Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PERTANIAN LESTARI

PENERAPAN SISTEM PERTANIAN TERPADU (SISTANDU) LONG YAM DENGAN INOVASI TEKNOLOGI
DAN KELEMBAGAAN PRIMA TANI PADA AGROEKOSITEM LAHAN KERING DATARAN RENDAH
IKLIM BASAH DI KABUPATEN BENGKULU UTARA

DISUSUN OLEH:
NURUL ADIYAN
E1C014112

DOSEN PENGAMPU : Ir, EDI SUTRISNO, M.Sc

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dunia pertanian saat ini sangat lah menjadi mayoritas dalam peningkatan
pendapatan terutama bagi masyarakat yang perkejaannya mencakup dunia
pertanian. Untuk meningkatkan pendapatan ini, tentu petani atau peternak perluh
mencari inovasi serta ide yang sesuai untuk diterapkan di daerahnya. Salah satu
cara yang tepat untuk diterapkan dalam dunia pertanian ini adalah menerapkan
sistem pertanian terpadu (SISTANDU), sistem pertanian terpadu merupakan cara
yang tepat untuk diterapakan oleh para petani dan peternak karena sistem ini
merupakan sistem yang ramah lingkungan serta dapat memanfaatkan lahan yang
ada menjadi lebih bermanfaat. Banyak contoh yang bisa diterapakan seperti mina
padi, bebek padi, sapi tebu, sapi sawit, parlabek , jangung sapi biogas, serta long
yam. Dari berbagai contoh tersebut, saya mengambil tema mengenai sistem
pertanian terpadu (SISTANDU) Long Yam pada Agroekosistem Lahan Kering
Dataran Rendah Iklim Basah di Kabupaten Bengkulu Utara. Long Yam merupakan
sistem pertanian yang memanfaatkan kolam sebagai tempat untuk memelihara
Ayam Ras atau Ayam Petelur diatasnya. Sehingga dengan dilaksanakannya long yam
ini peternak dapat memanfaatkan lahan yang ada.

1.2 Tujuan

Tujuan diadakannya sitem pertanian terpadu yang memanfaatkan sistem


long yam atau pemeliharaan ayam ras atau ayam petelur di atas kolam ini yaitu
untuk meningkatkan pendapatan petani sebesar 20 -30 % melalui intensifikasi
budidaya longyam, melaksanakan PTT padi seluas 5 ha untuk peningkatan IP dari 200
menjadi IP 300, dan membentuk satu unit klinik agribisnis untuk penyebaran teknologi
Longyam, PTT padi, dan ternak sapi.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

Istilah pertanian terpadu muncul di awal tahun 80-an. Pada saat itu Soeharto
sebagai presiden Indonesia yang sangat menyukai bidang pertanian mencanangkan
program bagaimana meningkatkan produktivitas pertanian dalam lahan yang
terbatas. Penasehat pertanian Soeharto memberikan ide dari keberhasilan pertanian
terpadu di Negara-negara Asia dan Afrika melalui hasil seminar dan implementasi
penelitian pertanian terpadu. Saat itu diusulkan bagaimana mengombinasikan
pertanian dengan peternakan dan perikanan. Kemudian muncullah istilah-istilah lokal
dalam pertanian terpadu yang membeikan arti kombinasi budidaya pertanian, misalnya
mina padi (pertanian padi yang digabungkan dengan membudidayakan ikan di sawah);
longyam (balong-ayam), yang merupakan suatu teknik budidaya ayam yang
dikandangkan di atas kolam ikan (Anonim, 2016).
Jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 tercatat 37,2 juta jiwa, dan 63,4%
diantaranya berada di perdesaan dengan mata pencaharian di sektor pertanian. Oleh
karena itu pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan perdesaan secara
langsung maupun tidak langsung akan berdampak terhadap pengurangan penduduk
miskin (Mat Syukur, 2007).
Kontribusi pertanian dari tahun ke tahun semakin meningkat, ini terlihat dengan
meningkatnya penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian pada tahun 2006 mencapai
44,5% dibandingkan tahun 2005 yang hanya mencapai 39,5%. Fakta ini menandakan
bahwa sektor pertanian selain sebagai sumber pendapatan masyarakat juga
mempunyai peranan penting dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan dan
penerimaan devisa negara yang semakin didukung oleh nilai tambah produk pertanian,
melalui peningkatan investasi di bidang pengolahan hasil komoditas pertanian dan hasil
turunannya (Sarwani, 2007).
Pembangunan pertanian pada dasarnya mengacu pada panca yasa yaitu: 1)
perbaikan infrastruktur pertanian, 2) pengembangan kelembagaan petani, 3)
penyuluhan, 4) fasilitas pembiayaan pertanian, dan 5) pemasaran hasil pertanian
(Marsigit, 2007; Sarwani, 2007). Pembangunan pertanian seharusnya tidak hanya
menitikberatkan pada aspek teknologi produksi, tetapi juga harus memperhatikan
aspek penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian.

3
Pengambil kebijakan pembangunan pertanian ditantang untuk selalu
menciptakan inovasi teknologi dan kelembagaan yang siap untuk diimplementasikan.
Berbagai konsep dan pendekatan penyampaian teknologi kepada petani telah
diprogramkan oleh pemerintah, namun hasil yang dicapai masih belum memuaskan
(Simatupang, 2004). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemampuan
petani dalam pengambilan keputusan adalah
persepsi petani sendiri terhadap sifat inovasi. Apabila petani mempunyai persepsi yang
positif terhadap suatu inovasi baru, maka petani akan mudah menerima paket teknologi
yang disosialisasikan. Teknologi yang disampaikan lebih muda diterima petani apabila
teknologi yang disampaikan memang terbukti dapat memecahkan persoalan yang
sedang dihadapi. Struktur sosial ekonomi mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap perilaku adopsi petani.
PRIMA TANI merupakan model diseminasi teknologi yang bertujuan untuk
mempercepat dan mengefektifkan informasi dan teknologi kepada petani (Simatupang,
2004; Sudaryanto dkk., 2005).
Badan Litbang Pertanian tidak hanya sebagai produsen teknologi, tetapi juga
terlibat aktif dalam memfasilitasi pengadaan, penyaluran dan penerapan teknologi
inovatif yang dihasilkannya. PRIMA TANI pada dasarnya adalah model terpadu antara
Penelitian – Penyuluhan – Agribisnis – Pelayanan Pendukung (Research – Extention –
Agribusiness – Supporting Service Linkages) (Deptan,2006).
Tujuan akhir dari kegiatan PRIMA TANI adalah masyarakat sejahtera, pertanian
sustainable, dan lingkungan lestari. BPTP Bengkulu sebagai focal point menjadi inisiator
dan fasilitator dalam pelaksanaan PRIMA TANI berkewajiban untuk menyusun strategi
dalam mewujudkan tujuan yang ingin dicapai yang selanjutnya dituangkan dalam
bentuk Road Map (Badan Litbang Pertanian, 2005)

4
BAB III
PELAKSANAAN SISTANDU
3.1 Lokasi

Lokasi PRIMA TANI Desa Lubuk Jale, Kecamatan Kerkap, Kabupaten Bengkulu
Utara mempunyai luas wilayah 335 ha yang terletak pada ketinggian 110 – 230 m dpl. Secara
geografis Desa Lubuk Jale pada koordinat antara 102o16’08” - 102o17’09” Bujur Timur, dan
03o29’30” - 03o31’14” Lintang Selatan (BBSDLP, 2007). Secara administrasi, Desa Lubuk Jale
berbatasan dengan Desa Lubuk Durian dan Perbo sebelah selatan, Desa Kotalekat dan
Simpang Ketenong di sebelah barat, Desa Talanglekat di sebelah timur dan Desa Air Baus di
sebelah utara.
Kegiatan PRIMA TANI di Kabupaten Bengkulu Utara pada tahun 2009 secara
garis besar mengarah pada pengembangan agribisnis dan upaya diseminasi
teknologi. Dalam pelaksanaannya, PRIMA TANI melibatkan berbagai pihak
diantaranya adalah dinas/instansi Pemda terkait, petugas lapangan, Swasta,
Puslit/Balai Besar/Balit lingkup Badan Litbang Pertanian, dan kelompok tani.
Pengembangan agribisnis akan dilakukan dengan kegiatan-kegiatan inovasi
teknologi dan kelembagaan sebagai berikut:
Longyam : membangun kemitraan dalam budidaya ayam ras, perbaikan
teknologi budidaya longyam (ransum dan tatalaksana kandang). Pelatihan penjagaan
kesehatan ternak untuk mengurangi tingkat kematian. Perluasan aringan pemasaran
dan prediksi harga. Membangun kerjasama dengan DKP.
Padi sawah : demplot pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT)
padi sawah irigasi seluas 5 ha, pembinaan terhadap penangkaran padi dalam rangka
peningkatan produktivitas, produksi dan penggantian varietas lokal dengan varietas
unggul baru (VUB). pemanfaatan limbah pertanian, khususnya jerami dan kotoran
sapi sebagai pupuk organik, peningkatan Indeks Pertanaman (IP) padi dari IP 200
menjadi IP 300 melalui demplot seluas 5 ha.
Ternak Sapi : perbaikan menejemen pemeliharaan sapi, komersialisasi
kompos dari kotoran ternak dan sisa panen komoditas pertanian, pembuatan pakan
ternak dengan bahan lokal untuk mengurangi ketergantungan peternak terhadap
rumput dan berpeluang meningkatkan skala kepemilikan ternak, mendorong
perkembangbiakan ternak sapi dengan cara menumbuhkan inseminator swadaya.

5
3.2 Penetapan peruntukan lahan dan ragam komoditi
Dari penjelasan mengenai lokasi yang ada di Desa Lubuk Jale ini, maka
dapat diketahui bahwa desa Lubuk Jale merupakan desa yang tidak terlalu banyak
mempunyai lahan untuk menerapakan sistem seperti mina padi, sistem pertanian
terpadu yang cocok untuk diterapkan di Desa ini, yaitu sistem pertanian terpadu
Longyam. Sistem pertanian Longyam ini cocok digunakan karena tidak terlalu
memakan tempat seperti seandainya jika diterapakan sistem mina padi. Longyam
merupakan sistem pertanian terpadu yang memanfaatkan kolam ikan untuk
memelihara ayam ras dan ayam petelur, dan juga kita bisa membuat lahan – lahan
yang ada di pinggir kolam untuk dimanfaatkan sebagai tempat menanam sayuran
seperti kacang panjang dan daun talas.

3.3 Seleksi dan Pemilihan Komoditi


Pemilihan komoditi di dalam pembuatan perencanaan sistem pertanian
terpadu (SISTANDU) ini sangatlah penting, karena menentukan hasil yang akan
diperoleh dari sistem yang telah diterapkan sehingga kita harus bisa memilih
sistem apa yang harus di gunakan lalu disesuaikan dengan komoditi yang akan
dipakai seperti ayam.

 Komoditas dan Inovasi Teknologi


Komoditas unggulan yang dikembangkan di Desa Lubuk Jale terdiri atas
ayam (longyam), padi sawah dan sapi. Longyam ini merupakan sistem perpaduan
antara kolam ikan dengan ayam ras atau ayam petelur. Padi sawah dan sapi ini
merupakan tempat penanaman antara perpaduan tanaman pangan padi dengan
sapi yang digunakan untuk membajak lahan. Sistem ini merupakan sistem yang
baik untuk digunakan. Rencana perbaikan dan introduksi inovasi teknologi untuk
memecahkan permasalahan petani di lokasi PRIMA TANI Bengkulu di Desa Lubuk
Jale disajikan pada Tabel 1.

6
Tabel 1. Inovasi teknologi di laboratorium agribisnis Desa Lubuk Jale, Kecamatan
Kerkap, Kabupaten Bengkulu Utara.

Komoditas Inovasi Teknologi Tingkat adopsi (%)


Longyam  Perbaikan ransum pakan ayam potong 50
 Pencegahan penyakit ayam 30
Padi  Peningkatan IP (IP 100 menjadi IP 200 20
atau IP 300) 20
 Introduksi varietas unggul (melalui 20
penangkaran) 20
 Perbaikan teknologi dan dosis 0
pemupukan
 Introduksi teknologi panen dan
Pascapanen
 Sistem integrasi sapi-padi (SISDI)
Sapi  Tata laksana kandang 1
 Manajemen pakan (introduksi 70
HMT,pemanfaatan limbah pertanian 1
lokal) 1
 Pembuatan dan aplikasi kompos
 Inseminasi buatan

Komoditas unggulan yang dikembangkan di Desa Lubuk Jale terdiri atas


ayam (longyam), padi sawah dan sapi. Bila ditinjau dari jenis komoditas dan
keragaan teknologi yang ada di Desa Lubuk Jale, maka inovasi teknologi di lokasi
PRIMA TANI diarahkan untuk intensifikasi dan diversifikasi usahatani. Intensifikasi
ditujukan untuk perbaikan teknis budidaya tanaman dan ternak meliputi introduksi
benih/bibit unggul, perbaikan teknologi pemeliharaan tanaman (pemupukan,
sanitasi, tata air, cara panen) dan perbaikan teknologi budidaya ternak. Diversifikasi
dilakukan dalam penganekaragaman pengolahan maupun usaha tani. Rencana
perbaikan dan introduksi inovasi teknologi untuk memecahkan permasalahan
petani di lokasi PRIMA TANI Bengkulu di Desa Lubuk Jale disajikan pada Tabel 1.

7
 Inovasi Teknologi pada Longyam
Inovasi teknologi pada longyam yang dilaksanakan pada tahun 2009 adalah
penggunaan pakan alternatif dan kesehatan ternak. Sebagian petani sudah
mengadopsi teknologi pakan campuran dedak, jagung dan konsentrat (60 %).
Penggunaan starbio juga sudah mulai di adopsi oleh kelompok longyam (30 %).
Kesehatan ternak diperbaiki dengan memperhatikan aspek kandang ayam sehingga
dapat terjaga dari tingkat kelembaban yang tinggi. Aspek kemitraan belum sampai
pada tataran penjaminan harga jual ayam yang stabil dan menguntungkan, terutama
pada saat panen. Harga daging ayam sangat fluktuatif dan belum ditemukan mitra
yang sanggup menjamin harga yang layak pada saat panen. Harga ayam sangat
tergantung dari jadwal panen pengusaha ayam di Bengkulu dan Provinsi sekitarnya.
Solusi dari kondisi ini adalah mengatur masuknya DOC di Desa Lubuk Jale tidak
sekaligus banyak, tetapi bertahap dan jadwal antar peternak juga diatur, sehingga
fluktuasi harga tidak terlalu mencemaskan petani.

 Inovasi Teknologi pada ternak sapi


Sapi umumnya dimanfaatkan sebagai tenaga kerja untuk membajak sawah
pada waktu pengolahan lahan. Dengan demikian terjadi penghematan biaya tenaga
kerja yang cukup berarti dalam efisiensi usaha tani. Upaya untuk mengkomersialkan
kompos yang berasal dari kotoran sapi belum bisa dilakukan, karena para petani
tidak memanfaatkan kandang koloninya. Selain menyulitkan dalam pengumpulan
kotoran sapi, hal ini juga menyulitkan dalam pembinaan dan pengawasan kesehatan
dan kondisi ternak. Pemanfaatan kotoran ternak sapi sebagai bahan pembuatan
kompos merupakan suatu upaya untuk menggerakkan pola integrasi tanaman
ternak di Desa Lubuk Jale. Upaya yang telah dilakukan tahun 2009 adalah demo
pembuatan kompos dari limbah ternak. Kepemilikan sapi yang masih relatif sedikit
(1-2 ekor/keluarga) juga memicu kurang diadopsinya penggunaan pakan alternatif
berbahan dasar lokal (jerami, tongkol jagung, kulit kopi, kakao dll), karena mereka
menganggap bahwa hijauan makanan masih tersedia dalam jumlah yang cukup.
Inovasi teknologi yang disarankan dan telah diadopsi sebagian peternak adalah
penanaman King Grass di pinggir jalan.

8
3.4 Penyusunan Tata Letak, Pola Tanam dan Pemeliharaan Ternak
Tata letak pada sistem pertanian terpadu untuk sistem longyam ini yaitu
memanfaatkan lahan yang ada di persawahan atau di sekitar rumah yang memiliki
lahan yang cukup luas untuk membuat kolam ikan yang lebar. Kolam ikan ini bisa
dibuat dengan menggunakan bahan semen untuk membuat pinggir pematang
kolam, atau juga bisa dilapisi dengan plastik. Kolam merupakan tata letak pertama
yang harus kita perhatikan. Setelah memastikan tempat yang cocok untuk tata letak
kolam maka selanjutnya kita membuat kandang diatas kolam untuk memelihara
ayam ras atau ayam petelur. Disekitar kolam terdapat lahan pematang yang dapat
digunakan untuk menanam rumput maupun sayuran seperti kacang panjang atau
daun talas.
Pola untuk penanaman pada pinggiran kolam yang dapat dimanfaatkan
ini dapat dibuat dengan memperhatikan tanaman yang akan ditanam, agar tanaman
ini dapat menghasilkan serta mempertahankan area pematang kolam. Pola tanaman
ini, bisa di tanam dengan membaut tanaman seperti pagar yang berjajar dipinggir
kolam.
Untuk pemeliharaan ternaknya, tentu hal pertama yang harus kita
siapkan yaitu membuat kandang diatas kolam ikan. Kandang ini harus dibuat
dengan bahan yang kuat agar dapat bertahan diair dan tidak mudah rusak. Kandang
yang bisa digunakan adalah kandang bentuk pangung. Kotaran yang dihasilkan oleh
ternak maka akan bermanfaat untuk ikan agar dapat memakan sisa – sisa makan
yang terjatuh dari makan ternak. Biasanya ikan yang dipelihara dengan sistem
longyam ini akan lebih cepat besar.

3.5 Penanganan sarana produksi dan produk hasil sistandu


Dalam pelaksanaan, serta penanganan sarana produksi dan hasil produksi
merupakan hal utama yang harus diperhatikan setelah semuanya selesai.
Penanganan sarana produksi ini dapat dimulai dari tahap persiapan, perencanaan,
pelaksanaan, dan pemasaran produksi hasil sistandu nantinya. Dalam tahap
persiapan ini, diperlukan adanya sumber daya alam dan sumber manusia yang baik.
Sumber daya tersebut merupakan hal yang diperluhkan untuk melancarkan
tahapan didalam penanganan sarana produksi sistandu ini. Pertimbangan yang
harus diperhatikan dalam tahap perencanaan ini yaitu memperhatikan data dan

9
memperhitungkan serta menganalisis agar memperoleh perencanaan yang matang.
Aspek ekonomi , sosial , budaya dan ekologi merupakan pertimbangan yang harus
diperhatikan dalam tahap ini agar dalam proses pelaksanaan sistandu nantinya
dapat berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan yang mengangu.
Perencanaan dilakukan dengan tujuan untuk merumuskan keuntungan
yang ingin dicapai, menentukan sumber daya yang digunakan (meliputi lahan,
tenaga kerja, modal dan peralatan), mengidentifikasi kendala-kendala yang
dihadapi dan upaya untuk menghadapinya, pemperkirakan kebutuhan modal dan
upaya untuk pengadaan, dan memperkirakan arus uang tunai. Dalam tahap
pelaksanaan ini, diperlukan adanya sarana dan prasarana yang mendukung seperti
kebutuhan akan SDM yang berkualitas, kebutuhan akan sarana dan prasarana
transportasi serta ketersediaan unit pengolahan hasil pertanian dan peternakan
yang terintegrasi sehingga hasil pertanian dan peternakan dapat diolah dan
dipasarkan.

3.6 Implementasi Kegiatan Agribisnis dengan Sistem Pertanian Terpadu


Koordinasi dan dukungan stakeholder sangat diperlukan agar PRIMA TANI
dapat dioperasionalkan dengan baik dan bersinergi. Perencanaan dan implementasi
program sangat penting untuk dikoordinasikan dengan stakeholders dalam
mendesain rancang bangun laboratorium agribisnis (RBLA). Implementasi kegiatan
agribisnis dalam sistem pertanian terpadu ini, sangatlah mempunyai nilai ekonomi
yang bagus dalam kegiataan didunia agribisnis. Longyam dapat menilai tinggi dan
cocok untuk berbisnis didaerah yang seperti Desa Lubuk Jale. Sebagai sebuah
bentuk program pengembangan ekonomi masyarakat perdesaan, maka indikator
keberhasilan utama dari PRIMA TANI adalah meningkatnya pendapatan dan
kesejahteraan petani peserta program. Tujuan ini akan tercapai apabila
sumberdaya pertanian di manfaatkan secara optimal, posisi tawar petani kuat, dan
sistem agribisnis yang eksis berjalan di atas prinsip-prinsip komersial.
Sistem usaha agribisnis yang dibangun harus mempunyai ciri berdaya saing,
berkerakyatan, berkelanjutan, dan desentralistis. Fokus pengembangan agribisnis
dalam upaya pemberdayaan masyarakat desa perlu diarahkan pada:
1. Penguatan kelembagaan pertanian di perdesaan yang belum optimal (Gapoktan,
kelompok tani, dan kelompok wanita tani).

10
2. Revitalisasi peran dan fungsi PPL dalam pengembangan pertanian, khususnya di
perdesaan.
3. Membantu kemudahan akses permodalan bagi petani di perdesaan.
4. Pengembangan IPTEK baik on-farm dan off-farm.
5. Peningkatan ketersediaan bibit/benih bermutu di tingkat petani.
6. Pemberian subsidi untuk menjangkau harga saprotan yang tinggi bagi petani.
7. Penjaminan pemasaran produk-produk pertanian, sehingga petani mempunyai
posisi tawar yang baik.
8. Antisipasi ancaman serangan hama dan penyakit dan bencana alam.
PRIMA TANI dilaksanakan selama kurun waktu 5 tahun, namun demikian.

3.7 Evaluasi Keberlanjutan Agribisnis dengan Sistandu


Dari hasil evaluasi yang telah dilihat dari penerapan sistem pertanian
terpadu khususnya sistem longyam ini, dapat dikatakan bahwa sistem longyam ini
memiliki nilai peluang yang besar untuk dimanfaatkan dalam meningkatkan nilai
ekonomi atau pendapatan. Sistem longyam merupakan sistem pertanian terpadu
yang berkelanjutan hal ini dapat dikatakan karena jika dilihat dari hasil penerapan
yang dicoba hasilnya sangat menguntungkan baik itu dalam dari ternak ayam ras,
ayam petelur, ikan maupun sayuran yang ditanam di pinggir pematang kolam.
Keberlanjutan ini, tentu membuat masyarakat akan tertarik untuk mencoba
menerapkan sistem longyam ini, dimana sistem ini mudah dilaksanakan serta tidak
memerlukan lahan yang luas dan dapat memanfaatkan lahan kosong yang ada
dipinggiran kolam.

3.8 Layak (Ekonomi, lingkungan dan sosial)


Sistem longyam merupakan sistem yang menurut saya layak digunakan
untuk penerapan sistem pertanian terpadu. Jika dilihat dari nilai ekonomi tentu saja
sistem longyam memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, baik itu harga ayam
maupun ikan serta sayuran yang ada dipinggirnya. Jika dilihat dari lingkungan
sistem longyam mempunyai kebersihan yang cukup baik, ayam yang dipeliharaan
di atas kolam ini kotarannya langsung jatuh ke kolam sehingga tidak menimbulkan
bau yang busuk serta tidak mengotorkan lingkungan disekeliling kolam. Dan untuk
segi sosialnya tentu mempunyai kelayakan yang bagus, karena sistem ini tidak

11
menganggu lingkungan sekitar. Maka dapat disimpulkan bahwa sistem
perencanaan yang menerapkan perencana sistem pertanian terpadu (SISTANDU)
Longyam dengan inovasi teknologi dan kelembagaan prima tani pada
agroekosistem lahan kering dataran rendah iklim basah di kabupaten Bengkulu
Utara, layak diterapkan, dan cocok untuk dilaksanakan sampai selesai “Ya”

12
KESIMPULAN

Dari hasil pemaparan yang telah diuraikan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa sistem pertanian terpadu merupakan sistem yang bagus digunakan untuk
meningkatkan kualitas pertanian, peternakan dan perikanan. Sistem pertanian terpadu
yang menerpakan penerapan sistem longyam dapat dikatakan cocok dan bagus untuk di
terapakan kepada petani dan peternak. Karena sistem ini mempunyai nilai yang
ekonomi yang cukup tinggi, dan juga sistem ini merupakan sistem yang memiliki
keberlanjutan dalam agribisnisnya atau dapat dilestarikan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2016. Sistem Pertanian Terpadu. Didownload pada tanggal 4 April 2016.
Pukul 09 :25 Wib.
Badan Litbang Pertanian. 2005. Petunjuk Teknis Survei Pendasaran
(BaselineSurvei) Prima Tani. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian : Jakarta.
Deptan. 2006. Pedoman Umum Prima Tani. Departemen Pertanian RI : Jakarta.
Marsigit Wuri. 2007. Strategi pemberdayaan masyarakat desa di Provinsi
Bengkulu. Prosiding Seminar Nasional: Pengembangan Usaha Agribisnis diperdesaan.
BP2TP. Bogor. 13 - 19 p.
Mat Syukur. 2007. Strategi Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan di 10.000
Desa. Prosiding Seminar Nasional: Pengembangan Usaha Agribisnis diperdesaan.
BP2TP. Bogor. 9 – 13 p.
Sarwani. 2007. Pembangunan Pertanian Berawal dari Desa. Prosiding Seminar
Nasional: Pengembangan Usaha Agribisnis di perdesaan. BP2TP. Bogor. 6 – 9 p.
Simatupang Pantjar. 2004. PRIMA TANI sebagai langkah awal pengembangan
sistem dan usaha agribisnis industrial. Makalah disampaikan pada pelatihan analisa
finansial dan ekonomi bagi pengembangan sistem dan usahatani agribisnis wilayah, 29
November – 9 Desember 2004.
Sudaryanto Tahlim, Simatupang Pantjar, Suradisastra Kedi, Irawan Bambang,
Djauhari Achmad, Bahrein Saeful, dan Syahyuti, 2005. Pengkajian dan pengembangan
model operasional percepatan pemasyarakatan inovasi teknologi pertanian melalui
Program PRIMA TANI. PSE. Bogor. 143 p.

14

Anda mungkin juga menyukai