Oleh :
Kelompok 5
1
BAB 1. PENDAHULUAN
Tanaman padi adalah bahan baku pangan yang pokok bagi rakyat Indonesia,
karena nasi merupakan makanan utama bagi rakyat Indonesia. Mulanya kegiatan
ini banyak diusahakan di pulau Jawa. Namun, saat ini hampir seluruh daerah di
Indonesia sudah banyak yang melakukan kegiatan menanam padi di sawah.
Dalam pertanian secara luas yaitu mencakup pemanfaatan sumber daya hayati
yang dilakukan oleh manusia dengan cara menanam tanaman produktif yang
dapat menghasilkan dan dipergunakan untuk kehidupan atau seluruh kegiatan
yang mencakup dari pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan
yang hasilnya dapat digunakan untuk kehidupan manusia.
2
1.2 Tujuan
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
4
sedangkan penggunaan pupuk lebih mengutamakan penggunaan bahan-bahan
organik seperti keong mas, air beras, air kelapa dan gula merah (Mario dkk.,2017)
Perbanyakan tanaman padi itu sendiri dapat dilakukan dengan berbagai cara
baik dengan menanam benih tanaman padi secara langsung pada lahan yang akan
digunakan sebagai lahan tanaman padi ataupun dengan melakukan penyemaian
benih padi terlebih dahulu pada suatu lahan penyemaian. Setelah itu benih padi
yang berumur sekitar 21 – 28 hari dipindahkan dan ditanam pada lahan yang akan
digunakan sebagai areal lahan tanaman padi. Lahan penyemaian benih padi itu
sendiri dibuat hampir bersamaan dengan penyiapan lahan untuk penanaman.
Menurut (Purwono dan Heni.,2010) penyiapan lahan dengan pengolahan tanah
yang baik itu tidak kurang dari 4 minggu sebelum penanaman.
Persemaian benih padi dapat dilakukan pada dua bentuk persemaian,
yakni persemaian kering dan persemaian basah. Persemaian kering dilakukan
pada lingkungan lahan yang kering dan tidak ada genangan air atau salinitas air.
Lahan kering awalnya digemburkan terlebih dahulu agar dapat dilakukan
penyemaian benih padi pada lahan tersebut. Umur benih padi yang telah disemai
pada lahan kering sekitar 21 hingga 25 hari siap untuk ditanam di lahan
pertanaman. Menurut Muhammad Noor., (1996) Karena perawatan benih
dilakukan beberapa saat sebelum penyemaian, benih yang diolah dapat disimpan
untuk berbagai variasi periode, di mana akhirnya reaksi kimia dapat merusak
benih persemaian yang dilakukan lebih dari 25 hari dan bibit padi tidak cepat
ditanam di areal penanaman, maka bibit padi akan tua dan akan menghambat
proses pertumbuhan, serta bibit padi akan rentan terhadap hama dan penyakit
(Andreia da Siva Almeida, etc.,2014). Persemaian basah, persemaian benih yang
dilakukan pada lahan yang memiliki cukup air untuk kebutuhan benih. Biasanya
pada persemaian basah ini lahan semaian digunakan pada bagian lahan yang
relatif tinggi untuk menghindari dari adanya genangan air yang berlebihan atau
dengan membuat lahan bedengan. Oleh karena itu kegiatan praktikum ini perlu
dilakukan agar para praktikan dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara
menentukan benih yang unggul serta cara melakukan pembibitan tanaman padi
dengan metode pembibitan basah.
5
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.2.1 Bahan
1. Benih padi.
2. Air.
3.2.2 Alat
1. Timba.
3. Alat tulis.
4. Alat dokumentasi.
6
3.Mengambil biji padi secara samping sebanyak 50-100 gr/kelompok dan
melakukan pemeriksaan secara kering
4. Melakukan pemeriksaan biji terhadap hal hal sebagai berikut, bernas tidaknya
biji padi ,warna biji, biji bercak, ada tidaknya kotoran, jamur dipermukaan biji,
sklerotia, dsb. Kemudian menghitung berapa jumlah dan presentasenya dan
masing-masing parameter tersebut dan membuat dokumentasinya.
7
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
PEKERJAAN PENGUJIAN KESEHATAN BIJI (BENIH)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahawa biji padi yang bernas terdapat
7 buah. Warna biji pada padi kuning terang dilihat diluar air. Bercak pada biji
terdapat 3 buah. Pada biji padi tidak ada kotoran dipermukaan kulit. Jamur pada
permukaan biji juga tidak ada. Skleroria pada benih juga tiidak ada.
8
4.2 PEMBAHASAN
Pada tabel hasil praktikum diatas dapat diketahui bahwa penguji kesehatan
biji (benih) padi yaitu pertama, ada tidaknya bernas. Benih bernas adalah benih
yang berisi atau tidak hampa, untuk mengetahui bernas tidakya biji dilakukan
dengan meredam biji pada air. Biji benih yang mengapung pada data diatas
sejumlah 7 biji dan yang tenggelam dalam air sejumlah 93 biji. Persentase biji
padi adalah 93%. Kedua, warna pada biji padi. Warna benih dapat
mengidentifikasikan kualitas suatu benih. Pada data diatas warna biji padi adalah
kuning cerah dilihat diluar permukaan air. persentase warna biji pada data diatas
adalah 1%.
Ketiga, adanya bercak pada biji, dapat dilihat di permukaan biji. Bercak biji
pada biji padi dilihat dengan warna kulit yang berbeda. Perbedaan warna yang
mencolok yaitu warna asli biji kuning cerah terdapat warna kehitaman atau
kecoklatan pada biji. Pada data diatas terdapat 3 biji yang dipermukaan kulit ada
bercak. Persentase biji bercak yaitu 3%. Keempat, ada tidaknya kotoran pada biji.
Benih berstandar memiliki tingkat kebersihan yang tinggi atau dapat dikatakan
baik. Pada data diatas biji padi tidak ditemukan kotoran sebab biji atau benih yang
digunakan memiliki kualitas yang baik. Persentase adanya kotoran pada biji padi
adalah 0%.
Kelima, ada tidaknya jamur pada permukaan biji. Pada data diatas tidak
ditemukan jamur pada biji padi. Hal ini dikarenakan biji yang digunakan adalah
biji yang memiliki kuliatas baik. Persentase ada tidaknya jamu pada data diatas
adalah 0%. Keenam, ada tidaknya sklerotia. Sklerotia adalah penyakit yang
terdapat pada biji padi. Pada data di atas tidak ada sklerotia pada biji padi.
Persentase ada tidaknya sklerotia adalah 0%.
9
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Secara keseluruhan sebenarnya acara praktikum sudah berjalan dengan
baik, hanya saja saat kegiatan praktikum di lapang yang telah dilakukan oleh
mahasiswa itu kurang teratur saat menabur benih padi pada bedengan. Sehingga
penaburan benih padi pada bedengan tersebut kurang merata.
10
DAFTAR PUSTAKA
Handoko Probo Setiawan, 2016. “Alih Fungsi (Konversi) Lahan Pertanian ke Non
Pertanian Kasus di Kelurahan Simpang Pasir Kecamatan Palaran Kota
Samarinda”. Ejurnal SosiatriSosiologi, Volume 4, 2016: 280-293.
Mario Francisco Tamba, Evy Maharani , Susy Edwina 2017. Analisis Pendapatan
Usahatani Padi Sawah Dengan Metode SRI (System of Rice
Intensification) Di Desa Empat Balai Kecamatam Kuok Kabupaten
Kampar. Jurnal Ilmiah Pertanian Vol, 13 No. 2,11-22.
Purwono dan Heni P. 2010. Budidaya dan Jenis Tanaman Pangan Unggul. Jakarta
: Penebar Swadaya.
11
LAMPIRAN
Mario Francisco Tamba, Evy Maharani , Susy Edwina 2017. Analisis Pendapatan
Usahatani Padi Sawah Dengan Metode SRI (System of Rice
Intensification) Di Desa Empat Balai Kecamatam Kuok Kabupaten
Kampar. Jurnal Ilmiah Pertanian Vol, 13 No. 2,11-22.
12
Handoko Probo Setiawan, 2016. “Alih Fungsi (Konversi) Lahan Pertanian ke Non
Pertanian Kasus di Kelurahan Simpang Pasir Kecamatan Palaran Kota
Samarinda”. Ejurnal SosiatriSosiologi, Volume 4, 2016: 280-293.
13
Andreia da Siva Almeida, Cristiane Deuner, Carolina Terra Borges, Adilson
Jauer, Geri Eduardo Meneghello, Lilian Madruga de Tunes, Francisco
Amaral Villela1, Paulo Dejalma Zimmer, 2016. Physiological Performance
of Rice Seeds Treated to Thiamethoxam and Placed under Storage.
American Journal of Plant Sciences, 5, 3788-3795
14
Gusti Ayu K. Sutariati , A. Khaeruni , Y.B. Pasolon , Muhidin , and La Mudi,
2016. The Effect of Seed Bio-invigoration Using Indigenous Rhizobacteria
to Improve Viability and Vigor of Upland Rice (Oryza sativa L.) Seeds.
International Journal of PharmTech Research, Vol.9, No.12, pp 565-573.
15
Noor, Muhammad. 1996. Padi Lahan Marjinal. Jakarta : Penebar Swadaya
Purwono dan Heni P. 2010. Budidaya dan Jenis Tanaman Pangan Unggul. Jakarta
: Penebar Swadaya.
16