diagram Kebutuhan Beras
ISBN: 978-602-70604-2-5
C-22-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Simulasi
Simulasi rantai pasok produksi beras dibagi ke dalam enam area antara lain Jawa,
Sumatera, Kalimantan, Bali & Nusa Tenggara, Sulawesi dan Maluku & Papua. Pemodelan
simulasi dibagi ke dalam beberapa sub model antara lain luas panen, produktivitas dan rasio
pemenuhan beras.
Sub Model Luas Panen
Secara umum luas panen di Indonesia meningkat 1.29% per tahun. Di tahun 2013 luas
panen tertinggi berada di pulau Jawa sebesar 6.472.312 ha , disusul dengan Sumatera sebesar
3.511.050 ha, Sulawesi sebesar 1.550.454 ha, Kalimantan sebesar 1.329.644 ha, Bali & Nusa
Tenggara sebesar 810.715 ha dan terakhir Maluku & Papua sebesar 92.979 ha. Sub model
luas panen dapat dilihat pada Gambar 3.
Cropping
Intensity Java Harvested
area in Java average Puso area
<Time>
<Time>
rate expansion rate conversion
ISBN: 978-602-70604-2-5
C-22-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
soil
nutrients in
Java
<Time slot>
<organic fertilizer <Time slot>
in Java>
<Time>
Import
Required
Surplus/Deficit RASKIN
Demand
Rice Stock
<Rice Production of rate Production rate Demand
Kalimantan>
<Rice Production of MP> <Time slot>
<Rice Production of BNT>
<Rice Production of Java>
<Rice Production of Fullfillment <Total Demand>
Sulawesi> Ratio of
<Rice Production of Indonesia
Sumatera>
ISBN: 978-602-70604-2-5
C-22-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Gambar 6. Grafik Kebutuhan Impor Beras dan Grafik Rasio Pemenuhan Beras
Validasi
Validasi sistem dilakukan dengan dua cara pengujian Yaman Barlas yaitu validasi
model dengan statistik uji perbandingan rata-rata atau mean comparison dan validasi model
dengan uji perbandingan variasi amplitudo atau % error variance. Hasil validasi produksi
padi di Jawa E1=0.27% dan E2=1.28%, di Sumatera E1=0.2% dan E2=0.12%, di Bali & Nusa
Tenggara E1=1.5% dan E2=3.2%, di Kalimantan E1=0.32% dan E2=1.44%, di Sulawesi
E1=0.15% dan E2=0.92% , dan di Maluku & Papua E1=0.4% dan E2=1.03%. Dari semua
hasil validasi di atas nilai E1 ≤ 5% dan nilai E2 ≤ 30% sehingga model dapat dikatakan valid.
Evaluasi
Dari hasil simulasi, rata-rata produksi padi masih berada di bawah tingkat kebutuhan
sehingga rasio pemenuhan kurang dari 1. Defisit beras disuplai oleh beras impor, rata-rata 1
juta ton per tahun. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah strategis guna meningkatkan
produksi beras di Indonesia. Terdapat dua macam skenario yang dapat dilakukan. Pertama,
skenario ekstensifikasi lahan merupakan skenario percetakan sawah baru pada lahan yang
potensial, terutama di luar Jawa. Kedua, skenario intensifikasi lahan meliputi perbaikan
agroinput tanaman dimulai dari peningkatan penggunaan benih unggul baru, pemberian pupuk
yang seimbang sesuai tingkat kesuburan tanah dan membudidayakan penerapan sistem tanam
jajar legowo.
Hasil Skenario
Hasil simulasi menunjukkan bahwa skenario ekstensifikasi lahan dapat meningkatkan
produksi padi rata-rata 0.61% per tahun dan rasio pemenuhan beras mencapai 1.015 di akhir
periode tahun 2033, sedangkan skenario intensifikasi lahan menunjukkan peningkatan
produksi padi rata-rata 1.39% per tahun dan rasio pemenuhan beras mencapai 1.2 di akhir
periode tahun 2033. Hasil dari tiap skenario dapat dilihat pada Gambar 7.
ISBN: 978-602-70604-2-5
C-22-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
KESIMPULAN
Dari studi yang telah dilakukan maka secara umum dapat disimpulkan beberapa hal
berikut:
1. Produksi padi dalam negeri berfluktuasi dan dipengaruhi oleh luas panen dan
produktivitas lahan.
2. Luas panen dipengaruhi oleh luas lahan sawah yang ada dan intensitas pertanaman.
3. Luas lahan sawah dipengaruhi oleh laju pembukaan sawah baru dan laju konversi
lahan.
4. Konversi lahan ke non pertanian di Jawa diprediksi akan terus berlangsung, sehingga
diperlukan upaya pembukaan sawah baru di luar Jawa untuk mengimbangi kebutuhan
lahan sawah.
5. Intensitas pertanaman dipengaruhi oleh ketersediaan air. Oleh karena itu, diperlukan
pengelolaan dan perawatan jaringan irigasi yang baik agar irigasi dapat berfungsi
optimal.
6. Produktivitas lahan dipengaruhi oleh perbaikan agroinput tanaman mulai dari
pemberian pupuk yang seimbang sesuai dengan kebutuhan hara tanah. Selain itu,
penerapan teknologi baru seperti sistem tanam jajar legowo dan penggunaan benih
unggul berlabel juga perlu ditingkatkan.
7. Diperlukan upaya penyuluhan yang mumpuni agar petani dapat bertanam sesuai
dengan yang direkomendasikan.
DAFTAR PUSTAKA
Azwir, A. (2009). Peningkatan produktivitas Padi Sawah dengan Perbaikan Teknologi
Budidaya. Akta Agrosia Vol. 12 No.2 , pp. 212-218.
Eldabi, T., & Keramati, A. 2011. System Dynamics in Integration of Supply Chain
Management. Lecture Notes in Business Information Processing Volume 88 ,pp. 35-
44.
Ihsan, N, 2012. Rendemen Padi atau Beras. Website Oksigen Pertanian. Available at:
http://ceritanurmanadi.wordpress.com/2012/08/24/rendemen-beras/ [Accessed 3 Mar
2014]
Iswari, K. (2012). Kesiapan Teknologi Panen dan Pasca Panen Padi dalam menekan Hasil dan
Meningkatkan Mutu Beras. Litbang Pertanian , pp.58-67.
ISBN: 978-602-70604-2-5
C-22-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
ISBN: 978-602-70604-2-5
C-22-8