ABSTRACT
Rice (Oryza sativa. Linn) is a staple food source for most of the population in the region of Asia,
including Indonesia. The research aimed to determine the level of Blast disease attack
(Pyricularia oryzae/P. oryzae Cav) to Rice var. Inpari Sidenuk in Waimital village, Kairatu sub-
district. This study was held from March to August 2018 against 30 rice groves. Observations
were conducted to check the symptoms of the Blast disease and the severity of the disease in the
field and analyzed descriptively. The results showed that the average severity of high blast
disease was 88.67%. Besides, climate factors determine the high level of damage to this disease
on the farm, so it is necessary to look for alternative environmentally friendly and sustainable
disease control techniques.
Keywords: Inpari Sidenuk, Rice variety Pyricularia oryzae, Waimital village
PENDAHULUAN
69
Kejadian Penyakit ... (Jurnal Pertanian Kepulauan Vol.4, No.2:69-79, Oktober 2020) ISSN :1412-5005
sudah dirilis pada tahun 2011 melalui Menurut Mukelar & Edwina (1987),
SK Mentan Nomor. 2257/ Kpts/ SR. di Indonesia saat ini sudah terdapat 4 ras
120/ 5/ 2011. Melalui kerjasama antara P. oryzae. yang sudah teridentifikasi.
Departemen Pertanian, Departemen Penggunaan varietas tahan menjadi
Keuangan, dan Kemenristekdikti, maka kurang efektif karena P. oryzae terdiri
dilakukan uji coba daya hasil di dari banyak ras (041, 043, 051, 061,
sebagian besar provinsi antara lain: 073, 141, 161, dan 173) (Yulianto,
Provinsi Bali dengan luas tanam sebesar 2017). Ada beberapa varietas yang
6 ha, Riau dan Kalimantan Timur (256 tahan maupun rentan terhadap penyakit
ha). Rata- rata kemampuan produksi ini. Ciherang termasuk salah satu
varietas padi Inpari Sidenuk sebesar 9- varietas yang rentan dan disenangi oleh
11 ton/ ha. (BATAN, 2011). Salah satu petani. Intensitas serangan penyakit
OPT penting tanaman padi di Indonesia Blas pada varietas Ciherang dengan
yaitu penyakit blas yang disebabkan gejala blas daun (55,60%) dan blas leher
oleh cendawan Pyricularia oryzae/P. malai (37,75%) di daerah endemik
oryzae Cav). Dilaporkan bahwa Potensi kehilangan hasil oleh gabungan
cendawan ini telah menyebar di hampir penyakit blas pada varietas Ciherang
semua sentra produksi padi. adalah 3,65 ton/ha atau setara dengan
Serangan penyakit ini menyebabkan 61% kehilangan hasil jika disbanding-
beberapa sentra produksi padi di daerah kan terhadap rata-rata produksi varietas
Subang, Karawang, Indramayu, Garut, Ciherang menurut spesifikasi varietas
dan Sukabumi Jawa Barat mengalami (Pirngadi et al., 2007).
penurunan produksi. Selain itu lahan Provinsi Maluku memiliki empat
sawah irigasi dan tadah hujan terjadi sentra produksi padi, yaitu Kabupaten
serangan penyakit ini di beberapa Maluku Tengah, Pulau Buru, Seram
kabupaten penghasil padi di Jawa Bagian Barat (SBB), dan Seram Bagian
Tengah maupun di Jawa Tinur seperti Timur (SBT). Produksi padi sawah di
kabupaten Lamongan, Jombang, provinsi Maluku tahun 2017 sebesar
Mojokerto, Pasuruan, Probolinggo dan 87,468 ton/ha, namun jika disbanding-
Lumajang (Sudir et al., 2015). kan dengan rata-rata produksi padi
Penyakit ini awal mulanya lebih nasional masih lebih rendah sehingga
dominan pada padi huma, tetapi akhir- perlu diupayakan perbaikan teknologi
akhir ini tanaman padi di dataran rendah budidaya tanaman padi melalui
dan beririgasi juga diserang oleh pemanfaatan varietas padi organik
patogen tersebut. Taksiran kehilangan Inpari Sidenuk. Desa Waimital sebagai
hasil padi oleh penyakit ini telah salah satu desa sentra produksi tanaman
dimiliki oleh hampir setiap negara padi di Provinsi Maluku telah
penghasil padi, tetapi laporan tentang ditetapkan sebagai desa uji coba
penyakit ini di Indonesia masih tentang penerapan pemanfaatan teknologi
luasan areal yang terserang dan taksiran budidaya padi varietas Inpari Sidenuk
intensitas serangan (Suganda et al., dan selanjutnya akan didesiminasi ke
2016). sentra produksi padi lainnya.
70
Kejadian Penyakit ... (Jurnal Pertanian Kepulauan Vol.4, No.2:69-79, Oktober 2020) ISSN :1412-5005
Penelitian lapangan ini dilakukan di cair ABG Bio (Amazing Bio Growth),
desa Waimital, Kecamatan Kairatu, ABG MAXI, ABG Joss, herbisida
Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Lindom 865 SL, insektisida Spontan
Maluku (3°18'44.6"S 128°22'44.0"E) 400 SL, dan benih padi Inpari Sidenuk.
dan berlangsung dari bulan Mei 2018 Peralatan yang digunakan antara lain:
sampai Agustus 2019. Identifikasi tractor, mesin tanam (transplanter),
terhadap pathogen ini secara makros- pacul, sekop, garu, pisau, combine
kopik maupun mikroskopik dilakukan harvester, dan rice miling. Peralatan lain
di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, yang digunakan adalah meteran,
Fakultas Pertanian, Unpatti. gunting, jangka sorong, kamera,
Bahan yang digunakan antara lain: timbangan analitik, dan alat tulis
kayu, pupuk kandang, pupuk organik menulis.
Pelaksanaan Penelitian c). Penanaman; Penanaman bibit padi
a). Pengolahan tanah; Lahan sawah dilakukan dengan mesin penanaman
milik petani yang digunakan dalam (transplanter) yang telah diatur jarak
penelitian ini sebelum digunakan dialiri tanamnya berukuran 24 x 16 cm.
air dan tanahnya dibajak yang bertujuan Penanaman bbit padi pada setiap lubang
untuk penggemburan tanah. Kemudian tanam terdapat sebanyak 3-4 anakan,
lahan sawah dimasukkan air ke dalam sehingga jumlah rumpun di setiap petak
petak lahan, digaru, dan diratakan 15-20. Pengambilan sampel tanaman
tanahnya dengan bantuan hand tractor. padi dilakukan secara diagonal dan
b). Persemaian; Persemaian benih padi diambil sebanyak 30 rumpun. Keadaan
dibutuhkan media tanam berupa tanah lahan dalam kondisi jenuh air atau
yang subur dan kering. Tanah tersebut macak-macak pada saat bibit padi
dihancurkan sampai tekstur lembut dan ditanam.
ditapis dengan kawat saring berukuran d) Pemupukan; Pupuk dasar yang
0,5 cm. Selanjutnya tanah dicampur digunakan adalah kandang, pupuk urea,
dengan pupuk organik dengan dan Ponska. Pemberian pupuk organik
perbandingan 2:1. Tray disiapkan di cair (Amazing Bio Growth dan ABG
persemaian sebagai tempat tumbuhnya MAXI) dilakukan secara bertahap
bibit padi. Ukuran tray yaitu 18,3 cm x dengan interval umur 15, 30, dan 50
58 cm disesuaikan dengan ukuran hari, dengan dosis pemberian 30
besarnya pada mesin transplanter. g/15liter air.
Persemaian benih padi diawali benih e) Penyulaman; Penyulaman dilakukan
ditabur di atas bedengan yang dibatasi jika ada tanaman yang mati atau tidak
oleh belahan bambu dan diberi alas dari tumbuh, dilakukan pada saat umur
plastik atau daun pisang. Benih padi tanaman mencapai 7 hari setelah
disemai pada tray menggunakan alat tanaman (HST).
penabur benih (seeder). Kebutuhan f) Pengaturan tata air; Pengaturan tata
benih per tray persemaian adalah 90- air dilakukan melalui saluran air irigasi
100 g dan tebalnya media tumbuh yaitu sekunder yang tersedia pada petak
2-3 cm. Umur bibit yang disarankan sawah di areal pertanaman padi
berkisar 15-20 hari setelah semai (HSS) tersebut.
dan tingginya mencapai 15-20 cm. g) Penyiangan; Penyiangan gulma
dilakukan di sekitar tanaman padi
71
Kejadian Penyakit ... (Jurnal Pertanian Kepulauan Vol.4, No.2:69-79, Oktober 2020) ISSN :1412-5005
72
Kejadian Penyakit ... (Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.4, No.2:69-79, Oktober 2020) ISSN :1412-5005
Deskripsi Gejala Penyakit Blas Pada bercak kecil berwarna hijau gelap
Varietas Inpari Sidenuk keabu-abuan. Bercak cepat melebar
pada varietas rentan, khususnya bila
Hasil pengamatan gejala penyakit
cuaca lembab dan hangat (Mew, 1991).
blas pada tanaman varietas padi Inpari
Beberapa varietas yang telah dibudi-
Sidenuk di Desa Waimital kecamatan
dayakan oleh petani lokal sejak
Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat
beberapa tahun terakhir seperti varietas
(Gambar 1).
Mekonga lebih tahan terhadap penyakit
Umumnya infeksi penyakit Blas
Blas. Di lokasi uji coba, serangan dari
pada daun padi di lokasi penelitian
penyakit ini pada varietas Inpari Sidenik
memiliki gejala bercak berbentuk belah
hampir meliputi sebagian besar areal
ketupat (Gambar 1) dengan dua ujung
pertanaman padi sawah dan termasuk
agak meruncing. Gejala awal berupa
dalam kriteria berat (Gambar 2).
A B
C D
Gambar 1. Tanda dan Gejala penyakit blas ; A. Blas daun, B. Blas malai, C. Blas
batang, D. Blas bulir
Gejala penyakit blas leher penyakit leher sangat berbahaya bagi tanaman.
lebih banyak ditemukan di lapangan dan Apabila busuk di bagian leher terjadi
menurunkan hasil secara nyata. Hal ini pada awal pertumbuhan bulir akan
disebabkan oleh leher malai yang menyebabkan malai mati secara
mengalami busuk atau patah sehingga prematur, putih dan kosong secara
proses pengisian malai terganggu dan menyeluruh sedangkan apabila gejala
lebih banyak bulir padi hampa atau serangan terjadi setelah pembentukan
kosong. Di daerah endemik serangan bulir akan menyebabkan pengisian bulir
ini dapat menyebabkan tanaman men- tidak sempurna dan kualitas biji menjadi
jadi mati. Serangan penyakit blas pada rendah (Sudir et al., 2015)
73
Kejadian Penyakit ... (Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.4, No.2:69-79, Oktober 2020) ISSN :1412-5005
Gambar 2. Gejala serangan penyakit Blas pada varietas padi Inpari Sidenuk di
lokasi Denfarm Padi Sawah desa Waimital umur 3,8 bulan HST.
74
Kejadian Penyakit ... (Jurnal Pertanian Kepulauan Vol.4, No.2:69-79, Oktober 2020) ISSN :1412-5005
100 88,67
86,67 88
90 80,67
80
KEPARAHAN PENYAKIT (%)
70 60
60
50 40 Series2
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6
Minggu ke-i
’
Komponen Iklim
Curah hujan 243 283 283 283 283 184
Hari hujan 21 27 27 27 27 15
Suhu 28,1 25,7 25,7 25,7 25,7 25,8
Kelembaban 90 90 90 90 90 87
Gambar 3. Persentase serangan penyakit Blas dan kondisi iklim pada varietas
padi Inpari Sidenuk selama 6 minggu pengamatan
75
Kejadian Penyakit ... (Jurnal Pertanian Kepulauan Vol.4, No.2:69-79, Oktober 2020) ISSN :1412-5005
kelembapan sangat cocok dalam men- Ras patogen blas memiliki kemampuan
dukung perkembangan penyakit ini di beradaptasi cepat terhadap lingkungan
desa Waimital. Selain itu varietas Inpari fisik dan kimia di lahan pertanaman
Sidenuk termasuk golongan varietas padi sehingga memiliki kemampuan
yang rentan terhadap cendawan patogen adaptasi terhadap pestisida yang di-
P. oryzae Cav. aplikasikan. Akibatnya keefektifan
Produksi padi rata-rata pada demplot fungisida terhadap patogen blas menjadi
Denfarm mencapai 6,6 ton/Ha. Hasil ini berbeda di lokasi yang berbeda dengan
masih lebih rendah jika dibandingkan dominasi ras patogen blas yang berbeda
dengan produksi di daerah lain yang (Yulianto, 2017).
mencapai 8-10 ton /Ha. Salah satu pe- Varietas Inpari Sidenuk yang diuji-
nyebab menurunnya produksi varietas coba oleh petani di desa Waimital ter-
ini adalah keparahan penyakit ini yang masuk varietas yang rentan terhadap
mencapai 88,67% pada lokasi demplot. penyakit Blas, diduga tingginya ke-
Hal ini menyebabkan sebagian besar rusakan oleh penyakit ini disebabkan
petani melakukan panen lebih awal oleh faktor iklim yang memicu patahnya
untuk menyelamatkan benih padi yang ketahanan varietas padi. Menurut
masih sehat untuk digunakan dalam Yulianto & Subiharta, (2009), varietas
musim tanam berikutnya. Di lapangan padi yang semula tahan terhadap suatu
menunjukkan bahwa semakin tingginya ras P. oryzae, menjadi rentan terhadap
keparahan penyakit, makin banyak leher ras baru yang tidak dikenali oleh gen
malai yang patah dan jatuh, sehingga ketahanannya, walaupun masih tetap
makin banyak pengurangan hasil panen. tahan terhadap ras patogen semula.
Penyakit blas leher malai pada varietas Penyebaran spora P. oryzae dapat
rentan dapat mengakibatkan kehilangan terjadi melalui angin, benih, sisa gabah,
hasil sampai 100% (Suganda et al., jerami tanaman sakit, sisa tanaman padi
2016). Pada kondisi lingkungan yang di lapangan, dan tanaman inang lainnya,
mendukung, varietas padi yang ter- terutama dari golongan graminae/
infeksi parah dengan tingkat intensitas rerumputan (Santoso & Nasution,
yang tinggi, baik oleh penyakit blas 2012).
daun maupun blas leher malai, dapat Pengamatan gulma menunjukkan
menyebabkan tanaman puso (Santoso & bahwa sebagian besar pertanaman padi
Nasution, 2012), masa inkubasi dari di lokasi penelitian didominasi oleh
penyakit ini 5–6 hari pada suhu 26- gulma rumput setan (Echinocloa
28ºC. Suhu optimum pada proses colona). Dominasi dari gulma ini ter-
infeksi sama dengan suhu optimum jadi karena awal penanaman kebiasaan
untuk pertumbuhan miselia, sporulasi, petani setempat menggunakan herbisida
dan perkecambahan spora. Ras-ras Aly (pra tumbuh) dan Lindomin (purna
cendawan penyebab penyakit blas yang tumbuh), sedangkan bantuan dari pem-
berkembang di alam ternyata sangat beri modal tidak disertai herbisida
banyak dan mudah mengalami per- sehingga petani agak kesulitan untuk
ubahan komposisi genetik melalui mengatasi gulma ini. Gulma ini tumbuh
mutasi membentuk ras baru yang bersaing dengan tanaman padi dalam
berubah keganasannya. Masing-masing memperebutkan hara sehingga per-
ras memiliki keganasan (virulensi) yang tumbuhan tanaman padi menjadi ter-
berbeda, bergantung pada varietas yang hambat. Jenis gulma ini yang diduga
ditanam dan tergantung kondisi ling- menjadi inang patogen ini dan menjadi
kungan mikro sekitar pertanaman padi. sumber inokulum selalu ada sepanjang
76
Kejadian Penyakit ... (Jurnal Pertanian Kepulauan Vol.4, No.2:69-79, Oktober 2020) ISSN :1412-5005
tahun, karena adanya spora di udara dan dibandingkan dengas cara kimiawi.
tanaman inang selain padi. Patogen ini Beberapa varietas yang masih
selain menginfeksi tanaman padi juga menunjukkan reaksi tahan adalah
dapat merusak serealia lain seperti Limboto, Towuti, Situ Patenggang, dan
gandum, sorgum, dan lebih dari 40 Batutegi. Penggunaan varietas unggul
spesies Gramineae (Santoso & baru yang tahan terhadap blas sangat
Nasution, 2012). Walaupun dalam suatu dianjurkan pada daerah endemis, antara
periode tidak ada pertanaman padi, lain Inpari 13, Luk ulo, Silugonggo,
namun apabila di sekitar lahan tersebut Batang Piaman, Inpago 4, Inpago 5,
terdapat gulma yang merupakan inang Inpago 6, Inpago 7, dan Inpago 8
patogen ini menjadi sumber inokulum (Yulianto & Subiharta, 2009).
pada padi sawah musim berikutnya. Upaya pengendalian penyakit Blas
Selain itu sumber spora juga banyak telah dilakukan oleh petani setempat
yang berasal dari sisa-sisa jerami padi dengan menggunakan fungisida Dithane
yang terinfeksi penyakit blas. Suwandi M 45, namun penyebaran spora cen-
et al., (2016), melaporkan bahwa sisa- dawan yang sangat cepat menyebabkan
sisa jerami tanaman sakit di lapangan tingginya kerusakan hingga mencapai
dapat menjadi sumber inokulum bagi 88,67% sehingga produksi padi saat
tanaman musim berikutnya. dilakukan uji coba di desa Waimital
Upaya pengendalian penyakit Blas menjadi berkurang. Strategi pe-
telah dilakukan oleh petani setempat ngendalian penyakit blas yang
dengan menggunakan fungisida Dithane dilakukan ke depan melalui pe-
M 45, namun penyebaran spora cen- ngendalian secara terpadu dengan
dawan yang sangat cepat menyebabkan beberapa komponen teknik budi daya
tingginya kerusakan hingga mencapai yang meliputi pergiliran tanaman,
88,67% sehingga produksi padi saat pemupukan berimbang, pengelolaan air
dilakukan uji coba di desa Waimital irigasi, dan penanaman benih bebas
menjadi berkurang. Strategi pe- patogen blas. Beberapa komponen
ngendalian penyakit blas yang teknik budi daya tersebut dikelola
dilakukan ke depan melalui pe- secara bijaksana agar tidak bertentangan
ngendalian secara terpadu dengan satu sama lain. Pergiliran tanaman
beberapa komponen teknik budi daya menjadi teknik pengendalian yang
yang meliputi pergiliran tanaman, efektif jika dilakukan di daerah endemis
pemupukan berimbang, pengelolaan air penyakit blas. Pergiliran tanaman
irigasi, dan penanaman benih bebas dengan tanaman non padi (misal
patogen blas. Beberapa komponen palawija) dapat memutus siklus hidup
teknik budi daya tersebut dikelola cendawan penyebab penyakit blas.
secara bijaksana agar tidak bertentangan Pengendalian penyakit blas melalui
satu sama lain. Pergiliran tanaman penanaman varietas unggul yang tahan
menjadi teknik pengendalian yang akan lebih efektif dan lebih murah
efektif jika dilakukan di daerah endemis dibandingkan dengas cara kimiawi.
penyakit blas. Pergiliran tanaman Beberapa varietas yang masih
dengan tanaman non padi (misal menunjukkan reaksi tahan adalah
palawija) dapat memutus siklus hidup Limboto, Towuti, Situ Patenggang, dan
cendawan penyebab penyakit blas. Batutegi. Penggunaan varietas unggul
Pengendalian penyakit blas melalui baru yang tahan terhadap Blas sangat
penanaman varietas unggul yang tahan dianjurkan pada daerah endemis antara
akan lebih efektif dan lebih murah
77
Kejadian Penyakit ... (Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.4, No.2:69-79, Oktober 2020) ISSN :1412-5005
DAFTAR PUSTAKA
Bevitori, R., & Ghini, R. (2015). Rice Blast Disease in Climate Change Time. J Rice
Resp, 3, 111.
IRRI. (2014). Standard evaluation system for rice. 5th eds. IRRI, Phillippines.
http://www.clrri.org/ver2/uploads/SES_5th_edition.pdf
Mew, T. W. (1991). Rice Diseases. In Rice (pp. 187–236). Springer US.
https://doi.org/10.1007/978-1-4899-3754-4_5
Mukelar, & Edwina, R. (1987). Identifikasi ras jamur Pyricularia oryzae Cav. dari
beberapa daerah di Indonesia. Kongres Nasional IX Perhimpunan Fitopatologi
Indonesia, 209–212.
Ou, S. (1985). Rice Diseases. Commonwealth Mycological Institute, Kew.
Pirngadi, K., Toha, H. ., & Nuryanto, B. (2007). Pengaruh pemupukan N terhadap
78
Kejadian Penyakit ... (Jurnal Pertanian Kepulauan Vol.4, No.2:69-79, Oktober 2020) ISSN :1412-5005
pertumbuhan dan hasil padi gogo dataran sedang. In B. et al. (Eds) Suprihatno
(Ed.), Prosiding Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Padi Menunjang
Peningkatan Produksi Beras Nasional (pp. 325–338). Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi. Jawa Barat.
Rajput, L., Sharma, T., Madhusudhan, P., & Sinha, P. (2017). Effect of Temperature
on Growth and Sporulation of Rice Leaf Blast Pathogen (Magnaporthe oryzae).
International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences, 6(3), 394–
401. https://doi.org/10.20546/ijcmas.2017.603.045
Santoso, & Nasution, A. (2012). Pengendalian Penyakit Blas dan Penyakit Cendawan
Lainnya. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Jawa Barat.
Sreenivasaprasad, S., & Johnson, R. (2001). Major Disease of Rice. Springer,
Dordrecht Press.
Sudir, Nasution, A., Santoso, & Nuryanto, B. (2015). Penyakit blas Pyricularia grisea
pada tanaman padi dan strategi pengendaliannya. IPTEK TANAMAN PANGAN,
9(2), 85–96.
Suganda, T., Yulia, E., Widiantini, F., & Hersanti. (2016). Intensitas penyakit blas
(Pyricularia oryzae Cav.) pada padi varietas Ciherang di lokasi endemik dan
pengaruhnya terhadap kehilangan hasil. Agrikultura, 27(3), 154–159.
Suwandi, H., Hamidson, & Muslim, A. (2016). Penekanan penyakit blas leher malai
padi menggunakan ekstrak kompos jerami padi. Jurnal Fitopatologi Indonesia,
104–108.
Ullah, S., Khan, M., & Yasir, M. (2011). Effect of epidemiological factors on the
incidence of paddy blast (Pyricularia oryzae) disease. Pakistan Journal of
Phytopathology, 23(2), 108–118.
Yulianto. (2017). Ketahanan varietas padi lokal Mentik wangi terhadap penyakit blas.
Journal of Food System and Agribusiness, 1(1), 44–54.
https://doi.org/https://doi.org/10.25181/jofsa.v1i1.83
Yulianto, & Subiharta. (2009). Ketahanan padi varietas unggul baru terhadap penyakit
blas (Magnaporthe gricea (T.T. Hebert) M.E. Barr) di lahan sawah tadah hujan
Kabupaten Pemalang. Prosiding Seminar Ilmiah Nasional. BBP2TP Dan UPN.
79