Anda di halaman 1dari 18

TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI PERTANAMAN

PADI
Integrated Participatory Development and Management
of Irrigation Program (IPDMIP)

Disusun Oleh :
NETI HERAWATI., S.TP.
NIP. 198510272019032006
Wilayah Binaan Kabupaten Lahat
Integrated Participatory Development and
Management of Irrigation Program (IPDMIP)
merupakan program pemerintah di bidang
irigasi yang bertujuan untuk mencapai
keberlanjutan sistem irigasi, baik sistem irigasi
kewenangan pusat, kewenangan provinsi
maupun kewenangan kabupaten. Upaya ini
diharapkan dapat mendukung tercapainya
swasembada beras.

IPDMIP dirancang untuk mengatasi


berbagai kendala dan meningkatkan
produktivitas pertanian.
Provinsi Sumatera Selatan: (1) Musi Rawas,
(2) Empat Lawang, (3) OKU Selatan, (4)
Musi Banyuasin, (5) Banyuasin, (6) Muara
Enim dan (7) Lahat

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA


PROVINSI SUMATERA SELATAN
Daerah irigasi umumnya lebih mudah ditangani dalam
rangka peningkatan produktivitas , kecuali daerah
tertentu, contohnya daerah pasang surut Banyuasin

Teknologi yang diterapkan dapat cenderung sama :

1. Penggunaan Varietas Unggul Baru


2. Pengaturan Jarak Tanam
3. Pemupukan seimbang spesifik lokasi
4. Pengendalian hama terpadu

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA


PROVINSI SUMATERA SELATAN
1. Varietas Unggul Baru (VUB)

Padi varietas unggul baru (VUB) merupakan salah satu


terobosan inovasi teknologi yang dapat meningkatkan
produktivitas padi dan pendapatan petani, mudah
diadopsi petani karena teknologi ini murah dan
penggunaannya sangat praktis serta memiliki peran
nyata dalam meningkatkan produksi dan kualitas hasil
komoditas pertanian

Peningkatan produktivitas padi sawah sebesar 8,85% akibat introduksi VUB dengan kultur teknis intensif, dan
peningkatan sebesar 47,13% bila dibandingkan dengan kultur teknis yang biasa dilakukan petani (Asnawi, et al.
(2013) .

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA


PROVINSI SUMATERA SELATAN
VUB Rekomendasi untuk Sawah Irigasi

INPARI 32
INPARI 22
INPARI 33
CAKRA BUANA

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA


PROVINSI SUMATERA SELATAN
INPARI 32
Memiliki ketahanan terhadap penyakit Hawar daun bakteri strain III, agak tahan terhadap Hawar Daun Bakteri
Strain IV, tahan terhadap blas Ras 033, agak tahan terhadap Tungro, dan agak rentan terhadap wereng coklat
biotipe 1, 2, dan 3. Rasa nasi pulen.dengan kadar amilosa 21,8%.

Potensi hasil : 8,53 ton/ha GKG


Rata-rata hasil : 6,30ton/ha

INPARI 22
Agak tahan terhadap wereng batang cokelat biotipe 1, 2, dan 3. Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III.
Rentan terhadap patotipe IV dan VIII
Tahan terhadap blas ras 033 dan 133. Agak tahan terhadap ras 073 dan 137
Rentan terhadap tungro.

Potensi hasil : 7,9 ton/ha GKG


Rata-rata hasil : 5,8 ton/ha GKG

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA


PROVINSI SUMATERA SELATAN
INPARI 33
Tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1, 2, dan 3. Tahan terhadap Hawar Daun Bakteri patotipe 3. Agak
tahan Hawar Daun Bakteri patotipe VIII. Agak tahan blas ras 033. Tahan blas ras 073. Rentan tungro.

Potensi hasil : 9,8 ton/ha GKG


Rata-rata hasil : 6,6 ton/ha GKG, 9,45 ton/ha GKP (Waluyo dan Suparwoto, 2020)

CAKRA BUANA (mendukung IP 400)


Umur tanaman 104 hari setelah semai.
Agak tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1, 2, dan 3. Agak tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri
strain III. Rentan hawar daun bakteri strain IV dan VIII. Tahan penyakit blas ras 033, dan 173. Agak tahan penyakit
tungro inokulum Purwakarta.

Potensi hasil : 10,2 ton/ha GKG


Rata-rata hasil : 7,5 ton/ha GKG; demplot di OKUT 9 ton/ha GKG

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA


PROVINSI SUMATERA SELATAN
2. PENGATURAN JARAK TANAM

Penerapan sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan jarak tanam 25cmx12,5cmx50cm
meningkatkan populasi tanaman menjadi 213.333 rumpun/ha atau meningkat 33,3%
dibandingkan dengan system tanam tegel
25cmx25cm dengan populasi 160.000 rumpun pe Ha.

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA


PROVINSI SUMATERA SELATAN
Keuntungan pola tanam Jajar Legowo

1. Meningkatkan aktivitas fotosintesis


2. Memudahkan pemupukan, penyiangan, dan pengendalian hama
3. Meningkatkan populasi tanaman
4. Meningkatkan produktivitas

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA


PROVINSI SUMATERA SELATAN
3. Pemupukan Seimbang Spesifik Lokasi
PUTS adalah alat bantu analisis kadar hara tanah
N,P,K, dan pH tanah sawah digunakan di lapangan
dengan cepat, mudah dan murah, serta akurat.
Manfaat : 1) Mengukur status hara N, P, K, dan pH
tanah sawah secara cepat dan mudah.2) Dasar
penentuan dosis rekomendasi pupuk N, P, K dan
amelioran tanah sawah, dan 3) Menghemat
penggunaan pupuk, meningkatkan pendapatan
petani dan menekan pencemaran lingkungan.

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA


PROVINSI SUMATERA SELATAN
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Penerapan Biodekomposer

Biodekomposer adalah komponen teknologi perombak bahan organik,


diaplikasikan 2-4kg/ha untuk mendekomposisi 2-4ton jerami segar yang
dicampur secara merata dengan 400 liter air bersih. Setelah itu larutan
biodekomposer disiramkan secara merata pada tunggul dan jerami pada
petakan sawah, kemudian digelebeg dengan traktor, tanah dibiarkan
dalam kondisi lembab dan tidak tergenang minimal 7 hari.

Biodekomposer M-Dec mampu mempercepat pengomposan jerami


secara insitu dari 2 bulan menjadi 3-4minggu.
Catatan:
- Bila seluruh jerami dikembalikan kedalam tanah maka diperkirakan
terdapat 4-5 ton jerami/ha, sehingga dibutuhkan 4-5kg biodekomposer

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA


PROVINSI SUMATERA SELATAN
4. Pengendalian Hama Terpadu

Tikus Sawah

1) Menyebabkan kerusakan yang nyata pada setiap fase pertumbuhan


tanaman.
2) Menyebabkan kehilangan setelah panen hingga masa penyimpanan biji
dan sayuran.
3) Berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Tikus sedikitnya membawa 65
penyakit bagi manusia. Diduga gejala penyakit yang terjadi mirip dengan
malaria, demam berdarah, atau flu musiman.

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA


PROVINSI SUMATERA SELATAN
Tikus sawah beranak hanya pada fase reproduktif tanaman padi.
Jika hanya ada satu kali tanam per tahun, maka tikus sawah hanya beranak satu
kali. Begitu juga jika dua kali musim tanam per tahun, maka tikus sawah akan
beranak dua kali.
Tikus betina bunting selama 21 hari, dan dapat kawin satu hari setelah melahirkan.
Seekor tikus betina dapat melahirkan sampai 3 kali, dengan 12 anak setiap
kelahiran. Sehingga selama musim tanam, seekor betina akan menghasilkan 36
ekor tikus.
Anak tikus tidak akan beranak sampai musim berikutnya. Atau paling tidak, bila
petani sekitarnya menanam padi dengan selisih waktu 2 minggu lebih awal, yang
akan menyebabkan musim beranak memanjang.
Sehingga anak tikus (6 betina) dari turunan pertama akan beranak pada umur 7
minggu. Sehingga seekor betina dewasa berpotensi 120 ekor tikus dalam satu
musim tanam padi.
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Antisipasi

1) Mempertahankan pematang saluran irigasi dengan lebar 30 cm untuk menyulitkan


tikus membuat sarang.
2) Melakukan kampanye aksi bersama dengan menggunakan metode pengendalian
lokal Selama 20 hari periode awal tanam (untuk tanam pindah) atau 30 hari (untuk
tebar langsung), di mana merupakan musim puncak saat tikus berada di sawah. Aksi
ini difokuskan di kebun kampung, saluran irigasi utama, dan pinggir jalan. Pada
tempat-tempat tersebut, tikus berkumpul saat lahan diolah dan disiapkan.
3) Melakukan penanaman serentak, sehingga padi ditanam tidak lebih dari dua minggu
satu dengan yang lainnya. Sinkronisasi waktu tanam ini akan mencegah
perpanjangan periode kawin tikus.
4) Melakukan pembersihan lahan dari biji yang tercecer saat panen, dan menjaga
kebersihan sekitar pekarangan rumah dan kebun.

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA


PROVINSI SUMATERA SELATAN
Apabila kerusakan akibat tikus lebih dari 10%, maka salah satu teknologi yang baik
untuk diterapkan adalah Trap Barrier System (TBS). Teknologi TBS perangkap bubu
berupa pagar plastic yang mengelilingi tanaman padi yang ditanam 2 sampai 3
minggu lebih dahulu dibandingkan dengan tanaman sekitarnya.
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Didalam pagar tersebut terdapat sejumlah perangkat. Tikus akan tertarik dengan bau padi yang
ditumbuh di dalam pagar tersebut. Tikus akan mengelilingi pagar plastic tersebut hingga menemui
lubang yang dibuat agar dapat masuk ke area tanaman padi dalam TBS, yang terhubung dengan
perangkap bubu. Maka tikus akan terperangkap dalam perangkap bubu dan dapat diambil keesokan
harinya. Satu TBS dapat dipakai untuk melindungi area pertanaman 10 hektar. Untuk petani kecil,
dengan lahan yang terbatas, kurang pembuatan TBS memerlukan kerja bersama agar biaya dan
pengecekan harian perangkap dapat di bagi.

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA


PROVINSI SUMATERA SELATAN
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai