OLEH :
ERIS WULANDARI, S.TP
PENYULUH PERTANIAN PERTAMA
I.1. LATAR BELAKANG
Sasaran pembangunan pertanian saat ini diarahkan untuk meningkatkan
produktivitas hasil pertanian yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan
petani dan keluarganya. Peningkatan kesejahteraan petani merupakan salah satu
tujuan penyuluhan pertanian, yang ditegaskan dalam UU RI No.16 Tahun 2006
bahwa penyuluhan juga ditujukan untuk memberdayakan pelaku utama dan pelaku
usaha dalam peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif,
penumbuhan motivasi, pengembangan potensi, pemberian peluang, peningkatan
kesadaran dan pendampingan serta fasilitasi. Pencapaian sasaran penyuluhan salah
satunya dilakukan melalui pengembangan dan diseminasi inovasi pertanian serta
penumbuhan motivasi pada petani menggunakan inovasi teknologi (Ruswendi dan
Honorita B, 2011).
Tujuan pembangunan pertanian dapat dicapai dengan membangun sistem
dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, dan
terdesentralisasi untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para petani.
Salah satu faktor yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah
ketersediaan inovasi teknologi spesifik lokasi yang bermutu pada setiap subsistem
agribisnis dan diterapkannya teknologi inovasi tersebut oleh para petani.
Sejalan dengan semakin berkembangnya inovasi teknologi, maka perlu
dilakukan akselerasi adopsi teknologi inovasi tersebut sampai ke tingkat pengguna
melalui perbaikan materi, metode dan media diseminasi sesuai dengan spesifik
lokalita disuatu daerah. Pentingnya diseminasi teknologi inovasi ini dilakukan,
antara lain disebabkan karena proses adopsi suatu teknologi sangat erat kaitannya
dengan teknik atau cara penyampaian informasi teknologi inovasi baik inovasi teknis
(varietas, benih/bibit, alat, teknologi, pruduk) maupun inovasi sosial (kelembagaan,
permodalan, pemasaran), kepada petani pengguna, Sumarno, (2000).
Dalam percepatan diseminasi teknologi inovasi, beberapa permasalahan yang
dihadapi antara lain adalah sifat/ karakteristik teknologi, karakteristik petani dan
kemampuan (kapasitas) penyuluh dalam memahami informasi teknologi inovasi
litkaji untuk ditransfer menjadi informasi teknologi yang dapat dipahami dan
diterapkan oleh petani. Penggunaan model tanam jajar legowo saat ini sudah banyak
diterapkan oleh petani. Para petani di wilayah kecamatan Pamekasan mengenal model
tanam ini dengan sebutan tanam dengan garis. Menurut Sekretariat Badan Koordinas
Penyuluh, (2012) tanam jajar legowo adalah pengaturan jarak tanam padi dengan pola
berselang-seling dengan mengosongkan satu baris. Umumnya yang digunakan adalah
model jajar legowo 2:1.
Kelebihan penerapan tanam model jajar legowo dibandingkan dengan tananm
tegel yaitu: 1) rumpun tanaman yang berada dipinggir lebih banyak, 2)terdapat ruang
kosong sebagai tempat pengaturan air dan saluran pengendalian keong mas,
3)pengendalian hama penyakit dan gulma lebih mudah, 4)pada tahap awal areal
pertanaman lebih terang sehingga kurang disukai tikus, 5) pengunaan pupuk lebih berdaya
guna.
Pola yang utuh sebenarnya adalah dengan menyisipkan tanaman pada baris yang
dikosongkan kebaris yang di sebelahnya. Manfaat dari penyisipan ini adalah seolah-olah
tanaman berada pada barisan pinggir pematang dan rumpun tanaman menjadi lebih banyak.
Berbeda dengan teorinya, penerapan dilapangan oleh petani yang menerapkan model
tanam jajar legowo sangat jarang membuat sisipan. Dari beberapa kesempatan berdiskusi
dengan petani hal disebabkan beberapa masalah, diantaranya sebagai berikut: 1) petani
belum banyak mengetahui bahwa pada model tanam jajar legowo untuk memperbanyak
rumpun tanaman harus ada sisipan, 2) ada anggapan bahwa dengan atau tanpa sisipan
produksinya sama, 3) pola jajar legowo yang digunakan masih beragam, misal ; 7:1, 8:1
ataupun 10:1.
Bersadarkan pada permasalahan di atas maka Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)
Pamekasan melaksanakan demonstrasi kaji terap dilahan sawah percontohan kelompok tani
Sumber jaya Jingkah di Desa Teja Timur, Kecamatan Pamekasan. Kaji Terap ini
dilaksnakan dengan menitikberatkan pada model tanam jajar legowo 4:1. Dan
membandingkan produksi antara jajar legowo 4:1 dengan sisipan dan , jajar legowo tanpa
sisipan dan tanam menggunkan sistim tegel. Semua model tanam ini dilakukan pada satu
areal dan waktu yang sama. Varietas padi yang digunakan adalah Inpari 32.
I.3. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan kaji terap ini adalah:
1. Memberikan informasi kepada petani cara sederhana dan mudah dilaksanakan,
namun dapat memberikan keuntungan yang lebih baik lagi melalui jajar legowo 4 :
1
2. Mengetahui peningkatan produktivitas tanaman padi pada penerapan sisitem tanam
jajar legowo 4 : 1
3. Mengetahui keuntungan finansial pada penerapan sistem tanam jajar legowo 4 : 1
I.4. MANFAAT
Manfaat yang ingin dicapai dari kegiatan kaji terap ini adalah:
1. Memberikan informasi kepada petani bahwa penerapan sisitem tanam jajar legowo
4 : 1 sudah sesuai dan bisa dilakukan di wilayah sekitar Kelompok tani Sumber
Jaya Jinangkah
2. Memberikan informasi kepada petani bahwa produktivitas tanaman padi pada
penerapan sisitem tanam jajar legowo 4 : 1 meningkat dibandingkan sistem tanam
tegel
BAB II
LANDASAN TEORITIS
3.2. METODE
Semaian padi yang telah berumur 18 hari ditanam dengan 3 model tanam dilahan
sawah yang sudah siap tanam. Model tanam yang digunakan adalah:
1. Tanam jajar legowo 4:1 dengan sisipan (50x(25x12,5))
2. Tanam jajar legowo 4:1 tanpa sisipan (50(25x25))
3. Tanam tegel (25x25)
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 2013. Jajar Legowo. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Kementerian Pertanian
BPTP Jambi. 2010. Petunjuk Teknis Pengelolaan Tanaman Terpadu. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi. Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Kementerian Pertanian.