Anda di halaman 1dari 11

Kejadian Penyakit ... (Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.4, No.

2:69-79, Oktober 2020) ISSN :1412-5005

Kejadian Penyakit Blas Pada Varietas Padi Inpari Sidenuk


di Desa Waimital Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram
Bagian Barat

(Disease Incidence of Blast of Rice Variety Inpari Sidenuk in


Waimital Village, Kairatu District, South of Ceram Regency)

Dien Ulate1,, Handry.R.D.Amanupunnyo1, Aminudin


Umasangaji1, Rhony E. Ririhena1, Christoffol Leiwakabessy1*
1
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura,
Jl. Ir. M. Putuhena, Kampus Poka, Ambon 97233
*penulis korespondensi: chr.leiwakabessy@faperta.unpatti.ac.id

ABSTRACT

Rice (Oryza sativa. Linn) is a staple food source for most of the population in the region of Asia,
including Indonesia. The research aimed to determine the level of Blast disease attack
(Pyricularia oryzae/P. oryzae Cav) to Rice var. Inpari Sidenuk in Waimital village, Kairatu sub-
district. This study was held from March to August 2018 against 30 rice groves. Observations
were conducted to check the symptoms of the Blast disease and the severity of the disease in the
field and analyzed descriptively. The results showed that the average severity of high blast
disease was 88.67%. Besides, climate factors determine the high level of damage to this disease
on the farm, so it is necessary to look for alternative environmentally friendly and sustainable
disease control techniques.
Keywords: Inpari Sidenuk, Rice variety Pyricularia oryzae, Waimital village

PENDAHULUAN

Padi (Oryza sativa. Linn/ O. sativa rentan terhadap serangan organisme


L) merupakan sumber pangan pokok pengganggu tumbuhan (OPT), baik oleh
untuk sebagian besar penduduk di hama, penyakit, dan gulma.
daerah Asia. Pada tahun 2018 terjadi Di Indonesia adanya alih fungsi
peningkatan produksi padi nasional lahan sawah yang dijadikan kawasan
yang tercatat terus bergerak naik dalam indukstri dan permukiman menye-
10 tahun terakhir. Informasi dari BPS, babkan produktivitas padi menjadi
menujukkan bahwa produksi padi tahun berkurang. Disamping itu, adanya feno-
selanjutnya sebanyak 32, 5 juta ton. mena perubahan iklim menyebabkan
Diperkirakan produksi padi nasional produksi beras menurun. Hal ini dapat
ditargetkan pada tahun 2019 mencapai diatasi melalui kebijakan impor beras
84 juta ton atau setara 49 juta ton beras supaya kebutuhan beras nasional tetap
(BPS, 2019) tersedia. Kondisi akan menyebabkan
Penerapan teknologi budidaya padi kebutuhan akan pupuk dan pestisida
yang terus berkembang menyebabkan mengalami peningkatan dan daya beli
adanya peningkatan produksi padi dari petani akan sarana produksi semakin
tahun ke tahun, tetapi disisi lain petani menurun.
diperhadapkan dengan anomali per- Salah satu varietas unggul padi
gantian musim selama musim tanam. nasional yatu Inpari Sidenuk merupakan
Hal ini disebabkan oleh terjadinya hasil pengembangan teknologi nuklir
berfluktuasi luasan produksi padi akibat yang menggunakan radiasi oleh Badan
perubahan iklim dan tanaman padi akan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) yang

69
Kejadian Penyakit ... (Jurnal Pertanian Kepulauan Vol.4, No.2:69-79, Oktober 2020) ISSN :1412-5005

sudah dirilis pada tahun 2011 melalui Menurut Mukelar & Edwina (1987),
SK Mentan Nomor. 2257/ Kpts/ SR. di Indonesia saat ini sudah terdapat 4 ras
120/ 5/ 2011. Melalui kerjasama antara P. oryzae. yang sudah teridentifikasi.
Departemen Pertanian, Departemen Penggunaan varietas tahan menjadi
Keuangan, dan Kemenristekdikti, maka kurang efektif karena P. oryzae terdiri
dilakukan uji coba daya hasil di dari banyak ras (041, 043, 051, 061,
sebagian besar provinsi antara lain: 073, 141, 161, dan 173) (Yulianto,
Provinsi Bali dengan luas tanam sebesar 2017). Ada beberapa varietas yang
6 ha, Riau dan Kalimantan Timur (256 tahan maupun rentan terhadap penyakit
ha). Rata- rata kemampuan produksi ini. Ciherang termasuk salah satu
varietas padi Inpari Sidenuk sebesar 9- varietas yang rentan dan disenangi oleh
11 ton/ ha. (BATAN, 2011). Salah satu petani. Intensitas serangan penyakit
OPT penting tanaman padi di Indonesia Blas pada varietas Ciherang dengan
yaitu penyakit blas yang disebabkan gejala blas daun (55,60%) dan blas leher
oleh cendawan Pyricularia oryzae/P. malai (37,75%) di daerah endemik
oryzae Cav). Dilaporkan bahwa Potensi kehilangan hasil oleh gabungan
cendawan ini telah menyebar di hampir penyakit blas pada varietas Ciherang
semua sentra produksi padi. adalah 3,65 ton/ha atau setara dengan
Serangan penyakit ini menyebabkan 61% kehilangan hasil jika disbanding-
beberapa sentra produksi padi di daerah kan terhadap rata-rata produksi varietas
Subang, Karawang, Indramayu, Garut, Ciherang menurut spesifikasi varietas
dan Sukabumi Jawa Barat mengalami (Pirngadi et al., 2007).
penurunan produksi. Selain itu lahan Provinsi Maluku memiliki empat
sawah irigasi dan tadah hujan terjadi sentra produksi padi, yaitu Kabupaten
serangan penyakit ini di beberapa Maluku Tengah, Pulau Buru, Seram
kabupaten penghasil padi di Jawa Bagian Barat (SBB), dan Seram Bagian
Tengah maupun di Jawa Tinur seperti Timur (SBT). Produksi padi sawah di
kabupaten Lamongan, Jombang, provinsi Maluku tahun 2017 sebesar
Mojokerto, Pasuruan, Probolinggo dan 87,468 ton/ha, namun jika disbanding-
Lumajang (Sudir et al., 2015). kan dengan rata-rata produksi padi
Penyakit ini awal mulanya lebih nasional masih lebih rendah sehingga
dominan pada padi huma, tetapi akhir- perlu diupayakan perbaikan teknologi
akhir ini tanaman padi di dataran rendah budidaya tanaman padi melalui
dan beririgasi juga diserang oleh pemanfaatan varietas padi organik
patogen tersebut. Taksiran kehilangan Inpari Sidenuk. Desa Waimital sebagai
hasil padi oleh penyakit ini telah salah satu desa sentra produksi tanaman
dimiliki oleh hampir setiap negara padi di Provinsi Maluku telah
penghasil padi, tetapi laporan tentang ditetapkan sebagai desa uji coba
penyakit ini di Indonesia masih tentang penerapan pemanfaatan teknologi
luasan areal yang terserang dan taksiran budidaya padi varietas Inpari Sidenuk
intensitas serangan (Suganda et al., dan selanjutnya akan didesiminasi ke
2016). sentra produksi padi lainnya.

70
Kejadian Penyakit ... (Jurnal Pertanian Kepulauan Vol.4, No.2:69-79, Oktober 2020) ISSN :1412-5005

BAHAN DAN METODE

Penelitian lapangan ini dilakukan di cair ABG Bio (Amazing Bio Growth),
desa Waimital, Kecamatan Kairatu, ABG MAXI, ABG Joss, herbisida
Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Lindom 865 SL, insektisida Spontan
Maluku (3°18'44.6"S 128°22'44.0"E) 400 SL, dan benih padi Inpari Sidenuk.
dan berlangsung dari bulan Mei 2018 Peralatan yang digunakan antara lain:
sampai Agustus 2019. Identifikasi tractor, mesin tanam (transplanter),
terhadap pathogen ini secara makros- pacul, sekop, garu, pisau, combine
kopik maupun mikroskopik dilakukan harvester, dan rice miling. Peralatan lain
di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, yang digunakan adalah meteran,
Fakultas Pertanian, Unpatti. gunting, jangka sorong, kamera,
Bahan yang digunakan antara lain: timbangan analitik, dan alat tulis
kayu, pupuk kandang, pupuk organik menulis.
Pelaksanaan Penelitian c). Penanaman; Penanaman bibit padi
a). Pengolahan tanah; Lahan sawah dilakukan dengan mesin penanaman
milik petani yang digunakan dalam (transplanter) yang telah diatur jarak
penelitian ini sebelum digunakan dialiri tanamnya berukuran 24 x 16 cm.
air dan tanahnya dibajak yang bertujuan Penanaman bbit padi pada setiap lubang
untuk penggemburan tanah. Kemudian tanam terdapat sebanyak 3-4 anakan,
lahan sawah dimasukkan air ke dalam sehingga jumlah rumpun di setiap petak
petak lahan, digaru, dan diratakan 15-20. Pengambilan sampel tanaman
tanahnya dengan bantuan hand tractor. padi dilakukan secara diagonal dan
b). Persemaian; Persemaian benih padi diambil sebanyak 30 rumpun. Keadaan
dibutuhkan media tanam berupa tanah lahan dalam kondisi jenuh air atau
yang subur dan kering. Tanah tersebut macak-macak pada saat bibit padi
dihancurkan sampai tekstur lembut dan ditanam.
ditapis dengan kawat saring berukuran d) Pemupukan; Pupuk dasar yang
0,5 cm. Selanjutnya tanah dicampur digunakan adalah kandang, pupuk urea,
dengan pupuk organik dengan dan Ponska. Pemberian pupuk organik
perbandingan 2:1. Tray disiapkan di cair (Amazing Bio Growth dan ABG
persemaian sebagai tempat tumbuhnya MAXI) dilakukan secara bertahap
bibit padi. Ukuran tray yaitu 18,3 cm x dengan interval umur 15, 30, dan 50
58 cm disesuaikan dengan ukuran hari, dengan dosis pemberian 30
besarnya pada mesin transplanter. g/15liter air.
Persemaian benih padi diawali benih e) Penyulaman; Penyulaman dilakukan
ditabur di atas bedengan yang dibatasi jika ada tanaman yang mati atau tidak
oleh belahan bambu dan diberi alas dari tumbuh, dilakukan pada saat umur
plastik atau daun pisang. Benih padi tanaman mencapai 7 hari setelah
disemai pada tray menggunakan alat tanaman (HST).
penabur benih (seeder). Kebutuhan f) Pengaturan tata air; Pengaturan tata
benih per tray persemaian adalah 90- air dilakukan melalui saluran air irigasi
100 g dan tebalnya media tumbuh yaitu sekunder yang tersedia pada petak
2-3 cm. Umur bibit yang disarankan sawah di areal pertanaman padi
berkisar 15-20 hari setelah semai (HSS) tersebut.
dan tingginya mencapai 15-20 cm. g) Penyiangan; Penyiangan gulma
dilakukan di sekitar tanaman padi

71
Kejadian Penyakit ... (Jurnal Pertanian Kepulauan Vol.4, No.2:69-79, Oktober 2020) ISSN :1412-5005

dengan menggunakan teknik manual umur tanaman mencapai 100-110 hari.


dan herbisida. Jenis herbisida yang Pemanenan dilakukan dengan meng-
digunakan yaitu Nufarm Lindomin 85 gunakan mesin panen “combine
LS untuk mengendalikan gulma harvester” untuk memisahkan jerami
berdaun lebar seperti Limnocharis flava dan gabah.
L (Genjer), berdaun sempit seperti k) Penjemuran; Proses pengeringan
Lersia hexandra Sw (rumput banto), gabah menggunakan sinar matahari
dan teki tidak berumbi (Cyperus iria), untuk mencapai kadar air 5%, yang
sedangkan secara manual dengan dilakukan selama kurang lebih 9 jam
mencabut gulma disekitar areal per- selama 2 hari apabila tidak ada hujan.
tanaman padi. Pada saat hujan pengeringan gabah
h) Pengairan; pengairan di lahan sawah dapat dilakukan menggunakan rains-
dilakukan jika cuaca panas, saat air milidrier dengan selama 8-12 jam.
mengering/berkurang maka petak lahan l). Pengamatan; Pengamatan penyakit
dimasukan air, sebaliknya jika musim Blas dilakukan mulai dari umur 1
hujan maka dilakukan pengurangan air minggu (HST) sampai menjelang
(air dikeluarkan dari lahan dan di buang panen. Rumpun sampel padi sebanyak
melalui saluran irigasi). 30 rumpun diambil dan diacak secara
i) Pengendalian hama dan penyakit; diagonal. Setiap petak pengamatan
Upaya pengendalian hama dan penyakit berukuran 1x1 m diambil sebanyak 15
dilakukan ketika tanaman terserang oleh tanaman sampel. Pengamatan kejadian
hama dan penyakit. Pengendalian OPT penyakit Blas menggunakan rumus: Kp
menggunakan insektisida Penalty 50 SC = (a/a+b)*100%, dimana : Kp= kejadian
dan Spontan 400 SL dengan dosis 25 penyakit, a =jumlah tanaman sakit, b =
ml/15 liter air per aplikasi. Aplikasi ini jumlah seluruh tanaman. Penentuan
dilakukan dengan interval seminggu nilai skala kategori serangan penyakit
sekali. Blas di lapangan menggunakan (Tabel
j) Panen; Pemanenan padi dilakukan 1).
saat bulir padi telah menguning dan
Analisis Data menggunakan Minitab 18 dan disesuia-
Analisis data keparahan penyakit kan dengan lokasi pengamatan di
Blas menggunakan metode deskriptif lapangan.
Tabel 1. Skala skor penyakit blas daun tanaman padi (IRRI, 2014)
Skor SifatGejala
0 T Tidak ada bercak
1 T Bercak sebesar ujung jarum dan berwarna coklat, tidak ada pusat
sporulasi
2 T Bercak lebih besar dari ujung jarum
3 T Bercak nekrotik, abu-abu bundar, sedikit memanjang ±1-2 mm
tepi coklat
4 MT Bercak khas blas (belah ketupat) ukuran 3 mm, luas daun
terserang < 2%
5 MT Bercak khas blas, luas daun terserang 2-10%
6 R Bercak khas blas, luas daun terserang 11-25%
7 R Bercak khas blas, luas daun terserang 26-50%
8 R Bercak khas blas, luas daun terserang 51-75%
9 R Bercak khas blas, luas daun terserang 76-100%
Keterangan : T = tahan, MT = medium tahan, R = rentan

72
Kejadian Penyakit ... (Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.4, No.2:69-79, Oktober 2020) ISSN :1412-5005

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Gejala Penyakit Blas Pada bercak kecil berwarna hijau gelap
Varietas Inpari Sidenuk keabu-abuan. Bercak cepat melebar
pada varietas rentan, khususnya bila
Hasil pengamatan gejala penyakit
cuaca lembab dan hangat (Mew, 1991).
blas pada tanaman varietas padi Inpari
Beberapa varietas yang telah dibudi-
Sidenuk di Desa Waimital kecamatan
dayakan oleh petani lokal sejak
Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat
beberapa tahun terakhir seperti varietas
(Gambar 1).
Mekonga lebih tahan terhadap penyakit
Umumnya infeksi penyakit Blas
Blas. Di lokasi uji coba, serangan dari
pada daun padi di lokasi penelitian
penyakit ini pada varietas Inpari Sidenik
memiliki gejala bercak berbentuk belah
hampir meliputi sebagian besar areal
ketupat (Gambar 1) dengan dua ujung
pertanaman padi sawah dan termasuk
agak meruncing. Gejala awal berupa
dalam kriteria berat (Gambar 2).

A B

C D

Gambar 1. Tanda dan Gejala penyakit blas ; A. Blas daun, B. Blas malai, C. Blas
batang, D. Blas bulir

Gejala penyakit blas leher penyakit leher sangat berbahaya bagi tanaman.
lebih banyak ditemukan di lapangan dan Apabila busuk di bagian leher terjadi
menurunkan hasil secara nyata. Hal ini pada awal pertumbuhan bulir akan
disebabkan oleh leher malai yang menyebabkan malai mati secara
mengalami busuk atau patah sehingga prematur, putih dan kosong secara
proses pengisian malai terganggu dan menyeluruh sedangkan apabila gejala
lebih banyak bulir padi hampa atau serangan terjadi setelah pembentukan
kosong. Di daerah endemik serangan bulir akan menyebabkan pengisian bulir
ini dapat menyebabkan tanaman men- tidak sempurna dan kualitas biji menjadi
jadi mati. Serangan penyakit blas pada rendah (Sudir et al., 2015)

73
Kejadian Penyakit ... (Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.4, No.2:69-79, Oktober 2020) ISSN :1412-5005

Gambar 2. Gejala serangan penyakit Blas pada varietas padi Inpari Sidenuk di
lokasi Denfarm Padi Sawah desa Waimital umur 3,8 bulan HST.

Serangan P. grisea pada malai Bagian-bagian tanaman padi yang


menyebabkan leher malai membusuk rentan terhadap penyakit blas adalah
dan bulir padi menjadi hampa, bercak daun yang menimbulkan gejala bercak
daun yang terjadi pada malai padi daun (leaf blast), buku batang (node
(panicle) biasanya berwarna coklat dan blast), leher malai (neck blast), bulir
serangan lebih lanjut dapat berwarna padi (spikelet blast), dan kolar daun
hitam (Sreenivasaprasad & Johnson, (collar rot) (Sudir et al., 2015).
2001). Penyakit ini juga menyerang Penyebaran penyakit dimulai ketika
buku batang dimana pada buku batang spora cendawan menginfeksi dan meng-
yang diserang akan timbul bercak ber- hasilkan bercak pada tanaman padi dan
warna coklat atau hitam dan batang berakhir ketika cendawan bersporulasi
akan patah dan kematian yang me- dan menyebarkan spora baru melalui
nyeluruh pada batang sebelah atas dari udara. Apabila kondisi lingkungan
buku yang terinfeksi (Ou, 1985). menguntungkan, satu siklus dapat
Infeksi penyakit Blas pada daun terjadi dalam waktu sekitar 1 minggu.
terjadi setelah fase anakan maksimum Selanjutnya dari satu bercak dapat
15 sampai 20 anakan, terlihat bahwa menghasilkan ratusan sampai ribuan
sebagian lokasi pertanaman padi saat spora dalam satu malam dan dapat terus
mencapai anakan maksimum tangkai menghasilkan spora selama lebih dari
malainya banyak yang patah dan 20 hari. Pada kondisi suhu dna ke-
bulirnya hampa. Pada stadia generatif lembapan yang mendukung, cendawan
terutama saat pengisian biji sering patogen ini dapat bereproduksi dan
ditemukan gejala penyakit Blas leher menghasilkan kelimpahan spora yang
malai dan jika gejala penyakit ini terus yang semakin banyak pada akhir
berlanjut menyebabkan leher malai musim. Tingkat inokulum yang tinggi
berwarna coklat kehitaman sehingga ini sangat berbahaya bagi tanaman padi
terlihat seperti terkena letupan api yang rentan (Rajput et al., 2017).
(Blas).

74
Kejadian Penyakit ... (Jurnal Pertanian Kepulauan Vol.4, No.2:69-79, Oktober 2020) ISSN :1412-5005

Intensitas Serangan Penyakit Blas


Persentase intensitas serangan Kecamatan Kairatu pada varietas Inpari
penyakit blas di desa Waimital Sidenuk disajikan pada Gambar 3.

100 88,67
86,67 88
90 80,67
80
KEPARAHAN PENYAKIT (%)

70 60
60
50 40 Series2
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6
Minggu ke-i

Komponen Iklim
Curah hujan 243 283 283 283 283 184
Hari hujan 21 27 27 27 27 15
Suhu 28,1 25,7 25,7 25,7 25,7 25,8
Kelembaban 90 90 90 90 90 87
Gambar 3. Persentase serangan penyakit Blas dan kondisi iklim pada varietas
padi Inpari Sidenuk selama 6 minggu pengamatan

Pengamatan terhadap penyakit Blas keadaan suhu, kelembaban, dan curah


pada varietas padi Inpari Sidenuk hujan sangat cocok dalam mendukung
dilakukan mulai dari saat pembenihan perkembangan penyakit ini. Suhu dan
sampai menjelang umur berbunga. Hasil kelembaban yang ideal untuk ke-
pengamatan menunjukkan bahwa mampuan sporulasi lesio patogen ini
serangan penyakit Blas dijumpai pada adalah 25o-28oC, sedangkan kelembab-
hampir sebagian besar demplot Den- an yang cocok adalah 89-93% (Bevitori
farm padi sawah, bahkan ketika tanam- & Ghini, 2015). Menurut (Ullah et al.,
an padi mencapai usia pengisian bulir 2011), rata-rata curah hujan yang sesuai
terjadi tingkat serangan sangat berat. untuk perkembangan penyakit ini
Intensitas serangan tertinggi penyakit adalah > 80 mm. Jika dilihat dari data
blas mencapai 80-86% pada beberapa curah hujan maka intensitas curah hujan
lokasi demplot menunjukkan bahwa di Kecamatan Kairatu dari bulan April
telah terjadi epidemi penyakit blas di sampai Agustus 2018 mencapai 84–200
desa Waimital. Tingginya intensitas mm. Hal ini menunjukkan bahwa rata-
serangan penyakit ini disebabkan oleh rata intensitas curah hujan dan

75
Kejadian Penyakit ... (Jurnal Pertanian Kepulauan Vol.4, No.2:69-79, Oktober 2020) ISSN :1412-5005

kelembapan sangat cocok dalam men- Ras patogen blas memiliki kemampuan
dukung perkembangan penyakit ini di beradaptasi cepat terhadap lingkungan
desa Waimital. Selain itu varietas Inpari fisik dan kimia di lahan pertanaman
Sidenuk termasuk golongan varietas padi sehingga memiliki kemampuan
yang rentan terhadap cendawan patogen adaptasi terhadap pestisida yang di-
P. oryzae Cav. aplikasikan. Akibatnya keefektifan
Produksi padi rata-rata pada demplot fungisida terhadap patogen blas menjadi
Denfarm mencapai 6,6 ton/Ha. Hasil ini berbeda di lokasi yang berbeda dengan
masih lebih rendah jika dibandingkan dominasi ras patogen blas yang berbeda
dengan produksi di daerah lain yang (Yulianto, 2017).
mencapai 8-10 ton /Ha. Salah satu pe- Varietas Inpari Sidenuk yang diuji-
nyebab menurunnya produksi varietas coba oleh petani di desa Waimital ter-
ini adalah keparahan penyakit ini yang masuk varietas yang rentan terhadap
mencapai 88,67% pada lokasi demplot. penyakit Blas, diduga tingginya ke-
Hal ini menyebabkan sebagian besar rusakan oleh penyakit ini disebabkan
petani melakukan panen lebih awal oleh faktor iklim yang memicu patahnya
untuk menyelamatkan benih padi yang ketahanan varietas padi. Menurut
masih sehat untuk digunakan dalam Yulianto & Subiharta, (2009), varietas
musim tanam berikutnya. Di lapangan padi yang semula tahan terhadap suatu
menunjukkan bahwa semakin tingginya ras P. oryzae, menjadi rentan terhadap
keparahan penyakit, makin banyak leher ras baru yang tidak dikenali oleh gen
malai yang patah dan jatuh, sehingga ketahanannya, walaupun masih tetap
makin banyak pengurangan hasil panen. tahan terhadap ras patogen semula.
Penyakit blas leher malai pada varietas Penyebaran spora P. oryzae dapat
rentan dapat mengakibatkan kehilangan terjadi melalui angin, benih, sisa gabah,
hasil sampai 100% (Suganda et al., jerami tanaman sakit, sisa tanaman padi
2016). Pada kondisi lingkungan yang di lapangan, dan tanaman inang lainnya,
mendukung, varietas padi yang ter- terutama dari golongan graminae/
infeksi parah dengan tingkat intensitas rerumputan (Santoso & Nasution,
yang tinggi, baik oleh penyakit blas 2012).
daun maupun blas leher malai, dapat Pengamatan gulma menunjukkan
menyebabkan tanaman puso (Santoso & bahwa sebagian besar pertanaman padi
Nasution, 2012), masa inkubasi dari di lokasi penelitian didominasi oleh
penyakit ini 5–6 hari pada suhu 26- gulma rumput setan (Echinocloa
28ºC. Suhu optimum pada proses colona). Dominasi dari gulma ini ter-
infeksi sama dengan suhu optimum jadi karena awal penanaman kebiasaan
untuk pertumbuhan miselia, sporulasi, petani setempat menggunakan herbisida
dan perkecambahan spora. Ras-ras Aly (pra tumbuh) dan Lindomin (purna
cendawan penyebab penyakit blas yang tumbuh), sedangkan bantuan dari pem-
berkembang di alam ternyata sangat beri modal tidak disertai herbisida
banyak dan mudah mengalami per- sehingga petani agak kesulitan untuk
ubahan komposisi genetik melalui mengatasi gulma ini. Gulma ini tumbuh
mutasi membentuk ras baru yang bersaing dengan tanaman padi dalam
berubah keganasannya. Masing-masing memperebutkan hara sehingga per-
ras memiliki keganasan (virulensi) yang tumbuhan tanaman padi menjadi ter-
berbeda, bergantung pada varietas yang hambat. Jenis gulma ini yang diduga
ditanam dan tergantung kondisi ling- menjadi inang patogen ini dan menjadi
kungan mikro sekitar pertanaman padi. sumber inokulum selalu ada sepanjang

76
Kejadian Penyakit ... (Jurnal Pertanian Kepulauan Vol.4, No.2:69-79, Oktober 2020) ISSN :1412-5005

tahun, karena adanya spora di udara dan dibandingkan dengas cara kimiawi.
tanaman inang selain padi. Patogen ini Beberapa varietas yang masih
selain menginfeksi tanaman padi juga menunjukkan reaksi tahan adalah
dapat merusak serealia lain seperti Limboto, Towuti, Situ Patenggang, dan
gandum, sorgum, dan lebih dari 40 Batutegi. Penggunaan varietas unggul
spesies Gramineae (Santoso & baru yang tahan terhadap blas sangat
Nasution, 2012). Walaupun dalam suatu dianjurkan pada daerah endemis, antara
periode tidak ada pertanaman padi, lain Inpari 13, Luk ulo, Silugonggo,
namun apabila di sekitar lahan tersebut Batang Piaman, Inpago 4, Inpago 5,
terdapat gulma yang merupakan inang Inpago 6, Inpago 7, dan Inpago 8
patogen ini menjadi sumber inokulum (Yulianto & Subiharta, 2009).
pada padi sawah musim berikutnya. Upaya pengendalian penyakit Blas
Selain itu sumber spora juga banyak telah dilakukan oleh petani setempat
yang berasal dari sisa-sisa jerami padi dengan menggunakan fungisida Dithane
yang terinfeksi penyakit blas. Suwandi M 45, namun penyebaran spora cen-
et al., (2016), melaporkan bahwa sisa- dawan yang sangat cepat menyebabkan
sisa jerami tanaman sakit di lapangan tingginya kerusakan hingga mencapai
dapat menjadi sumber inokulum bagi 88,67% sehingga produksi padi saat
tanaman musim berikutnya. dilakukan uji coba di desa Waimital
Upaya pengendalian penyakit Blas menjadi berkurang. Strategi pe-
telah dilakukan oleh petani setempat ngendalian penyakit blas yang
dengan menggunakan fungisida Dithane dilakukan ke depan melalui pe-
M 45, namun penyebaran spora cen- ngendalian secara terpadu dengan
dawan yang sangat cepat menyebabkan beberapa komponen teknik budi daya
tingginya kerusakan hingga mencapai yang meliputi pergiliran tanaman,
88,67% sehingga produksi padi saat pemupukan berimbang, pengelolaan air
dilakukan uji coba di desa Waimital irigasi, dan penanaman benih bebas
menjadi berkurang. Strategi pe- patogen blas. Beberapa komponen
ngendalian penyakit blas yang teknik budi daya tersebut dikelola
dilakukan ke depan melalui pe- secara bijaksana agar tidak bertentangan
ngendalian secara terpadu dengan satu sama lain. Pergiliran tanaman
beberapa komponen teknik budi daya menjadi teknik pengendalian yang
yang meliputi pergiliran tanaman, efektif jika dilakukan di daerah endemis
pemupukan berimbang, pengelolaan air penyakit blas. Pergiliran tanaman
irigasi, dan penanaman benih bebas dengan tanaman non padi (misal
patogen blas. Beberapa komponen palawija) dapat memutus siklus hidup
teknik budi daya tersebut dikelola cendawan penyebab penyakit blas.
secara bijaksana agar tidak bertentangan Pengendalian penyakit blas melalui
satu sama lain. Pergiliran tanaman penanaman varietas unggul yang tahan
menjadi teknik pengendalian yang akan lebih efektif dan lebih murah
efektif jika dilakukan di daerah endemis dibandingkan dengas cara kimiawi.
penyakit blas. Pergiliran tanaman Beberapa varietas yang masih
dengan tanaman non padi (misal menunjukkan reaksi tahan adalah
palawija) dapat memutus siklus hidup Limboto, Towuti, Situ Patenggang, dan
cendawan penyebab penyakit blas. Batutegi. Penggunaan varietas unggul
Pengendalian penyakit blas melalui baru yang tahan terhadap Blas sangat
penanaman varietas unggul yang tahan dianjurkan pada daerah endemis antara
akan lebih efektif dan lebih murah

77
Kejadian Penyakit ... (Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.4, No.2:69-79, Oktober 2020) ISSN :1412-5005

lain Inpari 13, Luk ulo, Silugonggo, UCAPAN TERIMA KASIH


Batang Piaman, Inpago 4, Inpago 5,
Inpago 6, Inpago 7, dan Inpago 8 Penelitian ini merupakan kolaborasi
(Yulianto & Subiharta, 2009). Kerjasama antara Kemristekdikti dan
Pengembangan varietas unggul baru Universitas Pattimura dengan No.
yang tidak memiliki ketahanan terhadap Kontrak: 01/PKS/IPT/ BENIH/III/ 2018.
penyakit blas diduga ikut berperan dalam Untuk itu penulis mengucapkan terima
penyebaran dan peningkatan intensitas kasih kasih kepada berbagai pihak atas
penyakit blas, serta membantu ter- dukungan finansial selama ber-
bentuknya daerah endemis baru. Sampai langsungnya penelitian ini.
saat ini di Maluku belum pernah
dilakukan identifikasi ras-ras P. oryzae KESIMPULAN
yang menyerang tanaman padi, walaupun
seringkali terjadi puso di beberapa sentra Berdasarkan hasil deskripsi gejala
produksi padi akibat serangan penyakit penyakit blas pada tanaman padi varietas
ini. Ke depannya perlu diupayakan Inpari Sidenuk di desa Waimital
pemetaan ras-ras P. oryzae Cav di Kecamatan Kairatu ditemukan gejala blas
provinsi ini sehingga dapat digunakan daun, blas malai, dan blas bulir. Intensitas
untuk mengembangkan varietas-varietas serangan penyakit penyakit blas di lokasi
padi unggul maupun lokal tahan blas di Denfarm petani padi di desa Waimital
sentra-sentra produksi dalam upaya mencapai 88,67%, tergolong dalam
meningkatkan kualitas dan produktivitas kategori serangan sangat berat. Perlu
padi di Maluku dicari alternatif teknik pengendalian
penyakit blas yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan sehingga dapat mengurangi
kerusakan akibat serangan penyakit ini di
lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Bevitori, R., & Ghini, R. (2015). Rice Blast Disease in Climate Change Time. J Rice
Resp, 3, 111.
IRRI. (2014). Standard evaluation system for rice. 5th eds. IRRI, Phillippines.
http://www.clrri.org/ver2/uploads/SES_5th_edition.pdf
Mew, T. W. (1991). Rice Diseases. In Rice (pp. 187–236). Springer US.
https://doi.org/10.1007/978-1-4899-3754-4_5
Mukelar, & Edwina, R. (1987). Identifikasi ras jamur Pyricularia oryzae Cav. dari
beberapa daerah di Indonesia. Kongres Nasional IX Perhimpunan Fitopatologi
Indonesia, 209–212.
Ou, S. (1985). Rice Diseases. Commonwealth Mycological Institute, Kew.
Pirngadi, K., Toha, H. ., & Nuryanto, B. (2007). Pengaruh pemupukan N terhadap

78
Kejadian Penyakit ... (Jurnal Pertanian Kepulauan Vol.4, No.2:69-79, Oktober 2020) ISSN :1412-5005

pertumbuhan dan hasil padi gogo dataran sedang. In B. et al. (Eds) Suprihatno
(Ed.), Prosiding Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Padi Menunjang
Peningkatan Produksi Beras Nasional (pp. 325–338). Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi. Jawa Barat.
Rajput, L., Sharma, T., Madhusudhan, P., & Sinha, P. (2017). Effect of Temperature
on Growth and Sporulation of Rice Leaf Blast Pathogen (Magnaporthe oryzae).
International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences, 6(3), 394–
401. https://doi.org/10.20546/ijcmas.2017.603.045
Santoso, & Nasution, A. (2012). Pengendalian Penyakit Blas dan Penyakit Cendawan
Lainnya. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Jawa Barat.
Sreenivasaprasad, S., & Johnson, R. (2001). Major Disease of Rice. Springer,
Dordrecht Press.
Sudir, Nasution, A., Santoso, & Nuryanto, B. (2015). Penyakit blas Pyricularia grisea
pada tanaman padi dan strategi pengendaliannya. IPTEK TANAMAN PANGAN,
9(2), 85–96.
Suganda, T., Yulia, E., Widiantini, F., & Hersanti. (2016). Intensitas penyakit blas
(Pyricularia oryzae Cav.) pada padi varietas Ciherang di lokasi endemik dan
pengaruhnya terhadap kehilangan hasil. Agrikultura, 27(3), 154–159.
Suwandi, H., Hamidson, & Muslim, A. (2016). Penekanan penyakit blas leher malai
padi menggunakan ekstrak kompos jerami padi. Jurnal Fitopatologi Indonesia,
104–108.
Ullah, S., Khan, M., & Yasir, M. (2011). Effect of epidemiological factors on the
incidence of paddy blast (Pyricularia oryzae) disease. Pakistan Journal of
Phytopathology, 23(2), 108–118.
Yulianto. (2017). Ketahanan varietas padi lokal Mentik wangi terhadap penyakit blas.
Journal of Food System and Agribusiness, 1(1), 44–54.
https://doi.org/https://doi.org/10.25181/jofsa.v1i1.83
Yulianto, & Subiharta. (2009). Ketahanan padi varietas unggul baru terhadap penyakit
blas (Magnaporthe gricea (T.T. Hebert) M.E. Barr) di lahan sawah tadah hujan
Kabupaten Pemalang. Prosiding Seminar Ilmiah Nasional. BBP2TP Dan UPN.

79

Anda mungkin juga menyukai