Anda di halaman 1dari 6

NAMA: PAUJAN NULHAKIM

NIM: B012354211001
PRODI: AGROTEKNOLOGI
DOSEN: ISTIA SITI AMALIA S.P, M.P.

JUDUL KARAKTER AGRONOMI BEBERAPA PADI


LOKAL ACEH

PENULIS Mita Setyowati1 *, Jekki Irawan1 , Leni Marlina2

PENERBIT Jurnal Agrotek Lestari. Vol. 5 No. 1, April 2018

TAHUN TERBIT 2018

LATAR BELAKANG Aceh merupakan salah satu provinsi yang memiliki


areal persawahan untuk budidaya padi yang cukup
luas. Ketersediaan air merupakan faktor penting
dalam usaha peningkatan produksi tanaman padi.
Padi adalah komoditas yang sangat peka terhadap
kekeringan.Provinsi Aceh memiliki banyak sekali
genotipe atau varietas padi lokal yang belum
diketahui tingkat toleransi terhadap kekeringan.
Melalui kegiatan eksplorasi ke sentra-sentra produksi
padi di daerah yang masyarakatnya masih
menggunakan varietas lokal
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk
maka konsumsi beras di Indonesia terus meningkat,
berdasarkan hasil survei Sosial Ekonomi Nasional
tahun 2013, konsumsi beras mencapai 85,154 kg
perkapita. Berdasarkan data statistik Produksi padi
sawah di Provinsi Aceh tahun 2014 sebesar
1,796,150 ton Gabah Kering Giling (GKG)
mengalami penurunan produksi sebesar 141,740 ton
(BPS 2015).
provinsi Aceh diperkirakan masih ada petani yang
membudidayakan padi varietas lokal terutama pada
daerah-daerah yang kurang adaptif terhadap varietas
unggul nasional. Konservasi sumber daya genetik
merupakan usaha yang sangat diperlukan terhadap
peningkatan produktivitas padi melalui penggunaan
berbagai teknologi pada masa yang akan datang agar
dapat dimanfaatkan dalam program pemuliaan.
Keragaman dan identitas padi merupakan bahan
dasar untuk kegiatan pemuliaan dalam program
perbaikan varietas. Varietas padi merupakan salah
satu teknologi utama yang mampu meningkatkan
produktivitas padi dan pendapatan petani. Varietas
padi juga merupakan teknologi yang paling mudah
diadopsi petani karena teknologi ini murah dan
penggunaannya sangat praktis.

TUJUAN PENELITIAN Kegiatan identifikasi merupakan kegiatan paling hulu


dalam pengembangan pertanian dan menjadi ujung
tombak dalam membantu memecahkan masalah yang
dihadapi. Kegiatan ini dilakukan untuk
mengantisipasi atau meminimalisir kemungkinan
punahnya plasma nutfah padi tersebut, terjadinya
migrasi sumber daya genetik atau diadopsi
(diokupasi) oleh negara lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
karakter agronomi genotipe padi lokal Aceh sebagai
penciri morfologi.

METODE Dalam penelitian ini digunakan metode perbandingan


dimana dengan menanam tanaman padi aksesi
Ramos, Dewi, Sigupai, Tinggong, Siputeh dan
varietas IR64 sebagai pembanding.
Perlakuan dan Penyemaian Benih
Benih yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebanyak 100 g/ genotipe. Kemudian benih
direndam dengan larutan dithane 45 dengan
konsentrasi 2 g/1 air selama 30 menit tujuannya
untuk mencegah pertumbuhan jamur saat proses
imbibisi. Selanjutnya benih direndam dengan air
bersih, kemudian benih dikecambahkan selama 2
hari, Setelah berkecambah benih tersebut
dipindahkan ke baki persemaian, Penyiraman pada
penyemaian benih dilakukan pada pagi dan sore hari
sesuaikan dengan keadaan dan cuaca sampai umur 15
hari.
Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tanah yang diambil langsung di areal
persawahan. Jenis tanah aluvial, kemudian tanah di
pindahkan dan disusun dalam pot sesuai dengan
bagan percobaan dan dicampur dengan pupuk
kandang dengan dosis 310 g/pot dan dilakukan
pelumpuran. Sebelum penanaman terlebih dahulu
dilakukan pelumpuran tanah yang sudah dicampur
dengan pupuk organik, pupuk organik diberikan 2
minggu sebelum tanam.
Penanaman
Penanaman dilakukan dengan 1 bibit setiap
lubang. Dalam satu pot ditanam sebanyak 3 tanaman,
selanjutnya dilakukan proses pemupukan dimana
Pemupukan dasar yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pupuk Urea, SP-36, dan KCl
Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi pemberian air dilakukan
sesuai dengan keadaan cuaca sampai tanaman
berumur, apabila tanaman ada yang mati. Penyiangan
gulma dilakukan terhadap rumput-rumput yang
tumbuh di sekitar tanaman padi dan di luar pot.
Pengendalian hama Walang Sangit dengan cara
manual dan disemprot menggunakan sidabas dengan
bahan aktif Biphenyl Metil Karbamat (BPMC).
Panen
Panen dilakukan ketika gabah menunjukkan masak
fisiologis atau 90-95 % padi telah menguning.
Pemanenan dilakukan secara manual dan hasil panen
masing-masing pot dihitung dengan keseluruhannya.
Pemanenan dilakukan secara bertahap-tahap
dikarenakan penanaman tidak serentak

HASIL PENGAMATAN Pengamatan


Parameter pengamatan dalam penelitian ini adalah
pertumbuhan dan produksi.
1. Panjang Tanaman
Panjang tanaman diukur pada umur 20, 40 dan 60
HST dari pangkal batang sampai ujung daun
2. Umur Berbunga
Umur berbunga dihitung dari hari pertama semai
sampai keluar malai sebanyak 80% dari populasi
tanaman.
3. Jumlah Anakan Produktif Per Rumpun (batang)
Pengamatan jumlah anakan produktif dilakukan
pada saat panen dengan menghitung jumlah anakan
produktif per rumpun.
4. Persentase gabah bernas (%)
Persentase gabah bernas diamati setelah
pengeringan. Dihitung persentase biji bernas per
rumpun.
Hasil Perbandingan Varietas
1. Panjang Tanaman
Rata-rata panjang tanaman padi umur 20, 40, dan
60 HST pada beberapa aksesi lokal dan varietas.
Panjang tanaman pada umur 20 HST mencapai
42,56. Pada umur 40 HST panjang mencapai 83,61.
Sedangkan umur 60 HST mencapai 106,93,
dibandingkan dengan varietas IR 64.
Padi lokal Aceh memiliki karakter pertumbuhan yang
tinggi dibandingkan varietas IR 64, masing-masing
varietas tersebut memiliki sifat dan karakteristik
sendiri seperti panjang tanaman yang berbeda tingkat
panjangnya yang dapat disilangkan antara varietas
yang satu dengan varietas yang lainnya.
2. Umur berbunga
Umur berbunga tercepat terdapat pada tanaman
padi varietas IR 64 yang berbeda tingkat kecepatan
berbunga dengan aksesi lokal yang diujikan. Hal ini
terkait dengan umur varietas IR 64 yang lebih pendek
dibandingkan aksesi lokal.
Tanaman yang berbeda varietas mempunyai
pertumbuhan yang berbeda walaupun ditanam pada
tanah yang berkondisi sama, setiap varietas selalu
terdapat perbedaan respon genotip pada kondisi
lingkungan tempat tumbuhnya. Umur berbunga juga
dapat dipengaruhi oleh ketinggian tempat.
3. Jumlah anakan per rumpun
Umur tanaman pada umur 20 HST jumlah
anakan per rumpun terbanyak dibandingkan dengan
aksesi lokal lainya dan varietas IR 64. pada umur 40
HST dan 60 HST aksesi lokal memiliki anakan yang
lebih rendah dibandingkan dengan varietas IR 64.
Hal ini menunjukan bahwa jumlah anakan sangat
tergantung pada jarak tanam, musim tanah, serta
penggunaan pupuk.
4. Persentase gabah bernas
Persentase gabah bernas tertinggi terdapat pada
aksesi Ramos dibandingkan dengan aksesi lokal
lainnya dan varietas IR 64 yang digunakan. Hal ini
menunjukkan bahwa aksesi padi lokal memiliki
keunggulan genetik yang berbeda-beda terutama
tingkat toleran terhadap cekaman lingkungan maupun
tingkat proses absorbsi unsur hara didalam tanah.
faktor yang menyebabkan jumlah gabah menurun
adalah kelembaban, temperatur, asupan unsur N pada
saat bunting serta hama dan penyakit.

Anda mungkin juga menyukai