Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS RETURN TO SCALE

PRODUKSI PADI DI INDONESIA


TAHUN 2019 - 2020

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikro Ekonomi

Disusun Oleh:

Muhammad Azhari NIM: 211910756


Nursalam NIM: 211911100
Sari Asnuri NIM: 211911172

POLITEKNIK STATISTIKA STIS

JAKARTA

2021
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara Indonesia. Sektor tersebut memiliki
peranan yang penting bila dihubungkan dengan masalah penyediaan pangan, penyerapan tenaga
kerja, sumbangan yang diberikan terhadap PDB, termasuk di dalamnya peranan terhadap nilai
ekspor non migas. Pada tahun 1984, Indonesia berhasil menjadi negara swasembada pangan, yang
berarti bahwa negara ini telah mampu mencukupi konsumsi pangan masyarakat domestik melalui
produksi yang dihasilkan oleh negara sendiri. Produk pertanian yang berhasil dikembangkan
diantaranya adalah padi, jagung dan tanaman palawija. Semua jenis produk pertanian tersebut
memiliki sumbangan masing-masing terhadap PDB.
Padi merupakan salah satu produk sektor pertanian yang dikonsumsi paling banyak untuk
rumah tangga di Indonesia dibandingkan dengan hasil sektor pertanian lainnya. Bahkan pada tahun
2019, padi–padian merupakan barang konsumsi terbesar kedua dibandingkan dengan barang-barang
dari sektor lainnya (Badan Pusat Statistik). Produksi padi-pun juga memiliki angka yang fantastis di
Indonesia. Berikut adalah produksi padi tahun 2017-2019 di Indonesia (dalam ton).
Tabel 1.2 Total Produksi Padi di Indonesia (dalam ton) Tahun 2017-2019.

Tahun 2017 2018 2019


Total Produksi (ton) 59200533.72 54604033.34 54649202.24
Sumber data: Badan Pusat Statistik
Apabila dilihat dari angkanya, produksi padi tersebut memiliki pola yang naik turun dari tahun ke
tahun. Produksi padi turun pada tahun 2018 dibandigkadengan tahun 2017, kemudian mulai naik sedikit
pada 2019. Hal ini tentunya harus menjadi perhatian semua pihak. Seperti pada paparan di atas, padi
adalah produk pertanian yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat, sehingga ketersediaannya
pun harus selalu terjaga.
Untuk mewujudkan terjaganya ketersediaan padi, tentunya diperlukan beberapa cara. Cara yang
paling baik untuk dilakukan adalah meningkatkan produksi padi di dalam negeri, tentunya cara tersebut
lebih baik daripada harus mengimpor untuk menjaga ketersediaan padi di dalam negeri. Agar dapat
meningkatkan produksi padi, kita perlu mengetahui faktor-faktor apakah yang berkaitan dengan
produksi padi tersebut. Dalam beberapa penelitian sebelumnya, didapatkan beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi padi, di antaranya yaitu luas panen, bantuan infrastruktur dari pemerintah,
produksi benih, pupuk yang digunakan, tenaga kerja dan lain-lain. Dalam penelitian sebelumnya
beberapa faktor tersebut cukup signifikan untuk meningkatkan produksi padi. Akan tetapi penelitian
sebelumnya hanya mengambil cakupan survei untuk tingkat provinsi saja, bagaimana jika cakupannya
diperluas menjadi nasional?
Selain melihat apakah faktor-faktor tersebut masih signifikan, kita juga akan melihat seberapa
elastis produksi padi. Elastisitas disini didapatkan dari rumus fungsi produksi. Kita akan mengetahui
beberapa kemungkinan apabila suatu input ditambah, apakah output juga bertambah? apakah output
justru malah berkurang? apakah output tetap konstan meskipun input ditambah? Kita semua akan
mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut melalui suatu ukuran yang disebut Return to Scale.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitan yang berjudul
“Analisis Return To Scale Produksi Padi di Indonesia Tahun 2019 - 2020”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Berdasarkan fungsi produksi Cobb-Douglas, apakah input (luas panen, jumlah tenaga kerja, dan
subsidi pupuk dari pemerintah) berpengaruh signifikan terhadap output (hasil produksi padi)?
2. Berapa elastisitas input terhadap output berdasarkan fungsi Cobb-Douglas?
3. Bagaimana kondisi return to scale berdasarkan analisis fungsi produksi Cobb-Douglas?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh luas panen, jumlah tenaga kerja, dan subsidi pupuk dari pemerintah terhadap
hasil produksi padi.
2. Mengetahui elastisitas dari produksi padi di Indonesia berdasarkan input (faktor-faktor) yang ada.
3. Mengetahui kondisi return to scale berdasarkan fungsi produksi Cobb-Douglas.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
1. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pembangunan
pertanian bagi pemerintah Indonesia.
2. Dapat digunakan sebagai bahan referensi terhadap penelitian – penelitian selanjutnya.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
a. Produksi
Produksi adalah hubungan antara faktor-faktor produksi yang disebut input dengan hasil
produksi yang disebut output (Sudarsono, 1984: 32-36). Fungsi produksi ini bisa dilakukan dengan
berbagai cara untuk memperoleh output tertentu, bisa bersifat labour intencive (lebih banyak
penggunaan tenaga kerja) seperti yang banyak dilakukan sistem pertanian di Indonesia, atau dengan
sistem capital intencive dengan lebih banyak menggunakan capital dan mesin-mesin seperti banyak
dilakukan di negara-negara maju seperti Amerika, Jepang (Deliarnov, 1994: 180-181). Menurut
Sukartawi (1990) menyatakan bahwa fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang
dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X), sehingga dapat diformulasikan sebagai:
𝑄 = 𝑓 (𝑋1 , 𝑋2 , 𝑋3 … 𝑋𝑛 )
Dimana,
𝑄 : Tingkat produksi
𝑋1 , 𝑋2 , … 𝑋𝑛 : Faktor-faktor produksi
Didalam Vadimicum pertanian (1980: 47) disebutkan bahwa produksi padi pada dasarnya
tergantung pada dua variabel yaitu luas panen dan hasil per hektar, dengan pengertian bahwa
produksi dapat ditingkatkan jika luas panen mengalami peningkatan atau produktifitas per satuan
luas yang harus ditingkatkan. Produktivitas dari faktor-faktor produksi dapat dicerminkan dari
produk marginal. Produk marginal adalah tambahan produksi yang diperoleh sebagai akibat dari
adanya penambahan kuantitas faktor produksi yang dipergunakan. Produk marginal dapat berada
pada posisi law of diminishing returns, yaitu penurunan tingkat penambahan hasil karena adanya
penambahan input variabel. Dan posisi law of increasing returns, yaitu hukum pertambahan hasil
produksi yang semakin besar. Semakin banyak faktor produksi yang dipakai produksinya semakin
meningkat. Diantara kedua posisi tersebut terdapat skala pertambahan hasil yang konstan
(Sudarsono, 1984: 32-36).
Gambar 2.1 Gambar 2.2
Skala Pertambahan Hasil Yang Konstan Skala Pertambahan Hasil Yang Menurun
Gambar 2.3
Skala Pertambahan Hasil Yang Naik

b. Fungsi Produksi Cobb-Douglas


Fungsi Produksi Cobb-Douglas merupakan persamaan dengan menggunakan dua atau lebih
variabel, dimana variabel yang satu merupakan variabel dependen (𝑌) dan lainnya merupakan
variabel independen (𝑋) (Soekartawi, 1990:159). Menurut Walter Nicholson (1995:367)
menyatakan bahwa fungsi produksi dimana 𝜎 = 1 (elastisitas subtitusi) disebut fungsi Cobb-
Douglas yang memiliki bentuk umum cembung yang normal. Secara skematis fungsi produksi
Cobb-Douglas, dituliskan
𝑄 = 𝑓(𝐾, 𝐿) = 𝐴𝐾 𝑎 𝐿𝑏
Dimana A, a dan b kesemuanya merupakan konstanta positif. Besarnya produksi yang dapat dicapai
oleh petani ditentukan oleh efisiensi penggunaan unsur-unsur produksi seperti tanah, modal, benih,
air dan pengelolaannya (Teken dalam Kusmantoro et.al, 1992:341), sedangkan (Debertin, dalam
Suharno, et.al, 1995:534), fungsi produksi adalah suatu hubungan fungsional antara input dan
output dalam suatu proses produksi.

2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis


Produksi padi, pada dasarnya merupakan hasil dari bekerjanya input produksi secara bersama-
sama. Oleh karena itu untuk meningkatkan produksi dilaksanakan melalui pengaturan kombinasi
penggunaan input produksi pada tingkat yang paling efisien. Penambahan luas panen sulit dilaksanakan
karena lahan pertanian semakin menyusut, tercatat penyusutan lahan pertanian tahun 2020 hanya
mencapai 10,66 juta hektar atau mengalami penurunan sebesar 0,19 persen dibandingkan dengan Tahun
2019 yang sejumlah 10,68 juta hektar atau 20,61 ribu hektar. Disamping itu persaingan penggunaan
lahan antar sektor menjadikan sulitnya penambah luas panen dari masing-masing komoditas, termasuk
padi. Peluang yang dapat dilaksanakan dalam rangka peningkatan produksi adalah dengan
mengoptimalkan input produksi lainnya, baik penggunaan pupuk, ketersediaan tenaga kerja, untuk
meningkatkan produktifitas. Kemampuan petani sangat bervariasi, baik dalam penguasaan lahan usaha
tani maupun dalam penyediaan input produksi seperti penyediaan pupuk hingga penyediaan ongkos
tenaga kerja. Oleh karena itu, perubahan harga pupuk akan berpengaruh terhadap kemampuan petani
untuk membeli pupuk, yang akhirnya berpengaruh terhadap penggunaan pupuk oleh petani. Demikian
pula dengan kelangkaan tenaga kerja yang sering terjadi pada saat pengolahan lahan maupun pada saat
panen raya. Kelangkaan ini seringkali akan mempengaruhi hasil produksi karena lahan tidak dapat
diolah sesuai dengan jadwal yang ada dan hasil produksi tidak dapat dipanen tepat waktu. Kebutuhan
produksi padi selalu meningkat sebagai akibat dari peningkatan jumlah penduduk, dan kebutuhan
industri yang menggunakan beras sebagai bahan bakunya, sehingga untuk memenuhinya produksi padi
harus ditingkatkan. Kenyataan yang ada produksi berfluktuasi dari waktu kewaktu. Oleh karena itu
untuk memperoleh produksi padi yang optimal perlu pengaturan secara tepat penggunaan faktor
produksi, sehingga dapat memanfaatkan kemampuan faktor produksi yang terbatas untuk memperoleh
hasil yang optimal. Dengan kondisi tersebut maka kerangka pemikiran teoritis digambarkan seperti
gambar 2.4.
Gambar 2.4
Kerangka Pemikiran Teoritis

Luas Panen

Produksi Tenaga Kerja

Subsidi Pupuk

2.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang akan diuji
kebenarannya secara empiris. Pada penelitian ini dapat disusun hipotesis kerja individual seperti
berikut:
a. Luas lahan panen, jumlah tenaga kerja, dan subsidi pupuk Za dari pemerintah secara bersama-sama
berpengaruh terhadap produksi padi.
b. Luas lahan berpengaruh positif terhadap produksi padi, karena dengan tingkat teknologi yang sama,
semakin luas lahan yang dapat ditanami padi, maka diduga akan semakin besar total produksinya.
c. Jumlah tenaga kerja berpengaruh positif terhadap produksi padi, karena semakin tinggi jumlah
tenaga kerja hingga pada jumlah tertentu, produktivitas tenaga kerja mencapai optimal.
d. Jumlah subsidi pupuk Za berpengaruh positif terhadap produksi padi, karena sampai batas tertentu,
dengan pemupukan akan meningktakan produktivitas per satuan luas lahan.

METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional
Sesuai dengan variabel-variabel yang diamati, maka definisi operasional dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Produksi Padi
Produksi padi (Y), adalah produksi padi yang berhasil dipanen pada tahun tersebut. Dinyatakan
dalam (ton/tahun) GKG (gabah kering giling).
b. Luas Panen Pertanian
Luas panen adalah luas tanaman padi yang dipungut hasilnya setelah tanaman tersebut cukup umur,
dinyatakan dalam (ha/tahun).
c. Tenaga Kerja Pertanian
Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja produktif (berumur antara 15-65 tahun) yang bekerja di
sub sektor pertanian tanaman pangan, dinyatakan dalam (orang/tahuan).
d. Subsidi Pupuk
Merupakan jumlah realisasi penyaluran subsidi pupuk dari pemerintah, dinyatakan dalam
(ton/tahun). Pupuk yang dimaksud adalah Pupuk Za.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Menurut Sugiyono (2015) data
kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari instansi terkait. Menurut (Sugiyono,
2015:223) “sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data”. Adapun instansi sumber data tersebut meliputi:
1. Kementerian Pertanian Republik Indonesia
2. Badan Pusat Statistik
3.3 Populasi dan Sampel
Data pada penelitian ini adalah data sekunder, sehingga tidak ada sampel. Data yang digunakan
dikumpulkan dari provinsi-provinsi di Indonesia tidak termasuk Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi
Kepulauan Riau, sehingga data dikumpulkan dari 32 provinsi di Indonesia. Data yang digunakan
adalah data tahun 2019 dan 2020, sehingga secara keseluruhan terdapat 64 observasi.
3.4 Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
Menurut (Sugiyono, 2015:96) “variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”. Adapun dalam
penelitian ini yang menjadi variabel independennya adalah:
a. Luas panen pertanian
b. Tenaga kerja pertanian
c. Subsidi pupuk Za
2. Variabel Dependen
Menurut (Sugiyono, 2015:97) “variabel Dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
dependennya adalah Produksi Padi (Y).
3.5 Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dalam
bentuk logaritma (Tarmizi dan Sumodiningrat, 1989; Suryo Wardani, et al., 1995). Selain itu,
dilakukan analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan umum dari data. Model yang digunakan
adalah fungsi produksi Cobb-Douglas, yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara produksi
padi dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Deskriptif
Tabel 4.1 Lima Provinsi dengan Produksi Padi Terbesar Tahun 2019 - 2020

5 Provinsi dengan Produksi Padi 5 Provinsi dengan Produksi Padi


Terbesar 2019 Terbesar 2020
10000000 10000000
8000000 8000000
6000000 6000000

4000000 4000000

2000000 2000000

0 0
JAWA JAWA JAWA SULAWESI SUMATERA JAWA JAWA JAWA SULAWESI SUMATERA
TENGAH TIMUR BARAT SELATAN SELATAN TIMUR TENGAH BARAT SELATAN SELATAN

5 provinsi dengan produksi padi terbesar tahun 2019 sama dengan tahun 2020, dimana peringkat
pertama adalah Jawa Timur, peringkat kedua adalah Jawa Tengah, kemudian disusul Jawa Barat,
Sulawesi Selatan, dan Sumatera Selatan.
Tabel 4.2 Lima Provinsi dengan Luas Panen Padi Terbesar Tahun 2019 - 2020

5 Provinsi dengan Luas Panen 5 Provinsi dengan Luas Panen


Terbesar 2019 Terbesar 2020

1500000 1500000

1000000 1000000

500000 500000

0 0
JAWA JAWA TIMUR JAWA BARAT SULAWESI SUMATERA JAWA JAWA JAWA SULAWESI SUMATERA
TENGAH SELATAN SELATAN TIMUR TENGAH BARAT SELATAN UTARA

Sama seperti provinsi dengan produksi padi terbesar, provinsi dengan luas panen padi terbesar juga
didominasi oleh provinsi yang berada di pulau jawa yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Kemudia disusul oleh Provinsi Sulawesi Selatan dan Sumatera Selatan.
Tabel 4.3 Lima Provinsi dengan Jumlah Tenaga Kerja Bidang Pangan Terbesar Tahun 2019 - 2020

5 Provinsi dengan Jumlah Tenaga 5 Provinsi dengan Jumlah Tenaga Kerja


Kerja Bidang Pangan Terbesar 2019 Bidang Pangan Terbesar 2020
2500000 2500000
2000000 2000000
1500000 1500000
1000000 1000000
500000 500000
0 0
JAWA JAWA JAWA PAPUA SULAWESI JAWA JAWA JAWA SULAWESI SUMATERA
TIMUR TENGAH BARAT SELATAN TIMUR TENGAH BARAT SELATAN UTARA
Berdasarkan gambar di atas, bisa dilihat bahwa 3 provinsi dengan jumlah tenaga kerja bidang pangan
terbesar sama antara tahun 2019 dan tahun 2020 yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Pada
tahun 2019, Papua menduduki peringkat ke empat yang memiliki jumlah tenaga kerja bidang pangan
terbesar, sementara pada tahun 2020 Papua tidak termasuk dalam 5 provinsi dengan jumlah tenaga
kerja bidang pangan terbesar.
4.2 Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Statistik uji yang digunakan untuk menguji normalitas data adalah Kolmogorov-Smirnov.
Berikut hasil uji normalitas dengan SPSS:
Tabel 4.4 Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


lnY .098 64 .200* .968 64 .094

lnLuas .080 64 .200* .967 64 .087


*
lnTenker .077 64 .200 .983 64 .540

lnZa .064 64 .200* .990 64 .867

Hasil uji menunjukkan bahwa nilai p-value untuk semua variabel lebih besar dari 0,05, artinya pada
tingkat signifikansi 5% dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
b. Uji Homoskedastisitas
Tabel 4.5 Uji Homoskedastisitas
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .232 .128 1.804 .076
lnLuas .012 .025 .177 .496 .621
lnTenker -.017 .020 -.219 -.833 .408

lnZa -.009 .010 -.197 -.868 .389

Hasil pengujian tabel menunjukkan, nilai signifikansi variabel luas (lnLuas) sebesar
0,621, variabel tenaga kerja (lnTenker) sebesar 0,408, dan variabel subsidi pupuk Za (lnZa)
sebesar 0,389. Semua nilai signifikansi variabel di atas lebih besar dari 0,05, artinya pada
tingkat signifikansi 5% dapat disimpulkan bahwa varians data homoskedastis atau tidak terjadi
heterokedastisitas.
c. Uji Multikolinieritas
Salah satu asumsi klasik regresi linier adalah tidak adanya korelasi pada variabel variabel
independen. Uji multikolinieritas menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi
antara variabel independen. Diagnosis untuk mengetahui adanya multikolinieritas adalah
menentukan nilai Variance Inflaction Factor (VIF). Batas tolerance value adalah > 0,10 dan VIF <
10. Jika nilai tolerance di bawah 0,10 atau VIF di atas 10 maka terjadi korelasi antara variabel
independen sebesar minimal 10%.
Tabel 4.6 Uji Multikolinieritas
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
lnLuas .125 7.997
lnTenker .229 4.367
lnZa .309 3.236

Dari tabel dapat dilihat bahwa variabel luas lahan panen, jumlah tenaga kerja, dan subsidi pupuk
Za memiliki nilai VIF < 10 dan tolerance value > 0,1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat indikasi terjadi multikolinieritas diantara variabel independen dalam model regresi.
4.3 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk menjawab rumusan masalah pertama.
a. Uji F
Hipotesis pada uji F adalah:
H0: Luas panen, jumlah tenaga kerja, dan subsidi pupuk Za dari pemerintah secara bersama-sama
tidak berpengaruh terhadap produksi padi.
H1: Luas panen, jumlah tenaga kerja, dan subsidi pupuk Za dari pemerintah secara bersama-sama
berpengaruh terhadap produksi padi.
Dengan software SPSS diperoleh output sebagai berikut:
Tabel 4.7 Uji ANOVA
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 152.926 3 50.975 2313.739 .000b
Residual 1.322 60 .022
Total 154.248 63
a. Dependent Variabel: lnY
b. Predictors: (Constant), lnZa, lnTenker, lnLuas

Dari hasil di atas diperoleh p-value kurang dari 0,05, sehingga diputuskan untuk menolak H0 pada
tingkat signifikansi 5%. Hal tersebut berarti variabel luas panen, jumlah tenaga kerja, dan jumlah
subsidi pupuk Za secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi padi di Indonesia.
b. Uji t
Dari hasil penghitungan SPSS diperoleh:
Tabel 4.8 Uji t
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .580 .192 3.016 .004
lnLuas .962 .037 .884 26.152 .000
lnTenker .081 .030 .068 2.717 .009
lnZa .044 .015 .064 2.991 .004

Dari hasil di atas, dapat diperoleh hasil sebagai berikut:


o Untuk variabel Luas Panen Padi, p-value yang diperoleh kurang dari 0,05. Sehingga pada
tingkat signifikansi 5%, dapat disimpulkan bahwa variabel luas panen secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap produksi padi.
o Untuk variabel Tenaga Kerja, p-value yang diperoleh kurang dari 0,05. Sehingga pada
tingkat signifikansi 5%, dapat disimpulkan bahwa variabel tenaga kerja secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap produksi padi.
o Untuk variabel Subsidi Pupuk Za, p-value yang diperoleh kurang dari 0,05. Sehingga pada
tingkat signifikansi 5%, dapat disimpulkan bahwa variabel tenaga kerja secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap produksi padi.
4.4 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variabel tidak bebas.
Tabel 4.9 Koefisien Determinasi
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .996a .991 .991 .14843

Dari hasil koefisien determinasi, maka variabel luas lahan panen, tenaga kerja, dan subsidi pupuk Za
dapat menjelaskan pengaruhnya pada produksi padi sebesar 99,1% dan 0,9% lainnya dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. Artinya jika peningkatan produksi padi hanya
dilakukan dengan meningkatkan penggunaan variabel-variabel tersebut di atas, maka ada peluang
peningkatan produksi sebesar 99,1%, sedangkan 0,9 % sisanya ditentukan oleh faktor lain seperti curah
hujan, hama, bencana alam serta kondisi lingkungan lainnya.
4.5 Elastisitas dan Return to Scale
Dari model yang didapatkan, diperoleh fungsi produksi cobb-douglas sebagai berikut:
ln 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 = 0,58 + 0,962 ln 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑛 + 0,081 ln 𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 + 0,044 ln 𝑃𝑢𝑝𝑢𝑘 𝑍𝑎
Dari persamaan di atas dapat dilihat elastisitas dari nilai koefisien hasil regresi. Nilai koefisien dari
persamaan tersebut dapat diartikan sebagai berikut:
• Nilai koefisien elastisitas luas panen padi sebesar 0,962 menunjukkan setiap penambahan luas
panen 1% dalam produksi akan meningkatkan produksi padi sebesar 0,962%.
• Nilai koefisien elastisitas tenaga kerja 0,081 menunjukkan setiap penambahan 1% tenaga kerja
dalam produksi akan meningkatkan produksi padi 0,081%.
• Nilai koefisien elastisitas pupuk Za 0,044 menunjukkan setiap penambahan subsidi pupuk Za 1%
dalam produksi akan meningkatkan produksi padi 0,044%.
Pengaruh luas panen, tenaga kerja, dan jumlah pupuk Za bersifat tidak elastis, Ei < 1. Hal ini
menunjukkan peningkatan output relatif lebih rendah jika dibandingkan peningkatan input tersebut.
Return to scale digunakan untuk mengetahui apakah kegiatan produksi dari suatu usaha yang diteliti
berada dalam kondising increasing, constant, atau decreasing retun to scale. Return to scale dihitung
dengan menjumlahkan setiap koefisien variabel pada model berdasarkan fungsi Cobb-Douglas. Dari
persamaan sebelumnya, diperoleh nilai RTS (0,962 + 0,081 + 0,044) = 1,087. Karena nilai RTS lebih
dari 1, maka dapat diartikan bahwa kegiatan produksi padi di Indonesia termasuk dalam keadaan
Increasing Return to Scale.

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Luas lahan panen, jumlah tenaga kerja, dan subsidi pupuk Za dari pemerintah secara bersama-sama
berpengaruh terhadap produksi padi.
2. Luas lahan panen, jumlah tenaga kerja, dan subsidi pupuk Za dari pemerintah secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi.
3. Nilai RTS adalah 1,087. Hal tersebut berarti setiap penambahan input (Luas panen, tenaga kerja,
dan subsidi pupuk Za) secara simultan 1% , maka akan menaikkan produksi padi sebesar 1,087%
Ini berarti secara umum produksi padi di Indonesia masih bisa beroperasi dengan skala usaha yang
meningkat (increasing return to scale), tetapi sedah mendekati kondisi konstan (constant return to
scale).
5.2 Saran
1. Berdasarkan hasil analisis, variabel luas lahan panen menjadi variabel yang memberikan pengaruh
terbesar terhadap produksi padi Indonesia. Oleh karena itu, meningkatkan luas lahan merupakan
upaya yang paling berpengaruh terhadap peningkatan produksi padi.
2. Subsidi pupuk merupakan salah satu variabel yang dapat meningkatkan produksi padi, untuk itu
pemerintah diharapkan dapat memberikan subsidi pupuk dan mengawasi distribusinya sehingga
kebutuhan pupuk untuk tanaman padi bisa tercukupi dan tidak ada daerah yang kekurangan maupun
kelebihan pupuk.
3. Melakukan diversifikasi pertanian di luar padi karena nilai elastisitas produksi sudah mendekati
kearah constant return to scale.

DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Fitri. 2014. Analisis Fugsi Produksi Cobb-Douglas pada Kegiatan Sektor Usaha Mikro di
Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Badan Pusat Statistik.2020. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Menurut Provinsi 2019-2021.
https://www.bps.go.id/indicator/53/1498/1/luas-panen-produksi-dan-produktivitas-padi-
menurut-provinsi.html. Diakses pada September 2021.

Ishak, Maulana, Agnes Tuti Rumiati, dan Erma Oktania Permatasari. 2017. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Produksi Padi di Provinsi Jawa Timur Menggunakan Regresi Semiparametrik
Spline. Surabaya: Jurnal Sains dan Seni ITS Vol. 6, No. 1

Kementerian Pertanian. 2020. Statistik Ketenagakerjaan Sektor Pertanian Agustus 2020. Jakarta.

Kementerian Pertanian. 2019. Statistik Ketenagakerjaan Sektor Pertanian Agustus 2019. Jakarta.

Kementerian Pertanian. 2020. Statistik Sarana Pertanian Tahun 2020 (2016-2020). Jakarta.

Rosari, Vinta. 2013. Analisis Fugsi Produksi Cobb-Douglas pada Pabrik Gula”. Yogyakarta: Skripsi
Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Sari, Fitria Ika Puspita. 2010. Analisis Produksi Padi di Indonesia. Jember: Skripsi Program Sarjana
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jember.

Triyanto, Joko. 2006. Analisis Produksi Padi di Jawa Tengah. Semarang: Tesis Program Studi Magister
Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangngunan Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro
Semarang.

Anda mungkin juga menyukai