Oleh :
FAKULTAS PERTANIAN
2022
BAB I PENDAHULUAN
Provinsi NTB merupakan salah satu provinsi yang menjadi sentra produksi
kacang hijau. Sesuai dengan Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi (2012)
terdapat 10 Provinsi yang menjadi sentra produksi yaitu terdapat di Jawa Timur, Jawa
Tengah, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Nusa
Tenggara Timur, Lampung, Sumatera Selatan, dan Sulawesi Selatan. Kacang hijau
dikelola di lahan sawah tadah hujan setelah padi pada musim hujan akhir dan di lahan
sawah pengairan setengah tekhnis setelah padi pada musim tanam II. Potensi lahan
untuk pengembangan kacang hijau di NTB yaitu di lahan kering yang berupa ladang dan
tegalan. Untuk lebih jelasnya perkembangan produksi dan luas panen kacang hijau
selama kurun waktu 7 tahun dapat dilihat di tabel.1 perkembangan luas panen, produksi
dan produktivitas (Dinas Pertanian Provinsi NTB, 2018).
1.2. Rumusan Masalah Dalam kaitanya dengan studi perbandingan biaya produksi dan pendapatan
pada usahatani kacang hijau dengan sistem tegal dan sebar maka beberapa rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Berapa perbandingan biaya usahatani kacang hijau dengan sistem tanam tugal dan sebar
di Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu?
2. Berapa perbandingan produksi usahatani kacang hijau dengan sistem tanam tugal
dan sebar di Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu?
3. Berapa perbandingan pendapatan usahatani kacang hijau dengan sistem tanam tugal dan
sebar di Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu?
Bab II. KERANGKA TEORI
A. Teori Usahatani
1. Biaya
Input merupakan seluruh factor yang digunakan dalam suatu proses produksi.
Output merupakan keluaran sebagai akibat adanya proses produksi yang menggunakan
sejumlah input (Abubakar, 2010).
Biaya adalah sejumlah input yang digunakan dalam proses produksi tersebut
dengan memasukan unsur harga input. Input ini berharga karena keadaannya bersifat
kelangkaan sehingga untuk mendapatkannya kita harus mengeluarkan sejumlah biaya
(Abubakar, 2010).
Menurut Soekartawi (1995) biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu: biaya tetap dan biaya tidak tetap.
a. Biaya tetap (fixed cost) ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relative
tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh
banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar
kecilnya produksi yang diperoleh. Contohnya pajak, sewah atanh, alat pertanian
dan iuran irigasi.
b. Biaya tidak tetap a d a l a h didefinisikan sebagai biaya yang besar- kecilnya
dipengaruhi oleh produksi yang duperoleh. Contohnya biaya untuk sarana
produksi. Jika menginginkan produksi yang lebih tinggi, maka tenaga kerja perlu
ditambah, pupuk juga perluh ditambah dan sebagainya, sehingga biaya ini
bersifat berubah-ubah tergantung dari besar-kecilnya produksi yang diinginkan.
Biaya total usahatani dapat diformulasikan (Suratiyah, 2015) sebagai berikut:
TC = TFC + TVC
Keterangan:
TC = Total Biaya
TFC = Total Biaya Tetap
TVC = Total biaya variabel
2. Produksi
Produksi adalah proses perubahan input menjadi output, mencakup semua
jenis kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan sesuatu yang baik yang dihasilkan
oleh perusahaan besar, sedang maupun kecil. Produksi merupakan hasil akhir dari
proses dan efektivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input
(Joerson, Tati. S, 2003). Fungsi produksi menunjukan berapa banyak jumlah
maksimum output yang dapat diproduksi apabila jumlah input tertentu digunakan
dalam proses produksi. Jadi fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan
hubungan antara tingkat output dan tingkat penggunaan input dan karena fungsi ini
menunjukkan hubungan fisik antara input dan output.
Faktor produksi meruoakan barang atau jasa yang disediakan oleh alam atau
ciptaan manusia yang digunakan untuk menghasilkan berbagai barang dan jasa
lainnya yang perlukan oleh manusia. Factor produksi dalam usaha pertanian
mencakup alam, modal, tenaga kerja, dan manajemen (Suratiyah, 2015).
3. Penerimaan
Penerimaan usahatani merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh
dengan harga jual, dimana dalam menghitung total penerimaan usahatani perlu
dipisahkan antara analisis parsial usahatani dan analisis simultan usahatani (Rahim A
dan Hastuti DRD, 2008). Soekartawi et al. (1986) berpendapat bahwa penerimaan
dinilai berdasarkan perkalian antara total produksi dengan harga pasar yang berlaku;
yang mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani,
digunakan dalam usahatani untuk benih, digunakan untuk pembayaran, dan yang
disimpan. Menurut Soeharjo dan Patong (1973) bahwa penerimaan usahatani
berwujud pada tiga hal, yaitu :
1. Hasil penjualan tanaman, ternak, ikan atau produk yang akan dijual.Adakalanya
yang dijual ialah hasil ternak, misalnya susu, daging dan telur. Adakalanya pula
yang dijual adalah hasil dari pekarangan yaitu pisang, kelapa, dan lain-lain.
2. Produk yang dikonsumsi pengusaha dan keluarganya selama melakukan kegiatan.
3. Kenaikan nilai inventaris. Nilai benda-benda inventaris yang dimiliki petani,
berubah-ubah setiap tahun. Dengan demikian akan ada perhitungan. Jika terjadi
kenaikan nilai benda-benda inventaris yang dimiliki petani, maka selisih nilai
akhir tahun dengan nilai awal tahun perhitungan merupakan penerimaan
usahatani.
4. Pendapatan
Pendapatan merupakan balas jasa terhadap penggunaan faktor-faktor
produksi. Menurut Soekartawi (2006) Pendapatan usahatani adalah selisih antara
penerimaan dan semua biaya. Adapun fungsi pendapatan memenuhi kebutuhan
sehari-hari dan kebutuhan kegiatan usahatani selanjutnya. Dijelaskan oleh Soekartawi
et all (1986) bahwa selisih antara penerimaan tunai usahatani dan pengeluaran tunai
usahatani disebut pendapatan tunai usahatani merupakan ukuran kemampuan
usahatani untuk menghasilkan uang tunai. Soekartawi et all (1986) juga menjelaskan
bahwa pendapatan usahatani dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan
pendapatan atas biaya total. Dimana pendapatan atas biaya tunai merupakan
pendapatan yang diperoleh atas biaya-biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh
petani, sedangkan pendapatan atas biaya total merupakan pendapatan setelah
dikurangi biaya tunai dan biaya diperhitungkan Pendapatan usahatani dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Pd = TR – TC
TR = Y × Py
TC = TFC + TVC
dimana :
Pd = pendapatan usahatani
TR = total penerimaan (total revenue)
TC = total biaya (total cost)
TFC = total biaya tetap (total fixed cost)
TVC= total biaya variabel (total variable cost)
Y = produksi
Py = harga produk
penggunaan faktor tersebut sampai jumlah tertentu nilsi produksi output terakhir yang
dihasilkan hanya cukup membayar harga faktor yang digunakan tersebut (Soekartawi,
1989).
Devisi :
Kelas :
Ordo :
Familia :
Genus :
Species :
Tanaman kacang hijau memiliki batang yang tegak dengan ketinggian sangat
bervariasi, antara 30-60 cm tergantung varietasnya, pada cabang kacang hijau
menyamping pada batang utama terbentuk bulat dan berbulu, warna batang ,
cabangnya ada yang berwrna hijau dan ungu, biji kacang hijau merupakan lebih kecil
dibanding biji kacang-kacangan lain. Biji kacang hijau terdiri dari tiga bagian utama
yaitu kulit biji (10%), kotiledon (88%) dan
lembaga (2%). Bagian kulit biji kacang hijau mengandung mineral antara lain fosfor
(P), kalsium (Ca) dan besi (Fe). Kotiledon banyak mengandung pati dan serat,
sedangkan lembaga merupakan sumber protein dan lemak (Purnomo, 2006).
Tanaman kacang hijau berakar tunggang dengan akar cabang pada permukaan
dan bunga kacang hijau berwarna kuning tersusun dalam tandan, keluar pada cabang
serta batang dan dapat menyebuk sendiri (Tjistrosoepomo, 2000).
Tanah yang disesuaikan tanaman kacang hijau adalah tanah yang liat
berlempung, berdrainase baik dan cukup unsure hara N, P, K, C dan unsur mikro,
tanah yang terlalu subur dengan kandungan N-total (0,51-0,75 %) dan K-tersedia
(0,61-1,00 C mol, kg-1) yang tinggi kurang baik untuk kacang hijau karena akan
mengakibatkan pertumbuhan vegetatif yang berlebihan dan pembentukan polong
berkurang (Sumarno, 2003). Tingkat keasaman tanah yang optimum untuk
pertumbuhan kacang hijau antara pH 6,5 (Andrianto dan Indrianto, 2004).
Kacang hijau dapat tumbuh pada semua jenis tanah sepanjang kelembaban
dan tersedianya unsur hara yang cukup. Itu lahan yang akan dipergunakan harus
dipersia pkan sebaik-baiknya. Lahan sawah setelah panen padi, tidak perlu dilakukan
pengolahan tanah. Menurut Sunantara (2000) penyediaan lahan berupa dengan
pemotongan jerami padi sesuai untuk untuk budidaya kacang hijau setelah tanaman
padi. Sementara itu pada lahan sawah yang agak lama tidak ditanami perlu
dilakaukan pengolahan tanah secara sempurna, untuk menghindari air tergenang pada
musim hujan serta perlu dibuat saluran drainase dengan lebar dan kedalaman 20-30
cm dan jarak antara saluran maksimum 4 m (Atman, 2007) .
Sistem tanam sebar adalah carah tanam dengan disebar dapat diterapkan pada
daerah-daerah yang tenaga kerjanya susah diperoleh. Cara tanam ini hanya dapat
dilakukan apabila tanah cukup lembab, sehingga
kacang hijau yang jatuh ditanah dapat melekat pada tanah yang lembab (Damai,
2008).
Cara tanam dengan system sebar memerlukan tenaga dan waktu lebih sedikit
dari pada tanam dengan sistem tugal, namun mempunyai beberapa kerugian seperti
jarak antar tanaman tidak merata, sehingga pertumbuhan tanaman tidak seragam.
1. Keperluan benih lebih banyak
2. Biasanya benih kacang hijau tidak masuk dalam tanah, sehingga apabila
keadaan tanahnya kering benih tidak akan tumbuh
3. Pemeliharaan lebih susah karena jarak tanam yang tidak merata. Sistem
tanam tugal pada kacang hijau. Pada musim kemarau,
sebaiknya lubang tanam lebih dalam untuk menghindari kekeringan, sedangkan pada
musim hujan lubang tanam sebaiknya lebih dangkal untuk menghindari pembusukan
akar akibat tanah becek. Semakin tinggi kesuburan tanah, sebaiknya jarak tanam yang
digunakan yang lebih renggang begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat
kesuburan tanah sebaiknya menggunakan jarak tanam yang rapat.
Cara tanam dengan sistem tugal memerlukan tenaga dan waktu lebih banyak,
tetapi mempunyai keuntungan yaitu:
1. Sebagian benih yang tidak tumbuh atau tanaman muda yang mati dapat
terkompensasi sehingga tanaman tidak terlalu jarang
2. Kebutuhan benih tidak terlalu banyak
Pendapatan dan Kesempatan Kerja Pada Usahatani Kedelai Dengan Sistem Tanam
Sebar dan Tugal di Kecamatan Alas Kabupaten Sumbawa”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) biaya produksi pada usahatani kedelai sistem sebar lebih
kecil dibandingkan usahatani kedelai sistem tugal dengan nilai masing-masing secara
berurutan sebesar Rp 5.741.322,84/ha dan Rp. 7.205.808,64/ha, dengan persentase
biaya variabel masing-masing sebesar 97,47% dan 97,68% dan sisanya 2,53% dan
2,32% pad abiaya tetap. (2) Produksi pada usahatani kedelai sistem sebar lebih kecil
dibandingkan usahatani kedelai sistem tugal setelah diuji dengan uji-t dengan taraf
nyata 0,5% dengan nilai masing-masing secara berurutan sebesar 1.301,42 kg/ha dan
sebesar 1.787,04 kg/ha. (3) Pendapatan pada usahatani kedelai sistem sebar lebih
kecil dibandingkan usahatani kedelai sistem tugal dengan nilai masing-masing secara
berurutan sebesar Rp. 1.806.935,65/ha dan sebesar Rp. 3.159.007,17/ha. (4)
Kesempatan Kerja pada usahatani kedelai sistem sebar dan sistem tugal sama dengan
nilai masing-masing secara berurutan sebesar 53,47 HKO/ha dan sebesar 61,06
HKO/ha, dengan kesempatan kerja paling banyak berada pada jenis kegiatan
penanaman dan pemanenan yang msing-masing sebesar 8,71 HKO/ha dan 12,82
HKO/ha pada sistem sebar sedangkan pada sistem tugal sebesar 12,59 HKO/ha dan
12,82 HKO/ha.
Sariwani (2016) dengan judul penelitian “Studi Komparatif Biaya dan
Pendapatan Usahatani Kacang Tanah dengan Jagung di Kecamatan Bayan Kabupaten
Lombok Utara”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) rata- rata biaya produksi
usahatani kacang tanah Rp. 4 982 289,82/ha dan usahatani jagung sebesar Rp. 4 862
709,92/ha per satu musim tanam. (2) rata-rata pendapatan pada usahatani kacang
tanah sebasar Rp. 7 991 512,34/ha, sedangkan rata-rata pendapatan petani responden
jagung sebesar Rp. 5 379 286,06/ha. (3) R/C ratio sebesar 2,60 untuk usahatani
kacang tanah dan R/c ratio sebesar 2,11 untuk usahatani jagung. Kriteria R/C
> 1 menunjukkan bahwa usaha layak diusahakan, R/C < 1 menunjukkan bahwa
usaha tidak layak diusahakan. Dengan demikian, kedua usahatani tersebut sama-sama
layak untuk diusahakan karena masing-masing nilai R/C ratio >1, akan tetapi
usahatani kacang tanah relative lebih besar
Jika nilai probabilitas <0,05, maka uji F berbeda nyata (H0 ditolak),
artinya data bersifat heterogen; sedangkan jika nilai probabilitas >0,05, maka uji F
tidak berbeda nyata (H1 diterima), artinya data bersifat homogen.
DAFTAR PUSTAKA