Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PRAKTIKUM

UJI KESEHATAN BENIH

Oleh:
Golongan I/Kelompok 2
1. Farhad Dwi Setyadi (191510501082)
2. Rifqi Ilman Sanjaya (191510501113)
3. Lintang Maharani (191510901001)
4. Nabila Pramudya Tungga Dewi (191510701029)
5. Dwi Ayuni Putri (191510301022)
6. Sirli Pukhti Resha (191510301043)
7. Septia Yunita S. (191510501002)

LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan pertanian juga berpengaruh untuk sektor-sektor pertanian
khususnya pada bidang pangan. Bidang pangan sangat penting dalam
kehidupan masyarakat dengan itu sektor pertanian dibidang pangan tidak akan
diturunkan, tetapi akan ditingkatkan karena kebanyakan petani bergantung
pada sektor pertanian. Pembangunan pertanian juga didorong oleh segi fungsi
dan penawaran pada penelitian, banyaknya teknologi baru, pembangunan
saran dan prasaraasargna yang terdapat pada pedesaan agar akses lebih mudah
dan adanya investasi-investasi oleh negara dalam jumlah yang besar, hal ini
sudah cukup untuk mengembangkan pertanian diindonesia agar pertanian ini
tidak dianggap remeh oleh orang lain (Fredinata dkk, 2018)
Padi merupakan suatu sektor terpenting diindonesia karena padi
merupakan sumber pangan yang memiliki karbohidrat tinggi. Padi juga
menjadi bahan ekspor-impor karena itu indonesia menjadikan padi sektor
utama dan terbesar se-asia. Jenis padi ada sepuluh varietas yang dipergunakan
yaitu Cigeulis, Ciherang, Inpari 32, Inpari 10, IR 64, Cilamaya muncul, Putra
mandiri, Pasundan, Putra haji, dan Sri ayu. Jenis padi yang banyak digunakan
oleh petani yaitu varietas ciherang (Prayoga dkk, 2018).
Benih padi yang dikatakan sehat apabila benih yang akan ditanam
terhindar dari patogen dan memenuhi persyaratan seperti fisiologis dan
genetis. Benih yang terkena patogen adalah benih yang memiliki warna hitam
kecil-kecil dan ditumbuhi rambut halus, patogen ini bisa disebut jamur. Jamur
merupakan jenis patogen yang dominan menyerang padi atau tanaman
kacang-kacangan. Jamur yang terbawa pada benih memiliki banyak jenis
jamur seperti Rhizopus, Fusarium, Aspergillus, Curvularia, Penicillium,
Alternaria, dan Pyricularia. Jamur Curvularia dan Rhizopuz dapat
menginfeksi benih apabila penyimpanan benih terdapat pada karung beras dan
model penyimpanannya terlalu rendah yang mengakibatkan benih padi
tersebut terkena jamur tersebut (Kresentia and Anna, 2018).
Inskubasi pada benih padi sangat penting karena untuk mengetahui
mikroorganisme apa yang ada dibenih padi tersebut. Patogen yang sering
diamati pada inkubasi adalah patogen jamur. Pengujian inkubasi sendiri ada
dua pengujian yaitu pada kertas dan agar. Penelitian kami menggunakan
media kertas karena itu mudah dilakukan dengan alat yang terbataspengujian
ini selain untuk melihat patogen juga bisa melihat kecambah dan inokulum,
dengan ini kita bisa meneliti patogen apa yang menyerang benih padi sampai
besar (Siti dan Syamsudin, 2012).
Indonesia mempunyai sektor pangan yang besar dan tidak dapat
dihilangkan begitu saja karena sektor ini adalah lapangan kerja utama bagi
petani, selain sektor pangan yang besar tanah pada lahan petani sangat
mendukung untuk ditanami bahan pangan. Bahan pangan ini seperti padi,
jagung, kedelai, dan sebagainya. Padi adalah sektor utama dindonesia karena
padi bisa dijadikan beras untuk kita makan sehari-hari. Penanaman padi juga
melalui benih padi. Benih padi sendiri adalah biji tanaman yang digunakan
untuk mengembangkan usaha tani yang memiliki fungsi agronomis. Benih
padi disebar dengan umur yang dapat menggantikan benih dengan respon
yang berbeda dengan meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan benih
atau tanaman tersebut. Benih yang memiliki kualitas yang baik akan
meningkatkan produksi pada padi tersebut (Irianti and Adi, 2018).
Tanaman padi memiliki benih yang berbeda-beda, untuk penanaman benih
padi dilahan kami menggunakan varietas ciherang premium SS. Penyebaran
benih padi ini biasanya berpengaruh terhadap jumlah bibit padi yang nyata
dalam pertumbuhan pada awal tanam hingga dengan pertengahan penanaman,
tapi pertumbuhan ini tidak mempengaruhi penanaman akhir atau ketika
memasuki minggu akhir menjelang panen karena padi diminggu akhir akan
terserang patogen atau penyakit-penyakit yang ada. Benih yang digunakan
pada penanaman padi akan berpengaruh pada umur pindah tanam, tetapi
ketika dihitung dari penyemaian sampai ke pindah tanam tidak akan ada
perbedaan umur (Marlina et al, 2017).
Pengendalian penyakit pada tanaman padi merupakan hal yang harus
diperhatikan karena pengendalian ini juga dapat merusak ekosistem yang ada
dilingkungan tersebut. Pengendalian penyakit dapat menggunakan campuran
varietas untuk penekanan pada laju perkembangan penyakit dan dapat
berdampak pada keaneragaman ekosistem tumbuhan dilapang. Pengendalian
ini juga tidak dapat menggukan bahan kima yang terlalu berlebihan selain
dapat merusak tanah, bahan kima tersebut dapat mempengaruhi keseimbangan
ekosistem yang terdapat dilingkungan tersebut. Keseimbangan ekosistem juga
sangat berpengaruh dalam pertumbuhan tanaman padi (Bambang, 2018).

1.2 Tujuan
1. Mengevaluasi kesehatan benih sebelum disebarkan berbagai tempat untuk
keperluan pertanaman.
2. Mengevaluasi efek dari fungisida untuk keperluan perlakuan benih.
3. Mengevaluasi usaha usaha pengendalian penyakit dilapangan dalam
rangka mencegah penyakit yang ditularkan kebiji.
4. Usaha mengadakan survey penyakit pada tingkat nasional atau regional
sehingga dapat mengetahui penyebaran patogen terutama yang terbawa
biji.
5. Karatina tumbuh-tumbuhan untuk mencegah keluar masuknya patogen
yang membahayakan.
BAHAN DAN METODE

2.1 Alat
1. Timbangan digital
2. Handphone
3. Plastik/kresek
4. Timba besar
5. Timba kecil

2.2 Bahan
1. Biji padi
2. Air

2.3 Metode
1. Membuat kelompok (5-7 orang /kelompok atau menyesuaikan).
2. Masing-masing kelompok mengerjakan pengujian kesehatan benih dengan
cara pemeriksaan biji kering.
3. Mengambil biji padi secara sampling sebanyak 50-100 gr/kelompok, dan
melakukan pemeriksaan scara kering.
4. Pemeriksaan biji padi dilakukan terhadap hal hal sebagai berikut : (1)
bernas tidaknya biji padi, (2) warna biji, (3) biji bercak, (4) ada tidaknya
kotoran, (5) jamur di permukaan biji, (6) sklerotia, dsb. Menghitung
jumlah dan presentasenya dari masing-masing parameter tersebut, dan
membuat dokumentasi.
HASIL PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Tabel 1 Pengamatan Pengujian Kesehatan Benih.
PEKERJAAN PENGUJIAN KESEHATAN BIJI (BENIH)
Parameter Uraian Persentase Dokumentasi
Bernas Biji bernas : 1840 Bernas :
Tidaknya Biji Biji tidak bernas : 180 91,1%
Padi Biji yang tidak bernas Tidak
dipengaruhi oleh rusaknya Bernas :
biji padi dan juga kotoran 8,9%
yang terbawa. Rusaknya
biji disebabkan patogen.

Warna Biji Jumlah biji yang berwarna 9,4%


bejumlah 190 butir dengan
3 warna yaitu; hitam,
kemerahan dan hitam
keabu-abuan yang
dipengaruhi oleh bercak,
sklerotia dan jamur.

Biji Bercak Biji bercak berjumlah 80 3,96%


yang ditandai dengan
adanya warna hitam pada
permukaan kulit biji padi.

Ada Terdapat kotoran pada saat 2,07%


Tidaknya penghitungan biji yang
Kotoran berjumlah 42.

Jamur Biji yang terserang jamur 0,99%


Dipermukaan berjumlah 20 yang ditandai
Biji dengan munculnya rambut-
rambut halus dipermukaan
biji dan sedikit berwarna
keabu-abuan.

Sklerotia Biji yang terserang 4,45%


sklerotia berjumlah 90
yang ditandai dengan
munculnya warna/bercak
merah atau merah
kecoklatan dipermukaan
biji.
3.2 Pembahasan
Menurut Rahayu (2016), salah satu indikator fisik benih bermutu tinggi
adalah biji yang bernas. Biji bernas merupakan biji yang berisi penuh sedangkan
biji yang tidak bernas merupakan biji yang kosong atau hampa. Bernas tidaknya
biji dapat diketahui melalui perendaman biji. Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
bahwa biji bernas yang telah melalui pengujian kesehatan biji berjumlah 1840
butir dan yang tidak bernas berjumlah 180 butir dengan persentase biji bernas
adalah 91,1% dan biji tidak bernas 8,9%. Menurut Utama (2015), faktor yang
mempengaruhi kemampuan tanaman dalam menghasilkan biji yang bernas adalah
distribusi asimilat ke biji. Faktor lainnya yang berasal dari luar adalah rusaknya
biji yang disebabkan oleh patogen dan juga oleh kotoran yang terbawa.
Pada biji tanaman padi yang kita amati, terdapat perbedaan warna pada
biji. Warna biji yang sehat yaitu kuning keemasan. Berdasarkan tabel 2 diketahui
bahwa biji padi yang diamati memiliki 3 warna yakni hitam, hitam kemerahan,
dan hitam keabuan. Warna pada biji tersebut disebabkan karena adanya penyakit
yang terbawa benih seperti biji bercak, sklerotia dan jamur. Total jumlah biji yang
memiliki warna berbeda yakni 190 butir dengan persentase sebesar 9,4%.
Penyakit terbawa benih lainnya yaitu biji bercak. Gejala biji bercak dapat
terlihat jelas di permukaan biji yang mana hal ini dapat meluas ke seluruh
permukaan biji yang disebabkan akibat adanya tingkat keparahan penyakit
tersebut (Handiyanti, dkk. 2018). Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa biji
yang diamati yang terkena biji bercak sebanyak 80 butir dengan persentase
sebesar 3,96%. Biji bercak memiliki warna hitam di permukaan biji yang terkena
penyakit terbawa benih.
Benih tanaman padi yang diamati ternyata memiliki kotoran yang terbawa
di dalam sekumpulan benih. Kotoran tersebut berupa sisa batang gabah kecil yang
terbawa serta benih padi yang kosong atau disebut juga biji tidak bernas. Kotoran
pada benih yang diamati sebanyak 42 dengan persentase 2,07%. Penentuan
banyak serta persentase benih yang di dalamnya terdapat kotora dapat terlihat
pada tabel 4 di atas yang telah diamati dan dicatat jumlahnya. Kotoran yang
terdapat pada benih tersebut kebanyakan yaitu gabah yang telah kosong isinya.
Benih tanaman padi yang terbawa penyakit pada benih yang lain seperti
jamur pada benih padi. Berdasarkan tabel 5 diatas, dapat diketahui bahwa benih
padi yang terserang jamur sebanyak 20 butir dengan persentase sebesar 0,99%.
Ciri-ciri benih padi terdapat atau terserang jamur yaitu ditandai dengan
munculnya rambut-rambut halus hamper di seluruh permukaan bji dan memiliki
warna sedikit keabu-abuan.
Penyakit terbawa benih yang terakhir yang diamati yaitu sklerotia.
Sklerotia yang terjadi pada benih disebabkan karena tumbuhnya mycelia yang
mana jamur jenis ini dapat tumbuh dilingkungan denagn suhu 25 hingga 30oC
dengan kelembapan relative 80 hingga 95% yang mana kondisi tersebut sangat
optimal dalam pertumbuhan jamur micelia tersebut yang dapat menyebabkan
penyakit ( Hapsari, dkk. 2017). Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa benih
yang diamati terserang sklerotia dengan jumlah 90 butir dan persentase sebesar
4,45%. Sklerotia memiliki ciri-ciri yang ditandai dengan munculnya bercak merah
atau merah kecoklatan dipermukaan biji.
KESIMPULAN

1. Benih padi yang dikatakan sehat adalah benih yang terhindar dari patogen dan
penyakit ketika ditanam, serta memenuhi persyaratan fisiologis dan genetis.
Jamur merupakan salah satu jenis patogen yang sering menyerang biji padi.
2. Inkubasi pada biji padi dilakukan untuk mengetahui jenis mikroorganisme
apa yang ada pada biji padi. Selain dapat menlihat jenis patogen pada proses
inkubasi dan juga dapat melihat kecambah dan inkolum.
3. Patogen dan penyakit-penyakit yang ada pada biji padi akan menyerang pada
minggu akhir menjelang panen. Pengandalian penyakit pada padi harus
diperhatikan kareana proses pengendalian dapat merusak ekosistem di
lingkungan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Amteme, K. and T. Anna. 2018. Identifikasi Cendawan Patogen pada Beberapa


Varietas Benih Padi Sawah Berdasarkan Model Penyimpanan. Jurnal
Pertanian Konservasi Lahan Kering. 3 (1):4-7.

Chailani, S. R. dan S. Djauhari. 2012. Seed Patology (Penyakit Benih). Malang:


UB Press.

Charles, F., S. Adi and A. Y. Hamid. 2018. Determination Of Agriculture Sector’s


Superior Commodities In Landak District. Jurnal Agribisnis. 18 (4): 1-9.

Handiyanti, M., S. Siti dan J. Tri. 2018. Deteksi Molekuler Burkholderia glumae,
Penyebab Penyakit Hawar Malai Padi Molecular Detection of Burkholderia
glumae, A Causal Agent of Bacterial Panicle Blight Disease. Jurnal
Perlindungan Tanaman Indonesia, 22 (1): 98-107.

Hapsari, L. L., H. P. Susilo., dan Hadiwiyono. 2017. Sklerotia Dan Luas Bercak
Sebgai Variabel Ketahanan Padi Terhadap Hawar Pelepah Daun. Prosiding
Seminar Nasional Fakultas Pertanian UNS, 1 (1): 221-225.

Kurniasari, I and P. Adi. 2018. Pengaruh Umur Transplantasi Benih Terhadap


Pertumbuhan Dan Produktivitas Varietas Lokal Jenis Padi Merah (Oryza
sativa L). Agrotech Res. J 2(1): 11-15.

Marlina, Setyono, dan Y. Mulyaningsih. 2017. Pengaruh Umur Bibit Dan Jumlah
Bibit Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Panen Padi Sawah (Oryza sativa)
Varietas Ciherang. Jurnal Pertanian. 8(1): 26-35.

Nuryanto, B. 2018. Pengendalian Penyakit Tanaman Padi Berwawasan


Lingkungan Melalui Pengelolaan Komponen Epidemik Control Of
Environmentally-Based Rice Disease Through The Management Of
Epidemic Components. Jurnal Litbang Pertanian. 37 (1):1-12.

Prayoga, M. K., N. Rostini., M. R. Setiawati., T. Simarmata., S. Stoebe and K


Adinata. 2018. Preferensi petani terhadap keragaan padi (Oryza sativa)
unggul untuk lahan sawah di wilayah Pangandaran dan Cilacap. Jurnal
Kultivasi. 17 (1): 523-530.

Rahayu, M. 2016. Patologi dan Teknis Pengujian Kesehatan Benih Tanaman


Aneka Kacang. Buletin Palawija, 14 (2): 78-88.

Utama, M. Z. H. 2015. Budidaya Padi pada Lahan Marjinal Kiat Meningkatkan


Produksi Padi. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Lampiran 1. Literatur
Charles, F., S. Adi and A. Y. Hamid. 2018. Determination Of Agriculture Sector’s
Superior Commodities In Landak District. Jurnal Agribisnis. 18 (4): 1-9.
Rahayu, M. 2016. Patologi dan Teknis Pengujian Kesehatan Benih Tanaman
Aneka Kacang. Buletin Palawija, 14 (2): 78-88.
Utama, M. Z. H. 2015. Budidaya Padi pada Lahan Marjinal Kiat Meningkatkan
Produksi Padi. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Handiyanti, M., Siti, S., dan Tri J. 2018. Deteksi Molekuler Burkholderia glumae,
Penyebab Penyakit Hawar Malai Padi Molecular Detection of
Burkholderia glumae, A Causal Agent of Bacterial Panicle Blight
Disease. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, 22 (1): 98-107
Hapsari, L. L., Susilo, H. P., dan Hadiwiyono. 2017. Sklerotia Dan Luas Bercak
Sebgai Variabel Ketahanan Padi Terhadap Hawar Pelepah Daun.
Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian UNS, 1 (1): 221-225.
Amteme, K. and T. Anna. 2018. Identifikasi Cendawan Patogen pada Beberapa
Varietas Benih Padi Sawah Berdasarkan Model Penyimpanan. Jurnal
Pertanian Konservasi Lahan Kering. 3 (1):4-7.
Chailani, S. R. dan S. Djauhari. 2012. Seed Patology (Penyakit Benih). Malang:
UB Press
Nuryanto, B. 2018. Pengendalian Penyakit Tanaman Padi Berwawasan
Lingkungan Melalui Pengelolaan Komponen Epidemik Control Of
Environmentally-Based Rice Disease Through The Management Of
Epidemic Components. Jurnal Litbang Pertanian. 37 (1):1-12.
Marlina, Setyono, dan Y. Mulyaningsih. 2017. Pengaruh Umur Bibit Dan Jumlah
Bibit Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Panen Padi Sawah (Oryza sativa)
Varietas Ciherang. Jurnal Pertanian. 8(1): 26-35.
Kurniasari, I and P. Adi. 2018. Pengaruh Umur Transplantasi Benih Terhadap
Pertumbuhan Dan Produktivitas Varietas Lokal Jenis Padi Merah (Oryza
sativa L). Agrotech Res. J 2(1): 11-15.
Prayoga, M. K., N. Rostini., M. R. Setiawati., T. Simarmata., S. Stoebe and K
Adinata. 2018. Preferensi petani terhadap keragaan padi (Oryza sativa)
unggul untuk lahan sawah di wilayah Pangandaran dan Cilacap. Jurnal
Kultivasi. 17 (1): 523-530.
Lampiran 2. Hasil Pengamatan Kesehatan Uji Benih

Anda mungkin juga menyukai